Anda di halaman 1dari 6

PERILAKU HARIAN BURUNG MERAK HIJAU (Pavo muticus) DI

BONTOMARANNU EDUCATION PARK KABUPATEN GOWA


Elsa Fitrianti1

Prodi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Corresponding author: Jl. HM. Yasin Limpo 36 Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia. 92113
*

E-mail addresses: 60300119004@uin-alauddin.ac.id

Kata kunci a b s t r a k
Merak Hijau (Pavo muticus) Burung merak merupakan salah satu burung yang memiliki bulu
Perilaku Harian
tercantik karena memiliki bulu penutup ekor yang sangat indah menjadi
daya tariknya tersendiri. Bulu penutup ekor hanya dimiliki oleh burung
merak jantan dan tidak dimiliki oleh burung merak betina. Bulu penutup
ekor digunakan sebagai salah satu daya tarik merak jantan untuk menarik
perhatian burung betina. Tujuan dilakukannya mini project ini yaitu
untuk mengetahui perilaku aktivitas Burung Merak Hijau (Pavo
muticus). Pada pengamatan ini menggunakan jenis penilitian Deskriptif
bersifat eksploratif dengan menggambarkan suatu keadaan objek
penelitian atau pengamatan perilaku harian pada Burung Merak Hijau
(Pavo muticus) di Bontomarannu Education Park secara langsung.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa perilaku aktivitas harian Burung Merak Hijau (Pavo
muticus) terdiri dari perilaku makan, perilaku mengepak sayap, perilaku
sosial dan perilaku istirahat.

1. Pendahuluan
Indonesia sebagai negara yang berada di wilayah tropis termasuk negara yang
mempunyai keanekaragaman fauna. Salah satu jenis fauna yang sangat beranekaragam
tersebut adalah burung [1]. Di Indonesia terdapat sekitar 1.500 jenis burung. Keanekaragaman
jenis burung di Indonesia sering kali dikaitkan dengan kondisi lingkungan, semakin tinggi
keanekaragaman jenis burung maka semakin seimbang suatu ekosistem di wilayah tempat
hidup burung [2].
Aves (Burung) mempunyai daya tarik khusus bagi manusia karena berbagai alasan
diantaranya adalah burung lebih mudah dilihat daripada hewan lain. Burung memiliki
keindahan bentuk dan warna serta cara perkawinan yang menarik [3]. Beberapa aspek pada
burung seperti pola terbang, makanan dan kegiatan kawin tidak terlalu sulit untuk diamati [4].
Penelitian tentang burung saat ini diperlukan, karena telah terjadi penurunan dalam beberapa
spesies burung karena perburuan. Dengan demikian penurunan populasi burung secara tidak
langsung mempengaruhi keseimbangan ekologi dan konservasi, sehingga diperlukan
pelestarian [5]. Burung merupakan satwa yang mempunyai mobilitas tinggi dan memiliki
kemampuan penyebaran yang luas pada area terbuka, banyak hidup dikawasan hutan,
pedesaan, perkotaan bahkan dikawasan pada penduduk [6]. Burung sangat berperan dalam
ekosistem, perubahan struktur dan komposisi vegetasi akan berpengaruh pada
keanekaragaman spesies burung [7]. Keanekaragaman burung pada suatu daerah dapat
dijadikan indikator untuk kestabilan daerah itu sendiri [8].
Burung merak hijau (Pavo muticus) tergolong famili Phasianidae. Merak jantan
memiliki tinggi badan mencapai ±90-130 cm serta bulu penutup ekor berwarna hijau metalik
yang panjangnya mencapai ±150 cm. Setiap bulu ekor memiliki ujung bulu yang bersinar
seperti bentuk mata. Merak jantan memiliki jambul seperti mahkota di atas kepalanya [9].

