Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ZOOLOGI VERTEBRATA

“Burung Merak Hijau (Pavo muticus) Pulau Jawa”

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Zoologi Vertebrata.

Dosen Pengampu

Dr. Sumiyati Sa’adah, M.Si.

Disusun Oleh :

Ai Purnama

1162060006

Pendidikan Biologi 4 A

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena hanya atas rahmat dan karunia-
Nya, kami dapat menyelesaikan makalah Zoologi Vertebrata mengenai “Burung
Merak Hijau (Pavo Muticus) Pulau Jawa”.

Dalam penyusunan makalah ini penyusun menyadari sepenuhnya bahwa


selesainya makalah ini tidak terlepas dari dukungan, semangat serta bimbingan
dari berbagai pihak. Penyusun ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Dosen pengampu Mata Kuliah Zoologi Vertebrata yaitu Ibu Dr. Sumiyati
Sa’adah, M.Si. yang telah banyak memberikan masukan agar makalah ini dapat
terselesaikan.

Penyusunan makalah ini disusun dengan sebaik-baiknya, namun masih


terdapat kekurangan didalam penyusunannya, oleh karena itu saran dan kritik
yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat diharapkan. Tidak lupa
harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta dapat
menambah ilmu pengetahuan penyusun khususnya, umumnya untuk semua
pembaca.

Bandung, 5 April 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................1

1.3 Tujuan ..........................................................................................................1

1.4 Manfaat .......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3

2.1 Deskripsi Merak Hijau (Pavo muticus) ........................................................3

2.2 Status dan Perlindungan ...............................................................................4

2.3 Habitat ..........................................................................................................5

2.4 Makanan .......................................................................................................6

2.5 Populasi ........................................................................................................6

2.6 Reproduksi ...................................................................................................6


2.7 Tingkah Laku ...............................................................................................6

BAB III PENTUP .................................................................................................12

3.1 Kesimpulan ................................................................................................12

3.2 Saran ...........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................13

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Makhluk hidup yang menghuni bumi terdiri dari berbagai jenis, yang
masing-masing hidup pada tempat yang berbeda dan sesuai dengan kebutuhan
hidupnya. Hewan terdiri 2 kelompok besar yaitu yang bertulang belakang
(vertebrata) dan hewan yang tidak memiliki tulang belakang (invertebrata).
Dari berbagai jenis hewan tersebut setiap hewannya memiliki karakteristik
dan keunikan masing-masing. Begitupun dengan kelompok aves yang
bernama burung merak, merupakan hewan yang memiliki karakteristik khusus
terutama pada bulunya yang sangat indah. Selain bulunya yang indah, burung
merak juga dikaitkan dengan salah satu budaya seni Indonesia yaitu tari
merak. Hal tersebut membuat penasaran dan ketertarikan tersendiri untuk
mengenal burung merak.
Berdasarkan uraian diatas maka dibuatlah makalah tentang merak
hijau untuk menambah pengetahuan terhadap burung merak hijau (Pavo
muticus).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu burung merak ?
2. Bagaimana status dan perlindungan bunga merak ?
3. Perilaku apa saja yang yang khas dari burung merak ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui burung merak hijau.
2. Untuk mengetahui status dan perlindungan bunga merak .
3. Untuk mengetahui perilaku apa saja yang yang khas dari burung
merak.

1
1.4 Manfaat
1. Mengetahui burung merak hijau.
2. Mengetahui status dan perlindungan bunga merak .
3. Mengetahui perilaku apa saja yang yang khas dari burung merak.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi Merak Hijau (Pavo muticus)

