Disusun oleh
Jennifer Triscova Hutri Pangulimang
19502004
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
kita dapat menyelesaikan makalah ini. Guna untuk memenuhi tugas yang telah diberikan
oleh dosen mata kuliah Primatologi yang berjudul ‘Tingkah Laku Dan Ekologi Satwa Primata’
Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit hambatan yang kita hadapi, baik itu masalah
dari dalam dan masalah dari luar. Namun kita menyadari bahwa kelancaran dalam
penyusunan makalah berkat bantuan kecerdasan serta hikmat dari Allah sehingga kendala-
kendala yang kami hadapi dapat teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu pengetahuan tentang
Primatologi yang kami dapatkan dari berbagai sumber informasi internet
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran bagi pembaca. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
baiknya penulisan dimasa yang akan datang.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Primata adalah salah satu bagian dari golongan mamalia (hewan menyusui) dalam kingdom
animalia (dunia hewan). Primata muncul dari nenek moyang yang hidup di pohon-pohon
hutan tropis. Hewan primata ini termasuk di dalamnya monyet, kera, orang utan, dan
manusia. Dengan pengecualian dari manusia yang menghuni setiap benua, umumnya
primata hidup di daerah tropis ataupun subtropis Amerika, Afrika dan Asia. Menurut bukti
fosil, nenek moyang primitif dari primata telah ada sekitar 65 juta tahun yang lalu.
Primata memberi sumbangsih besar dalam kehidupan modern manusia. Primata digunakan
sebagai model organisme di laboratorium dan juga telah pernah digunakan dalam misi
ruang angkasa. Selain itu, ada beberapa jenis primata yang dapat digunakan sebagai hewan
pelayanan bagi manusia cacat dalam membantu kecerdasan, memori dan ketangkasan
manual. Hewan primata juga memberi manfaat besar dalam kelestarian hutan, karena biji
buah yang tertelan. akan ikut membantu penyebaran keanekaragaman hayati dan
regenerasi hutan. Kehadiran primata juga dapat memberi indikator kesehatan hutan,
populasi yang sehat di dalam wilayah hutan dan juga kemungkinan jenis binatang lain juga
dalam jumlah yang banyak. (sumber: Willie Smiths (Ketua Badan Yayasan Penyelamatan
Orang Utan) dalam http://siklus.lmb.its.ac.id/?p=249)
Menurut organisasi konservasi hewan primata dunia Primate Conservation, Inc., sepertiga
dari total spesies primata tropis (sekitar 123 spesies) menunjukkan angka kritis, karena
kehilangan hutan sebagai habitat mereka akibat dari illegal logging, pembukaan hutan untuk
lahan pertanian, diburu dan diekploitasi oleh manusia seperti dipelihara dan digunakan
sebagai bahan penelitian medis seperti yang dilakukan oleh Belanda dan Selandia Baru.
(sumber : http://www.primate.org/)
Usaha perlindungan satwa yang paling giat adalah kelompok primata. Saat ini telah ada
beberapa negara yang melarang total pemanfaatan primata jenis kera untuk dimanfaatkan
penelitian medis. Banyak perburuan primata yang dilakukan untuk dijual belikan dan
diselundupkan ke luar negeri. Ada juga yang dijual ke kebun binatang yang kurang bonafit
sehingga tidak menganut prinsip konservasi. (sumber: Willie Smiths (Ketua Badan Yayasan
Penyelamatan Orang Utan) dalam http://siklus.lmb.its.ac.id/?p=249)
Penyebab lain dari berkurangnya primata ini adalah karena mengincar dagingnya. Ada
beberapa orang yang percaya bahwa daging hewan primata khususnya jenis orang utan
dapat berkhasiat sebagai obat kuat atau aphrodisiac. Sampai saat ini hal itu masih terjadi di
Indonesia. Selain dagingnya, bagian tubuh primata yang diperjual belikan adalah
tengkoraknya yang dijadikan barang antik atau souvenir seperti terjadi di suku Dayak.
(sumber: Willie Smiths (Ketua Badan Yayasan Penyelamatan Orang Utan) dalam
http://siklus.lmb.its.ac.id/?p=249)
Kasus lain yang menyebabkan berkurangnya jumlah primata adalah banyaknya masyarakat
yang mengeluhkan kehadiran primata di sekitar permukiman mereka. Hal ini dikarenakan
rumah primata yaitu hutan telah berkurang, sehingga mencari tempat baru yang memiliki
banyak makanan dan sumber air. Oleh karena itu, banyak kebun yang rusak akibat primata.