1
Merak betina memiliki bulu berwarna hijau kecoklatan tanpa bulu penutup ekor dan bertubuh
lebih kecil daripada merak jantan. Merak jantan akan mengangkat bulu penutup ekornya yang
sangat indah membentuk seperti kipas dan mengitari pasangannya serta menggoyangkan bulu
penutup ekornya untuk menarik perhatian lawan jenisnya kemudian menopang diatas
punggung merak betina untuk berbiak [10]. Burung merak Hijau-Jawa (Pavo muticus-
muticus) merupakan subspesies dari merak hijau (Pavo muticus) yang tersebar di pulau Jawa.
Merak Hijau-Jawa tersebar dengan ukuran populasi yang relatif kecil di berbagai tipe habitat
yang mendukung kehidupannya. Kehidupan merak Hijau-Jawa terancam akibat perburuan
liar, perusakan habitat dan konversi hutan. Populasi merak Hijau-Jawa akan musnah
diwilayah persebarannya jika tidak segera ditangani [11]
Konservasi ex-situ (diluar habitat aslinya) dilakukan untuk menghindari kepunahan
burung merak Hijau-Jawa (Pavo muticus-muticus) [12]. Kebun Binatang merupakan salah
satu upaya konservasi ex-situ yang mampu menunjang kelestarian diluar habitat aslinya [13].
Keberhasilan upaya konservasi tersebut sangat ditentukan oleh ilmu pengetahuan dan
keahlian mengenai studi perilaku harian burung merak Hijau-Jawa sehingga diharapkan
mampu melakukan tindakan yang efektif untuk diterapkan dalam konservasi ex-situ tersebut
[14]. Perilaku harian merupakan salah satu faktor yang berasal dari makhluk hidup itu
sendiri. Setiap individu makhluk hidup memiliki karakter perilaku harian yang berbeda sesuai
dengan anatomi dan morfologi yang dimilikinya [15]
Tujuan dilakukannya mini project ini yaitu untuk mengetahui perilaku aktivitas
Burung Merak Hijau (Pavo muticus) di Bontomarannu Education Park, Kabupaten Gowa.
Adapun manfaat dari Mini Project ini yaitu sebagai sumber informasi dan data mengenai
perilaku harian Burung Merak Hijau (Pavo muticus) di Bontomarannu Education Park,
Kabupaten Gowa.

2. Metode Penelitian
Adapun ruang lingkup pada mini project ini yaitu pengamatan ini dilakukan di
Bontomarannu Education Park Kab. Gowa. Pengamatan dilakukan dengan beberapa tahapan
yaitu persiapan alat dan bahan yang akan digunakan, survey lokasi pengamatan, pengamatan
perilaku harian pertama dan kedua, interview lokasi tempat pengamatan dan hasil.
Pada pengamatan ini menggunakan jenis penilitian Deskriptif bersifat eksploratif
dengan menggambarkan suatu keadaan objek penelitian atau pengamatan perilaku harian pada
Burung Merak Hijau (Pavo muticus) di Bontomarannu Education Park secara langsung
dengan mencatat semua informasi yang didapat pada perilaku harian burung merak hijau di
lokasi dengan bantuan interview atau wawancara langsung dari pengelola tempat pengamatan.
Pada pengamatan ini dilaksanan pada tanggal 11 Juni dan 25 Juni 2022 dan lokasi
pengamatan dilakukan di Bontomarannu Education Park, Kabupaten Gowa.
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada pengamatan ini yaitu Kamera Handpone,
Alat tulis menulis dan Bahan pengamatan Burung Merak Hijau (Pavo muticus).
Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan di lokasi pengamatan seperti Kamera
Handpone, Alat tulis menulis dan Bahan Pengamatan Burung Merak Hijau (Pavo muticus).
Pada Pengamatan Hari ke-1 dilakukan pada tanggal 11 Juni 2022 dengan melihat bagaimana
perilaku harian hewan yang diamati khususnya pada burung Merak Hijau (Pavo muticus)
dengan pencatatan perilaku yang dilakukan dalam interval waktu yang ditentukan yaitu pada
jam 09.30 – 11.00, dilanjutkan pada Jam 13.00-14.00 seta melakukan sesi wawancara pada
pengelola tempat pengamatan tersebut. Kemudian Pada Pengamatan Hari ke-2 dilakukan pada
tanggal 25 Juni 2022 dengan pengamatan yang sama dan interval waktu yang diberikan jam
09.00 - 11.00 dan dilanjutkan pada Jam 13.00 – 14.00. Setelah pengamatan selesai data yang

2
didapatkan di analisis dalam bentuk hasil dari semua pengamatan apakah ada perbedaan yang
dilakukan baik pada pengamatan pertama dan pengamatan kedua.

