Anda di halaman 1dari 14

SEJARAH EVOLUSI MANUSIA (ANTHROPOGENESIS)

Oleh : Ukhti Wulung Pertiwi


(Kelas Evolusi A)
Charles Darwin sempat membuat heboh dunia ilmu pengetahuan dengan
pernyatannya bahwa manusia berasal dari Kera. Pernyataan tersebut memang kontroversial,
namun bila ditinjau lebih jauh, ternyata teori ini hampir benar. Bukannya kera berubah
menjadi manusia, namun kera dan manusia memang berkerabat karena berasal dari satu
nenek moyang, yang mengambil jalan evolusi yang terpisah jutaan tahun lalu.

PRIMATA

Primata (English: Primates) adalah ordo hewan tingkat tinggi dari kelas Mammalia.
Bangsa ini terdiri lebihdari 350 spesies yang terbagi dalam 15 family. Sesuai dengan judul
notes ini, primata menempati tinglatan evolusi tertinggi, karena terdapat manusia di dalamnya
(Delson, dkk., 2000).
Ciri-ciri utama dari primata adalah Ibu jari yang berlawanan arah, volume otak yang
besar dan pandangan mata yang fokus ke depan. Ya, tidak seperti makhluk vertebrata non-
predator lainnya, primata memiliki sudut pandangan yang sempit. Konsekuensinya, primata
dapat melakukan perhitungan jarak yang akurat yang sangat penting bagi hewan arboreal
seperti mereka. Namun, mereka juga kehilangan kemampuan untuk melihat predator di
sekitar mereka (Delson, dkk., 2000).
Salah satu ciri lainnya, pertumbuhan yang lambat serta ketergantungan anak pada
induknya dalam masa yang cukup lama. Berbeda dengan mammalia lainnya, masa
pertumbuhan primata untuk menjadi Dewasa kelamin cukup lambat, dan sampai saat itu,
mereka akan tetap bergantung pada induknya. Hal ini dikarenakan anak-anak Primata perlu
belajar banyak hal dari induknya sebelum mereka mandiri, mengingat volume otak mereka
yang cukup besar,seperti manusia di sekolah. Hal ini juga menimbulkan hubungan sosial
yang kompleks di dalam komunitas primata (Delson, dkk., 2000).
Pada awalnya, nenek moyang ordo ini mungkin adalah hewan arboreal kecil seperti
tupai. Mereka kemudian mengalami tahapan evolusi yang cukup tinggi baik secara
morfologis maupun sosial, hingga akhirnya terciptalah sebuah ordo besar yang terdiri atas
hewan yang sering kita sebut sebagai Monyet, Kera, Lemur, Capuchin, Kukang atau Tarsius
(Delson, dkk., 2000).

Primata di Indonesia

Indonesia memiliki banyak sekali spesies primata yang tersebar dari sabang sampai
marauke. Mulai dari Orangutan Sumatra di Sumatra, Jenis-jenis Monyet Daun (Leaf-monkey)
di Kalimantan, Monyet-kantung pipi/ Makaka (Macaquez) di Sulawesi, Hingga si imut
Tarsius/Tangkasi di Papua. Klasifikasi primata cukup sulit untuk dimengerti. Maka itu, dalam
notes ini, saya membagi mereka dalam 2 golongan, yakni: (Delson, dkk., 2000).

1. Sub-Ordo Prosimian

Terdiri dari Tarsius, Loris (Kukang), Lemur dan Primata Primitif lainnya

Loris (infra order: Lorisiformes, family:Lorisidae)

