Panduan
Buku Panduan
Survei
Sarang
Survei Sarang
Orangutan
Orangutan
Sri Suci Utami Atmoko
Sri Suci Utami
Atmoko
M. Arif
Rifqi
M. Arif Rifqi
Fakultas Biologi
BUKU PANDUAN SURVEI SARANG ORANGUTAN
ISBN : 978-602-17274-1-6
BUKU
PANDUAN SURVEI SARANG ORANGUTAN
KATA PENGANTAR
Kata Pengantar
(27)
Daftar Isi
Daftar Isi
DAFTAR ISI
Gambar 2. Kelas umur dan sex orangutan: orangutan jantan dewasa berpipi (1),
orangutan betina dewasa dan anak (2), orangutan jantan dewasa tidak berpipi
(3), dan orangutan remaja (4).
Gambar 3. Ciri khas sarang orangutan (1; foto oleh Kisar Odom) jika dibandingkan
dengan sarang elang (2; foto oleh Suci Utami-Atmoko), tupai besar (3; foto oleh
Suci Utami-Atmoko) dan beruang madu (4a & 4b; foto oleh Nuzuar).
D. Pengambilan Data
1. Data awal
Disetiap lokasi pada kunjungan pertama, semua sarang yg dijumpai dicatat
(lokasi, nama pohon, jarak sarang ke jalur/ transek, kelas sarang,
ketinggian, posisi sarang) diberi tanda dengan pita dan posisi sarang
diambil GPS-nya.
Untuk mengumpulkan data dengan cara menelusuri jalur transek (line
transect), dibutuhkan suatu tim yang berjumlah antara empat dan enam
orang (Gambar 1):
Orang (1) (di jalur) membuka jalur transek sesuai arah kompas
Orang (2), (di jalur) 5 meter di belakang orang ke (1), membawa
kompas dan alat GPS untuk memandu pembuka jalur dan pergerakan
seluruh tim
Orang (3) (di jalur) berjalan maksimal 10 meter di belakang orang ke
(2)
Orang (4) (di jalur) berjalan 5 meter di belakang orang ke (3)
Orang (2) membawa topofil dan GPS, dan melihat ke arah yang sama dengan
orang (1). Orang (3) bertugas membuat catatan dan mengisi lembar data
serta membawa teropong binokular untuk mencari sarang orangutan di
pepohonan. Orang (3) juga sebaiknya melihat sesekali ke belakang (di
antara pepohonan) untuk memastikan bahwa tidak ada sarang yang
terlewat. Orang (4) melihat ke tanah dan mencari buah yang jatuh di jalur
transek, kemudian mencari pohon buah tersebut, serta mengisi lembar data
fruit trail. Keempat orang ini harus tetap berjalan sepanjang jalur transek
sembari mengamati keberadaan sarang orangutan di sepanjang jalur
transek.
Orang (5) dan (6) bergerak secara zig-zag melintasi jalur transek, mencari
sarang orangutan di sepanjang dan sekitar jalur transek, dengan pergerakan
yang dibatasi tidak lebih jauh dari 5 meter di luar jalur transek. Jadi, setiap
orang dalam tim memiliki tugas tersendiri, tetapi semua anggota juga
mencari sarang orangutan.
Pengambilan data sarang dilakukan bolak-balik. Alasan utama adalah;
pertama sinar matahari dari arah yang berbeda, kedua menghindari sarang
yang terlewatkan, ketiga yang paling penting sarang yang diatas transek,
sarang diatas transek sering terlewatkan karena pengamat terlalu
konsentrasi pada sarang di sisi jalan.
Gambar 4. Penempatan para anggota tim survei di sepanjang dan sekitar jalur
transek
Tim tersebut terdiri dari empat orang atau lebih. Kedua personel tambahan
membantu pengumpulan data. Jika parang/golok diperlukan selama
perjalanan, alat tersebut akan dibawa oleh orang (1), yang juga membawa
kompas. Walaupun penggunaan parang menimbulkan suara gaduh dan dapat
merusak lingkungan, kadang-kadang alat ini diperlukan dalam beberapa
keadaan tertentu. Orang (1) bertugas mengamati keadaan di depan,
membuka jalur transek, mengarahkan tim.
3. Posisi GPS akhir jalur transek: posisi di titik akhir jalur transek (harus
sama dengan titik yg sudah ada di peta/ GPS, jika ada).
