Anda di halaman 1dari 11

Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan kami menemukan 15 spesies Coelenterata, dari awetan


kering maupun basah. Dari Classis Coelenterata yaitu Hydrozoa, Scyphozoa, dan Anthozoa.

Hydrozoa yang kami amati adalah Hydra oligactis, Obelia sp, Physalia pellagica, Bugula
sp.

1. Hydra oligactis

Hydra coklat merupakan hewan air tawar yang termasuk dalam kelompok yang sama
dengan dengan ubur- ubur, karang dan anemon laut. Tubuhnya berbentuk seperti kantung
diatas mulutnya dikelilingi oleh mahkota tentakel yang memiliki sel penyengat yang
digunakan untuk menyerang mangsanya.

Meskipun sebagian besar spesies Coelenterata adalah sessile ( tidak dapat bergerak),
Hydra dapat bergerak dengan meluncur sepanjang cakram basal, bagian yang menempel pada
subsratnya. Mereka juga bisa bergerak dengan menekuk tubuhnya, dengan menempelkan
tentakel ke substratnya dengan tentakel dan kemudian menjungkir balik atau memutar ke
depan.

Hydra bersifat holozoik,makananya berupa Cyclops, Daphnia,larva insekta, annelida


atau zooplankton lain. Zooplanton ini ditangkap tentakel dan dilumpuhkan oleh nematokits,
kemudian ditelan masuk ke dalam rongga gastrovaskuler..

Reproduksi asesksual pada Hydra pada umumnya adalah pertunasan. Tunas berasal
dari persimpangan tangkai dan daerah lambung. Tunas dimulai dari pembelahan luar kantung
yang akhirnya memanjang menjadi silindris dan berkembang menjadi tentakel. Jumlah
tentakel yang dimiliki oleh Hydra oligactis adalah biasanya berjumlah 4-14 buah. kemudian
tunas itu terpisah dan menjadi invidu baru. Tunas bereproduksi setiap 2 sampai 3 hari pada
kondisi yang memungkinkan. Pada kondisi yang ekstrim atau kekurangan makanan, Hydra
dapat bereproduksi secara seksual, di mana dalam satu individu menghasilkan satu sel
kelamin betina dan satu sel kelamin jantan yang dikeluarkan ke dalam air pada saat
pembuahan terjadi. Sel telur berkembang menjadi larva yang diselubungi oleh cilia ( rambut-
rambut kecil). Kemudian larva tersebut berkembang menjadi Hydra, pada lapisannya itu
diselubungi lapisan luar yang keras untuk bertahan hidup pada kondisi yang ekstrim.
Sumber : http://animaldiversity.org/accounts/Hydra_oligactis/ dan
http://www.arkive.org/brown-hydra/hydra-oligactis/ dan buku pak adun.

2. Obelia sp

merupakan Coelenterata laut yang berkoloni yang terdistribusi di semua lautan,


diwakili oleh banyak spesies. Obelia hidup berkoloni yang terdiri dari polip seperti batang
yang menempel pada batuan atau subratnya dilaut menggunakan filamen yang menyerupai
akar. Reproduksi obelia secara aseksual adalah Polyp dapat bereproduksi dengan tunas,
membentuk struktur seperti pohon, dan menambahkan polip dari waktu ke waktu.

Reproduksi seksual pada Obeli adalah setiap gonoozoid aseksual akan mengahasilkan
ubur- ubur kecil yang disebut medusa. Medusa merupakan cikal bakal ubur dewasa.
Setelah dewasa mereka akan tersebar ke laut luas.
Bentuk kehidupannya dapat berupa polip dan medusa. Obelia memiliki dua jenis
polip, yaitu :
a. Hydranth merupakan polip yang berfungsi untuk mengambil zat- zat makanan.
Hydranth terdiri atas bagian tentakel, mulut, hipostom dan hidroteka.
b. Gonangium merupakan polip yang berfungsi untuk melakukan reproduksi, dimana
dihasilkan medusa. Gonangium terdiri dari gonopor, gonotheka, dan blastosil.
Gambar 4.1

Sridiant.com

Siklus Hidup Obelia sp

Polip berkromosom (2n) bererproduksi secara vegatif membentuk tunas- tunas,


sehingga terjadilah koloni polip. Terdapat polip yang bertentakel untuk mencari makanan dan
polip yang tidak memiliki tentakel untuk bereproduksi. Kemudian polip yang tidak memiliki
tentakel membentuk tugas medusa secara vegetatif. Tunas medusa (2n) kemudian dilepaskan
dan berenang bebas. Medusa dewasn (2n) jantan dan betina bereproduksi secara generatif,
masing- masing mengalami pembelahan secara meiosis, sehingga menghasilkan sel gamet
(sperma atau sel telur) yang berkromosom haploid (n). Bila terjadi fertilisasi sel ovum oleh
spermatozoid akan menghasilkan zigon (2n), kemudian zigot tersebut akan berkembang
menjadi larva bersilia yang disebut planula (2n), dan akhirnya planula menetap di suatu
substrat dan tumbuh menjadi polip baru (2n).

