Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI PERILAKU (BI- 3201)


PENGAMATAN PERILAKU DAN LOKOMOSI KECOA (Periplanetta
americana)
Tanggal Praktikum : 20 Februari 2014
Tanggal Pengumpulan : 27 Februari 2014

Disusun oleh :
Faldy Reizandy
10611038
Kelompok 13

Asisten:
Reza Alhumaira Safari
10611052

PROGRAM STUDI BIOLOGI


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
2014
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecoa merupakan serangga yang dapat berperan sebagai detritivor serasah atau zat
sisa lainnya dalam proses ekosistem di hutan, walaupun peranannya tidak terlalu signifikan
seperti semut, rayap, dan cacing yang berperan sebagai ecosystem engineer (Coleman, 2004;
Astuti, 2013). Namun, seiring dengan invasi manusia untuk memperluas lahan pemukiman,
habitat kecoa telah berubah dari lingkungan ekosistem perhutanan berpindah ke lingkungan
perkotaan. Di perkotaan, kecoa dikenal sebagai hama yang mengganggu kelangsungan
kehidupan manusia, dan sering berada di tempat-tempat gelap, kotor dan lembab. Oleh
karena itu, kecoa dapat dijadikan sebagai bioindikator kebersihan suatu lingkungan (BB
Biogen, 2012).

Penelitian mengenai perilaku kecoa penting untuk dapat diaplikasikan dalam


kehidupan. Pengetahuan tentang perilaku-perilaku kecoa dapat dijadikan sarana untuk
mengendalikan populasi kecoa sebagai hama di perkotaan, atau mengalihkan peranannya
kembali sebagai detritivor di hutan. Di beberapa wilayah, kecoa dan serangga-serangga lain
dijadikan sebagai sumber pangan karena kandungan protein hewani yang tinggi. Dengan
adanya pengendalian populasi dan penggunaan kecoa berdasarkan pengetahuan etoekologi
dan etofisiologi, maka peranan kecoa dan serangga-serangga lainnya akan terasa membantu
kehidupan manusia dan keberlangsungan proses ekosistem .

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.


1. Menentukan morfologi Periplaneta americana.
2. Membandingkan keseimbangan tubuh Periplaneta americana pada permukaan
halus dan permukaan kasar.
3. Menentukan frekuensi jenis perilaku eksplorasi yang sering muncul pada
Periplaneta americana.
4. Membandingkan preferensi Periplaneta americana untuk memilih makanan basah,
makanan kering dan shelter.
5. Menentukan perilaku lokomosi Periplaneta americana dan polanya secara normal,
ataupun dengan perlakuan tiupan bagian posterior dan pemutusan kaki bagian tengah.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taksonomi Kecoa Periplaneta americana

Taksonomi kecoa yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut (Oktarina,
2012).

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Blattodea
Famili : Blattidae
Genus : Periplaneta
Spesies : Periplaneta Americana

2.2 Morfologi Periplaneta americana

Berikut merupakan morfologi dari kecoa Periplaneta americana jantan dan betina.

Gambar 2.1 Kecoa Periplaneta americana (kiri: bagian dorsal jantan; kanan: bagian ventral
betina) (Jain, 2013)
Periplaneta americana dewasa berukuran panjang sekitar 34-53 mm, berwarna coklat
kemerahan kecuali bagian tubuh submarginal berwarna coklat pucat kekuningan di sekitar
perisai pronotalnya. Kedua jenis kelamin bersayap utuh, pada spesies jantan sayapnya
memanjang melampaui ujung abdomen. Larva instar nimfa berwarna coklat keabu-abuan
pada bagian dorsal, lenih pucat pada bagian ventral. Sersi/ serkus (sepasang dorsal
appendages pada ujung abdomen) berbentuk tipis dan meruncing. Larva instar akan
berwarna coklat kemerahan dengan margin lateral dan posterior dari toraks dan sisi segmen
abdominal menjadi lebih gelap, dengan bentuk sersi yang sama. Antena berwarna coklat
(Animal Diversity Web, 2001).