4. Arah transek; contohnya timur-barat atau selatan-utara.
5. Cuaca: kondisi cuaca saat pengamatan (cerah, mendung, gerimis).
6. Jarak yang ditempuh: 1 km per transeknya.
7. Habitat: kondisi habitat di jalur/ transek (hutan primer, hutan
sekunder, 70% terbuka, 40% kebun/ ladang, rawa, pegunungan,
dataran rendah, bekas HPH). 1). Tutupan 70 90 %, yaitu hutan yang
relatif masih baik (sedikit mengalami gangguan tebangan) dengan
tutupan kanopi yang rapat, didominansi oleh tumbuhan berkayu
dengan tinggi pohon rata-rata 25 30 m. 2). Tutupan 50 70 %, yaitu
hutan yang sudah mengalami banyak tebangan (bekas tebangan 10
20 yang lalu), banyak tumbuhan pioneer (Macaranga spp), tinggi
pohon berkisar antara 20 25 m. 3). Tutupan 30 50 %, yaitu kebun
campur/bekas ladang yang telah lama ditinggalkan, tinggi pohon
berkisar antara 15 20 m. Banyak ditumbuhi semak, bambu, kopi, dan
jahe-jahean. 4). Tutupan kurang dari 30 %. Merupakan
ladang/bukaan ladang yang baru (1 5 tahun), terbuka dengan tinggi
pohon berkisar antara 10 - 15 m yang merupakan campuran tumbuhan
hutan dan tumbuhan yang ditanam oleh masyarakat , seperti petai,
durian dan karet.
8. # ID: nomor urut pencatatan hasil pengamatan sarang orangutan.
9. Meter di jalur transek: jarak perjumpaan sarang OU dari titik awal
transek.
10. Nama waypoint: nama titik GPS yang disimpan, contohnya: sr1
11. Time: waktu perjumpaan sarang OU
12. Koordinat UTM/ GPS: posisi sarang OU harus diambil GPS tepat di
bawah sarang OU (jika > 1 sarang di satu pohon, tetap harus diambil GPS
masing-masing sarang), begitu juga jika ada perjumpaan dengan OU
harus diambil GPS tepat di posisi OU itu terlihat.
13. PPD (Perpendicular Distance) meter: jarak posisi sarang dengan jalur
transek, harus diambil tegak lurus (900) dari jalur ke posisi sarang OU
(Gambar 5 & 6).
Gambar 5. Mengukur PPD tegak lurus persis di tengah posisi sarang ke jalur transek.
14. DD (Direct Distance) meter: jarak langsung posisi sarang dengan jalur
transek (terutama di lereng), harus disertai pengambilan sudut derajat
ke posisi sarang (Gambar 6).
15. Arah sarang: posisi sarang di transek, sesuai arah mata angin (utara,
selatan, timur, dan barat).
Kelas 2 = daun sudah mulai tidak segar, semua daun masih ada, bentuk sarang
masih utuh, warna daun sudah coklat terutama di permukaan sarang, belum
ada lubang yang terlihat dari bawah.
Kelas 3 = sarang tua, semua daun sudah coklat bahkan sebagian daun sudah
hilang; sudah terlihat adanya lubang dari bawah.
Kelas 4 = hampir semua daun sudah hilang; sudah terlihat struktur rantingnya.
Gambar 7. Kategori Kelas Sarang Orangutan
Catatan: Jika dijumpai sarang pemakaian ulang/ sarang bekas (re-used), biasanya
dasar sarang sudah coklat namun atasnya masih hijau/segar, atau atasnya terdiri
dari ranting pohon jenis lain. Harap ditulis kelas sarang ke-duanya, contoh: 3/1 (3
untuk sarang dasar, 1 untuk sarang tambahan).
17. Tinggi sarang: tinggi tegak lurus sarang dari permukaan tanah.
20. Keliling pohon sarang (cm), diukur sebatas dada pengamat (dbh): jika
terdiri dari lebih dari 1 pohon, harus diukur semua keliling pohon-pohon
tersebut.
21. Kanopi: posisi sarang tepat dibawah kanopi/tertutup cabang di atasnya
(C=close) biasanya pada sarang posisi 1 dan 2 atau posisi 4; posisi sarang
terbuka tidak ada naungan (O=open), biasanya pada sarang posisi 3 (tapi
bisa juga sarang posisi 2 atau 4).