Merak hijau merupakan salah satu hewan yang potensial untuk


dibudidayakan, hal ini karena merak hijau jantan mampu menghasilkan
bulu indah yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Selain itu merak hijau
memiliki nilai rekreasi, nilai estetika hingga nilai budaya.
Merak Hijau mempunyai bulu yang indah. Bulu-bulunya berwarna
hijau keemasan. Burung jantan dewasa berukuran sangat besar,
panjangnya dapat mencapai 300 cm, dengan penutup ekor yang sangat
panjang. Di atas kepalanya terdapat jambul tegak. Burung betina
berukuran lebih kecil dari burung jantan. Bulu-bulunya kurang mengilap,
berwarna hijau keabu-abuan dan tanpa dihiasi bulu penutup ekor.
Walaupun berukuran sangat besar, merak hijau adalah burung yang pandai
terbang.
Burung merak termasuk ke dalam famili Phasianiade, kerabat
ayam hutan, atau burung kuau. Burung merak jantan memiliki ekor
panjang yang terdiri atas 120 – 150 helai bulu. Bulu ekor ini tumbuh dari
pangkal ekor sehingga dapat berbentuk seperti sebuah kipas yang sangat
besar dan indah. Burung merak merupakan salah satu jenis burung hias
yang tertua di dunia karena lebih dari 4000 tahun yang lalu telah
dikenalkan pada budaya Mezopotania dengan jalan perdagangan dari
Mezopotania ke bangsa-bangsa Mediteranian.

3
Klasifikasi burung merak hijau
Kerajaan : Animalia.
Filum : Chordata.
Kelas : Aves.
Ordo : Galliformes.
Famili : Phasianidae.
Genus : Pavo
Spesies : Pavo muticus. Gambar 1 merak hijau sedang memamerkan
keindahan ekornya

2.2 Status dan Perlindungan


Burung merak hijau (Pavo muticus) merupakan jenis burung langka
yang daerah sebaran alaminya di Indonesia terdapat di Pulau Jawa dan
statusnya dilindungi oleh undang-undang. Perlindungan terhadap jenis burung
merak hijau berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian
No.66/KPTS/Um/2/1973; Keputusan Menteri Kehutanan No.301/ Kpts -
II/1991 dan PP No. 7 tahun 1999 (Noer djito dan Maryanto, 2001). Status
burung merak hijau berdasarkan IUCN (2007) dikategorikan ke dalam
vulnerable (rentan atau rawan punah). Menurut CITES (Convention on
International Trade in Endangered Species of Wildlife Fauna and Flora)
dalam Departemen Kehutanan (2006), burung merak hijau dikategorikan ke
dalam Appendix II, artinya perdagangan jenis burung ini harus dikendalikan,
antara lain melalui sistem kuota dan pengawasan. Persebaran burung merak
hijau sebagian besar di kawasan Asia Timur dan Asia Selatan, yaitu dari
Bangladesh sampai Indochina dan Pulau Jawa (Indonesia) Status dan
Perlindungan.
Keberadaan jenis burung ini sudah sangat jarang atau sudah hampir
punah. Penyebab merosotnya populasi burung merak hijau terutama
disebabkan penangkapan oleh masyarakat, selain penyusutan atau konversi
lahan dan rusaknya habitat. Penangkapan burung merak hijau dipacu oleh
potensi yang dimiliki satwa langka tersebut, seperti keindahan bulu, suara yang

4
merdu, keunikan bentuk dan tingkahlaku, oleh karena itu jenis burung ini
tergolong langka dan bernilai ekonomis tinggi. Keindahan yang dimiliki jenis
burung ini merupakan potensi yang dapat dikembangkan sebagai bagian jasa
lingkungan suatu kawasan. Populasi burung merak hijau di alam semakin
menurun dengan semakin banyaknya kawasan hutan yang dijadikan sebagai
lahan pertanian, perladangan, dan pemukiman penduduk; disamping itu,
perburuan terhadap jenis burung ini semakin tinggi, sehingga akhirnya
populasinya semakin menurun. Populasi burung merak hijau di TN Baluran
pada tahun 2007 sebanyak 70 ekor.
Untuk mengatasi penurunan populasi burung merak hijau secara drastis,
perlu dilakukan pembinaan habitat dan peningkatan terhadap pengawasan, oleh
karena itu penelitian tentang populasi dan habitat merupakan langkah awal
untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas.

2.3 Habitat
King et al. (1975), menyatakan bahwa habitat merak hijau adalah di hutan
terbuka, hutan sekunder, pinggir sungai, dan tepi hutan. Dari pernyataan di atas
terlihat bahwa merak hijau mempunyai kebiasaan mencari makan, berteduh
dan berlindung di tempat-tempat terbuka dan juga lebih banyaknya fungsi
habitat yang diperoleh merak hijau di daerah tersebut.