2.3 Siklus Hidup, Habitat, dan Persebaran Kecoa Periplaneta americana

Kecoa Periplaneta americana diintroduksi di Amerika Utara dari Afrika, dan lalu
tersebar ke seluruh dunia. P. americana ditemukan pada banyak habitat berbeda walau secara
umum hidup pada wilayah lembab, tetapi dapat bertahan hidup di wilayah kering bila
memiliki akses terdekat terhadap air dan bersuhu hangat. Di perkotaan, kecoa menjadi hama
dengan menginvasi restoran, pemukiman, dan rumah sakit. Kecoa juga dapat hidup dalam
tanah di hutan atau perkebunan dataran tinggi, banyak berperan sebagai detritivor (Animal
Diversity Web, 2001).

Betina memproduksi 9-10 oothecae yang berisi 14-16 telur. Waktu perkembangan
dari telur hingga dewasa sangat dipengaruhi oleh temperatur, rata-rata 600 hari di bawah
kondisi temperatur ruangan. Dalam waktu ini kecoa berganti kulit 10-13 kali. Kecoa betina
dewasa hidup sekitar 440 hari pada kondisi suhu ruangan, dan kecoa jantan dewasa hidup
sekitar 200 hari. Perkembagan kecoa dari larva, nimfa hingga dewasa hanya berbeda ukuran
dan perkembangan morfologi dan fisiologi sayap, tergolong ke dsalam metamorfosis tidak
sempurna (Animal Diversity Web, 2001).

2.4 Perilaku dan Respon Makan Kecoa

Kecoa merupakan hewan nokturnal dan menghabiskan waktunya hidup pada celah-celah
gelap untuk keamanan di sekitar makanan dan sumber air. Celah-celah yang menjadi sarang
kecoa biasanya kotor, bersuhu hangat dan lembab.
Kecoa Periplaneta americana bersifat omnivora, dengan mengonsumsi bahan organik
yang sudah membusuk, ataupun bangkai serangga, dan sisa-sisa bangkai hewan sesuai
dengan peranannya di alam sebagai detritivor. Kecoa mencari makanan dengan bantuan
antenanya dan setelah mendapatkan makanan akan dicabik-cabik menggunakan kaki
belakang (raptorial forelegs). Jenis spesies ini menyukai sesuatu yang bersifat manis. Kecoa
dapat menginformasikan sumber makanan kepada kawannya dengan membuang feses yang
selanjutnya feses tersebut dimakan oleh kawannya untuk dapat mengetahui sumber makanan.
Perilaku makan kecoa dapat berubah, bergantung pada jenis sumber makanan dan lokasinya.
Kecoa berperilaku eksploratif terhadap lingkungannya agar bisa membangun sarang/shelter
didekat sumber makanan dan air (Bell, et al., 1981).

2.5 Mekanisme Saraf Sensori, Alat Gerak, dan Pola Lokomosi

Sistem saraf pada kecoa merupakan salah satu sarana untuk mempertahankan diri
terhadap lingkungannya. Saraf sensorik berupa rambut-rambut halus (setae) yang berada pada
bagian kaki kecoa akan mengirimkan sinyal ke sistem saraf ganglia untuk menghasilkan
respon berupa escape direction. Stimulus yang mempengaruhi sistem saraf direspon dengan
aktif dan cepat sebagai running response pada reseptor motorik bagian thoraks berfungsi
dalam motor-reseptor yang potensial dalam respon lokomosi. Antenal Projection Responses
(APR) pada antena kecoa dapat menghasilkan respon dalam mendeteksi stimulus sensorik
berupa bau/wangi-wangian (odor), cahaya, dan mekanosensorik. Antena pada kecoa juga
sangat sensitif terhadap keberadaan air yang berfungsi untuk mencegah dehidrasi terjadi pada
tubuhnya. APR juga terlibat dalam mekanisme saraf dalam melakukan eksplorasi pada
stimulus spesifik dan keseimbangan gerak kecoa. Sersi pada bagian akhir abdomen kecoa
berfungsi sebagai reseptor aliran udara (Bell, Roth & Nalepa, 2007).

