Anda di halaman 1dari 50

Buku

Panduan
Buku Panduan
Survei
Sarang
Survei Sarang
Orangutan
Orangutan
Sri Suci Utami Atmoko
Sri Suci Utami
Atmoko
M. Arif
Rifqi
M. Arif Rifqi

Fakultas Biologi
BUKU PANDUAN SURVEI SARANG ORANGUTAN

Forum Orangutan Indonesia (FORINA) dan


Fakultas Biologi, Universitas Nasional

ISBN : 978-602-17274-1-6

Forum Orangutan Indonesia


Jl. Cemara Boulevard No. 58 Taman Yasmin, Bogor, Indonesia, 16112.
www.forina.or.id

Fakultas Biologi Universitas Nasional


Jl. Sawo Manila, Pasar Minggu Jakarta Selatan, DKI Jakarta,
Indonesia, 12520.
www.biologi.unas.ac.id
Tim Penyusun
Sri Suci Utami Atmoko
M. Arif Rifqi
Foto Cover
Desain Cover

: Orangutan - Ike N. Nayasilana


: Herry Djoko Susilo

BUKU
PANDUAN SURVEI SARANG ORANGUTAN

Sri Suci Utami Atmoko


M. Arif Rifqi

Forum Orangutan Indonesia (FORINA) dan


Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta
2012

KATA PENGANTAR

Kata Pengantar

rangutan merupakan salah satu primata yang paling


terancam di dunia dan satu-satunya kera besar yang hidup
di Asia. Di Indonesia terdapat dua jenis orangutan, yaitu
orangutan Sumatera (Pongo abelii) dan orangutan Kalimantan
(Pongo pygmaeus) yang terdiri dari 3 (tiga) sub spesies, yaitu
Pongo pygmaeus pygmaeus (Kalimantan Barat), Pongo pygmaeus
wurmbii (Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah) dan Pongo
pygmaeus morio (Kalimantan Timur). Sebaran orangutan 75%
diketahui berada di luar kawasan konservasi. Untuk mendukung
ketersediaan data sebaran dan populasi orangutan, terutama di
kawasan-kawasan yang masih minim data, perlu dilakukan
serangkaian penelitian awal melalui survey orangutan.
Serangkaian survey dan penelitian akan dilaksanakan untuk
memenuhi kebutuhan data guna kepentingan konservasi
orangutan. Salah satu cara untuk menyamakan persepsi mengenai
metodologi penelitian adalah melalui pelatihan survey sarang
orangutan yang diharapkan dapat memberikan pemahaman yang
seragam mengenai metode survey yang akan dilaksanakan, agar
bisa memenuhi tujuan dimaksud.
Guna mendukung kegiatan pelatihan survey sarang dan
pelaksanaan survey sarang di lapangan maka FORINA menyusun
dan menerbitkan Buku Panduan Survey Sarang yang diharapkan
dapat menjadi pegangan ketika mengikuti pelatihan serta ketika
melaksanakan kegiatan survey di lapangan.
FORINA mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginya kepada Dr. Sri Suci Utami Atmoko dan M. Arif Rifqi yang
telah menyusun dan merancang desain dari Buku Panduan ini.
Semoga bermanfaat.

Herry Djoko Susilo


Ketua

I. SURVEI SARANG ORANGUTAN (1)


A. Pendahuluan (1)
B. Apa itu orangutan (1)
C. Mengapa menggunakan sarang untuk penghitungan
populasi?
(4)
D. Pengambilan Data (5)
1. Data Awal
(5)
2. Parameter Ekologi (11)
3. Laju Peluruhan Sarang (13)
4. Info Tambahan (14)
II. DESAIN SURVEI SARANG ORANGUTAN (16)
A. Membuat Desain Survei (16)
B. Analisa Hasil Survei
(22)
III. PENGGUNAAN ALAT-ALAT SURVEI (25)
A. GPS (25)
1. Pendahuluan (25)
2. Bagian-Bagian GPS (26)
3. Halaman-Halaman Utama pada Layar GPS
4. Menggunakan GPS (30)
B. Range Finder (35)
DAFTAR PUSTAKA (38)
LAMPIRAN (40)

(27)

Daftar Isi

Daftar Isi

DAFTAR ISI

I. SURVEI SARANG ORANGUTAN


A. Pendahuluan

Panduan Survei Sarang Orangutan

ntuk mendukung ketersediaan data sebaran dan populasi orangutan,


terutama di kawasan-kawasan yang masih minim data, maka perlu
dilakukan serangkaian penelitian awal melalui: (i) pengumpulan
informasi keberadaan orangutan, (ii) pre-survei sarang orangutan dan
dilanjutkan dengan (iii) survei sarang orangutan skala besar, jika
terindikasi keberadaan orangutan (sarang orangutan atau perjumpaan
langsung) melalui pre-survei sebelumnya. Oleh karena itu serangkaian
survei dan penelitian harus segera dilaksanakan untuk memenuhi
kebutuhan data guna kepentingan konservasi spesies ini.

B. Apa itu orangutan?


Orangutan merupakan satu-satunya kera besar (primata tidak berekor)
yang masih hidup di Asia. Ketiga jenis kera besar lainnya ditemukan di
Afrika, yaitu Bonobo (Pan paniscus), Simpanse (Pan troglodytes) dan
Gorila (Gorilla gorilla). Nama orangutan berasal dari bahasa Melayu yang
berarti orang hutan, sedangkan masyarakat setempat biasa
menyebutnya dengan Mawas, Maias atau Kahiyu. Hasil penelitian
genetika, morfologi, ekologi, tingkah laku, dan sejarah hidup orangutan
dibedakan menjadi dua jenis (Delgado & van Schaik, 2001, Groves, 2001,
Zhang dkk, 2001) Pongo abelii yang terdapat di Sumatera (provinsi
Sumatera Utara dan Aceh) dan Pongo pygmaeus yang tersebar di
Kalimantan (provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Timur; Sarawak dan Sabah di Malaysia).
Selain itu, terdapat variasi morfologi dan genetik pada populasi
orangutan Kalimantan yang dikelompokkan ke dalam tiga anak jenis
(Groves, 2001; Warren dkk, 2001), yaitu: Pongo pymaeus pygmaeus yang
tersebar di bagian Barat Laut Kalimantan (Taman Nasional Betung
Kerihun, TN Danau Sentarum, dan
sekitarnya), Utara Sungai Kapuas sampai
Timur Laut Serawak. Pongo pygmaeus
wurmbii memiliki sebaran pada Barat Daya
Kalimantan, bagian Selatan sungai Kapuas
dan bagian Barat sungai Barito. Pongo
pygmaeus morio yang terbatas sebarannya
pada Sabah dan bagian Timur Kalimantan
sampai sejauh sungai Mahakam.