(sumber: Willie Smiths (Ketua Badan Yayasan Penyelamatan Orang Utan) dalam
http://siklus.lmb.its.ac.id/?p=249)
Hewan-hewan primata sangat menarik dari segi ilmu pengetahuan karena kemiripan
karakter satwa ini dengan manusia. Sebagai salah satu jenis hewan yang hidup di Asia,
golongan primata memiliki potensi menjadi ikon pariwisata untuk Indonesia. Pemerintah
telah membangun sistem kawasan konservasi seluas 6,5 juta hektar di Sumatera bagian
utara dan Kalimantan, upaya pengelolaan kawasan hutan yang menjadi habitat primata di
luar taman nasional dan cagar alam tidak kalah pentingnya(sumber: Willie Smiths (Ketua
Badan Yayasan Penyelamatan Orang Utan) dalam http://siklus.lmb.its.ac.id/?p=249)
Kesimpulannya, diperlukan suatu wadah berupa Primate Land, yang dapat menyediakan
ruang sebagai habitat pengganti yang sesuai bagi primata dan menyadarkan masyarakat
bahwa primata adalah hewan yang perlu dilindungi. Secara tidak langsung, Primate Land
juga memberi fungsi rekreasi yang bersifat edukatif. Primate Land ini bertemakan green
architecture yang didesain dengan konsep back to nature. Sehingga Primate Land ini akan
menjadi ruang bagi hewan primata untuk hidup dan sarana rekreatif bagi manusia.
Keberadaan Primate Land ini juga dapat membantu pemerintah dalam usaha penyelamatan
satwa-satwa yang dilindungi.
2. Rumusan Masalah
a. Menjelaskan bagaimana tingkah laku primata
b. Menjelaskan ekologi satwa primata
3. Tujuan
a. Untuk mengetahui tingkah laku ekosistem
b. Untuk mengetahui ekologi satwa primata
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Tingkah Laku Primata
- Subordo Strepsirrhini
• Lemur
Merupakan jenis hewan yang aktif pada siang hari (diurnal), hidup semi terestrial. Pada
umumnya ketika berada di tanah akan berpindah atau bergerak dengan cara melompat
dengan menggunakan tungkai belakangnya. Sedangkan saat dipohon akan sering berayun.
Seperti jenis primata lain, lemur juga merupakan hewan yang hidup berkelompok. Dalam
satu kelompok didominasi oleh pejantan. Pejantan yang berumur 3-5 tahun akan keluar dari
kelompok dan bergabung dengan kelompok lain.
Reproduksi : Lemur jantan kawin dengan lebih dari satu betina (Poligini). Sedangkan betina
biasanya akan kawin dengan pejantan dari kelompoknya atau dengan pejantan dari
kelompok lain. Masa kawin berlangsung pada pertengahan April - Mei. Kehamilan (gestasi)
akan berlangsung selama 135 hari. Lemur akan melahirkan satu bayi, jarang kembar dengan
berat bayi tunggal mencapai 70 g. Bayi lemur akan dirawat oleh induk betina hingga umur 1
tahun, dan akan mulai beraktivitas sendiri dalam mencari makan setelah berumur 1 tahun
lebih.
Pakan : Lemur juga memakan berbagai macam jenis buah sebagai makanan utamanya.
Lemur juga memakan artropoda, ulat, larva kumbang, serangga dan laba-laba.
Habitat : Lemur hidup semi terestrial. Lemur merupakan jenis hewan endemik Madagaskar
yang mampu hidup di hutan dataran tinggi dan rendah. Pada umumnya mendiami hutan di
sekitar sungai. Tersebar di Madagaskar.
• Kukang
Perilaku Makan
Kukang dikenal juga dengan sebutan pukang, malu-malu, lori atau muka geni, bersifat aktif
di malam hari (nokturnal). Kukang Jawa tergolong pemakan segala (omnivora) dan diketahui
menyukai pakan berupa getah pohon, buah- buahan, biji- bijian, daun- daunan, serangga,
telur burung, burung kecil, kadal, hingga mamalia kecil (Pambudi 2008: 4).Proses awal
perilaku makan biasanya kukang terlebih dahulu melakukan pengamatan di sekitarnya dan
deteksi pemangsa dengan cara bergerak perlahan ke luar dari dalam kotak tidur, serta
melihat sekeliling kotak untuk tidur, guna mengetahui posisi mangsa berada. Setelah
mengetahui posisi pemangsa dan kondisi sekitarnya aman, maka kukang akan melakukan
pergerakan perlahan ke luar kotak tidur menuju sumber pakan yang telah tersedia. Menurut
beberapa peneliti, sedikit yang diketahui tentang struktur sosial kukang, tetapi pada
umumnya menghabiskan sebagian besar aktivitas hariannya untuk mencari makan sendiri
(Rowe 1996; Wiens 2002).