3. Hasil dan Pembahasan


Tabel 1. Hasil Observasi Deskripsi Perilaku Harian Burung Merak Hijau (Pavo muticus)

No Jenis Perilaku Deskripsi


1. Makan Aktivitas burung merak dalam mencari, memilih, mengkomsumsi
makanan yang sudah tersedia.
2. Mengepak Sayap Aktivitas mengangkat sayap sesekali diatas tanah maupun saat
sedang bertengger dengan berjalan perlahan sambil mengangkat
kedua sayapnya.
3. Perilaku Sosial Aktivitas penyerangan pada burung merak saat memperbutkan
makanan, pasangan dan lain-lain.
4. Perilaku Istirahat Aktivitas merak dilakukan dengan merunduk dan memutarkan
kepala kearah bulunya agar mereka dapat memejamkan mata
secara sempurna.

Habitat khas merak hijau jawa adalah daerah terbuka yang dikelilingi oleh hutan.
Merak hijau lebih banyak mencari makan di tempat terbuka sebagai tempat mencari makan.
Merak hijau sebagai burung omnivora dan hewan darat banyak memakan daun, biji
rerumputan dan daun serta buah perdu. Mereka memilih pohon yang rindang atau tempat
yang teduh untuk berteduh di siang hari yang terik Merak hijau jawa lebih menyukai habitat
seperti sabana, padang penggembalaan yang dikelilingi hutan dan tumpang sari dengan hutan
tanaman jati. Habitat ideal merak hijau jawa adalah areal terbuka yang tidak terlalu luas yang
ditumbuhi rerumputan dan semak belukar serta dikelilingi oleh hutan dan tertutup sumber air
(terus menerus ketersediaannya), terjadi shelter site (pohon rimbun), cover site (hutan atau
semak lebat), tempat bertengger (pohon tinggi, daun tidak terlalu lebat dan memiliki sistem
cabang tegak lurus) tertutup di tempat terbuka, ada tempat berterbangan, memiliki tempat
bersarang (daerah terbuka yang merupakan perdu tumbuh). Komponen habitat tersebut
digabungkan menjadi satu [16].

Perilaku Makan
Perilaku makan burung merak hijau-jawa (Pavo muticus) yang didapat selama
pengamatan meliputi mematuk makanan dari tempat makan dengan paruh, mengaduk
makanan dari tempat makan dengan paruh dan mengais permukaan tanah dengan paruh dan
kaki. Merak hijau-jawa makan dengan cara mematuk makanan dengan paruhnya langsung
dari wadah makanannya di dalam kandang yang sudah disediakan dan biasanya akan
mengorek-ngorek makanannya lalu menumpahkannya ke tanah kemudian mematuknya
kembali. Menurut [10] merak hijau memiliki cara makan yaitu mematuk dengan
menggunakan paruhnya kemudian pemilihan makanan di atas permukaan tanah dengan cara
mengais permukaan tanah dengan menggunakan paruh dan kakinya. Perilaku makan merak
hijau-jawa dimulai dengan mengambil makanan dengan paruhnya kemudian menelannya.
Mekanisme aktivitas makan burung merak dimulai turun dengan terbang atau melompat dari
tenggeran pohon lalu berjalan menuju tempat makan kemudian makan, setelah itu berteduh
dan beristirahat serta selang beberapa saat makan kembali pada sore hari.
Burung merak hijau beraktivitas pada pagi hingga sore hari. Aktivitas makan pada
burung merak merupakan aktivitas yang utama dan aktivitas lainnya merupakan faktor-faktor
pendukung saat melakukan aktivitas makan. Perilaku istirahat pada merak hijau merupakan
periode setelah makan di pagi hari sampai sore hari setelah aktivitas hariannya berakhir

