Disusun oleh :
Faldy Reizandy
10611038
Kelompok 13
Asisten:
Reza Alhumaira Safari
10611052
PENDAHULUAN
Kecoa merupakan serangga yang dapat berperan sebagai detritivor serasah atau zat
sisa lainnya dalam proses ekosistem di hutan, walaupun peranannya tidak terlalu signifikan
seperti semut, rayap, dan cacing yang berperan sebagai ecosystem engineer (Coleman, 2004;
Astuti, 2013). Namun, seiring dengan invasi manusia untuk memperluas lahan pemukiman,
habitat kecoa telah berubah dari lingkungan ekosistem perhutanan berpindah ke lingkungan
perkotaan. Di perkotaan, kecoa dikenal sebagai hama yang mengganggu kelangsungan
kehidupan manusia, dan sering berada di tempat-tempat gelap, kotor dan lembab. Oleh
karena itu, kecoa dapat dijadikan sebagai bioindikator kebersihan suatu lingkungan (BB
Biogen, 2012).
1.2 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi kecoa yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut (Oktarina,
2012).
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Blattodea
Famili : Blattidae
Genus : Periplaneta
Spesies : Periplaneta Americana
Berikut merupakan morfologi dari kecoa Periplaneta americana jantan dan betina.
Gambar 2.1 Kecoa Periplaneta americana (kiri: bagian dorsal jantan; kanan: bagian ventral
betina) (Jain, 2013)
Periplaneta americana dewasa berukuran panjang sekitar 34-53 mm, berwarna coklat
kemerahan kecuali bagian tubuh submarginal berwarna coklat pucat kekuningan di sekitar
perisai pronotalnya. Kedua jenis kelamin bersayap utuh, pada spesies jantan sayapnya
memanjang melampaui ujung abdomen. Larva instar nimfa berwarna coklat keabu-abuan
pada bagian dorsal, lenih pucat pada bagian ventral. Sersi/ serkus (sepasang dorsal
appendages pada ujung abdomen) berbentuk tipis dan meruncing. Larva instar akan
berwarna coklat kemerahan dengan margin lateral dan posterior dari toraks dan sisi segmen
abdominal menjadi lebih gelap, dengan bentuk sersi yang sama. Antena berwarna coklat
(Animal Diversity Web, 2001).
Kecoa Periplaneta americana diintroduksi di Amerika Utara dari Afrika, dan lalu
tersebar ke seluruh dunia. P. americana ditemukan pada banyak habitat berbeda walau secara
umum hidup pada wilayah lembab, tetapi dapat bertahan hidup di wilayah kering bila
memiliki akses terdekat terhadap air dan bersuhu hangat. Di perkotaan, kecoa menjadi hama
dengan menginvasi restoran, pemukiman, dan rumah sakit. Kecoa juga dapat hidup dalam
tanah di hutan atau perkebunan dataran tinggi, banyak berperan sebagai detritivor (Animal
Diversity Web, 2001).
Betina memproduksi 9-10 oothecae yang berisi 14-16 telur. Waktu perkembangan
dari telur hingga dewasa sangat dipengaruhi oleh temperatur, rata-rata 600 hari di bawah
kondisi temperatur ruangan. Dalam waktu ini kecoa berganti kulit 10-13 kali. Kecoa betina
dewasa hidup sekitar 440 hari pada kondisi suhu ruangan, dan kecoa jantan dewasa hidup
sekitar 200 hari. Perkembagan kecoa dari larva, nimfa hingga dewasa hanya berbeda ukuran
dan perkembangan morfologi dan fisiologi sayap, tergolong ke dsalam metamorfosis tidak
sempurna (Animal Diversity Web, 2001).
Kecoa merupakan hewan nokturnal dan menghabiskan waktunya hidup pada celah-celah
gelap untuk keamanan di sekitar makanan dan sumber air. Celah-celah yang menjadi sarang
kecoa biasanya kotor, bersuhu hangat dan lembab.