Sumber : http://www.sridianti.com/siklus-hidup-hydrozoa-obelia-dan-aurelia.html

Sebagian dari buku pak adun


3. Physalia pellagica

Physalia pellagica atau disebut juga kapal perang portugis merupakan satu- satunya
spesies dari famili Physaliidae.kapal Perang portugis ini sering keliru dengan ubur-ubur ,
namun hewan ini temasuk kedalam hewan Hydrozoa koloni mengambang. Yang terdiri atas
empat tipe polip yaitu, pneumatophor( untuk mengapung ), dactylozooids ( tentakel untuk
pertahanan dan menangkap mangsa), gastrozooids ( pencernaan makanan) dan gonozooids
( reproduksi) . Panjang Pneumatophor bisa mencapai 30 cm. Pneumatophor ini adalah polip
yang tumbuh berbentuk lonjong dipenuhi dengan gas. Kebanyakan pada gas Siphonophorans
kompoposisinya hampir sama udara sekitarnya, namun pada Physalia ini terdapat konsentrasi
yang lebih besar dari Karbon Monoksida.

Mengapung termasuk mekanisme yang mengontrol gas untuk mengantur kedalamn


organisme, yang membuat kapal perang portugis ini dapat mengambng di permukaan air.

Tentakel yang berwarna biru keunguan dapat mempunyai panjang sampai 50 m. Cri khas
dari filum Cnidarians ini adalah nematokis atau sel penyengat, pada kapal perang portugis ini
terdapat 2 nematokis dengan ukuran yang berbeda ( kecil dan besar ) untuk menyerang dan
membunuh mangsanya.

Kapal perang portugis ini merupakan hewan laut pelagis, yang ditiup oleh angin dan
terombang-ambing oleh arus. Pneumatophor tetap dipermukaan laut, mereka mencelupkan ke
dalam air hanya untuk menjaga kekeringan saja. Warna biru keunguan merupakan hasil
kamulflase dengan gerlombang air laut, meskipun mereka biasanya ada di laut bebas dapat
terhempas oleh gelombang ke pinggir pantai.

Perkembang biakkan sering kali terjadi pada musim gugur. Kapal perang portugis
merupakan hemaprodit ( mempunyai sel kelamin jantan dan betina pada satu individu).
Gamet yang di gonozooid ditumpahkan ke dalam air. Satu koloni sperma bergabung dengan
telur koloni lainnya. Selain itu dia juga berkembang biak secara aseksual dengan pembelahn
mitosis dan pertunasan (budding).

Sumber :
http://www.thecephalopodpage.org/MarineInvertebrateZoology/Physaliaphysalis.html
4. Bugula sp

Bugula sp merupakan hewan berkoloni yang tumbuh tega, lebat dengan jumbai
bercabang. Memiliki panjang sampai 15 cm atau lebih, sering keliru dengan rumput laut.
Mereka biasanya berwarna merah keunguan, ungu ke coklat tuaan. Meskipun terkadang
mereka berwarna merah tua. Beberapa awetan ada yang bisa di lihat dengan kaca pembesar
atau mikroskop. Individu dalam koloni disebut zooid. Mereka terdiri dari bagian- bagian
lunak yang disebut polypide, tertutup dalam kotak yang disebut zooecium (dalam bahasa
Yunani : Rumah Hewan). Setiap cabang di koloni tersebut terdiri dari dua bari zooecia,
semuanya menghadap ke arah yang sama.Dalam setiap Zooecium akan ditumpuk satu
persatu diatasnya. Lebar zooecium 0,2-0,3 mm dan 0,6-1,1 mm long. Spesies dari Bugula ini
mempunyai ciri khas, bird-head dengan struktut berbentuk elemen- elemen speerti rahang
yang membuka dan menutup yang disebut avicuralia.

Bugula merupakan hewan hermafrodit, ia melepaskan telur mereka pada pertengahan


umurnya tetapi melepaskan sperma mendekati akhir, sehingga mencegah diri untuk
melakukan pembuahan. Setiap zooid menghasilkan satu embrio berwarna coklat gelap pada
waktu mengerami dalam globular dengan struktur putih halus dibagian atas zooecium yang
disebut ovicell.