Orangutan hidup semi soliter (cenderung sendiri), mereka merupakan


hewan arboreal (beraktivitas lebih banyak di pepohonan) yang berukuran
besar, memiliki daerah jelajah yang luas (1-2 km/hari), dan masa hidup
panjang (dapat lebih dari 50 tahun) sehingga berperan penting dalam
pemencaran biji untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Ketidakhadiran
orangutan di hutan dapat mengakibatkan kepunahan suatu jenis tumbuhan
yang penyebarannya tergantung oleh primata itu.
Kelangsungan hidup orangutan sangat tergantung pada hutan hujan tropis
yang menjadi habitatnya, mulai dari hutan dataran rendah, rawa, kerangas
hingga hutan pegunungan dengan ketinggian lebih kurang 1800 m dpl (di
atas permukaan laut) (Rijksen, 1978), dengan kepadatan tertinggi pada
ketinggian sekitar 200-400 m dpl (Payne, 1987 dan van Schaik dkk, 1995). Di
Kalimantan, batas ketinggian populasi orangutan sekitar 500-800 m dpl,
sedangkan di Sumatera, terutama jantan dewasa, terkadang dapat
ditemukan pada ketinggian lebih dari 1500 m dpl.

Panduan Survei Sarang Orangutan

Gambar 1. Distribusi orangutan (by Perry van duijhooven).

Orangutan jantan dewasa berpipi (Maias Capan-bhs Iban) besarnya hampir


dua kali besar betina dewasa atau jantan dewasa tidak berpipi (Maias
Timbau-bhs Iban). Betina dewasa orangutan biasa dijumpai berjalan
bersama anaknya yang masih kecil, sedangkan anaknya yang remaja atau
pra-dewasa (Maias Kesak-bhs Iban) sudah hidup mandiri dan mulai mencari
pasangan. Orangutan betina siap bereproduksi (melahirkan) pada usia
sekitar 14 tahun, dengan lama kehamilan 8-9 bulan. Setiap kelahiran
orangutan hanya menghasilkan satu bayi dengan jarak kelahiran 7-9 tahun
(Wich dkk, 2009).

Panduan Survei Sarang Orangutan

Gambar 2. Kelas umur dan sex orangutan: orangutan jantan dewasa berpipi (1),
orangutan betina dewasa dan anak (2), orangutan jantan dewasa tidak berpipi
(3), dan orangutan remaja (4).

Orangutan termasuk frugivora (pemakan buah), namun mereka juga


mengkonsumsi daun, liana, kulit kayu, serangga dan kadang-kadang
memakan tanah serta vertebrata kecil. Hingga saat ini dari stasiun-stasiun
riset yang berada di daerah sebarannya (Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Timur, Aceh dan Sumatera Utara) tercatat lebih dari
1000 spesies tumbuhan, hewan kecil dan jamur yang menjadi makanan
orangutan (Rodman, 1973; MacKinnon, 1974; Rijksen, 1978; Galdikas,
1988; Utami dan van Hooff, 1997, Russon dkk, 2009).
Sebagai makhluk hidup yang sangat tergantung pada keberadaan hutan,
orangutan dapat dianggap sebagai wakil terbaik dari struktur
keanekaragaman hayati hutan hujan tropis yang berkualitas tinggi. Oleh
karenanya, orangutan dapat dijadikan sebagai spesies payung (umbrella
species) untuk konservasi hutan hujan tropis.
Saat ini keberadaan kedua spesies orangutan di alam sangat terancam dan
rentan terhadap kepunahan. Oleh IUCN (2008) orangutan kalimantan
ditetapkan sebagai Endangered (Genting), sementara kondisi yang lebih
kritis di Sumatra menempatkan orangutan di pulau itu ke dalam kategori

Critical Endangered (Kritis). Keduanya juga terdaftar dalam Appendix I


CITES, yang berarti baik satwa maupun semua produk yang berasal darinya
(daging, kulit, rambut, kuku, kotoran, dll) tidak boleh diperdagangkan di
manapun juga. Di Indonesia, orangutan telah dilindungi secara hukum
melalui : Peraturan perlindungan binatang liar no. 233 Th. 1931, UU no. 5
Th. 1990, SK MenHut 10 Juni 1991 no. 301/Kpts-II/1991 dan PP no. 7 Th.
1999.

Seperti kera besar lainnya di Afrika (gorila, bonobo dan simpanse),


orangutan membuat sarang tidur setiap hari dengan lokasi yang berbeda.
Umumnya adalah sarang baru, tetapi pada beberapa kasus orangutan juga
memperbaiki sarang lama sebagai sarang tidur ataupun membuat sarang
istirahat pada waktu siang.
Penghitungan populasi orangutan menggunakan perjumpaan langsung
dengan orangutan merupakan hal yang sangat sulit dilakukan, hal ini
disebabkan karena orangutan adalah primata semi-soliter yang sangat
pemalu dan jumlahnya tidak melimpah. Dengan menggunakan metode
perjumpaan langsung, maka data perhitungan memiliki tingkat kesalahan
yang tinggi. Melihat kondisi tersebut, maka metode penghitungan sarang
orangutan adalah metode yang memungkinkan.
Secara umum bentuk sarang orangutan hampir menyerupai sarang burung
elang, sarang tupai besar, maupun sarang beruang madu. Yang membedakan
dengan sarang orangutan adalah bagian patahan dahan yang digunakan
sebagai pondasi sarang.

Panduan Survei Sarang Orangutan

C. Mengapa menggunakan sarang untuk penghitungan


populasi?