Ukhti Wulung Pertiwi| Evolusi Manusia


Loris (kukang) tersebar di Asia Tenggara. Terdapat 2 macam Kukang: Kukang
lambat dan Kukang langsing. Kukang lambat (Slow-loris) mendapat namanya dari
gerakan mereka yang lambat, namun mereka juga dapat bertindak cepat bila diganggu.
Kata loris berasal dari bahasa belanda yang artinya badut, karena bentuk mereka yang
lucu. Ada yang mengatakan liur mereka beracun, karena saat digigit, anda bisa bengkak
dan demam karenanya. Hal tersebut dikarenakan infeksi bakteri. Kukang lambat bisa
dijumpai di Indonesia di Sumatra (Nycticebus coucang/Kukang sumatra) dan Jawa.
Kukang Langsing (Slender loris) terdapat di sebagian besar tanjung malaya, termasuk
Myanmar, Kamboja dan Thailand. Berbeda dengan slow-loris, slender loris tampak lebih
langsing. Slow-loris dan Slender loris memakan Buah-buahan dan terkadang serangga.
Keduanya memiliki cakar(yang tidak umum dimiliki primata) utnuk mebersihkan diri
bernama Toilet claw.

Tarsius (Infraorder: Tarsius, Family: Tarsidae)

Tarsius terdapat di daerah Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan Filipina. Hewan


kecil ini memiliki ekor yang panjang sebagai pengendali gerakan ketika ia melompat.
Keistimewaan lainnya, hewan ini dapat memutar kepalanya hingga 180 derajat.

Lemur (Infraorder:Lemur, Family: Lemuridae/ lemur biasa, Cheirogaleidae/Mouse


lemur,lepimuridae/sportive lemur,Indridae/Indri)

Lemur hanya terdapat di Madagaskar. Merupakan primata tua diurnal (aktif di


siang hari) dengan moncong yang panjang dan sudut pandang yang melebar. Mouse
lemur/Dwarf lemur panjangnya kurang dari 30cm, sepeti tupai dengan ibu jari
berlawanan. Sportive lemur cukup uniuk dengan cara berjalannya di tanah yang
melompat-lompat menyamping. Lemur biasa lebih seperti primata modern. Aye-aye
merupakan primata nocturnal yang lucu dengan jari tengahnya yang panjang, untuk
mencari larva serangga di dalam batang pohon. Lemur biasa dan lemur sportive memilki
sistem sosial yang unik, dimana setiap anggota kelompok saling bekerja-sama dalam
melakukan kegiatan.

2. Sub-ordo Anthropoidea

Terdiri atas Monyet dan Kera. Merupakan Primata tingkat tinggi, dan manusia
terdapat di dalamnya.

Monyet Dunia lama (Pavroredr: Cattarhinii)

Monyet dunia baru terdiri atas monyet-monyet yang berasal dari dunia lama
(Eurasia-afrika). Terdiri atas satu family (Cerchopithecidae)yang dibagi lagi menjadi 2
sub-family: Monyet Daun (Colubidae) dan Makaka (Cerchopitecinae). Monyet Daun
(leaf monkey) terdiri atas hewan yang kita sebut sebagai Lutung, Surili, dan Simpai.
Tersebar luas di Asia tenggara. Seperti namanya, monyet daun memakan dedaunan
sebagai makanan utama mereka. Sistem pencernaan mereka telah termodifikasi untuk
mencerna serat daun. Beberapa spesies terdapat di Indonesia, seperti Lutung Jawa
(Trachippitecus auratus), Lutung Perak (T. cristatus), Surili (Prebystis comata), Simpai
(P. melalophos),Bekantan (Narsalis larvatus)dan lain-lain.
Cercopithecinae atau Makaka (English: Macaquez) atau sering juga disebut
Monyet Berkantung-pipi memiliki struktur khas di pipinya untuk menampung makanan.