Menurut Takandjandji hutan alam kawasan konservasi di Resort Bekol


dan Bama, TN Baluran, Jawa Timur merupakan habitat burung merak hijau
terdiri dari kawasan terbuka seperti savana, hutan musim, dan hutan pantai.
Kondisi lokasi penelitian relatif datar dengan ketinggian sampai dengan 55 m
dpl, digunakan sebagai habitat untuk mencari pakan, tempat minum, dan
tempat tidur atau istirahat pada siang hari. Secara umum habitat untuk mencari
pakan didominasi oleh tumbuhan bawah berupa rumput-rumputan dan semak
sedangkan tempat tidur maupun istirahat didominasi oleh pohon-pohonan
dengan ketinggian tempat bertengger sekitar 4-25.

5
Gambar 2 burung merak dihabitatnya Gambar 3 burung merak dihabitatnya

2.4 Makanan

Merak hijau termasuk jenis hewan omnivora, makanannya terdiri dari


beraneka ragam biji-bijian, pucuk rumput (rumput muda) dan serangga serta
hewan-hewan yang berada di sekelilingnya seperti laba-laba, cacing, dan
kadal kecil.

Gambar 4 burung merak sedang makan

2.5 Populasi
Populasi burung merak hijau menurun dari tahun ke tahun. Banyak
faktor yang mempengaruhi penurunan populasi tersebut, antara lain
meningkatnya perburuan dan predator serta kerusakan habitat yang merupakan
tempat makan, bersarang, dan tidur bagi burung merak hijau. Namun
demikian fakta menunjukan bahwa merak hijau jawa masih ada (exist), hal ini

6
memberikan gambaran bahwa burung ini tentunya memiliki strategi ekologi
tertentu untuk tetap bertahan hidup di alam pada berbagai tipe habitat.

2.6 Reproduksi
Perkawinan merak berkaitan erat dengan musim penghujan, sekitar
bulan Juni sampai Agustus. Merak betina membuat sarang diatas pohon atau
di semak-semak belukar. Sarang dibuat dari ranting atau dahan-dahan kering.
Merak betina meletakkan telur 3-5 butir dandierami selama 28 hari.

Gambar 5 burung merak diatas pohon akan


membuat sarang

2.7 Tingkah Laku

a. Display
Tingkah laku merak hijau jantan memperlihatkan aktivitas display
yang banyak dilakukan pada saat pagi hari disela-sela aktivitas merak
hijau makan. Beauchamp (2013) menyatakan frekuensi merak jantan
melakukan display lebih banyak dilakukan pada pagi hari, sedangkan
berjalan dan makan lebih banyak dilakukan pada saat sore hari.
Frekuensi display pada pola tingkah laku perkawinan merak hijau
dilakukan merak hijau jantan untuk menarik perhatian merak hijau betina
sebagai salah satu upaya merak jantan membujuk merak hijau betina
sebelum akhirnya terjadinya perkawinan. Berdasarkan hasil pengamatan,
frekuensi merak hijau jantan melakukan display dalam satu harinya adalah
2-3 kali, hasil ini lebih rendah jika dibandingkan penelitian yang dilakukan

7
Ramadhan (2009) bahwa frekuensi merak hijau jantan dapat melakukan
display berkisar antara 8 hingga 16 kali per individu per hari.
Aktivitas perkawinan diawali dengan merak hijau jantan
melakukan aktivitas display terlebih dahulu untuk menarik perhatian
merak hijau betina, namun aktivitas display yang diperoleh ketika
pengamatan hanya dilakukan pada merak hijau yang berumur 4 dan 10
tahun saja. Ramadhan (2009) menyatakan bahwa perilaku display dimulai
berkisar 1-3 bulan sebelum terjadinya proses perkawinan. Menurut
Purwaningsih (2012) musim kawin merak hijau di Jawa Barat dan Jawa
Timur berlangsung dari bulan Agustus sampai Oktober. Dewsbury (1978)
berpendapat bahwa beberapa ternak melakukan perkawinan berdasarkan
musim dengan alasan ketika betina melahirkan maka anak mereka tidak
akan kekurangan bahan pakan karena berada di cuaca yang baik sehingga
ketersediaan pakan cukup.
Pola perilaku display pada merak hijau jantan adalah diawali
dengan merak hijau jantan yang melihat merak hijau betina yang sedang
melakukan aktivitas makan di pagi hari. Merak hijau jantan kemudian
akan membuat kepalanya sedikit membungkuk disertai leher yang
dilengkungkan dan menggetarkan bulunya sesaat dan kemudian
mengembangkan bulu hiasnya. Bulu hias didirikan dengan menegakkan
bulu ekornya. Merak hijau jantan perlahan akan mendekati merak hijau
betina, ketika merak hijau betina mulai mendekat maka merak hijau jantan
membalikkan badannya sehingga hanya memperlihatkan bagian belakang
sayapnya pada merak hijau betina dengan sesekali melirik merak hijau
betina.