Penghitungan kepadatan sarang dapat dikembangkan untuk menghasilkan


perkiraan kepadatan populasi kera besar, paling tidak jika diasumsikan
bahwa proses kehancuran sarang (t) berlangsung pada suatu kecepatan
tertentu di suatu tempat dan musim tertentu. Akibatnya, jika dibandingkan
dengan penghitungan individu secara langsung, penghitungan sarang tidak
begitu terpengaruh oleh fluktuasi populasi musiman.
Penjelasan di atas menunjukkan pentingnya suatu program pemantauan
populasi orangutan terpadu yang dapat menghasilkan data-data yang dapat
diandalkan dan mudah diakses serta mampu menjelaskan sebab-sebab
perubahan populasi orangutan di berbagai wilayah.

Panduan Survei Sarang Orangutan

Gambar 3. Ciri khas sarang orangutan (1; foto oleh Kisar Odom) jika dibandingkan
dengan sarang elang (2; foto oleh Suci Utami-Atmoko), tupai besar (3; foto oleh
Suci Utami-Atmoko) dan beruang madu (4a & 4b; foto oleh Nuzuar).

D. Pengambilan Data
1. Data awal
Disetiap lokasi pada kunjungan pertama, semua sarang yg dijumpai dicatat
(lokasi, nama pohon, jarak sarang ke jalur/ transek, kelas sarang,
ketinggian, posisi sarang) diberi tanda dengan pita dan posisi sarang
diambil GPS-nya.
Untuk mengumpulkan data dengan cara menelusuri jalur transek (line
transect), dibutuhkan suatu tim yang berjumlah antara empat dan enam
orang (Gambar 1):
Orang (1) (di jalur) membuka jalur transek sesuai arah kompas
Orang (2), (di jalur) 5 meter di belakang orang ke (1), membawa
kompas dan alat GPS untuk memandu pembuka jalur dan pergerakan
seluruh tim
Orang (3) (di jalur) berjalan maksimal 10 meter di belakang orang ke
(2)
Orang (4) (di jalur) berjalan 5 meter di belakang orang ke (3)

Orang kelima (5) dan/atau keenam (6), 5 meter di samping jalur/


transek, tidak jauh di belakang orang keempat, orang ke 5 dan ke 6
tidak selalu harus ada dalam tim.

Orang (2) membawa topofil dan GPS, dan melihat ke arah yang sama dengan
orang (1). Orang (3) bertugas membuat catatan dan mengisi lembar data
serta membawa teropong binokular untuk mencari sarang orangutan di
pepohonan. Orang (3) juga sebaiknya melihat sesekali ke belakang (di
antara pepohonan) untuk memastikan bahwa tidak ada sarang yang
terlewat. Orang (4) melihat ke tanah dan mencari buah yang jatuh di jalur
transek, kemudian mencari pohon buah tersebut, serta mengisi lembar data
fruit trail. Keempat orang ini harus tetap berjalan sepanjang jalur transek
sembari mengamati keberadaan sarang orangutan di sepanjang jalur
transek.
Orang (5) dan (6) bergerak secara zig-zag melintasi jalur transek, mencari
sarang orangutan di sepanjang dan sekitar jalur transek, dengan pergerakan
yang dibatasi tidak lebih jauh dari 5 meter di luar jalur transek. Jadi, setiap
orang dalam tim memiliki tugas tersendiri, tetapi semua anggota juga
mencari sarang orangutan.
Pengambilan data sarang dilakukan bolak-balik. Alasan utama adalah;
pertama sinar matahari dari arah yang berbeda, kedua menghindari sarang
yang terlewatkan, ketiga yang paling penting sarang yang diatas transek,
sarang diatas transek sering terlewatkan karena pengamat terlalu
konsentrasi pada sarang di sisi jalan.

Gambar 4. Penempatan para anggota tim survei di sepanjang dan sekitar jalur
transek

Panduan Survei Sarang Orangutan

Tim tersebut terdiri dari empat orang atau lebih. Kedua personel tambahan
membantu pengumpulan data. Jika parang/golok diperlukan selama
perjalanan, alat tersebut akan dibawa oleh orang (1), yang juga membawa
kompas. Walaupun penggunaan parang menimbulkan suara gaduh dan dapat
merusak lingkungan, kadang-kadang alat ini diperlukan dalam beberapa
keadaan tertentu. Orang (1) bertugas mengamati keadaan di depan,
membuka jalur transek, mengarahkan tim.

Informasi data yang diperlukan dalam perhitungan laju peluruhan sarang


orangutan (tabulasi data) terlampir, terdiri dari 2 tabulasi. Tabulasi di
lapangan (termasuk data awal; lampiran 1) dan tabulasi data base (tabel
3). Informasi data untuk tabulasi di lapangan (lampiran 1):
1. ID Transek: nomor transek sesuai dengan peta survei rencana kerja.
2. Posisi GPS (Global Position System) waypoint permulaan jalur transek:
posisi di titik awal dibukanya jalur (sesuaikan dengan titik yang sudah
ada di peta/ GPS, jika ada).

Panduan Survei Sarang Orangutan

3. Posisi GPS akhir jalur transek: posisi di titik akhir jalur transek (harus
sama dengan titik yg sudah ada di peta/ GPS, jika ada).
4. Arah transek; contohnya timur-barat atau selatan-utara.
5. Cuaca: kondisi cuaca saat pengamatan (cerah, mendung, gerimis).
6. Jarak yang ditempuh: 1 km per transeknya.
7. Habitat: kondisi habitat di jalur/ transek (hutan primer, hutan
sekunder, 70% terbuka, 40% kebun/ ladang, rawa, pegunungan,
dataran rendah, bekas HPH). 1). Tutupan 70 90 %, yaitu hutan yang
relatif masih baik (sedikit mengalami gangguan tebangan) dengan
tutupan kanopi yang rapat, didominansi oleh tumbuhan berkayu
dengan tinggi pohon rata-rata 25 30 m. 2). Tutupan 50 70 %, yaitu
hutan yang sudah mengalami banyak tebangan (bekas tebangan 10
20 yang lalu), banyak tumbuhan pioneer (Macaranga spp), tinggi
pohon berkisar antara 20 25 m. 3). Tutupan 30 50 %, yaitu kebun
campur/bekas ladang yang telah lama ditinggalkan, tinggi pohon
berkisar antara 15 20 m. Banyak ditumbuhi semak, bambu, kopi, dan
jahe-jahean. 4). Tutupan kurang dari 30 %. Merupakan
ladang/bukaan ladang yang baru (1 5 tahun), terbuka dengan tinggi
pohon berkisar antara 10 - 15 m yang merupakan campuran tumbuhan
hutan dan tumbuhan yang ditanam oleh masyarakat , seperti petai,
durian dan karet.
8. # ID: nomor urut pencatatan hasil pengamatan sarang orangutan.
9. Meter di jalur transek: jarak perjumpaan sarang OU dari titik awal
transek.