Ukhti Wulung Pertiwi| Evolusi Manusia


Jenis primata inilah yang sering di-eksploitasi oleh manusia untuk pertunjukan.
Kebanyakan Makaka hidup di atas tanah atau di kanopi rendah, memakan biji-bijan dan
umbi. Salah satu ciri khas dari kelompok ini adalah gigi taringnya yang panjang
mengerikan. Beberapa spesies tersebar luas dari aceh hingga sulawesi, seperti Monyek
Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Monyet hidung-babi atau beruk (M. fuscata),
Monyet Sulawesi/ Yaki (M. niga ) dan lain-lain.
Kedua sub-family tersebut telah mengalami tingkatan evolusi yang cukup
signifikan yang menunjukan ciri-ciri primata modern, seperti sudut pandang yang
sempit/fokus dan jari yang berkuku, bukan bercakar. Mereka juga mengalami evolusi
kebiasaan, mereka berpindah dari satu kanopi ke kanopi lain dengan cara Leaping atau
melompat. Berbeda dengan cara melompat tarsius, cara melompat mereka lebih terarah
dengan perhitungan jarak yang akurat. Mereka juga memiliki sistem sosial yang unik
dimana setiap kelompok di pimpin oleh pejantan alfa dan banyak betina dan
remaja/juvenile. Sementara itu para pejantan yang belum memiliki kelompok tergabung
dalam kelompok bujang.

Monyet Dunia baru (Pravorder: Platyrrhinii)

Monyet Dunia baru berasal dari dunia baru (Amerika). Terdiri atas monyet-
monyet kecil hingga sedang dengan ciri khas hidung yang melebar. Berbeda dengan
Monyet Dunia-lama dengan pembatas hidung yang tipis sehingga lubang hidung
mengarah ke bawah, Monyet dunia baru memiliki pembatas hidung yang lebar sehingga
lubang hidung mengarah ke samping. Ciri lainnya, Monyet Dunia baru memiliki ekor
yang dapat berpegangan pada ranting pohon, tidak seperti monyet dunia lama yang
hanya berfungsi sebagai penjaga keseimbangan saat melompat. Semua monyet dunia
baru memiliki gigi molar (geraham) 12, bukan 8. Kelompok ini juga memiliki sistem
sosial monogami (memiliki satu pasangan seumur hidup), dan sistem ini juga ditemukan
pada family Hylobatidae yang terpisah jauh di pedalaman Asia Tenggara.

Gibbons (family: Hylobatidae)

Gibbons atau owa-owa (English: Gibbon/Lesser Apes) merupakan family


anthropoidae yuang cukup tersebar luas di Asia tenggara. Ciri khas family ini adalah
lengan panjang untuk berayun-ayun dari satu kanopi ke kanopi lainnya. Ciri khas inilah
yang menandakan tingkatan evolusi Kera (Bukan monyet!!) ini,dari leaping (melompat)
menjadi Branchiating yakni berayun-ayun dari satu ranting ke ranting lain. Kera ini juga
tidak berekor, menandakan bahwa mereka bersaudara dengan Great Apes atau kera
besar. Untuk menunjang cara berayun-nya, kera ini juga merubah sistem persendiannya
menjadi lebih lentur, yang juga terdapat pada seluruh family Primata tanpa ekor/ Kera.

Kera besar (family: Pongidae)

Kera besar atau great apes adalah family dengan tingkat evolusi tertinggi di ordo
primata dan memiliki kekerabatan yang paling dekat dengan Manusia. Tersebar di Afrika
utara dan Asia tenggara, family pongidae merupakan family dengan ukuran tubuh yang
paling besar. Terdiri dari lima 3 genus, yakni genus Pan (Simpanse dan Bonobo), genus
Gorilla (Gorilla) dan genus Pongo (Orangutan). Genus Pan (simpanse dan Bonobo)
merupakan genus yang paling dekat dengan manusia, dengan 99% gen yang mirip
dengan gen manusia. Genus ini meiliki ukuran tubuh yang sedang dengan bulu hitam
legam di hampir seluruh tubuh. Muka mereka bersih dari bulu, dimaksudkan untuk

Ukhti Wulung Pertiwi| Evolusi Manusia


memperjelas ekspresi muka mereka yang berguna dalam kegiatan sosial. Ya, hewan ini
merupakan hewan yang sangat sosial dan cerdas, dimana interaksi antar individu
dilakukan dengan menunjukan ekspresi muka yang berbeda.