Alat gerak pada kecoa umumnya menempel pada bagian thoraks dan terdiri dari 3
pasang kaki. Masing-masing kaki memiliki nama khusus berdasarkan letaknya terhadap
thoraks itu sendiri. Sepasang kaki pada posisi depan disebut dengan kaki prothoraks yang
berfungsi dalam pengereman saat kecoa berjalan/berlari. Posisinya yang sangat dekat
dengan kepala juga dapat melindungi kepala kecoa dari benturan. Sepasang kaki di
bagian tengah thoraks disebut dengan kaki mesothoraks yang berfungsi untuk
mempercepat pergerakan kaki kecoa dan menjaga keseimbangan gerakan kecoa.
Sepasang kaki pada bagian paling belakang thoraks disebut dengan kaki metathoraks
yang berfungsi untuk mempercepat gerakan kecoa kearah depan. Secara morfologis,
sepasang kaki prothoraks berukuran paling pendek dan sepasang kaki metathoraks
merupakan kaki paling panjang. Alat gerak pada kecoa memiliki perbedaan ukuran dan
fungsi namun secara umum memiliki tiga bagian utama yaitu trochanter (semacam ujung
tempat kaki terpaut dengan bagian thoraks), femur dan tibia (semacam paha dan tulang
yang mendukung gerak memanjat), serta tarsus/tarsa (sebagai pergelangan kaki dan
telapak kaki) (Delcomyn & Usherwood, 1973). Berikut adalah bagian-bagian morfologis
dari struktur kaki kecoa.

Gambar 2.5. Alat Gerak Kecoa (HowStuffWorks, 2015)

Pola lokomosi pada kecoa (Periplaneta americana) menggunakan koordinasi yang


menyerupai tripod atau triangle ketika sedang berjalan. Kecoa akan menggerakan 3
kakinya secara berselang-seling, misalnya R1-L2-R3 atau L1-R2-L3 (R= Right; L=Left).
Pola lokomosi tersebut juga akan berpengaruh pada kecepatan berjalan kecoa. Pada
kecepatan yang lebih lambat akan ada sedikit penyimpangan koordinasi, namun secara
umum tetap akan terlihat pola zig-zag pada lokomosi kecoa. Selain dipengaruhi oleh
ketiga pasang kaki, pola lokomosi kecoa dipengaruhi oleh keberadaan antena. Antena
befungsi sebagai organ reseptor kondisi lingkungan dan penyeimbang gerakan.
(Delcomyn & Usherwood, 1973).
BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

Berikut merupakan alat dan bahan yang digunakan yang digunakan dalam praktikum ini.

Tabel 3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan pada Praktikum ini

Alat Bahan
Aquarium (45x25x25 Cat untuk penanda hewan
cm3) (tinta cina)

Stop watch Periplaneta Americana (kecoa)

Cawan petri Potongan buah apel segar


Shelter Pepaya
Mikroskop bedah stereo Kertas HVS

Styrofoam

3.2 Cara Kerja

Pengamatan yang dilakukan terdiri dari morfologi, pengamatan keseimbangan tubuh,


lokomosi kecoa, dan perilaku hewan terhadap atraktan.

3.2.1 Pengamatan Morfologi

Pengamatan morfologi kecoa dimulai dari kecoa jantan, lalu betina. Kecoa diletakkan
di dalam cawan petri yang tertutup, lalu diamati morfologinya dengan mikroskop
bedah. Perbedaan morfologi kecoa jantan dan kecoa betina diamati, lalu digambar
morfologi bagian ventral dan dorsalnya.
3.2.2 Pengamatan Keseimbangan Tubuh

Seekor kecoa diletakkan dalam permukaan halus (porselen/meja kerja) dan dibalikkan
hingga tubuh bagian ventralnya terdedah. Lalu diamati bila kecoa dapat membalikkan
tubuhnya dan dicatat latensinya dengan angka 1 untuk kecoa yang dapat membalikkan
tubuhnya, atau dengan angka 0 bila kecoa tak mampu membalikkan tubuhnya.
Pengamatan dilakukan maksimal 3 menit terhadap 3 kecoa. Langkah-langkah
tersebut diulang pada permukaan kasar (styrofoam). Hasil pengamatan dianalisis
dengan Independent T-Test agar kemampuan kecoa untuk membalikkan tubuh pada
permukaan halus dan kasar dapat dibandingkan.