10. Nama waypoint: nama titik GPS yang disimpan, contohnya: sr1
11. Time: waktu perjumpaan sarang OU
12. Koordinat UTM/ GPS: posisi sarang OU harus diambil GPS tepat di
bawah sarang OU (jika > 1 sarang di satu pohon, tetap harus diambil GPS
masing-masing sarang), begitu juga jika ada perjumpaan dengan OU
harus diambil GPS tepat di posisi OU itu terlihat.

Panduan Survei Sarang Orangutan

13. PPD (Perpendicular Distance) meter: jarak posisi sarang dengan jalur
transek, harus diambil tegak lurus (900) dari jalur ke posisi sarang OU
(Gambar 5 & 6).

Gambar 5. Mengukur PPD tegak lurus persis di tengah posisi sarang ke jalur transek.

14. DD (Direct Distance) meter: jarak langsung posisi sarang dengan jalur
transek (terutama di lereng), harus disertai pengambilan sudut derajat
ke posisi sarang (Gambar 6).

Gambar 6. Sudut pengambilan data pada transek

15. Arah sarang: posisi sarang di transek, sesuai arah mata angin (utara,
selatan, timur, dan barat).

16. Kelas sarang: kelas kerusakan/kehancuran sarang, empat kelas


dipakai untuk memprediksi kondisi tersebut dengan ciri-ciri sebagai
berikut (Gambar 7) :

Panduan Survei Sarang Orangutan

Kelas 1 = segar, sarang baru, semua daun masih hijau.

Kelas 2 = daun sudah mulai tidak segar, semua daun masih ada, bentuk sarang
masih utuh, warna daun sudah coklat terutama di permukaan sarang, belum
ada lubang yang terlihat dari bawah.

Kelas 3 = sarang tua, semua daun sudah coklat bahkan sebagian daun sudah
hilang; sudah terlihat adanya lubang dari bawah.

Kelas 4 = hampir semua daun sudah hilang; sudah terlihat struktur rantingnya.
Gambar 7. Kategori Kelas Sarang Orangutan

Catatan: Jika dijumpai sarang pemakaian ulang/ sarang bekas (re-used), biasanya
dasar sarang sudah coklat namun atasnya masih hijau/segar, atau atasnya terdiri
dari ranting pohon jenis lain. Harap ditulis kelas sarang ke-duanya, contoh: 3/1 (3
untuk sarang dasar, 1 untuk sarang tambahan).

17. Tinggi sarang: tinggi tegak lurus sarang dari permukaan tanah.

Gambar 8. Kategori Posisi Sarang Orangutan

Posisi 1: di pangkal cabang utama.


Posisi 2: di bagian tengah atau ujung cabang.
Posisi 3: di pucuk pohon.
Posisi 4: dibentuk dari cabang 2 pohon yang berbeda (banyaknya pohon bisa
lebih dari 2 pohon yang berbeda)
Posisi 0: di tanah.
19. Nama pohon sarang: jika terdiri dari lebih dari 1 pohon (posisi sarang
4), harus dicatat semua nama pohon-pohon tersebut. Nama pohon
sarang sangat penting dalam perhitungan 't'.

Panduan Survei Sarang Orangutan

18. Posisi sarang: dalam survei menggunakan 5 posisi sarang orangutan


(van Schaik dkk, 1995 dan Prasetyo dkk, 2009; Gambar 8 di bawah ini),
jika ada tambahan baru akan menjadi catatan penting di masa
mendatang.

20. Keliling pohon sarang (cm), diukur sebatas dada pengamat (dbh): jika
terdiri dari lebih dari 1 pohon, harus diukur semua keliling pohon-pohon
tersebut.
21. Kanopi: posisi sarang tepat dibawah kanopi/tertutup cabang di atasnya
(C=close) biasanya pada sarang posisi 1 dan 2 atau posisi 4; posisi sarang
terbuka tidak ada naungan (O=open), biasanya pada sarang posisi 3 (tapi
bisa juga sarang posisi 2 atau 4).
22. Keterangan: posisi sarang dekat alur sungai/ di lembah, nama satwa
lain yg dijumpai, ada perangkap, dll

10

Panduan Survei Sarang Orangutan

2. Parameter Ekologi
a. Keberadaan ficus
Di Sumatera keberadaan beringin/rambung pencekik/ara raksasa
menyediakan pakan alternatif dan arena sosial yang penting bagi
orangutan terutama disaat musim kurang buah (van Schaik dkk 1995;
Utami dkk 1997; Wich dkk 2006). Untuk mendapatkan data kepadatan
rambung pencekik raksasa di area penelitian ini: satu orang surveyor
akan mencatat keberadaan rambung/ara ini dengan berjalan pelan
sepanjang jalur transek serta mencatat jarak (PPD) tegak lurus antara
rambung ke jalur, adapun beberapa hal penting yang perlu dicatat
seperti pada tabel 1. Ada dua kelas beringin/rambung/ara yang
dicatat: kelas 1 adalah beringin/ara pencekik yang sudah penuh
kanopinya tetapi masih memiliki pohon induk/inang, kelas 2 adalah
beringin/ara pencekik yang sudah penuh kanopinya, pohon inangnya
sudah tidak terlihat lagi (mati).
Tabel 1. Format Pengambilan Data Beringin/Ara (Ficus sp).