Family Hominidae

Terdiri atas Manusia modern dan Manusia purba, merupakan tingkatan tertinggi
dalam evolusi primata. Di jaman sekarang, hanya tersisa 1 spesies dari family ini, yakni
Homo sapiens. Tinggi bervariasi, ada yang kurang dari 1 meter, ada pula yang mencapai
2 meter lebih. Berjalan tegap, tungkai depan lebih pendek dari tungkai belakang. Ibujari
kaki tidak menghadap ke belakang. Kulit hampir tidak tertutup bulu, memiliki variasi
warna yang beragam

Perbedaan Loris, Tarsius, Lemur, Apes, Old World Monkey dan NewWorld
Monkey
1. Loris : Primata dari sub ordo Prosimian, famili : Lorisidae ; memiliki liur
beracun;
2. Tarsius : Primata dari sub ordo Prosimian, famili :Tarsidae; berekor panjang;
dapat melompat; dapat memutar kepalanya hingga 180 derajat.
3. Lemur : Primata dari sub ordo Prosimian, famili : Lemuridae; moncong yang
panjang dan sudut pandang yang melebar; nokturnal; seperti primata tingkat
tinggi.
4. Apes : Primata dari sub ordo Anthropoidea, famili : Hylobatidae yang
merupakan golongan New World Monkey (Monyet Dunia Baru); lengan
panjang untuk berayun-ayun dari satu kanopi ke kanopi lainnya; tidak berekor;
adapun great apes merupakan genus yang paling dekat dengan manusia, dengan
99% gen yang mirip dengan gen manusia. Genus ini meiliki ukuran tubuh yang
sedang dengan bulu hitam legam di hampir seluruh tubuh.
5. Old World Monkey : Primata dari sub ordo Anthropoide; berasal dari dunia
lama (Eurasia-afrika); berpindah dari satu kanopi ke kanopi lain dengan cara
Leaping atau melompat. Berbeda dengan cara melompat tarsius, cara melompat
mereka lebih terarah dengan perhitungan jarak yang akurat.
6. New World Monkey : Primata dari sub ordo Anthropoide; berasal dari dunia
baru (Amerika); termasuk di dalamnya apes; memiliki ekor yang dapat
berpegangan pada ranting pohon, tidak seperti monyet dunia lama yang hanya
berfungsi sebagai penjaga keseimbangan saat melompat; hidung tipis dan
lubangnya menghadap ke bawah; merupakan primata dengan ciri paling dekat
dengan manusia

Ukhti Wulung Pertiwi| Evolusi Manusia


ZAMAN AUSTRALOPHITECUS

1. Australopithecus afarensis
Australopithecus afarensis ("Lucy") adalah seekor
hominid punah yang hidup sekitar 3,9 dan 2,9 juta tahun
yang lalu. Tak jauh berbeda dengan Australopithecus
africanus, A. afarensis memiliki tubuh yang ramping. Para
ilmuwan mempercayai bahwa A. afarensis adalah nenek
moyang dari Homo, yang juga berarti nenek moyang dari
manusia modern, Homo sapiens (Jones, 2004).

Klasifikasi Australopithecus afarensis


(Johanson & White, 1978

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Ordo: Primata
Famili: Hominidae
Upafamili: Homininae
Genus: Australopithecus
Spesies: A. afarensis

Ukhti Wulung Pertiwi| Evolusi Manusia


Persebaran

Sampai saat ini, fosil-fosil Australopithecus afarensis hanya ditemukan di wilayah


Timur Afrika. Wilayah yang paling terkenal sebagai tempat penemuan fosil ini adalah
Hadar, Ethiopia. Di sanalah fosil "Lucy", seekor A. afarensis betina, ditemukan. Tempat
lain di mana fosil A. afarensis ditemukan adalah di Omo, Maka, Fejej, dan Belohdelie di
Ethiopia, dan Koobi Fora dan Lothagam di Kenya. Lucy meninggalkan ketergantungan
dari pohon dan memulai gaya kehidupan berbasis di tanah. Fosil baru menegaskan
anggota spesies Lucy sudah bisa membuat jejak kaki sebelum 3.6 juta tahun lalu yang
ditemukan dalam abu vulkanik yang mengeras di Laetoli, Tanzania. A. afarensis
dianggap merupakan peralihan primata bipedal (Mckie, 2000).