3.2.3 Pengamatan Lokomosi Kecoa

Pengamatan lokomosi kecoa terdiri dari lokomosi eksplorasi (grooming, freezing, dan
walking), kemudian pola lokomosi kecoa diamati pada kertas HVS. Pengamatan pola
lokomosi kecoa dilakukan pada kecepatan normal dan saat geraknya dipercepat.
Kemudian lokomosi kecoa saat kedua kaki tengah dihilangkan dan diberi tinta.

3.2.3.1 Pergerakan Eksplorasi

Tiga ekor kecoa dimasukkan ke dalam aquarium, sebagai alasnya digunakan


styrofoam agar geraknya dapat diperlambat. Kecoa diaklimatisasi selama 2
menit, lalu perilaku eksplorasi kecoa diamati selama 5 menit. Perilaku
eksplorasi terdiri grooming, freezing dan walking. Frekuensi dan bagian tubuh
yang digunakan untuk melakukan ketiga perilaku tersebut dicatat. Korelasi
antara perilaku grooming dan walking dapat diketahui menggunakan Pearson
Correlation.

3.2.3.2 Pengamatan Pola Lokomosi Kecoa

Pengamatan pola lokomosi kecoa dilakukan pada kecepatan normal, saat


pergerakan dipercepat, saat kaki tengah dihilangkan dan pengamatan pola
lokomosi dengan tinta. Untuk pengamatan pada kecepatan normal, seekor
kecoa diletakkan pada kertas HVS, lalu dibiarkan bergerak hingga kecoa
berhenti atau berbelok arah dan durasi saat kecoa berhenti atau berbelok
dicatat. Pengamatan dilakukan secara bergantian untuk 3 ekor kecoa.
Pengamatan lalu dilanjutkan untuk lokomosi kecoa lurus ke depan yang
dipercepat dengan tiupan dari sedotan, dan saat kaki tengahnya dihilangkan.
Pola gerakan kecoa untuk ketiga jenis perlakuan tersebut dicatat “L1/L2/L3”
bila menggunakan kaki kiri dan “R1/R2/R3” bila menggunakan kaki kanan.
Pengamatan pola lokomosi dilanjutkan dengan pencatan kaki kiri dan kanan
kecoa dengan tinta, dan kecoa dibiarkan bergerak di atas kertas HVS sehingga
didapat gambaran pola lokomosi utuhnya.
3.2.4 Pengamatan Perilaku Hewan terhadap Atraktan dan Shelter

Seekor kecoa dimasukkan ke dalam aquarium dan digunakan styrofoam sebagai


alasnya. Di dalam akuarium sudah terisi sebuah shelter dengan makanan berupa
potogan apel dan pepaya yang diatur dengan peletakkan yang berbeda. Kecoa
diaklimatisasi terlebih dahulu selama 2 menit, lalu dimulai pengamatan perilaku
eksplorasi kecoa selama 20 menit. Latensi dicatat dari gerakan pertama kali kecoa
menuju ke salah satu tempat (shelter atau kedua jenis makanan). Durasi dan frekuensi
saat kecoa berada di salah satu tempat dicatat. Signifikansi decision kecoa dianalisis
dengan Manova dan uji Post Hoc Tukey.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengamatan Morfologi


Berikut adalah perbandingan gambar Periplaneta americana hasil pengamatan
dengan literatur.
Tabel 4.1 Perbandingan tampak ventral dan dorsal pada Periplaneta americana
Tampak Hasil Pengamatan Literatur
Dorsal

Gambar 4.1 Tampak Dorsal Periplaneta


americana (NCS Pearson, 2014)