3
sebelum malam hari. Burung merak jantan banyak menghabiskan waktunya untuk beristirahat
dengan bertengger diatas pohon dan berteduh dibawah pohon dalam sehari. Perilaku
bertengger tersebut dikategorikan normal pada hewan unggas. Berbeda dengan merak hijau
jantan, merak hijau betina lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berjalan dalam sehari
[17]
Pakan di habitat aslinya berupa biji-bijian, buah-buahan, kacang- kacangan, sayur-
sayuran, cacing, rayap dan hewan melata lainnya. Karena itu secara naluriah musim kawin
menjelang musim penghujan, sehingga setelah menetas musim hujan mulai turun dan jumlah
pakan yang mengandung protein (serangga dan rayap) mulai muncul [18]

Perilaku Mengepak Sayap


Perilaku mengepak sayap burung merak hijau (Pavo muticus) jantan dan betina
memperlihatkan aktivitas perilaku yaitu perilaku menggoyangkan tubuh. Perilaku mengangkat
sayap sesekali dilakukan burung merak hijau-jawa diatas tanah maupun saat sedang
bertengger dengan berjalan perlahan sambil mengangkat kedua sayapnya. Perilaku
merentangkan sayap dilakukan burung merak hijau-jawa diatas tanah saat sedang berjalan
ataupun berlari kemudian tiba-tiba merentangkan kedua sayapnya hingga kedua sisi sayap
menjadi lurus seperti bentuk kipas. Sedangkan perilaku mengepak-ngepakkan sayap
dilakukan oleh burung merak saat akan melompat atau berpindah tempat pada posisi tinggi
seperti akan terbang dan aktivitas ini juga dilakukan diatas tanah hanya sekedar untuk
mengepakkan sayapnya diawali dengan menegakkan badan kemudian membuka sayap dan
mengangkatnya tinggi lalu mengepak-ngepakkan sayapnya. Hal tersebut dilakukan semata-
mata demi kenyamanan tubuhnya dan mencari tempat yang nyaman untuk dirinya demi
menjaga kenyamanan tubuhnya, burung melakukan aktivitas mengangkat sayap,
merentangkan sayap serta mengepak-ngepak sayap untuk mengatur bulu-bulunya yang
kemudian akan mengembalikan bentuk bulu-bulunya ke posisi semula [19]

Perilaku Sosial
Perilaku sosial merupakan suatu interaksi yang melibatkan dua atau lebih individu
sebagai pengekspresian diri seperti menunjukkan kekuatan dan keindahan diri terhadap
individu lainnya. Perilaku sosial pada burung merak hijau-jawa meliputi perilaku agonistik
seperti menarik perhatian pasangannya, perilaku penyerangan dan perilaku percumbuan.
Perilaku agonistik merupakan perilaku yang dilakukan oleh burung jantan salah satunya
seperti melakukan suatu ritual untuk memperlihatkan kekuatan dan keindahan baik suara,
bentuk bulu penutup ekornya, dan lain-lain. Perilaku agonistik oleh merak jantan biasanya
bertujuan untuk menarik pasangannya dengan mengeluarkan suara yang indah, melakukan
tarian khusus serta memperlihatkan keindahan bulu penutup ekornya di depan merak betina
[17]

Perilaku Istirahat
Perilaku istirahat burung dilakukan dengan posisi tubuh bertengger di atas pohon atau
kayu, bagian ventral kemudian merunduk dan kedua kaki mencengkram erat pada kayu atau
tenggeran serta kedua mata terpejam. Burung memejamkan matanya saat beristirahat tetapi
kedua telinga tetap terjaga dengan kondisi sekitar apabila ada petugas masuk ke dalam
kandang maka burung akan tersentak dan biasanya mengeluarkan suara karena merasa ada
gangguan datang menghampiri. Menurut [20] dalam penelitian ini merak betina lebih banyak
melakukan aktivitas duduk dikarenakan mereka lebih banyak melakukan aktivitas perilaku
sehingga cepat merasa lelah dan menghabiskan waktunya untuk duduk daripada merak jantan.

4
Berbeda dengan aktivitas tidur pada merak jantan maupun betina minim dilakukan karena
walaupun dalam keadaan tidur telinga mereka tetap aktif untuk mengantisipasi siapa saja yang
mendekati kandangnnya sehingga mudah terkejut dan terbangun.