Rekonstruksi A. afarensis
Spesimen A. afarensis Tengkorak A. afarensis
betina
betina

2. Australopithecus africanus

Australopithecus africanus pertama kali ditemukan


pada 1924 di Desa Taung, Bechunaland, oleh
Raymond Dart. Setelah itu, ditemukan lagi di
Strekfontein pada 1935, Makapansgat pada 1948, dan
Gladysvale pada 1992. Bagian tubuh dari manusia
kera ini yang ditemukan hanyalah fosil tengkorak
kepala. Australopithecus africanus adalah spesies
hominid awal yang diperkirakan hidup sekitar 2 atau 3
juta tahun lalu di era Pliosen. Sisa fosil yang temukan
memperlihatkan bahwa Australopithecus africanus ini
lebih menyerupai manusia modern daripada
Australopithecus afarensis
Rekonstruksi Australophitecus
africanus

Ukhti Wulung Pertiwi| Evolusi Manusia


Ciri-Ciri Australopithecus africanus :

 Umur: 3,0-2,3 juta tahun


 Makanan: buah, kacang, biji dan umbi akar
 Daerah: Afrika Selatan
 Lingkungan: semak-semak di hutan kayu
 Perbedaan: dimorfisme
 Ukuran tubuh: Perempuan: 115 cm/3’9”, 30 kg/67 lbs, Laki-laki: 138 cm/4’6”, 41
kg/91 lbs.
 Memiliki tubuh yang ramping
 Australopithecus jantan lebih besar dalam ukuran tubuh. 20-40% lebih tinggi, 30-
40% lebih berat dari perempuan.
 volume otaknya sama dengan Apes (435-530 cm3).
 Beberapa bagian posorbital terdesak.
 Gigi taring kecil dan tidak memiliki diastema.
 Gigi geraham depan bagian bawah mempunyai dua puncak.
 Lapisan email gigi tebal. Barisan gigi rata.
 Tangannya relatif panjang.
 Tulang jari-jarinya agak melengkung, rata-rata jari-jarinya panjang seperti pada
manusia.
 Lumbar melengkung.
 Penyambung tulang pendek dan lebar.
 Penyambung tulang membelit ke arah samping.
 Batang lengan femur bersudut, ada pada lutut di atas kaki

ZAMAN HOMO

Dokumentasi awal dari genus Homo adalah Homo Habilis yang berevolusi sekitar 2,3
juta tahun yang lalu; spesies yang dipercaya telah menggunakan alat-alat dari batu. Volume
otak dari homininid awal seukuran dengan simpanse. Selama jutaan tahun berikutnya proses
ensefalisasi dimulai, dimasukkannya Homo Erectus dalam catatan fosil, kapasitas tengkorak
telah dua kali lipat menjadi 850 cm3. Homo erectus dan Homo ergaster adalah homininae
awal yang meninggalkan Afrika, dan spesies ini menyebar melalui Afrika, Asia, dan Eropa
antara 1,3 juta – 1,8 juta tahun yang lalu. Diperkirakan bahwa spesies ini adalah yang
pertama yang menggunakan api dan alat-alat yang kompleks. Berdasarkan teori asal usul
manusia modern dari Afrika terbaru, manusia modern mungkin berevolusi di Afrika dari
Homo heidelbergensis, Homo rhodesiensis, atau Homo antecessor dan bermigrasi keluar
benua Afrika sekitar 50.000 sampai 100.000 tahun yang lalu, menggantikan populasi lokal
Homo erectus, Homo Denisova, Homo floresiensis, dan Homo neanderthalensis.
Homo sapiens kuno, leluhur manusia modern secara anatomis, berevolusi antara
400.000 dan 250.000 tahun yang lalu. Bukti DNA terbaru menunjukkan bahwa beberapa
haplotipe asal Neanderthal hadir di antara semua populasi non-Afrika; dan Neanderthal serta
hominid lainnya, seperti Hominin Denisova mungkin telah berkontribusi hingga 6% dari
genom mereka untuk manusia masa kini. Manusia beranatomi modern berevolusi dari Homo
sapiens kuno di era pertengahan Paleolitikum sekitar 200.000 tahun yang lalu. Transisi ke
perilaku modern dengan perkembangan budaya simbolik, bahasa, dan teknologi batu terjadi
sekitar 50.000 tahun yang lalu menurut banyak antropolog meskipun ada beberapa
antropolog meyakini perubahan kebiasaan tersebut terjadi bertahap dalam jangka waktu yang
lebih lama.