8
Gambar 6 meraak sedang melakukan display

b. Mendekat
Frekuensi tingkah laku mendekat lebih banyak dilakukan oleh
merak hijau berumur 10 tahun dibandingkan dengan merak hijau jantan
lainnya, yaitu 2,5 kali. Merak hijau jantan yang berumur 4 tahun hanya
melakukan aktivitas mendekat sebanyak 1 kali, sedangkan merak hijau
jantan berumur 5 tahun sama sekali tidak melakukan aktivitas mendekat.
Purwaningsih (2012) menyatakan salah satu pola perkawinan pada merak
hijau adalah adanya gerakan pada merak hijau jantan yang melakukan
gerakan membalik secara tiba-tiba dengan memiringkan tubuhnya melirik
ke arah betina secara berulang-ulang dan merak hijau jantan sesekali akan
mendekati betina sambil bulu hiasnya digetarkan.
Frekuensi mendekat merak hijau jantan dipengaruhi oleh aktivitas
display yang dilakukan oleh merak hijau jantan, hal ini karena aktivitas
mendekat dilakukan di sela-sela aktivitas merak hijau jantan melakukan
aktivitas display.

Gambar 7 proses pendekatan burung merak Gambar 8 proses pendekatan burung merak

9
c. Mounting
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh hasil
bahwa tidak ada merak hijau jantan yang melakukan aktivitas mounting.
Tingkah laku mounting pada merak hiijau jantan adalah ketika merak hijau
jantan menaiki punggung merak hijau betina untuk melakukan
perkawinan.
Tidak adanya aktivitas mounting pada saat pengamatan disebabkan
karena merak hijau betina yang memberikan respon negatif pada proses
pra kopulasi merak hijau jantan. Salah satu faktor yang mempengaruhi
respon negatif dari merak hijau betina yang diterima oleh merak hijau
jantan adalah karena kurangnya merak hijau jantan melakukan display
untuk menarik perhatian merak hijau betina. Sedangkan kurangnya merak
hijau jantan dewasa dalam melakukan display dapat dikarenakan jumlah
pejantan lain dalam kandang ketika periode kawin atau adanya hewan lain
sebagai pengganggu yang berada di lokasi merak jantan melakukan
display. Rata-rata merak hijau melakukan aktivitas mendekati merak hijau
betina adalah 1-3 kali dalam satu hari. Menurut Masyud (2007) betina
yang belum siap secara fisiologis biasanya akan menghindar atau menjauh
jika didekati atau dicumbu jantan. Betina yang terlihat cocok dan siap
kawin akan tampak diam jika pejantan mulai mendekati, mencumbui dan
belajar menungganginya, serta memberikan respon siap dikawini.

d. Mating
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada merak hijau
jantan pada umur 4, 5 dan 10 tahun tidak terlihat adanya tingkah laku
perkawinan atau mating. Hal ini dapat dikarenakan merak hijau yang
berumur 5 tahun betina sudah bertelur terlebih dahulu sehingga tidak mau
untuk dikawini kembali. Merak hijau yang berumur 4 dan 10 tahun juga
tidak mendapatkan respon positif dari merak hijau betina diperkirakan
karena sudah bertelur. Merak hijau betina yang sudah bertelur akan
memberikan respon negatif pada merak hijau jantan yang melakukan