Catatan:
Kelas 1: Ficus sudah penuh kanopinya pohon inangnya masih ada atau hidup.
Kelas 2: Ficus sudah penuh kanopinya pohon inangnya sudah tidak ada.

b.Fruit trail
Parameter ekologi lainnya untuk mengukur kualitas habitat orangutan
adalah dengan menghitung kelimpahan pohon buah yang sedang
berbuah per km sepanjang jalur transek (disebut juga dengan metode
Fruit trail) (van Schaik dkk 1995; Buij dkk 2002). Jika menjumpai
buah di jalur transek, cari pohon asal buah disisi jalur transek, cek
apakah pohon tersebut masih berbuah, jika ya, catat jenis buah
tersebut, golongkan antara buah berdaging/ berair dengan buah keras/
berkayu, parameter yang diambil seperti pada tabel 2 di bawah.

11

T
abel 2. Format Pengambilan Data Fruit Trail.

Catatan: *buah berdaging/berair (D) atau keras/berkayu (K). ** M (matang),


s
(setengah matang), m (mentah). Keterangan: dimakan OU/ tidak, manfaat untuk
masyarakat lokal.

Pengamatan kualitas habitat dilakukan dengan metode pengkajian secara


cepat (rapid assessment) melalui pengamatan secara langsung di lapangan
(beberapa elternatif metode):
c.1. Jalur transek sepanjang 1 km setiap jalur transek dibagi menjadi 8 plot
kecil dengan ukuran 20x20 m dan interval 100 m seperti pada gambar 9
dibawah ini :

Gambar 9. Model sampel plot vegetasi

Data yang diambil adalah pohon-pohon yang berdiameter > 10 cm, nama
jenis, diameter pohon setinggi dada (dbh), dan tinggi pohon serta tutupan
tajuk pohon. Data vegetasi yang terkumpul kemudian dianalisis untuk
mengetahui kerapatan jenis, kerapatan relatif, dominansi jenis, dominansi
relatif, frekuensi jenis dan frekuensi relatif serta Indeks Nilai Penting serta
daftar pohon pakan orangutan.

Panduan Survei Sarang Orangutan

c. Kualitas habitat

c.2. Alternatif model plot vegetasi lainnya adalah mendata semua pohon
berdiameter > 10 cm disepanjang transek dengan lebar 5 m kiri dan kanan
dan tutupan tajuk pohon. Jika dapat mendata liana yang ada akan lebih
baik.

12

Gambar 10. Model sampel plot vegetasi variable circular point

Panduan Survei Sarang Orangutan

c.3. Atau dengan metode variable circular point dengan interval setiap
500 meter dan dengan diameter lingkaran 10 meter (Gambar 10). Data
semua pohon berdiameter > 10 cm dan tutupan tajuk pohon.
3. Laju Peluruhan Sarang (t)
Hasil survey sarang skala besar akan ditindaklanjuti dengan perhitungan
populasi yang menggunakan parameter tambahan (p, r, t). Parameter 'p'
(proporsi) dan 'r' (rate) hanya dapat dipenuhi dengan melakukan penelitian
perilaku orangutan di masing-masing habitat unit, sementara untuk nilai t
(waktu laju peluruhan sarang) hanya dapat dilakukan dengan
memonitoring sarang-sarang yang ada selama minimal 12 bulan berturutturut (walaupun sebaiknya selama 2 tahun, terutama untuk Kalimantan).
a. Label monitoring di pohon sarang
Setiap pohon yang ada sarangnya harus
dipasang label untuk memudahkan
monitoring bulan-bulan berikutnya.
Kertas label harus dibungkus plastik dan
di-ikat cukup kuat di pohon tersebut
(Gambar 11).
Isi label harus memuat informasi sebagai
berikut:
Gambar 11. Label Monitoring Sarang

1. #ID = (sr1)
2. Tanggal = (7 Juli 2007)
3. Nama pohon = (manggis hutan)
4. Kelas sarang = (kelas 1)

13

5. Posisi/Kanopi = (2/C)
6. PPD = (10 m)
7. Meter di jalur = (250 m)
8. a/n (pengambil data) =
(Udin, Amat, Rudi)

b. Pengambilan data monitoring nilai 't'


Data monitoring laju peluruhan sarang (t) dilakukan setiap bulannya di
tanggal yang sama (misalnya setiap tgl 12, 13, 14, dan 15) dengan
menggunakan tabulasi lapangan (lampiran 1). Pengambilan data tidak hanya
memonitoring sarang yang sudah ada sebelumnya, namun juga mencatat
sarang yang baru dijumpai dan kemudian menambahkannya ke dalam
format, sehingga dapat ikut di monitor pada bulan-bulan berikutnya. Setelah
2 tahun monitoring, di bulan ke-24, semua sarang dari data sarang awal
(bulan ke-1hingga bulan ke-24) harus diambil datanya, sebagai data penutup.

ID Transek
ID Sarang
No. sarang (terutama jika ada penambahan sarang di bulan berikutnya)
Nama pohon sarang
Kanopi (Open atau Close)
Bulan 1 (tanggal pengambilan data & kelas sarang)
Bulan 2 (idem)
Dan seterusnya
Tabel 3. Tabulasi data base monitoring laju peluruhan sarang (nilai 't').

Panduan Survei Sarang Orangutan

Isi format data monitoring nilai 't' (laju peluruhan sarang) (lihat tabel 3) :

d. Ke-asaman tanah
Hasil penelitian Buij dkk (2003) di beberapa tempat di Taman Nasional
Gunung Leuser, menunjukan adanya hubungan negatif antara t (umur sarang)
dengan pH tanah. Untuk mendapatkan data pH, maka ukur pH tanah di setiap
titik per-250 m sepanjang jalur transek dengan menggunakan pH meter (van
Schaik and Mirmanto 1985).
4. Info Tambahan (lampiran 2 Form isian)
1. Faktor alam lainnya seperti suhu, kelembaban udara, ketinggian tempat,
curah hujan dan indikator alam lainnya juga dicatat pada setiap lokasi
pengamatan.

14

2.