Ukhti Wulung Pertiwi| Evolusi Manusia


3. Homo erectus

Hominid pertama yang meninggalkan Afrika menuju Eropa dan Asia adalah Homo
erectus. Bukti menunjukkan bahwa Homo habilis Homo erectus diganti. Homo erectus
adalah tentang ukuran manusia modern dan sepenuhnya disesuaikan untuk berjalan
tegak. Otaknya jauh lebih besar daripada otak leluhurnya, tapi itu fitur yang
memisahkannya dari manusia modern. Alat-alat Homo erectus yang lebih canggih dari
alat-alat Homo habilis. Homo erectus mungkin yang pertama pemburu-pengumpul.
Homo erectus adalah terampil berburu dan menyembelih hewan dan diduga
menjadi pengguna pertama api. Arkeolog percaya Homo erectus didirikan budaya awal
dan memiliki metode untuk mengkomunikasikan informasi kepada generasi berikutnya.
Konsep bahasa diyakini telah ada di Homo erectus.
Penemuan fosil awal dari Jawa (dimulai pada tahun 1890-an) dan China (‘Peking
Man’, dimulai pada tahun 1920) terdiri dari contoh klasik dari spesies ini. Umumnya
dianggap telah menjadi spesies pertama yang telah berkembang di luar Afrika, Homo
erectus dianggap sebagai spesies yang sangat bervariasi, tersebar di dua benua (itu tidak
yakin apakah itu mencapai Eropa), dan mungkin spesies manusia awal terpanjang hidup
– sekitar sembilan kali Selama spesies kita sendiri, Homo sapiens, telah ada.

 Tinggal: Utara, Timur, dan Afrika Selatan; Asia Barat (Dmanisi, Republik Georgia);
Asia Timur (China dan Indonesia)
 Ketika Tinggal: Antara sekitar 1,89 juta dan 143.000 tahun yang lalu
 Homo erectus hidup antara sekitar 1,89 juta dan 143.000 tahun yang lalu.
Tahun Penemuan: 1891
 Tinggi Badan: Berkisar dari 4 ft 9 in – 6 ft 1 in (145-185 cm)
 Berat Badan: Berkisar 88-150 lbs (40-68 kg)

Ukhti Wulung Pertiwi| Evolusi Manusia


 Tinggi & Berat Informasi Tambahan: Ada sejumlah besar variasi dalam ukuran
individu Homo erectus.