4. Kesimpulan
Burung merak hijau termasuk ke dalam Ordo Galliformes yang mempunyai salah satu
ciri yaitu kaki yang kuat, sehingga banyak aktivitas yang tergantung pada kakinya. Aktivitas
harian Burung Merak Hijau (Pavo muticus) terdiri dari perilaku makan, perilaku mengepak
sayap, perilaku sosial dan perilaku istirahat.

Daftar Pustaka
[1] G. Kholifatun Nisa and M. Argo Setyoko, “Jurnal Pendidikan Fisika dan Sains (JPFS)
Identifikasi Jenis Aves Diurnal di Sawaah Bergas Lor Tengah Kabupaten Semarang,” /
Jpfs, vol. 4, no. 1, pp. 8–16, 2021.
[2] M. Adelina, Harianto, and N. Nurchayani, “Keanekaragaman Jenis Burung Di Hutan
Rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus (Bird Diversity
in Community Forest Kelungu Village Kotaagung Sub District Tanggamus District),”
J. Sylva Lestari, vol. 4, no. 2, pp. 51–60, 2016.
[3] L. J. Lambey, R. R. Noor, W. Manalu, and D. Duryadi, “Karakteristik Morfologi ,
Perbedaan Jenis Kelamin , dan Pendugaan Umur Burung Weris ( Gallirallus
philippensis ) di Minahasa , Sulawesi Utara,” J. Vet., vol. 14, no. 2, pp. 228–238, 2013.
[4] R. Aksarina and F. Annawaty, “Struktur Morfologi dan Anatomi Burung Endemik
Sulawesi Cabai panggul-kelabu ( Dicaeum celebicum Műller , 1843 ) Morphology and
Anatomyof Sulawesi Endemic Bird Grey-sided Flowerpecker ( Dicaeum celebicum
Műller , 1843 ),” Nat. Sci., vol. 7, no. 2, pp. 198–204, 2018.
[5] M. Fikriyanti, W. Wulandari, I. Fauzi, and A. Rahmat, “Keragaman Jenis Burung Pada
Berbagai Komunitas di Pulau Sangiang, Provinsi Banten,” J. Biodjati, vol. 3, no. 2, pp.
59–67, 2018, doi: 10.15575/biodjati.v3i2.2360.
[6] Z. M. Zamzami, Riskyana, P. Wahyuni, and B. S. Dewi, “Keanekaragaman Satwa Liar
Di KHDTK Getas,” J. Trop. Upl. Resour., vol. 02, no. 02, pp. 269–275, 2020, [Online].
Available: https://https//jtur.lppm.unila.ac.id/jtur/article/view/111/58.
[7] D. N. Fadhillah, “Identifikasi Aves di Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu
Sebagai Bahan Pembuatan Multimedia Interaktif Biologi SMA,” J. Biol. Learn., vol. 2,
no. 1, pp. 50–57, 2020, doi: 10.32585/.v2i1.832.
[8] I. S. Kurniawan, F. S. Tapilouw, T. Hidayat, and W. Setiawan, “Keanekaragaman Aves
di Kawasan Cagar Alam Pananjung Pangandaran,” Titian Ilmu J. Ilm. Multi Sci., vol.
11, no. 1, pp. 37–44, 2019, doi: 10.30599/jti.v11i1.393.
[9] S. Alim, S. Eddy, and D. Mutiara, “Karakteristik Dan Deskripsi Ordo Passeriformes Di
Jalan Seniman Amri Yahya Jakabaring Palembang Sumatera Selata,” Indobiosains,
vol. 2, no. 2, p. 36, 2020, doi: 10.31851/indobiosains.v2i4.4586.
[10] N. D. Nareswari, D. Samsudewa, and Y. S. Ondho, “Tingkah Laku Reproduksi Merak
Hijau (Pavo Muticus) pada Umur yang Berbeda di UD. Tawang Arum Kecamatan
Gemarang, Kabupaten Madiun,” J. Sain Peternak. Indones., vol. 12, no. 1, pp. 94–101,
2017, doi: 10.31186/jspi.id.12.1.94-101.
[11] A. K. Jayamala R Latha, B. L. Preethi, Nirmala N, K Tamilselvan, Karthika
Priyadhardshini, “Scanned by CamScanner 连 发 阉,” Int. J. Physiol., vol. 6, no. 1, p.
2018, 2018.
[12] I. Fakhrozi, A. Hikmat, and D. Widyatmoko, “Konservasi Ex Situ Mangifera casturi