Kondisi lingkungan lainnya seperti jarak dari desa terdekat/ kebun


sawit/ karet/ tambang terdekat, nama sungai, nama jalan (jika ada)

3. Adanya ancaman bagi habitat dan populasi orangutan: perburuan,


konversi lahan (pembukaan jalan, perambahan, perkebunan, tambang,
transmigrasi)

Panduan Survei Sarang Orangutan

4. Pertemuan dengan satwa liar lainnya (langsung/ tidak langsung)

15

2. DESAIN SURVEI SARANG ORANGUTAN

ntuk membuat desain survei, bisa menggunakan ArcMap atau


ArcView, gunakan salah satu saja

Distance

1. Open Distance 5.0 atau 6.0


2. Klik file new project (Ctrl + N)
3. Letakkan file distance (*.dst) di
tempat atau direktori
tertentu, seperti my
document, Data D, folder, dsb.
Pastikan tempatnya mudah
diingat.
4. Beri nama
create

Panduan Survei Sarang Orangutan

A. Membuat Desain Survei

5. Pada kotak step 1. Type of project (new project set up


wizard) pilih Design a new survey
klik next
finish

16

Panduan Survei Sarang Orangutan

6. Setelah muncul tampilan Project Browser, perhatikan Data


Layers klik kanan di study area klik create data layer
Isi di kotak Layer name = Strata
Parent layer = Study area
Layer type = Stratum
Klik OK
7.Exit Distance
ArcGIS (ArcMap)

1. Buka ArcMap
2. Set proyeksi layar, apakah UTM, DS, DMS atau yang lain
a.Untuk UTM, klik kanan di layar
Data Frame properties
di kotak Data Frame Properties pilih Coordinate System
Predefined
Projected
Coordinate System
UTM
WGS 1984. Cari proyeksi kordinat yang
dimaksud, contoh WGS 1984 Zone 50 N untuk Kalimantan Timur
OK
b.Untuk DS atau DMS prosesnya sama, tetapi pada tahap
Predifined pilih Geographic Coordinate System World
pilih
WGS 1984
OK

17

4. Buka shapefile (*.shp) lokasi yang mau disurvei. Apabila tidak ada
shp, bisa dibuat shp baru dari peta digital yang sudah dilakukan
georeferensi.
5. Pastikan peta dasar ang hendak dimasukkan proyeksi kordinatnya
sama. Cara untuk mengetahuinya dengan Klik kanan di file yang
dimaksud (seperti *.sid atau*.img)
properties
klik tab
Spatial Reference
edit
select
pilih Projected
Coordinate System untuk UTM, atau Geographic Coordinate System
untuk DMS atau DS. Lakukan seperti langkah langkah 2.a dan 2.b.
OK
6. Drag (pindahkan) file dari ArcCatalog ke Layers ArcMap
7. Pada Layers (file shp yang dipindahkan) klik
kanan
Open Attribute Tabel,
pastikan di kolom tabel hanya ada FID dan
Shape. Untuk delete kolom yang lain klik
kolom yang mau dihapus
Delete Field.

Panduan Survei Sarang Orangutan

3. Open ArcCatalog

18

Panduan Survei Sarang Orangutan

8. Di pojok bawah tabel klik Option


Add Field
pada kotak
Name isi = Linkid
OK
9. Klik editor
Start Editing
10. Tambahkan angka 1 di kolom Linkid
11. Klik editor
Stop editing
Yes
Yes/OK
Close
Attribute Tabel

12. Pilih file shp di Layers, klik kanan pilih Data


Export Data
tempatkan file data yang mau dieksport di folder atau direktori
yang dekat dengan tempat file distance (*.dst); untuk
mempermudah mengingat saja.
13. Beri nama file Study_ar
OK
14. Bila muncul permintaan untuk ditampilakan di ArcMap, klik Yes
15. Lakukan hal yang sama dengan mengganti nama file export menjadi
Strata,
taruh ditempat yang sama.
16. Close ArcMap,
save file.

19

Panduan Survei Sarang Orangutan

ArcView.3.3 (Alternatif)

20

21

Panduan Survei Sarang Orangutan

B. Analisis Hasil Survei


Analisis hasil survei dapat dilakukan dengan menggunakan program
Distance 6.0 (atau seri yang sebelumnya). Untuk data yang banyak dan
beragam, program ini akan mempermudah analisis. Dalam
penggunaan untuk analisa survei sarang orangutan, direkomendasikan
minimal data yang diperoleh adalah 60 sarang dan jumlah transek
tidak kurang dari 20. Hal tersebut berpengaruh pada kualitas dan
validitas data yang disyaratakan pada program ini.
Secara teknis, analisis data dapat dilakukan sebagai berikut :
1.Data hasil survei dirapikan terlebih dahulu
dengan menggunakan program Microsoft Excel
(atau yang sejenis) seperti pada tabel di
samping.
2.Pada kolom transek berisi panjang ID jalur;
pada kolom lenght berisi panjang jalur dalam
Km, dan pada kolom ppd berisi jarak tegak
lurus pengamat ke objek.
3.Simpan file dalam bentuk text (tab delimited)
*.txt

Input Data

1. Buka Program Distance, creat new project tentukan direktori


penyimpanan file, kemudian beri nama dan
simpan.
2. Pada tampilan
step 1", pilih
Analyze a survey
h a s b e e n
completed, klik
next sampai pada
Step 3"
3.Pada Step 3", tentukan jenis survei (line
transect atau point count), distance measurement (satuan
pengukuran jarak), dan jenis observasi . Pada Step 4" tentukan
unit pengkuran data yang sesuai dan pada Step 5" dapat dilewati.

Panduan Survei Sarang Orangutan

Pengaturan Data

22

Panduan Survei Sarang Orangutan


23

4. Pada Step 6", klik Proceed to Data Impot Wizard, kemudian klik
Finish.
5. Selanjutnya, pada menu Data Import Wizard Step 1" klik next dan
pada Step 2", masukkan data yang akan dianalisa, pilih file (.txt)
yang akan dimasukkan.
6. Pada Step 3", tentukan destination data layers. Jika anda
menggunakan stratifikasi, maka data tertinggi adalah Region.
Tetapi jika tidak, maka data tertinggi adalah Line transect.

7. Pada Step 4" tabel data akan tampil. Tentukan delimiter yang
digunakan (tab) dan tidak perlu mengimpor baris
pertama dari table .
8. Pada Step 5", tentukan layer name, field name dan field type untuk
data anda. Layer name terdiri dari 3 pilihan, region, line transect
untuk data line transect. Kemudian pada Step 6" klik finish.
9. Selanjutnya, pada tampilan Project Browser yang terdiri dari
beberapa submenu atau folder. Submenu yang aktif adalah, data,
surveys, dan analyses.
10. Pada submenu analyses, klik dua kali cell ID atau ikon new
analysis untuk melihat detil analisa. Beri nama analisa dengan
nama baru.