22. Keterangan: posisi sarang dekat alur sungai/ di lembah, nama satwa
lain yg dijumpai, ada perangkap, dll
10
2. Parameter Ekologi
a. Keberadaan ficus
Di Sumatera keberadaan beringin/rambung pencekik/ara raksasa
menyediakan pakan alternatif dan arena sosial yang penting bagi
orangutan terutama disaat musim kurang buah (van Schaik dkk 1995;
Utami dkk 1997; Wich dkk 2006). Untuk mendapatkan data kepadatan
rambung pencekik raksasa di area penelitian ini: satu orang surveyor
akan mencatat keberadaan rambung/ara ini dengan berjalan pelan
sepanjang jalur transek serta mencatat jarak (PPD) tegak lurus antara
rambung ke jalur, adapun beberapa hal penting yang perlu dicatat
seperti pada tabel 1. Ada dua kelas beringin/rambung/ara yang
dicatat: kelas 1 adalah beringin/ara pencekik yang sudah penuh
kanopinya tetapi masih memiliki pohon induk/inang, kelas 2 adalah
beringin/ara pencekik yang sudah penuh kanopinya, pohon inangnya
sudah tidak terlihat lagi (mati).
Tabel 1. Format Pengambilan Data Beringin/Ara (Ficus sp).
Catatan:
Kelas 1: Ficus sudah penuh kanopinya pohon inangnya masih ada atau hidup.
Kelas 2: Ficus sudah penuh kanopinya pohon inangnya sudah tidak ada.
b.Fruit trail
Parameter ekologi lainnya untuk mengukur kualitas habitat orangutan
adalah dengan menghitung kelimpahan pohon buah yang sedang
berbuah per km sepanjang jalur transek (disebut juga dengan metode
Fruit trail) (van Schaik dkk 1995; Buij dkk 2002). Jika menjumpai
buah di jalur transek, cari pohon asal buah disisi jalur transek, cek
apakah pohon tersebut masih berbuah, jika ya, catat jenis buah
tersebut, golongkan antara buah berdaging/ berair dengan buah keras/
berkayu, parameter yang diambil seperti pada tabel 2 di bawah.
11
T
abel 2. Format Pengambilan Data Fruit Trail.
Data yang diambil adalah pohon-pohon yang berdiameter > 10 cm, nama
jenis, diameter pohon setinggi dada (dbh), dan tinggi pohon serta tutupan
tajuk pohon. Data vegetasi yang terkumpul kemudian dianalisis untuk
mengetahui kerapatan jenis, kerapatan relatif, dominansi jenis, dominansi
relatif, frekuensi jenis dan frekuensi relatif serta Indeks Nilai Penting serta
daftar pohon pakan orangutan.
c. Kualitas habitat
c.2. Alternatif model plot vegetasi lainnya adalah mendata semua pohon
berdiameter > 10 cm disepanjang transek dengan lebar 5 m kiri dan kanan
dan tutupan tajuk pohon. Jika dapat mendata liana yang ada akan lebih
baik.
12
c.3. Atau dengan metode variable circular point dengan interval setiap
500 meter dan dengan diameter lingkaran 10 meter (Gambar 10). Data
semua pohon berdiameter > 10 cm dan tutupan tajuk pohon.
3. Laju Peluruhan Sarang (t)
Hasil survey sarang skala besar akan ditindaklanjuti dengan perhitungan
populasi yang menggunakan parameter tambahan (p, r, t). Parameter 'p'
(proporsi) dan 'r' (rate) hanya dapat dipenuhi dengan melakukan penelitian
perilaku orangutan di masing-masing habitat unit, sementara untuk nilai t
(waktu laju peluruhan sarang) hanya dapat dilakukan dengan
memonitoring sarang-sarang yang ada selama minimal 12 bulan berturutturut (walaupun sebaiknya selama 2 tahun, terutama untuk Kalimantan).
a. Label monitoring di pohon sarang
Setiap pohon yang ada sarangnya harus
dipasang label untuk memudahkan
monitoring bulan-bulan berikutnya.
Kertas label harus dibungkus plastik dan
di-ikat cukup kuat di pohon tersebut
(Gambar 11).
Isi label harus memuat informasi sebagai
berikut:
Gambar 11. Label Monitoring Sarang
1. #ID = (sr1)
2. Tanggal = (7 Juli 2007)
3. Nama pohon = (manggis hutan)
4. Kelas sarang = (kelas 1)
13
5. Posisi/Kanopi = (2/C)
6. PPD = (10 m)
7. Meter di jalur = (250 m)
8. a/n (pengambil data) =
(Udin, Amat, Rudi)
ID Transek
ID Sarang
No. sarang (terutama jika ada penambahan sarang di bulan berikutnya)
Nama pohon sarang
Kanopi (Open atau Close)
Bulan 1 (tanggal pengambilan data & kelas sarang)
Bulan 2 (idem)
Dan seterusnya
Tabel 3. Tabulasi data base monitoring laju peluruhan sarang (nilai 't').