Ventral

Gambar 4.2 Tampak Ventral Periplaneta


americana (Kshitij Education India, 2015)
Berdasarkan hasil pengamatan tubuh kecoa terdiri dari kepala, toraks, dan abdomen.
Pada kepala terdapat antena yang memiliki peranan sebagai penyeimbang gerak dan pengenal
lingkungan termasuk rasa, bau dan mengetahui sumber mata air. Mata kecoa memiliki jarak
pandang yang luas, disebabkan oleh mata kecoa terdiri dari banyak ommatidia (compound
eye). Compound eye memiliki lensa heksagonal yang menyebabkan jarak pandangnya luas
sehingga dapat mendeteksi gerakan di sekelilingnya dan dapat membedakan gelap dan terang.

Berdasarkan pengamatan pada toraks, terdapat 3 pasang kaki dan sepasang sayap.
Sepasang kaki ditumbuhi dengan rambut-rambut yang memungkinkan kecoa untuk bergerak
berdasarkan sistem sensori pada rambut kakinya secara seimbang. Pada bagian abdomen
bagian belakang terdapat cerci yang terdiri dari rambut sensor untuk mendeteksi aliran udara
(Delcomyn & Usherwood, 1973).
Kecoa jantan dan betina memiliki perbedaan antara lain, yaitu bagian ujung abdomen
jantan yang lebih lebar. Abdomen betina lebih runcing, jumlah sterna di bagian abdominalnya
pada kecoa jantan terdapat 9 bagian dan betina hanya 7 bagian. Sayap pada kecoa jantan lebih
panjang dibandingkan badannya melebihi ujung abdomen, sayap betina memiliki panjang
yang sama dengan tubuhnya (Animal Diversity web, 2001).
4.2 Pengamatan Keseimbangan Tubuh Kecoa Periplaneta americana
Pengamatan keseimbangan tubuh dilakukan dilakukan pada permukaan kasar dan
permukaan halus. Pada pengamatan menggunakan permukaan halus, umumnya kecoa tidak
dapat membalikkan tubuhnya sendiri kurang dari 3 menit dan harus dibantu oleh praktikan
untuk dapat kembali pada posisi berdirinya. Dan pada saat pengamatan dilakukan pada
permukaan kasar, umumnya (rata-rata) kecoa dapat membalikkan tubuhnya sendiri dalam
waktu kurang dari 3 menit. Hal ini disebabkan oleh pada meja lab yang merupakan
permukaan halus, kecoa tidak memiliki pegangan dan reseptor pada kakinya tidak mampu
mendeteksi permukaan halus secara tepat sehingga lebih sulit untuk menyeimbangkan
tubuhnya dan membalikkan tubuhnya. Selain itu, bagian pronotum/kepala dan dorsal yang
terbalik membuat kecoa sulit untuk mendeteksi keseimbangannya menggunakan antena
yang menempel pada bagian kepala (Delcomyn & Usherwood, 1973). Pada permukaan
kasar kecoa lebih mampu untuk membalikkan tubuhnya, karena kaki-kakinya dapat
berpijak (menggenggam) pada permukaan styrofoam, dan reseptor pada kakinya mampu
mendeteksi permukaan styrofoam secara tepat, sehingga kecoa dapat dengan lebih cepat
membalikkan tubuhnya. Pengaruh keberadaan morfologi dan fungsi sayap yang sempurna
tidak berpengaruh, karena data rata-rata latensi keseimbangan antara kecoa dewasa dan
kecoa nimfa tidak jauh berbeda, seperti terlihat dari gambar 4.1 berikut.
250