Kecoa Periplaneta americana bersifat omnivora, dengan mengonsumsi bahan organik
yang sudah membusuk, ataupun bangkai serangga, dan sisa-sisa bangkai hewan sesuai
dengan peranannya di alam sebagai detritivor. Kecoa mencari makanan dengan bantuan
antenanya dan setelah mendapatkan makanan akan dicabik-cabik menggunakan kaki
belakang (raptorial forelegs). Jenis spesies ini menyukai sesuatu yang bersifat manis. Kecoa
dapat menginformasikan sumber makanan kepada kawannya dengan membuang feses yang
selanjutnya feses tersebut dimakan oleh kawannya untuk dapat mengetahui sumber makanan.
Perilaku makan kecoa dapat berubah, bergantung pada jenis sumber makanan dan lokasinya.
Kecoa berperilaku eksploratif terhadap lingkungannya agar bisa membangun sarang/shelter
didekat sumber makanan dan air (Bell, et al., 1981).
Sistem saraf pada kecoa merupakan salah satu sarana untuk mempertahankan diri
terhadap lingkungannya. Saraf sensorik berupa rambut-rambut halus (setae) yang berada pada
bagian kaki kecoa akan mengirimkan sinyal ke sistem saraf ganglia untuk menghasilkan
respon berupa escape direction. Stimulus yang mempengaruhi sistem saraf direspon dengan
aktif dan cepat sebagai running response pada reseptor motorik bagian thoraks berfungsi
dalam motor-reseptor yang potensial dalam respon lokomosi. Antenal Projection Responses
(APR) pada antena kecoa dapat menghasilkan respon dalam mendeteksi stimulus sensorik
berupa bau/wangi-wangian (odor), cahaya, dan mekanosensorik. Antena pada kecoa juga
sangat sensitif terhadap keberadaan air yang berfungsi untuk mencegah dehidrasi terjadi pada
tubuhnya. APR juga terlibat dalam mekanisme saraf dalam melakukan eksplorasi pada
stimulus spesifik dan keseimbangan gerak kecoa. Sersi pada bagian akhir abdomen kecoa
berfungsi sebagai reseptor aliran udara (Bell, Roth & Nalepa, 2007).
Alat gerak pada kecoa umumnya menempel pada bagian thoraks dan terdiri dari 3
pasang kaki. Masing-masing kaki memiliki nama khusus berdasarkan letaknya terhadap
thoraks itu sendiri. Sepasang kaki pada posisi depan disebut dengan kaki prothoraks yang
berfungsi dalam pengereman saat kecoa berjalan/berlari. Posisinya yang sangat dekat
dengan kepala juga dapat melindungi kepala kecoa dari benturan. Sepasang kaki di
bagian tengah thoraks disebut dengan kaki mesothoraks yang berfungsi untuk
mempercepat pergerakan kaki kecoa dan menjaga keseimbangan gerakan kecoa.
Sepasang kaki pada bagian paling belakang thoraks disebut dengan kaki metathoraks
yang berfungsi untuk mempercepat gerakan kecoa kearah depan. Secara morfologis,
sepasang kaki prothoraks berukuran paling pendek dan sepasang kaki metathoraks
merupakan kaki paling panjang. Alat gerak pada kecoa memiliki perbedaan ukuran dan
fungsi namun secara umum memiliki tiga bagian utama yaitu trochanter (semacam ujung
tempat kaki terpaut dengan bagian thoraks), femur dan tibia (semacam paha dan tulang
yang mendukung gerak memanjat), serta tarsus/tarsa (sebagai pergelangan kaki dan
telapak kaki) (Delcomyn & Usherwood, 1973). Berikut adalah bagian-bagian morfologis
dari struktur kaki kecoa.
METODOLOGI
Berikut merupakan alat dan bahan yang digunakan yang digunakan dalam praktikum ini.
Tabel 3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan pada Praktikum ini
Alat Bahan
Aquarium (45x25x25 Cat untuk penanda hewan
cm3) (tinta cina)
Styrofoam
Pengamatan morfologi kecoa dimulai dari kecoa jantan, lalu betina. Kecoa diletakkan
di dalam cawan petri yang tertutup, lalu diamati morfologinya dengan mikroskop
bedah. Perbedaan morfologi kecoa jantan dan kecoa betina diamati, lalu digambar
morfologi bagian ventral dan dorsalnya.