10
display. Faktor yang dapat menyebabkan merak hijau betina tidak mau
melakukan aktivitas kawin salah satunya dipengaruhi oleh faktor internal,
yaitu hormon reproduksi merak hijau betina. Hill et al. (2012) menyatakan
bahwa beberapa spesies burung memang bertelur karena dipengaruhi iklim
sehingga hanya melakukan aktivitas reproduksi satu kali setahun. Jika
betina gagal bertelur pada musim itu, maka betina tidak akan bertelur lagi
pada musim tersebut untuk kedua kalinya. Iklim yang digunakan oleh
spesies burung untuk mengatur hormon yang mengontrol siklus reproduksi
sehingga proses kawin, bertelur hingga pengeraman dapat optimal pada
kondisi musim tertentu. Hal ini dapat juga dipengaruhi mekanisme hormon
reproduksi betina, yaitu hormon progesteron yang bekerja dengan
menghambat produksi FSH dan LH sehingga mencegah terjadinya estrus,
ovulasi dan siklus estrus dari seekor ternak. Ponsena (1988) menyatakan
bahwa selama musim kawin merak hijau jantan akan memisahkan dirinya
dengan merak hijau jantan lain untuk menandai daerah kekuasaannya dan
kemudian mulai melakukan tarian untuk menarik perhatian merak hijau
betina.
Diketahui bahwa merak hijau betina yang berumur 10 tahun lebih
banyak memperlihatkan aktivitas reproduksi dibanding dengan merak
hijau betina lainnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi perbedaan
tingkah laku perkawinan merak hijau adalah karena faktor umur, adanya
perbedaan umur pada merak hijau betina maka hormon yang diproduksi
juga akan berbeda. Wood (1974) menyatakan bahwa hormon adalah salah
satu faktor penting dalam proses pembibitan selain karena faktor
lingkungan. Tingkah laku reproduksi merak hijau betina pada umur yang
berbeda berpengaruh pada hormon FSH yang mempengaruhi jumlah
produksi estrogen. Istinganah (2013) menyatakan bahwa umur unggas
mempengaruhi jumlah ovum yang dihasilkan, hal ini nantinya akan
mempengaruhi kerja organ reproduksi menjadi maksimal dan produksi
juga optimal.

11
Berbeda dengan merak hijau jantan yang lebih banyak melakukan
aktivitas bertengger, merak hijau betina lebih banyak melakukan aktivitas
berjalan dibandingkan tingkah laku pendukung yang lain. Frekuensi
berjalan merak hijau betina mencapai 15-62 kali dalam satu harinya,
sedangkan tingkah laku bertengger 12-41 kali dalam satu hari. Frekuensi
makan dan minum merak hijau betina masing-masing yaitu 1-4 kali dan 1-
4 kali dalam satu hari. Pola tingkah laku makan dan minum merak hijau
betina tidak berbeda dengan merak hijau jantan, yaitu mencari makan
dengan mematuk atau mencoker-coker tanah, memasukkan ke mulut dan
kemudian menelannya. Sulistyoningsih (2004) menyatakan pola tingkah
laku makan pada unggas adalah meliputi kegiatan mencari, menemukan,
memilih dan mengkonsumsi pakan.

e. Merespon
Tingkah laku merespon adalah keadaan dimana merak hijau betina
memberikan tanggapan terhadap merak hijau jantan yang sedang
melakukan display untuk selanjutnya terjadi suatu aktivitas perkawinan
antara merak hijau jantan dan merak hijau betina. Tingkah laku merespon
dari merak hijau betina juga merupakan reaksi jawaban dari bujukan
merak hijau jantan, dalam hal ini merak hijau betina dapat memberikan
respon maupun negatif pada merak hijau jantan. Frekuensi merak hijau
betina dalam melakukan aktivitas memberikan respon pada merak hijau
jantan adalah 1-2 kali dalam satu hari.
Ramadhan (2009) menyatakan bahwa merak hijau betina yang
tertarik pada tarian merak hijau jantan akan mendekatinya dengan berputar
mengelilingi merak hijau jantan yang sedang display. Adapun merak hijau
betina yang tidak tertarik akan melanjutkan aktivitasnya seperti makan,
mandi debu, menelisik dan minum.
f. Mating
Merak hijau yang memberikan respon negatif dan menolak
bujukan dari merak hijau jantan dapat dikarenakan faktor internal dari