Ovicell yang paling menonjol dan sering melimpah, sering muncul seperti manik-
manik putih kecil yang terkonsentrasi pada bagian yang lebih tua dan lebih sentral pada
sebuah koloni. Ketika dilepaskan dari ovicell, larva tidak memiliki mulut atau saluran
pencernaan dan tidak mampu makan. Mereka menetap di permukaan yang keras sekitar 2-10
jam dan bermetamorfosis ke bentuk dewasa. Kematangan seksual dicapai pada 6-8 minggu
dan koloni dapat hidup lebih dari setaun.

Scyphozoa yang kami mati adalah Aurelia aurita

Aurelia aurita

Aurelia aurita termasuk kedalam filum Cnidarians kelas Scyphozoa. Bersifat soliter,
bermetagenesis ( mengalami pergiliran keturunan antara fase polip dengan fase medusa) fase
medusa lebih menonjol, sedangkan fase polip mengalami reduksi atau jarang sekali
ditemukan. Bentuknya seperti payung yang tidak begitu cembung, transparan, berdiameter
berkisar 7,5-30 cm. Dari tengah-tengah permukaan tubuh sebelah bawah ( permukaan oral
atau permukaan sub umbrella) terdapat kerongkongan yang menggantung ke bawah yang
disbut manubrium. Diujung distal manubrium terdapat lubang mulut. Setiap sisi atau sudut
mulut dilengkapi tangan mulut ( 4 buah ). Rongga mulut bersambungan dengan manubrium
dan bermuara ke dalam rongga perut, yang terdiri atas rongga sentral dan 4 buah kantung
gastrik. Masing- masing kantung gastrik dilengkapi dengan tentakel internal endodermis
lengkap dengan nematokisnya yang dapat digunakan untuk melumpuhkan mangsa. Dari
kantung gastrik akan menjulur saluran mesoglea untuk berhubungan dengan saluran cincin
yang ada dibagian tepi ubur- ubur.

Sistem pencernaan pada hewan ini terdiri atas pencernaan intrasel dan ekstrasel. Pada
pencernaan ekstrasel zooplankto yang telah melekat atau terkumpul di bawah tubh akan
disapu oleh flagel yang selanjutnya akan ditangkap oleh tangan mulut untuk dimasukan
kedalam mulut. Bahan makanan kemudian masuk kedalam rongga gastrovaskuler melalui
manumbrium. Di dalam rongga ini makanan yang belum mati akan dilumpuhkan oleh
nematokis, yang selanjutnya akan dicerna dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh sel- sel
kelenjar.

Sistem pernafasan dan eksresi dilakukan secara langsung melalui seluruh permukaan
tubuh secara difusi osmosis.

Karena pada Cnidaria telah memiliki sistem syaraf, maka susunan sistem syarafnya
tersusun atas jaringan syaraf utama, jaringa syaraf difus dan delapan buah ganglia rhopalia.

Alat indra terdiri dari tentakulokist/rhopalia, berfungsi sebagai alat indra


keseimbangan dan mengontrol ritme gerak mengembang ngempisnya badan payung pada
waktu berenang, oselia berfungsi untuk membedakan gelap terang dan celah olfaktorius
sebagai alat pembau untuk menyeleksi bahan- bahan makanan.

Sistem reproduksi pada Aurelia aurita, secara seksual yatu dengan peleburan gamet
jantan dan betina.
Gambar 4.2

Sridianti.com

Siklus Hidup Aurelia aurita

Medusa dewasa jantan, dan betina diploid (2n) mengahasilkan sel gamet betina dan
jantan yang haploid (n). Sel telur (n) kemudian dibuahi oleh sperma (n), menghasilkan zigot
(2n), fertilisasi terjadi secara eksternal didalam air, kemudian zigot akan mengalami
pembelahan secara mitosis dan tumbuh menjadi blastula, gastrula, kemudian menjadi larva
bersilia atau planula yang berenang bebas selama beberapa waktu, planula kembali mempel
pada suatu substrat dan tumbuh menjadi larva polip berukuran kecil yang bertentakel yang
disebut skifistoma. Polip skifistoma dapat membetuk tunas- tunas. Lalu pada bula- bula
tertentu, dia melakukan strobilasi yaitu melakukan pembelahan secara melintang pada bagian
ujung oral untuk menghasilkan setumpuk bakal medusa atau efira. Efira akan terlepas satu
per satu setelah efira terlepas semua skifistoma akan hidup sebagai polip kembali. Skifistoma
ini dapat hidup satu hingga beberapa tahun ke depan. Kemudian efira akan tumbuh menjadi
ubur- ubur dewasa.