200

150
Standar Deviasi Latensi

100 Rata-rata Latensi

50

0
halus kasar

Gambar 4.3a Grafik keseimbangan pada kecoa dewasa


250

200

150
Standar Deviasi /latensi

100 Rata-rata Latensi

50

0
halus kasar

Gambar 4.3b Grafik keseimbangan pada kecoa nimfa


Nilai rata-rata latensinya dari keseimbangan kecoa dewasa pada permukaan halus
adalah 132.99, dan pada permukaan kasar adalah 29,153, dengan standar deviasi pada
permukaan halus 73,88 dan 55,34 pada permukaan kasar. Nilai rata-rata latensi keseimbangan
kecoa nimfa adalah 157,37 pada permukaan halus dan 32,64 standar deviasi pada permukaan
halus 63,05 dan 32,72. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa data rata-rata latensi
antara kecoa nimfa dan kecoa dewasa memberikan informasi bahwa keduanya memiliki
keseimbangan tubuh yang tidak jauh berbeda, dan umumnya dapat membalikkan tubuh pada
permukaan kasar. Berdasarkan data T-Test pada lampiran, maka antara kedua perlakuan
berpengaruh secara signifikan (nilai signifikansi kurang dari 0,05). Hal ini berarti data T-Test
yang ada memberikan hasil yang sama dengan mean dan standar deviasi, bahwa kecoa lebih
mudah membalikkan tubuhnya dan menjaga keseimbangan tubuhnya, pada permukaan kasar
(styrofoam).

4.3 Perilaku Eksplorasi & Lokomosi Kecoa Periplaneta americana

Perilaku Eksplorasi kecoa terhadap lingkungan styrofoam yang ditutup kaca terdiri
dari Grooming, Freezing dan Walking. Berdasarkan grafik rata-rata dan standar deviasi
perilaku eksplorasi kecoa di bawah, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku yang sering
dilakukan kecoa selama pengamatan adalah grooming dan walking. Hal ini menandakan
kecoa aktif dalam mengeksplorasi lingkungannya, walaupun rata-rata frekuensi perilaku
antara ketiganya tidak berbeda jauh.
14

12

10

8
STD Deviasi frekuensi
6 rata-rata frekuensi

0
Grooming Freezing Walking

Gambar 4.4 Grafik rata-rata dan standar deviasi perilaku eksplorasi kecoa

Pada perilaku grooming, kecoa melakukan suatu pembersihan pada organ-organ


sensoris. Sistem sensoris penting untuk tetap dijaga kepekaannya terhadap stimulus, agar
kecoa mampu mendeteksi keadaan sekitar lingkungannya. Grooming dilakukan pada organ
mekanoreseptor pada kaki dan organ kemoreseptor pada antena dan palpusnya, dengan cara
menjilat-jilat (oral cleaning) pada organ sensorisnya tersebut. Pada saat aklimasi, kecoa
diam sejenak, lalu mulai melakukan eksplorasi dengan perilaku walking dan lalu grooming.
Pada saat pengamatan dilakukan, kecoa umumnya lebih banyak melakukan walking di sudut-
sudut kaca dan melakukan grooming. Terkadang kecoa memanjat kaca dan lalu melakukan
grooming di dekat permukaan kaca (Robinson, 1996).

Berdasarkan analisis Pearson correlation pada lampiran, maka didapatkan bahwa


korelasi antara perilaku grooming dan walking dalam eksplorasi adalah positif.
Signifikansinya bernilai dibawah 0,05 (0,026) yang berarti kedua perilaku berhubungan
secara signifikan. Nilai hubungan untuk perilaku Grooming dan Walking adalah low positive
correlation, berkorelasi secara positif namun tidak terlalu kuat.

Pada pengamatan lokomosi kecoa, diberikan perlakuan berupa pergerakan kecoa


dengan kecepatan normal, dipercepat dengan tiupan, dan kaki tengah dihilangkan. Saat
gerakan kaki dengan kecepatan normal, sama dengan literatur, dengan pola gerakan kaki R1-
L2-R3 atau L1-R2-L3 (Delcomyn & Usherwood, 1973). Pada saat geraknya dipercepat
dengan tiupan pada bagian posterior, kecoa masih bergerak dengan pola yang sama, namun
gerakan kakinya dipercepat atau kecoa berbelok arah jalan. Kecoa memiliki sersi pada bagian
posterior yang dapat mendeteksi aliran udara, sehingga kecoa dapat merespon rterhadap
stimulus tiupan dengan cepat. Stimulus tiupan tersebut dapat diartikan kecoa sebagai pertanda
bahaya, kecoa akan menjauhi tiupan dan mempercepat langkah kakinya. Pada saat kaki
tengah dihilangkan, pergerakan kecoa menjadi lebih lambat dan tidak seimbang. Hal ini
disebabkan oleh kaki tengah yang berfungsi untuk menyeimbangkan pergerakan kecoa dan
mempercepat gerakan kecoa juga (Delcomyn & Usherwood, 1973). Tabel berikut merupakan
nilai rata-rata durasi dari ketiga perlakuan tersebut.