12
merak hijau betina yang sebelumnya sudah bertelur sehingga enggan
untuk melakukan perkawinan kembali karena ingin fokus untuk
mengerami dan merawat anaknya. Beberapa faktor lain yang dapat
mempengaruhi suatu proses perkawinan adalah umur dan jumlah merak
hijau betina lainnya sehingga merak hijau jantan memiliki pilihan lain
sehingga kemungkinan terjadinya perkawinan akan lebih besar. Ramadhan
(2009) faktor yang mempengaruhi proses perkawinan adalah keadaan
cuaca, kecepatan angin, aktivitas satwa lain, faktor internal merak hijau
atau kesiapan kawin yaitu umur merak hijau, jumlah merak hijau betina,
jumlah merak hijau jantan pengganggu,predator, gangguan aktivitas
manusia dan adanya ketidaksempurnaan fisik.

13
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan-penjelasan mengenai merak hijau (Pavo muticus) dapat
disimpulkan bahwa :
1. Merak hijau merupakan salah satu hewan termasuk ke dalam famili
Phasianiade yang mampu menghasilkan bulu indah yang memiliki nilai
ekonomis tinggi.
2. Burung merak hijau (Pavo muticus) merupakan jenis burung langka yang
daerah sebaran alaminya di Indonesia terdapat di Pulau Jawa dan statusnya
dilindungi oleh undang-undang.
3. Habitat merak hijau adalah di hutan terbuka, hutan sekunder, pinggir
sungai, dan tepi hutan. Makanan berupa biji-bijian. Proses perkawinannya
sangat berkaitan erat dengan musim penghujan.
4. Tingkah laku reproduksi merak hijau jantan terdiri atas display, mendekat,
mounting, mating, sedangkan tingkah laku reproduksi merak hijau betina
adalah merespon dan mating. Terdapat hubungan antara umur dengan
tingkah laku reproduksi merak hijau.Merak hijau jantan yangberumur 10
tahun lebih banyak melakukan tingkah laku reproduksi jika dibandingkan
dengan merak hijau jantan lainnya yang memiliki umur lebih muda, yaitu 4
dan 5 tahun.

3.2 Saran
Dalam mempelajari suatu hewan diharapkan dimulai dulu dengan rasa
penasaran kita terhadap hewan tersebut. Karena rasa penasaran tersebut
yang akan membawa kita untuk ingin mempelajarinya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Nareswari, N.D, dkk. 2017. Tingkah Laku Reproduksi Merak Hijau (Pavo
Muticus) pada Umur yang Berbeda di UD. Tawang Arum Kecamatan
Gemarang, Kabupaten Madiun. Semarang: Universitas Diponegoro. Jurnal
Sain Peternakan Indonesia Vol. 12 No. 1 Januari- Maret 2017 p-ISSN 1978-
3000 e-ISSN 2528-7109
Aliyah, Istijabatul, dkk. 2014. Model Pengembangan Kawasan Penangkaran
Burung Merak Untuk Mendukung Revitalisasi Kesenian Reyog Dan
Menunjang Pembangunan Pariwisata Di Kabupaten Ponorogo. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret. Journal of Rural and Development Volume V
No. 2 Agustus 2014
Takandjandji Mariana dan Reny Sawitri. 2010. POPULASI BURUNG MERAK
HIJAU (Pavo muticus Linnaeus, 1766) DI EKOSISTEM SAVANA,
TAMAN NASIONAL BALURAN, JAWA TIMUR (Population Phoenix
Birds (Pavo muticus Linnaeus, 1766) in Savanna Ecosystem, Baluran
National Park, East Java. Bogo: Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi.
Jurnal Penelitian dan konservasi Alam Vol. 8 No. 1 : 13-24, 2011.
Purwaningsih, Dyah Ayu. 2012. Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan
Penangkaran Merak Hijau Jawa (Pavo Muticus Muticus) Di Taman
Margasatwa Ragunan Dan Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah
(Tmii) Jakarta. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Nabari, Tarigan. 2001. Penangkaran Burung Merak. Bandung: Kanisius

15

Anda mungkin juga menyukai