Isi format data monitoring nilai 't' (laju peluruhan sarang) (lihat tabel 3) :
d. Ke-asaman tanah
Hasil penelitian Buij dkk (2003) di beberapa tempat di Taman Nasional
Gunung Leuser, menunjukan adanya hubungan negatif antara t (umur sarang)
dengan pH tanah. Untuk mendapatkan data pH, maka ukur pH tanah di setiap
titik per-250 m sepanjang jalur transek dengan menggunakan pH meter (van
Schaik and Mirmanto 1985).
4. Info Tambahan (lampiran 2 Form isian)
1. Faktor alam lainnya seperti suhu, kelembaban udara, ketinggian tempat,
curah hujan dan indikator alam lainnya juga dicatat pada setiap lokasi
pengamatan.
14
2.
15
Distance
16
1. Buka ArcMap
2. Set proyeksi layar, apakah UTM, DS, DMS atau yang lain
a.Untuk UTM, klik kanan di layar
Data Frame properties
di kotak Data Frame Properties pilih Coordinate System
Predefined
Projected
Coordinate System
UTM
WGS 1984. Cari proyeksi kordinat yang
dimaksud, contoh WGS 1984 Zone 50 N untuk Kalimantan Timur
OK
b.Untuk DS atau DMS prosesnya sama, tetapi pada tahap
Predifined pilih Geographic Coordinate System World
pilih
WGS 1984
OK
17
4. Buka shapefile (*.shp) lokasi yang mau disurvei. Apabila tidak ada
shp, bisa dibuat shp baru dari peta digital yang sudah dilakukan
georeferensi.
5. Pastikan peta dasar ang hendak dimasukkan proyeksi kordinatnya
sama. Cara untuk mengetahuinya dengan Klik kanan di file yang
dimaksud (seperti *.sid atau*.img)
properties
klik tab
Spatial Reference
edit
select
pilih Projected
Coordinate System untuk UTM, atau Geographic Coordinate System
untuk DMS atau DS. Lakukan seperti langkah langkah 2.a dan 2.b.
OK
6. Drag (pindahkan) file dari ArcCatalog ke Layers ArcMap
7. Pada Layers (file shp yang dipindahkan) klik
kanan
Open Attribute Tabel,
pastikan di kolom tabel hanya ada FID dan
Shape. Untuk delete kolom yang lain klik
kolom yang mau dihapus
Delete Field.
3. Open ArcCatalog
18
19
ArcView.3.3 (Alternatif)
20
21
Input Data
Pengaturan Data
22
4. Pada Step 6", klik Proceed to Data Impot Wizard, kemudian klik
Finish.
5. Selanjutnya, pada menu Data Import Wizard Step 1" klik next dan
pada Step 2", masukkan data yang akan dianalisa, pilih file (.txt)
yang akan dimasukkan.
6. Pada Step 3", tentukan destination data layers. Jika anda
menggunakan stratifikasi, maka data tertinggi adalah Region.
Tetapi jika tidak, maka data tertinggi adalah Line transect.
7. Pada Step 4" tabel data akan tampil. Tentukan delimiter yang
digunakan (tab) dan tidak perlu mengimpor baris
pertama dari table .
8. Pada Step 5", tentukan layer name, field name dan field type untuk
data anda. Layer name terdiri dari 3 pilihan, region, line transect
untuk data line transect. Kemudian pada Step 6" klik finish.
9. Selanjutnya, pada tampilan Project Browser yang terdiri dari
beberapa submenu atau folder. Submenu yang aktif adalah, data,
surveys, dan analyses.
10. Pada submenu analyses, klik dua kali cell ID atau ikon new
analysis untuk melihat detil analisa. Beri nama analisa dengan
nama baru.
24
A. GPS
1. Pendahuluan
Akurasi GPS dipengaruhi oleh kemampuan GPS menerima sinyal dan tutupan
tajuk. Semakin banyak satelit yang diperoleh semakin akurat; semakin
terbuka tajuk semakin mudah mendapatkan akurasi.
25
2. Bagian-bagian GPS
26
27
28
29
4. Menggunakan GPS
30
31
32
33
34
35
36
37
DAFTAR PUSTAKA
38
39
40
II.TEAM PENGAMAT
III.#ID TRANSEK
V.PANJANG TRANSEK
VI.HARI/TANGGAL
VII.CUACA
3.
Kondisi Lokasi
4.
41
(akhir transek):
1.
Ketinggian
2.
Topografi
3.
Dominasi Vegetasi :
XI.HASIL:
* Jangan Lupa Isi Data Sarang & Buah Selengkapnya Di 'excel' Dan
'peta' Sebaran Sarang
42