Sumber : http://www.exoticsguide.org/bugula_neritina

Anthozoa yang kami amati adalah Gorgonia sp, Acropora, Antiphates dhicotomy,
Meandra, Meandrina, Astrangia danae, Tubifora musica,Agaricia tenuifolia, Polidacna sp,
Renilla reniformis, Fungia dan Metridium dianthus.
1. Gorgonia sp

Kipas laut, cambuk laut atau Gorgonia merupakan oktokoral yang memiliki sumbu
kerangka flexsibel yang berprotein. Mereka mempunyai kerangka struktural yang tegak rata
dan koloni bercabang di perairan laut, memiliki 8 tentakel berbulu untuk memberi makan
pada plankton dan organisme lainnya dengan polip yang hidup meliputi permukaan .Mereka
termasuk kedalam kelas Anthozoa. Gorgonia Karibia mempunyai dua kelompok yaitu
Holaxonia dan Scleraxonia.

Karang lunak seperti kipas laut, bereproduksi secara seksual dan aseksual. Dia
memiliki organ kelamin jantan dan betina yang terpisah. Kebanyakan kipas laut ini
berkembang biak dengan memuntahkan sejumlah besar gamet ke dalam air laut. Larva yang
tidak dikonsumsi oleh filter feeders , menanam sendiri di lumpur atau di pasir dan
membentuk koloni baru kipas laut. Gorgonia betina menghasilkan begitu banyak telur dan
tidak peduli jika ada yang dimakan karena sebagian akan membentuk koloni baru. Karena
keturunannya berada di air pada waktu mereka dibuahi, kipas laut terbawa arus laut dan jauh
dari induknya.Akibatnya, ketika mereka menyebarkan telur dan sperma akan membuat polip
baru, kipas laut dan banyak spesies karang lunak lainnya sering ditemuka diseluruh lautan di
dunia. Beberapa koloni diam di dekat koloni induknya atau dimana mereka dikeluarkan, yang
memungkinkan pertumbuhan koloni lebih cepat. Reproduksi aseksual pada Gorgonia dengan
membentuk fragmentasi koloni.

Gorgonia ditemukan di laut tropis di seluruh dunia. Mereka sebagian besar ditemukan
di terumbu karang menempel pada batu atau dibagian bawah laut. Kipas laut ini biasanya
tumbuh disaat mereka polip, tentakel akan keluar untuk menangkap mangsa. Kipas laut dapat
hidup secara soliter dan koloni. Ketika ia berkoloni, polip akan hidup bersamaan dengan
jaringan coenencyhme yang hidup, dan rongga gastrovaskular akan berbentuk tabung atau
kanal. Mereka melabuhkan diri dalam lumpur atau pasir bukan melekatkan diri pada
permukaan keras.

Sumber : http://creationwiki.org/Sea_fan dan


http://www.advancedaquarist.com/2004/3/inverts
2. Acropora sp

Acropora sp merupakan karang terbesar yang memberikan kontribusi untuk karang di


dunia, bahkan jenis karang ini 1/3 dari semua spesies terumbung karang yang ada di dunia.
Pada jenis Acropora millepora, merupakan terumbu karang yang paling toleran dengan suhu
air, perubahan salinitas, pergerakan air/arus, dan intesitas cahaya.

Karang ini memiliki warna yang sangat menarik, tergantung dari asosiasinya dengan
Zooxanthellae. Acropora sp bersifat sessile, tumbuh mencapai 5,1 mm selama periode 9,3
bulan. Pada spesies ini sebagian besar tumbuh vertikal, yang mengarah ke morfologi semak-
semak yang semi tegak lurus. Banyak terumbu karang yang memiliki tutupan karang tinggi
memiliki kondisi yang keruh yang ekstrim, tetapi hal ini tidak akan merusak karang. Pada
beberapa spesies Acropora ada yang harus mendapatkan cahaya yang cukup, cahaya sering
dianggap sebagai faktor yang membatasi kedalaman maksimum bagi pertumbuhan karang.

Sebagian spesies Acroporas sp ( A. Millepora) ditemukan di perairan yang dangkal,


rataan terumbu bagian atas. Di alam liar Acropora sp, ditemukan membentang di terumbu
diberbagai lokasi yang keruh sampai dengan gelombang dan arus yang kuat.