3.2.2 Pengamatan Keseimbangan Tubuh
Seekor kecoa diletakkan dalam permukaan halus (porselen/meja kerja) dan dibalikkan
hingga tubuh bagian ventralnya terdedah. Lalu diamati bila kecoa dapat membalikkan
tubuhnya dan dicatat latensinya dengan angka 1 untuk kecoa yang dapat membalikkan
tubuhnya, atau dengan angka 0 bila kecoa tak mampu membalikkan tubuhnya.
Pengamatan dilakukan maksimal 3 menit terhadap 3 kecoa. Langkah-langkah
tersebut diulang pada permukaan kasar (styrofoam). Hasil pengamatan dianalisis
dengan Independent T-Test agar kemampuan kecoa untuk membalikkan tubuh pada
permukaan halus dan kasar dapat dibandingkan.
Pengamatan lokomosi kecoa terdiri dari lokomosi eksplorasi (grooming, freezing, dan
walking), kemudian pola lokomosi kecoa diamati pada kertas HVS. Pengamatan pola
lokomosi kecoa dilakukan pada kecepatan normal dan saat geraknya dipercepat.
Kemudian lokomosi kecoa saat kedua kaki tengah dihilangkan dan diberi tinta.
Ventral
Berdasarkan pengamatan pada toraks, terdapat 3 pasang kaki dan sepasang sayap.
Sepasang kaki ditumbuhi dengan rambut-rambut yang memungkinkan kecoa untuk bergerak
berdasarkan sistem sensori pada rambut kakinya secara seimbang. Pada bagian abdomen
bagian belakang terdapat cerci yang terdiri dari rambut sensor untuk mendeteksi aliran udara
(Delcomyn & Usherwood, 1973).
Kecoa jantan dan betina memiliki perbedaan antara lain, yaitu bagian ujung abdomen
jantan yang lebih lebar. Abdomen betina lebih runcing, jumlah sterna di bagian abdominalnya
pada kecoa jantan terdapat 9 bagian dan betina hanya 7 bagian. Sayap pada kecoa jantan lebih
panjang dibandingkan badannya melebihi ujung abdomen, sayap betina memiliki panjang
yang sama dengan tubuhnya (Animal Diversity web, 2001).
4.2 Pengamatan Keseimbangan Tubuh Kecoa Periplaneta americana
Pengamatan keseimbangan tubuh dilakukan dilakukan pada permukaan kasar dan
permukaan halus. Pada pengamatan menggunakan permukaan halus, umumnya kecoa tidak
dapat membalikkan tubuhnya sendiri kurang dari 3 menit dan harus dibantu oleh praktikan
untuk dapat kembali pada posisi berdirinya. Dan pada saat pengamatan dilakukan pada
permukaan kasar, umumnya (rata-rata) kecoa dapat membalikkan tubuhnya sendiri dalam
waktu kurang dari 3 menit. Hal ini disebabkan oleh pada meja lab yang merupakan
permukaan halus, kecoa tidak memiliki pegangan dan reseptor pada kakinya tidak mampu
mendeteksi permukaan halus secara tepat sehingga lebih sulit untuk menyeimbangkan
tubuhnya dan membalikkan tubuhnya. Selain itu, bagian pronotum/kepala dan dorsal yang
terbalik membuat kecoa sulit untuk mendeteksi keseimbangannya menggunakan antena
yang menempel pada bagian kepala (Delcomyn & Usherwood, 1973). Pada permukaan
kasar kecoa lebih mampu untuk membalikkan tubuhnya, karena kaki-kakinya dapat
berpijak (menggenggam) pada permukaan styrofoam, dan reseptor pada kakinya mampu
mendeteksi permukaan styrofoam secara tepat, sehingga kecoa dapat dengan lebih cepat
membalikkan tubuhnya. Pengaruh keberadaan morfologi dan fungsi sayap yang sempurna
tidak berpengaruh, karena data rata-rata latensi keseimbangan antara kecoa dewasa dan
kecoa nimfa tidak jauh berbeda, seperti terlihat dari gambar 4.1 berikut.
250
200
150
Standar Deviasi Latensi
50
0
halus kasar
200
150
Standar Deviasi /latensi
50
0
halus kasar
Perilaku Eksplorasi kecoa terhadap lingkungan styrofoam yang ditutup kaca terdiri
dari Grooming, Freezing dan Walking. Berdasarkan grafik rata-rata dan standar deviasi
perilaku eksplorasi kecoa di bawah, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku yang sering
dilakukan kecoa selama pengamatan adalah grooming dan walking. Hal ini menandakan
kecoa aktif dalam mengeksplorasi lingkungannya, walaupun rata-rata frekuensi perilaku
antara ketiganya tidak berbeda jauh.