Tabel 4.1 Rata-rata durasi pergerakan kecoa berdasarkan tiga perlakuan

Perlakuan Rata-rata Durasi


Kecepatan normal 4,46
Gerak dipercepat 3,52
Kaki dihilangkan 3.59

Durasi paling cepat pada hasil pengamatan, sesuai dengan literatur bahwa gerak
dipercepat dengan tiiupan dari sedotan memiliki rata-rata durasi paling cepat hingga
berhenti/berbelok arah. Pada literatur, saat ada ancaman (berupa stimulus tiupan pada saat
praktikum) maka kecoa akan menghindar dengan berjalan lebih cepat atau berbelok arah
menjauhi tiupan (Bell, Roth & Nalepa, 2007). Pada kecepatan normal, kecoa tidak diberi
stimulus apapun dan hanya dibiarkan berjalan sehingga memiliki rata-rata durasi paling
lambat sebelum akhirnya berhenti dan berbelok arah.

Berikut merupakan pola lokomosi saat kecoa berjalan pada kertas HVS.

Gambar 4.5 Pola Lokomosi Kecoa dengan Menggunakan Tinta Cina


Pada gambaran pola lokomosi tersebut, kecoa berjalan berbelok arah dan tidak lurus.
Umumnya kecoa bergerak lurus pada sisi-sisi jalan atau ruangan. Bila berada di tengah
ruangan atau tengah bidang permukaan, kecoa cenderung akan melakukan gerak dengan
berbelok arah, dan jarang melakukan gerakan lurus. Kecoa merupakan hewan nokturnal yang
menyukai celah-celah sempit dan jalan sempit yang lurus di dekat makanan dan air. Bila di
tengah ruang terdapat cahaya, kecoa biasanya akan segera menghampiri celah dan jalan
sempit yang lembab dan gelap. Dalam proses pergerakan mencari celah itu, kecoa bergerak
tidak lurus dan berbelok-belok arah. Hal ini mungkin menyebabkan pola lokomosi yang
berbelok arah seperti pada percobaan (tidak diberi sekat atau batas, bila ada sekat atau batas
kecoa dapat berjalan lurus) (Pest Control Solutions Australia, 2015). Pada pola kakinya,
kecoa bergerak secara zigzag seperti pola gerakan kaki pada kecepatan normalnya.

4.4 Decision Hewan terhadap Attractant (Makanan dan ‘Shelter’)

Berikut merupakan grafik dari frekuensi rata-rata preferensi kecoa, disertai dengan standar
deviasinya.

4.5
4
3.5
3
2.5
Standar Deviasi
2
frekuensi rata-rata
1.5
1
0.5
0
apel pepaya shelter

Gambar 4.6 Frekuensi rata-rata preferensi kecoa tehadap Atraktan

Respon preferensi yang paling banyak dilakukan oleh kecoa tidak jauh berbeda antara
shelter dan makanan. Hal ini disebabkan oleh selama pengamatan, kecoa mengeksplorasi
masing-masing atraktan secara berurutan, sehingga frekuensi rata-ratanya menjadi tidak
banyak dalam waktu 25 menit. Hal ini juga sesuai dengan perilaku kecoa selama di
habitatnya. Kecoa akan membangun sarang di dekat sumber makanan dan air. Dan kecoa
akan secara aktif mengeksplor wilayah sekitarnya untuk dapat mengetahui sumber makanan
dan air, sedikit sumber cahaya, dan celah-celah sempit untuk kemudian membangun
sarangnya (Pest Control Solutions Australia, 2015).