5
Kosterm . Berbasis Masyarakat : Studi Kasus di Kabupaten Indragiri Hilir , Provinsi
Riau ( Ex situ Conservation of Mangifera casturi Kosterm based on community : A
case study in Indragiri Hilir Regency of Riau Province,” J. Biol. Indones., vol. 9, no. 1,
pp. 141–151, 2013.
[13] A. Puspitasari, B. Masy, U. D. Dan, and T. Sunarminto, “Nilai Kontribusi Kebun
Binatang Terhadap Konservasi Satwa, Sosial Ekonomi Dan Lingkungan Fisik: Studi
Kasus Kebun Binatang Bandung,” Nilai Kontribusi Kebun Binatang Terhadap
Konserv. Satwa, Sos. Ekon. Dan Lingkung. Fis. Stud. Kasus Kebun Binatang Bandung,
vol. 21, no. 2, pp. 116–124, 2017.
[14] K. Cita, K. D. Cita, J. B. Hernowo, and B. Masy’ud, “Faktor-Faktor Penentu
Keberhasilan Konservasi Ex situ Cendrawasih Kecil (Paradisaea minor Shaw, 1809),”
Bul. Plasma Nutfah, vol. 25, no. 1, pp. 13–24, 2019, [Online]. Available:
http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/bpn/article/view/9928.
[15] N. Alfalasifa and B. S. Dewi, “Konservasi satwa liar secara ex-situ di Taman Satwa
Lembah Hijau Bandar Lampung,” J. Sylva Lestari, vol. 7, no. 1, pp. 71–81, 2019.
[16] J. B. Hernowo, C. Kusmana, H. S. Alikodra, and A. Mardiastuti, “Analysis of the Javan
Green Peafowl (Pavo muticus muticus linnaeus 1758) habitat in Baluran and Alas
Purwo National Park, East Java,” HAYATI J. Biosci., vol. 25, no. 3, pp. 101–114, 2018,
doi: 10.4308/hjb.25.3.101.
[17] H. Besar, N. Baluran, S. Pudyatmoko, and K. Kunci, “Jurnal Ilmu Kehutanan Habitat
dan Interaksi Spatio-Temporal Merak Hijau dengan Sapi dan,” vol. 13, pp. 28–37,
2019.
[18] H. A. Hermadi, “Manipulasi Reproduksi pada Merak Jawa (Pavo muticus muticus),” J.
Vet. Med., vol. 9, no. 1, pp. 91–96, 2016, [Online]. Available:
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-vetmed613701c6effull.pdf.
[19] B. Merak, H. Pavo, and K. Ponorogo, “Hendi Vista A sy’ari , Ramli Ramadhan*,
Mochamad Chanan,” vol. 11, pp. 25–31, 2021.
[20] D. Monika, Abdullah, Samingan, Safrida, and D. Syafrianti, “Frekuensi Perilaku
Harian Burung Merak Biru India (Pavo cristatus) Di Taman Safari Gurun Putih Lestari
Kota Jantho, Kabupaten Aceh Besar,” J. Ilm. Mhs. Kegur. dan Ilmu Pendidik. Unsyiah,
vol. 5, no. 4, pp. 1–11, 2020.
[20] S. H. Amrullah, D. Dirhamzah, A. Rustam, and H. Hasyimuddin, “Tinjauan Umum
Perilaku Hewan Di Indonesia Dan Integrasi Keilmuannya,” Teknosains Media Inf.
Sains Dan Teknol., vol. 15, no. 1, p. 1, 2021, doi: 10.24252/teknosains.v15i1.15379.

Anda mungkin juga menyukai