Panduan Survei Sarang Orangutan

11. Pada kotak Analysis 1", apabila diklik


Properties pada model definition, anda
dapat memilih model analisa, misalnya
Key Function = Half-normal dan Series
expansion = cosine. kembali pada kotak
Analysis 1", klik Run.
12. Hasil akan tampil dalam Input,
log, dan result.
Input berisikan
sama dengan detail analisa. Log
menampilkan detail langkah-langkah
analisa beserta peringatan.
Log
dapat berwarna merah, orange, atau
hijau sesuai dengan peringatannya.
Merah, biasanya analisa tidak berhasil
dioperasikan. Orange, analisa masih
dapat dioperasikan namun ada
masalah tertentu (misalnya,
parameternya tidak cukup). Hijau, berarti analisa berjalan baik.
Results menampilkan komputasi statistik dan estimasi analisa kita.
Bagian ini dibagi menjadi beberapa halaman yang berisikan ringkasan
dari analisa yang kita pilih, fungsi deteksi (diantaranya model
fitting, plot detection probability), estimasi kepadatan, serta
ringkasan semua
estimasi (encounter
rates, detection
probability).
13. Selain itu, apabila
keluar ke Project Browser, hasil analisa dapat dilihat pada
Submenu Analysis

24

III. PENGGUNAAN ALAT-ALAT SURVEI

A. GPS
1. Pendahuluan

Panduan Survei Sarang Orangutan

PS (Global Positioning System) adalah salah satu alat navigasi yang


digunakan untuk menetukan titik kordinat di permukaan bumi. Awal
perkembangannya mulai digunakan di bidang meliter, dalam
perekmbanganya GPS mulai digunakan dalam banyak bidang, seperti
konservasi, kehutanan, pertanian, sosial dan lain sebagainya. Pengunnaan
GPS cukup sederhana, seperti menggunakan HP atau beberapa perangkat
elektronik sederhana yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Pada prinsipnya, GPS menerima sinyal dari beberapa satelit yang dapat
menentukan posisi di permukaan bumi. Sinyal diperoleh dari satelit yang
sebelumnya tersambung dengan sistem kontrol di permukaan bumi,
kemudian dapat diterima oleh pegguna (GPS) dengan akurasi yang
bergantung pada kualifikasi alat dan kondisi lapangan (lihat gambar 1).

Gambar 1. Sistem penggunaan GPS (Abidin HZ, 2000)

Akurasi GPS dipengaruhi oleh kemampuan GPS menerima sinyal dan tutupan
tajuk. Semakin banyak satelit yang diperoleh semakin akurat; semakin
terbuka tajuk semakin mudah mendapatkan akurasi.

25

2. Bagian-bagian GPS

Panduan Survei Sarang Orangutan

Secara umum, bagian dari GPS adalah sebagai berikut :

26

Panduan Survei Sarang Orangutan

3. Halaman-halaman Utama Pada Layar GPS

27

28

Panduan Survei Sarang Orangutan

29

Panduan Survei Sarang Orangutan

Panduan Survei Sarang Orangutan

4. Menggunakan GPS

30

31

Panduan Survei Sarang Orangutan

32

Panduan Survei Sarang Orangutan

33

Panduan Survei Sarang Orangutan

34

Panduan Survei Sarang Orangutan

35

Panduan Survei Sarang Orangutan

36

Panduan Survei Sarang Orangutan

37

Panduan Survei Sarang Orangutan

DAFTAR PUSTAKA

Buckland, S.T., D.R. Anderson, K.P.


Burnham, dkk. 2008. Advanced
Distance Sampling. Oxford University
Press. New York.
Buij, R., Wich, S.A., Lubis, A.H., and
Sterck, E.H.M. 2002. Seasonal
movements in the Sumatran
orangutan (Pongo pygmaeus abelii)
and consequences for conservation.
Biol. Cons. 107: 83-7.
Buij, R., Singleton, I., Krakauer, E., and
van Schaik, C.P. 2003. Rapid
assessment of orangutan density.
Biol. Cons. 114: 103-13.
Delagado, R., and van Schaik, C.P.
2000. The behavioral ecology and
conservation of the orangutan (Pongo
pygmaeus): A tale of two islands.
Evol. Anthrop. 9: 201-18.
Galdikas BMF (1988). Orangutan diet,
range, and activity at Tanjung
Puting, Central Borneo. International
Journal of Primatology, 9, 135.
Gamin. 2009. GPS 76 CSx Maping GPS
Owner's Manual. Garmin. Taiwan.
Groves, C. P. 2001. Primate taxonomy.
Smithsonian Institution Press.
Washington, DC.
Hjalmar, K., S.S. Utami Atmoko, S.
Wich. 2009. Panduan BiomonitoringSurvei Training Workshop Sumatera.
GRASP, Max Planck Insitute, APAPI,
Wild Chimpanzee Foundation, dan
YEL-SOCP. Bohorok.

Hjalmar, K., S.S. Utami Atmoko, S. Wich.


Panduan Lapangan-Survei Training
Workshop Sumatera. GRASP, Max Planck
Insitute, APAPI, Wild Chimpanzee
Foundation, dan YEL-SOCP. Bohorok.
2009.
IUCN. 2007. IUCN Red List of Threatened
Species. Species Survival Commission,
International Union for the Conservation
of Nature and Natural Resources. IUCN
Publications, Gland, Switzerland and
Cambridge, UK.
Leica Geosystem. 2007. User Maunual
Leica Disto D2. TQM. Switzerland.
MacKinnon, J. 1974. The behavior and
ecology of wild orangutans (Pongo
pygmaeus). Anim. Behav. 22: 3-74.
Payne J (1987). Surveying orangutan
populations by counting nests from a
helicopter: A pilot survey in Sabah.
Primate Conservation, 8, 92103.
Prasetyo, D., Ancrenaz, M., MorroghBernard, H., Utami-Atmoko, S.S., Wich,
S.A., dan van Schaik, C.P. 2009. Nest
buildingin orangutans. In Serge A. Wich,
S. Suci Utami Atmoko, Tatang Mitra Setia
and Carel P. van Schaik, eds.
Orangutans: Geographic Variation in
Behavioral Ecology and Conservation,
pp. 269-277. Oxford University Press,
New York.