Reproduksi Acropora sp , dilakukan dengan cara seksual dan aseksual. Reproduksi


aseksual perlu dipisahkan antar erumbuhan koloni dengan pembentukan koloni baru.
Pertunasan terdiri dari intratentakular yaitu satu polip membelah menjadi 2 polip, polip baru
baru tumbuh dari polip lama, sedangkam Ekstratentakular yaitu polip baru tumbuh diantara
polip- polip lain. Jika polip dan jaringan baru tetap melekat pada koloni induk, disebut
pertambahan ukuran koloni.

Jika polip atau tunas lepas dari koloni induk dan membentuk koloni baru, disebut
reproduksi aseksual. Sedangkan pada reproduksi seksual dengan cara peleburan gamet ,
berdasarkan individu penghasil gamet, karang dapat dikategorikan bersifat gonokris, dimana
dalam satu jenis (spesies) telur dan sperma dihasilka oleh individu yang berbeda. Karang
terdiri dari karang jantan dan karang betina. Sedangkan hermaprodit bila telur sperma bila
dihasilkan dalam satu polip yang sama.

Sumber : http://ardana-izzat.blogspot.co.id/2014/07/hatchery-acropora.html dan


http://www.indooseanografi.net/2015/04/karakteristik-habitat-dan-persebaran-reproduksi-
kebiasaan-makan-karang-acropora-millepora.html
3. Agaricia tenuifolia

Agaricia tenuifloia merupakan karang yang berbentuk seperti selada tipis, membentuk
koloni memanjang yang berwana coklat kehijauan atau berwarna kuning dengan tentakel
berwarna oren. Dengan bentuk tipis seperti selada dia menjadi tahan terhadap hempasan
gelombang. Koloni dari karang ini terdiri dari hewan hewan kecil seperti anemon kecil
yang disebut polip. Polip menghasilkan kerangka keras dan kerangka setiap individunya
disebut corallite. Kerangka karang membentuk sebagian besar koloni dengan jaringan polip
yang terdiri dari lapisan tipis. Dari generasi ke generasi pertumbuhan corallite berkontribusi
terhadap pembentukan terumbu karang.

Agaricia tenuifolia mendapatkan nutrisi denga bersimbiosis dengan Alga yang disebut
dengan Zooxanthealle yang hidup dalam jaringannya. Alga menyediakan nutrisi untuk
Agaricia tenuifolia melalui fotosintesis dan sebagai timbal baliknya ia menerima lingkungan
yang stabil untuk hidup. Ketergantungan terhadap fotosintesis membatasi karang ini hidup
relatif dangkal,jelas, perairan hangat, tetapi meungkinkan mereka untuk tumbuh dengan cepat
dan membentuk struktur karang yang besar. Agaricia tenuifolia sering memakan zooplankton
kecil yang ia tangkap dengan sel penyengat pada tentakel polip.

Agaricia tenuifolia merupakan hermafrodit yang berarti dalam satu polip terdapat sel
jantan dan sel betina. Dia mengeluarkan telur dan sperma kedalam air untuk fertilisasi
eksternal dan pergerseran larva yang dihasilkan dalam kolom air sebelum akhirnya menetap
pada substrat dan berkembang menjadi polip. Selain bereproduksi dengan seksual dia juga
bereproduksi secara aseksual dengan pertunasan ( budding) , membentuk polip baru.

Agaricia teunifolia juga ditemukan pada terumbu karang yang dangkal, yang mana
pada daerah itu terkenal gelombang dan berada pada kedalaman antara 1-15 meter.

Sumber : http://www.arkive.org/thin-leaf-lettuce-coral/agaricia-tenuifolia/
Peranan Coelenterata terhadap coral bleaching ( pemutihan karang )

Coral Bleaching atau pemutihan karang sendiri adalah kerusakan yang terjadi pada
terumbu karang akibat ulah manusia maupun secara alami, yang menyebabkan hilangnya
tau degenerasi zooxanthellae pewarna jaringan karang. Penyebab dari kejadian tersebut
adalah, suhu air laut yang tidak normal, tingginya tingkat sinar ultraviolet, tingginya
tingkat kekeruhan dan sedimentasi air, kadar garam yang tinggi dan polusi. Dampak coral
bleaching bagi ekosistem terumbu karang sendiri sangatlah buruk, karena stuktur koloni
tersebut menajdi lebih rapuh. Kerusakan terumbu karang menyebabkan berkurangnya
populasi Acropora bersama spesies lainnya, karena hilangnnya zooxanthellae, sehingga
spesies ini tidak bisa berasimilasi.

Anda mungkin juga menyukai