Perilaku Seksual
Kukang dalam hal perilaku seksual cenderung menjadi agresif saat mencapai kematangan
seksual, terutama pada kukang betina yang lebih menunjukkan sifat agresif dari pada
kukang jantan. Apalagi jika kukang sudah memiliki bayi mereka akan menjadi sangat
protektif pada anak mereka. Seperti halnya manusia kukang juga dapat berkontraksi dan
menyebarkan penyakit menular, oleh karena itu vaksinasi begitu sangat penting. Kukang
termasuk jenis primata yang tingkat reproduksinya rendah terhitung hanya melahirkan satu
ekor anak dalam waktu satu setengah tahun. Kematangan seksual pada kukang jantan
adalah pada umur 17bulan, sedangkan kukang betina pada umur 18–24 bulan dengansiklus
estrus 29–45 hari. Lama masa gestasi kukang sumatera betina adalah192,2 hari dengan
periode menyusuinya selama 6 bulan (Izard et al., 1988).
Perilaku Sosial
Interaksi sosial merupakan aktivitas yang melibatkan dua individu atau lebih. Informasi
mengenai kehidupan sosial kukang masih sedikit. Kukang jawa memiliki sistem komunikasi
seperti penggunaan urin sebagai penandaan teritori, vokalisasi untuk menarik lawan jenis,
dan komunikasi taktil yaitu allo-grooming saling menelisik satu sama lain dan assertion
membagi makanan, Berdasarkan rekaman hasil penelitian di lapangan, diketahui bahwa
kukang hidup secara soliter. Walaupun demikian kadang-kadang ditemui adanya interaksi
namun tidak lebih sebatas fase tahapan reproduksi (Weins, 2002).
Perilaku Pergerakan
Layaknya hewan-hewan nokturnal lainnya, pada siang hari kukangberistirahat atau tidur
pada cabang-cabang pohon. Bahkan ada yang membenamkan diri ke dalam tumpukan
serasah tetapi hal ini sangat jarang ditemui. Satu yang unik dari kebiasaan tidur kukang yaitu
posisi dimana mereka akan menggulungkan badan, kepala diletakkan diantara kedua
lutut/ekstrimitasnya. Kukang pada umumnya beristirahat pada siang hari di ranting atau
batang pohon dan liana Kukang tidak pernah menggunakan lubang-ubang pohon atau
wadah lain untuk istirahat.Kukang memiliki pergerakan yang lambat dan dapat memanjat
secara quadrupedal (berjalan dengan empat kaki). Kukang tidak bergantung pada perilaku
pertahanan aktif dalam menghadapi predator, namun bergantung pada lokomosi melata
(crypsis). Kukang melakukan bridging (membentuk seperti jembatan) antara cabang-cabang
pohon dengan sudut yang bervariasi. Hal ini disebabkan karena kukang tidak dapat
melompat (Weins dan Zitzmann, 2003).Kukang adalah satwa primata nokturnal yang aktif
setelah terbenamnya matahari. Kukang sangat aktif pada pukul 21.00 hingga 00.00 di alam.
Penurunan aktivitas akan terjadi secara drastis saat mulai terbitnya matahari Aktivitas
makan kukang jawa tertinggi terdapat pada pukul 20:00-21:00 dan pukul 01:00-02:00
(Nekaris, 2001).
Perilaku Khas
Dalam perilaku khas kukang yaitu gigitan kukang dikenal berbisa; suatu kemampuan yang
jarang terdapat di kalangan mamalia namunkhas pada kelompok primata lorisid. Bisa
tersebut didapat kukang dengan menjilati sejenis kelenjar di lengannya; bisa pada cairan
kelenjar itu diaktifkan tatkala bercampur dengan ludah. Gigitan berbisa itu berguna untuk
membuat jera pemangsa, dan juga untuk melindungi bayinya dengan menyapukannya pada
rambut tubuh anaknya. Sekresi kelenjar lengannya terutama mengandung zat semacam
alergen yang dihasilkan kucing, yang kemudian diperkuat dengan komposisi kimiawi yang
didapat kukang dari makanannya di alam liar. Pemangsa alami kukang yang tercatat, di
antaranya, adalah ular, elang brontok, dan orangutan. Meskipun diduga jenis-jenis kucing,
musang, dan beruang madu juga turut memangsanya.