Panduan Survei Sarang Orangutan

Abidin, H.Z. 2011. Penentuan Posisi


dengan GPS dan Aplikasinya. PT.
Pradnya Paramita. Jakarta.

Reseacrh Unit For Wildlife Population


Assessment. 2009. User Guide Distance
6.0 Releas 2.
Rijksen, H.D. 1978. A field study on
Sumatran orangutans (Pongo pygmaeus
abelii, Lesson 1827): Ecology, behavior,
and conservation. H. Veenman and
Zonen, Wageningen, The Netherlands.

38

Panduan Survei Sarang Orangutan

Rodman PS (1973b). Population


composition and adaptive
organization among orangutans of the
Kutai Reserve.In RP Michael and JH
Crook, eds, Comparative ecology and
behaviour of primates, pp. 171209.
Academic Press, London.
Russon, A.E., Wich, S.A., Ancrenaz, M.,
Kanamori, T., Knott, C.D., Kuze, N.,
Morrogh-Bernard, H., Pratje, P.,
Ramlee, H., Rodman, P., Sawang, A.,
Sidiyasa, K., Singleton, I., dan van
Schaik, C.P. 2009. Geographic
variation in orangutan diets. In Serge
A. Wich, S. Suci Utami Atmoko, Tatang
Mitra Setia and Carel P. van Schaik,
eds. Orangutans: Geographic Variation
in Behavioral Ecology and
Conservation, pp. 135-156. Oxford
University Press, New York.
Sawit Watch. 2011. Manual GPS Garmin
7
6
C
S
x
.
http://www.Sawitwatch.or.id.
Utami, S.S., Wich, S.A., Sterck, E.H.M.,
and van Hooff, J.A.R.A.M. 1997. Food
competition between wild orangutans
in large fig tress. Int. J. of Primatol.
18: 909-27.
Utami, S.S., and van Hooff, J.A.R.A.M.
1997. Meat-eating by adult female
S u m a t r a n o r a n g u t a n s ( Po n g o
pygmaeus abelii). Am. J. of Primatol.
43: 156-65.
van Schaik, C.P., and Mirmanto, E. 1985.
Spatial variation in the structure and
litterfall of a Sumatran rain forest.
Biotropica 17: 196-205.
van Schaik, C.P., Azwar, and Priatna, D.
1995. Population estimates and
habitat preferences of orangutans-

39

-based on line transect nests. In R.D.


Nadler, B.M.F. Galdikas, L.K. Sheeran,
and N. Rosen, eds. The Neglected Ape,
pp. 129-47. Plenum Press, New York.
Wa r r e n , K . S . , Ve r s c h o o r, E . J . ,
Langenhuijzen, S., Heriyanto, Swan, R.
A., Vigilant, L., and Heeney, J. L. 2001
Speciation and intrasubspecific
variation of Bornean orangutans, Pongo
pygmaeus pygmaeus. Molecular Biology
and Evolution 18: 472-480.
Wich, S.A., Meijaard, E., Marshall, A.J.,
Husson, S.J., Ancrenaz, M., Lacy, R.C.,
van Schaik, C.P., Sugardjito, J.,
Simorangkir, T., Traylor-Holzer, K.,
Doughty, M., Supriatna, J., Dennis, R.,
Gumal, M., Knott, C.D., and Singleton,
I. 2008. Distribution and conservation
status of the orangutan (Pongo spp.) on
Borneo and Sumatra: how many
remain?. Oryx 42: 329-39.
Wich, S.A., de Vries, H., Ancrenaz, M.,
Perkins, L., Shumaker, R.W, Suzuki, A.,
and van Schaik, C.P. 2009. Orangutan
life history variation. In Serge A. Wich,
S. Suci Utami Atmoko, Tatang Mitra
Setia and Carel P. van Schaik, eds.
Orangutans: Geographic Variation in
Behavioral Ecology and Conservation,
pp. 65-76. Oxford University Press, New
York
Winarni, N. L. 2010. Analisa Estimasi
Kepadatan Satwa dengan Distance
Sampling. World Conservation Society
Indonesia Porgam. Bogor.
Zhang Y-W, Ryder OA and Zhang Y-P
(2001). Genetic divergence of
o r a n g u t a n s u b s p e c i e s ( Po n g o
pygmaeus). Journal of Molecular
Evolution, 52, 51626.

Panduan Survei Sarang Orangutan

LAMPIRAN 1. TABEL PENGAMBILAN DATA SARANG ORANGUTAN

40

Panduan Survei Sarang Orangutan

FORM ISIAN HASIL SURVEI SARANG ORANGUTAN


I. LOKASI

II.TEAM PENGAMAT

III.#ID TRANSEK

IV.UTM (awal transek)

V.PANJANG TRANSEK

VI.HARI/TANGGAL

VII.CUACA

VIII.DESKRIPSI LOKASI (DESA/DUSUN):


1.
Nama Lokasi
:
2.

Nama Orang Penting/ Kedudukannya & No. Hp/Email :

3.

Kondisi Lokasi

4.

Jarak Hutan Ke Batas Desa :

IX.DESKRIPSI HABITAT BERDASARKAN TUTUPAN HUTAN :


X.KONDISI BIO-FISIK LOKASI SURVEI:

41

(akhir transek):

1.

Ketinggian

2.

Topografi

3.

Dominasi Vegetasi :

XI.HASIL:

XII. SATWA LAIN

XIII. TEKANAN TERHADAP HUTAN :


XIV. KENDALA SURVEI

Panduan Survei Sarang Orangutan

* Jangan Lupa Isi Data Sarang & Buah Selengkapnya Di 'excel' Dan
'peta' Sebaran Sarang

42

Buku Panduan Survei Sarang Orangutan


FORINA dan Fakultas Biologi UNAS Jakarta, 2012

Anda mungkin juga menyukai