14
12
10
8
STD Deviasi frekuensi
6 rata-rata frekuensi
0
Grooming Freezing Walking
Gambar 4.4 Grafik rata-rata dan standar deviasi perilaku eksplorasi kecoa
Durasi paling cepat pada hasil pengamatan, sesuai dengan literatur bahwa gerak
dipercepat dengan tiiupan dari sedotan memiliki rata-rata durasi paling cepat hingga
berhenti/berbelok arah. Pada literatur, saat ada ancaman (berupa stimulus tiupan pada saat
praktikum) maka kecoa akan menghindar dengan berjalan lebih cepat atau berbelok arah
menjauhi tiupan (Bell, Roth & Nalepa, 2007). Pada kecepatan normal, kecoa tidak diberi
stimulus apapun dan hanya dibiarkan berjalan sehingga memiliki rata-rata durasi paling
lambat sebelum akhirnya berhenti dan berbelok arah.
Berikut merupakan pola lokomosi saat kecoa berjalan pada kertas HVS.
Berikut merupakan grafik dari frekuensi rata-rata preferensi kecoa, disertai dengan standar
deviasinya.
4.5
4
3.5
3
2.5
Standar Deviasi
2
frekuensi rata-rata
1.5
1
0.5
0
apel pepaya shelter
Respon preferensi yang paling banyak dilakukan oleh kecoa tidak jauh berbeda antara
shelter dan makanan. Hal ini disebabkan oleh selama pengamatan, kecoa mengeksplorasi
masing-masing atraktan secara berurutan, sehingga frekuensi rata-ratanya menjadi tidak
banyak dalam waktu 25 menit. Hal ini juga sesuai dengan perilaku kecoa selama di
habitatnya. Kecoa akan membangun sarang di dekat sumber makanan dan air. Dan kecoa
akan secara aktif mengeksplor wilayah sekitarnya untuk dapat mengetahui sumber makanan
dan air, sedikit sumber cahaya, dan celah-celah sempit untuk kemudian membangun
sarangnya (Pest Control Solutions Australia, 2015).
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut
1. Kecoa memiliki tubuh yang pipih. Kecoa Periplaneta americana jantan memiliki
bentuk posterior yang lebih runcing dibanding betina dan memiliki stylus pada ujung
abdomennya, juga memiliki sayap dan abdomen lebih panjang.
2. Keseimbangan tubuh kecoa Periplaneta americana lebih baik ketika berada di
permukaan kasar dibanding permukaan halus
3. Jenis perilaku yang paling sering muncul, ketika diurutkan grooming > walking >
freezing, frekuensi ketigantya berbeda tidak terlalu jauh.
4. Lokomosi pada Periplaneta americana berbelok arah, dengan pola pergerakan kaki
zigzag. Pola pergerakan kaki saat kecepatan normal, dan dipercepat adalah sama, pada
saat kakinya dihilangkan pola pergerakan kaki menggunakan L1, R3, dan R1, L3.
5. Preferensi pada Periplaneta americana cenderung kepada ketiganya berdasarkan
frekuensinya, namun jika dilihat dari durasi dan latensinya maka kecoa umumnya
berada pada shelter.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.biologydiscussion.com/experiments/experiment-to-observe-adaptive-features-in-
animals-with-pictures/1715
http://www.kshitij-pmt.com/Biology/Structural-organisation-in-animals/cockroach.aspx
Oktarina, R. 2012. “Efektifitas Serbuk Biji Lada (Piper Nigrum) Sebagai Repellent Terhadap
Kecoa (Periplaneta Americana)”. Skripsi. Medan: USU.
http://animals.howstuffworks.com/insects/cockroach1.htm
http://www.pestcontrol.basf.com.au/pest-info/pest-info-cockroaches/understanding-
cockroach-behaviour/
William J. Bell, Louis M. Roth, Christine A. Nalepa. 2007. The John Hopkin University
Press.
LAMPIRAN