Berdasarkan analisis MANOVA, didapatkan perbedaan yang signifikan antara seleksi


“decision”shelter dan makanan. Signifikansi terjadi di ketiga perlakuan setelah diuji dengan
Post Hoc Tukey Test (shelter, apel, dan pepaya), ketiga atraktan tersebut berbeda secara
signifikan terhadap perilaku decision kecoa. Jika dikaitkan dengan durasi dan latensi, maka
kecoa paling lama berada di Shelter, dan pemilihan shelter memiliki latensi yang paling
sebentar dibandingkan dengan pemilihan dan perilaku eksplorasi terhadap makanan. Hal ini
disebabkan oleh lampu Laboratorium Instruk yang bercahaya, dan kecoa tidak menyukai
wilayah yang bercahaya, sehingga menyebabkan kecoa untuk memilih dan lebih lama berada
dalam shelter yang gelap.
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut

1. Kecoa memiliki tubuh yang pipih. Kecoa Periplaneta americana jantan memiliki
bentuk posterior yang lebih runcing dibanding betina dan memiliki stylus pada ujung
abdomennya, juga memiliki sayap dan abdomen lebih panjang.
2. Keseimbangan tubuh kecoa Periplaneta americana lebih baik ketika berada di
permukaan kasar dibanding permukaan halus
3. Jenis perilaku yang paling sering muncul, ketika diurutkan grooming > walking >
freezing, frekuensi ketigantya berbeda tidak terlalu jauh.
4. Lokomosi pada Periplaneta americana berbelok arah, dengan pola pergerakan kaki
zigzag. Pola pergerakan kaki saat kecepatan normal, dan dipercepat adalah sama, pada
saat kakinya dihilangkan pola pergerakan kaki menggunakan L1, R3, dan R1, L3.
5. Preferensi pada Periplaneta americana cenderung kepada ketiganya berdasarkan
frekuensinya, namun jika dilihat dari durasi dan latensinya maka kecoa umumnya
berada pada shelter.
DAFTAR PUSTAKA

BB Biogen. 2012. “Serangga, Plasma Nutfah yang Luar Biasa”.


http://biogen.litbang.pertanian.go.id/index.php/2012/08/serangga-plasma-nutfah-yang-luar-
biasa/. Diakses pada 22 Februari 2015 pukul 15:22

Animal Diversity Web, 2015. Cockcroaches Periplaneta americana


http://animaldiversity.org/accounts/Periplaneta_americana/. Diakses pada 22 Februari 2015
pukul 16:03.

http://www.biologydiscussion.com/experiments/experiment-to-observe-adaptive-features-in-
animals-with-pictures/1715

http://www.kshitij-pmt.com/Biology/Structural-organisation-in-animals/cockroach.aspx
Oktarina, R. 2012. “Efektifitas Serbuk Biji Lada (Piper Nigrum) Sebagai Repellent Terhadap
Kecoa (Periplaneta Americana)”. Skripsi. Medan: USU.

http://animals.howstuffworks.com/insects/cockroach1.htm

http://www.pestcontrol.basf.com.au/pest-info/pest-info-cockroaches/understanding-
cockroach-behaviour/

ANTENNAL GROOMING AND MOVEMENT BEHAVIOUR IN THE GERMAN


COCKROACH, BLATTELLA GERMANICA (L.) W. H. ROBINSON Urban Pest Control
trol Research Center, Department of Entomology, Virginia Polytechnic Institute and State
University, Blacksburg, VA 240614319

Cockroaches. ECOLOGY, BEHAVIOR, AND NATURAL HISTORY

William J. Bell, Louis M. Roth, Christine A. Nalepa. 2007. The John Hopkin University
Press.
LAMPIRAN

T-Test Keseimbangan Tubuh

Korelasi Pearson Grooming-Walking

MANOVA dan Post Hoc Tukey Test

Anda mungkin juga menyukai