- Subordo Haplorhini
• Tarsius
Tingkah Laku Grooming
Tingkah laku grooming atau membersihkan diri atau bulu menurut Suratmo (1970), adalah
sebuah aktivitas primata yang sifatnya umum. Saling membersihkan bulu merupakan suatu
mekanisme aplikasi yang penting dan aktivitas digunakan untuk memperkuat jaringan di
antara mereka. Hasil penelitian didapati bahwa tingkah laku grooming Tarsius paling banyak
terjadi pada pagi dan sore hari. Hal ini menunjukkan bahwa Tarsius lebih suka
membersihkan diri saat memasuki lubang sarang dan saat akan keluar sarang dimana
mereka memasuki sarang pohon secara berkelompok antara 2 sampai 6 ekor sehingga
sangat memungkinkan terjadi tingkah laku sosial seperti tingkah laku grooming. Adapun
tingkah laku grooming yang ditunjukan saat memasuki dan keluar dari lubang sarang diawali
dengan Tarsius duduk bersebelahan satu dengan yang lain dan melakukan
grooming ,dengan cara menjilat–jilat bagian kaki, tangan, dada, perut, telinga, dan kadang–
kadang menggosok –gosok mulut. Kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk kasih sayang induk
pada anaknya. Sedangkan tingkah laku grooming Tarsius dewasa mengarah pada bentuk
membersihkan diri ini mengartikan suatu kegiatan mencari kotoran tubuh sendiri atau
dilakukan individu lain saat bangun tidur saat tubuhnya basa dengan cara menjilat – jilat
tubuh dan menggosok -gosok suatu tempat. Persentase Tingkah laku grooming Tangkasi
terlihat pada Gambar 1.Tarsius lebih banyak melakukan grooming pada waktu pagi dengan
persentase 37,15% , siang hari persentase 31,19 %, dan sore hari dengan persentase
31,19%. Semua ini membuktikan bahwa Tarsius lebih banyak beraktivitas pada malam hari
(nocturnal) memulai.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Primata adalah salah satu bagian dari golongan mamalia (hewan menyusui) dalam kingdom
animalia (dunia hewan). Primata muncul dari nenek moyang yang hidup di pohon-pohon
hutan tropis. Hewan primata ini termasuk di dalamnya monyet, kera, orang utan, dan
manusia. Dengan pengecualian dari manusia yang menghuni setiap benua, umumnya
primata hidup di daerah tropis ataupun subtropis Amerika, Afrika dan Asia. Menurut bukti
fosil, nenek moyang primitif dari primata telah ada sekitar 65 juta tahun yang lalu.
Kesimpulannya, diperlukan suatu wadah berupa Primate Land, yang dapat menyediakan
ruang sebagai habitat pengganti yang sesuai bagi primata dan menyadarkan masyarakat
bahwa primata adalah hewan yang perlu dilindungi. Secara tidak langsung, Primate Land
juga memberi fungsi rekreasi yang bersifat edukatif. Primate Land ini bertemakan green
architecture yang didesain dengan konsep back to nature. Sehingga Primate Land ini akan
menjadi ruang bagi hewan primata untuk hidup dan sarana rekreatif bagi manusia.
Keberadaan Primate Land ini juga dapat membantu pemerintah dalam usaha penyelamatan
satwa-satwa yang dilindungi.
DAFTAR PUSTAKA
Dian, Permata 2016 konservasi satwa primata di Indonesia dalam kajian ekologi hewan
http://dianps94.blogspot.com/2016/06/konservasi-satwa-primata-di-indonesia.html?m=1
diakses pada 23 oktober 2020 pukul 11.30
Stephanie R., Koen P., Kasiyati 2018 PERILAKU GORILA (Gorilla gorilla gorilla, S.) JANTAN
DEWASA (SILVERBACK) DALAM KANDANG ENCLOSURE DAN HOLDING DI PUSAT PRIMATA
SCHMUTZER JAKARTA Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume XXI, Nomor 1, Maret 2013
Alfila,I. 2019 Perilaku Satwa Liar Pada Kelas Mammalia, Mahasiswa Program Studi
Kehutanan. Fakultas Pertanian, Universitas Almuslim, Jalan Almuslim, Matang Glumpang
Dua, Peusangan, Kabupaten Bireuen, Aceh 24261
Urulamo Jemi , H.J. Kiroh, Manopo dan Hendrik, J.R.Buyung 2013 DESKRIPSI TINGKAH LAKU
TANGKASI ( Tarsius Spectrum ) SAAT MEMASUKI DI LUBANG SARANG POHON DI CAGAR
ALAM TANGKOKO, Jurnal zootek (“zootek journal”) Vol 34 No 2: 159 - 169 (Juli 2014)
Gembira loka zoo, Lemur ekor cincin https://gembiralokazoo.com/collection/lemur-ekor-
cincin.html diakses pada 23 oktober 2020 pukul 11.40