Berikut adalah beberapa pertanyaan masih belum terjawab tentang Homo erectus
yang dapat dijawab dengan penemuan masa depan: Apakah Homo erectus nenek moyang
langsung dari Homo sapiens, spesies kita sendiri? Data menunjukkan bahwa peningkatan
ukuran tubuh, lebih mengandalkan sumber pangan hewani, dan peningkatan berbagai
ukuran adalah bagian dari web faktor yang memfasilitasi penyebaran awal awal H.
erectus dari Afrika. Adalah salah satu dari faktor-faktor ini lebih penting dari yang lain?
Adalah fosil dari periode waktu sebelumnya di Afrika Timur, dan dari Georgia, semua
bagian dari satu spesies (Homo erectus), regional variabel dalam ukuran dan bentuk?
Atau ada Sejarah Penemuan:
Eugène Dubois, seorang ahli bedah Belanda, menemukan Homo erectus pertama
individu (Trinil 2) di Indonesia pada tahun 1891. Pada tahun 1894, Dubois menamai
spesies Pithecanthropus erectus, atau ‘tegak manusia-kera. “Pada saat itu,
Pithecanthropus (kemudian berubah menjadi Homo ) erectus adalah yang paling primitif
dan terkecil berotak dari semua spesies manusia purba yang dikenal; ada fosil manusia
purba bahkan telah ditemukan di Afrika belum.
Banyak fosil tidak dapat dikaitkan dengan laki-laki atau perempuan, sehingga kami
menyajikan seluruh rentang ukuran di sini. Fosil-fosil dari Afrika menunjukkan ukuran
tubuh yang lebih besar daripada yang dari China, Indonesia, dan Republik Georgia.
Kita tidak tahu segala sesuatu tentang awal kami leluhur-tapi kita terus belajar lebih
banyak. Ahli paleoantropologi yang terus-menerus di lapangan, menggali daerah baru,
menggunakan teknologi inovatif, dan terus mengisi beberapa kesenjangan dalam
pemahaman kita tentang evolusi manusia.
Sebenarnya beberapa spesies manusia purba yang diwakili oleh apa yang sekarang
kita panggil Homo erectus? Seberapa baik Homo erectus menguasai kontrol api dan
seberapa luas itu api yang digunakan? Apa yang dikatakan tentang kemungkinan
pergeseran makanan dalam spesies ini? Apakah Homo erectus tumbuh dalam pola yang
lebih mirip manusia dan tingkat, atau yang mirip kera yang lebih? Apakah Homo erectus
yang pertama spesies manusia awal untuk mengalami

4. Homo hablis

Homo habilis (dari bahasa Latin yang berarti


"manusia yang pandai menggunakan tangannya")
adalah sebuah spesies dari genus Homo, yang
hidup sekitar 2,5 juta sampai 1,8 juta tahun yang
lalu pada masa awal Pleistocene. Definisi untuk
spesies ini pertama kali diungkapkan oleh
Jonassen Leakey, yang menemukan fosil spesies
ini di Tanzania, Afrika Timur, antara tahun 1962
dan 1964. Homo habilis diperkirakan merupakan
spesies dari genus Homo yang pertama kali Rekonstruksi Homo habilis
muncul di bumi. Penampilan dan morfologi H.
Habilis memiliki berbagai kemiripan dengan semua manusia paling modern di genus
Homo (kecuali, mungkin, Homo rudolfensis). Homo habilis memiliki tubuh yang pendek
dengan lengan yang lebih panjang dari manusia modern. Diperkirakan spesies ini adalah

Ukhti Wulung Pertiwi| Evolusi Manusia


keturunan dari hominid australopithecine. Homo habilis memiliki cranial capacity
kurang dari setengah kapasitas manusia modern. Meskipun masih memiliki bentuk
seperti-kera (ape-like), H. habilis diperkirakan telah mampu menggunakan peralatan
primitif yang terbuat dari batu; hal ini dibuktikan dengan ditemukannya peralatan-
peralatan dari batu di sekitar fosil mereka. (misalnya peralatan yang ditemukan di
Olduvai Gorge, Tanzania dan Lake Turkana, Kenya) (Lewin, 2005).
Homo habilis diduga merupakan nenek moyang dari Homo ergaster, yang
kemudian menurunkan spesies lain yang memiliki bentuk tubuh s eperti manusia, Homo
erectus. Sampai saat ini masih diperdebatkan apakah H. habilis ini adalah nenek moyang
dari manusia (Lewin, 2005).

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Ordo: Primates
Famili: Hominidae
Genus: Homo
Spesies: Homo habilis (Leakey et al, 1964)
Tengkorak Homo habilis

5. Homo florensiensis

Homo floresiensis ("Manusia Flores", dijuluki Hobbit) adalah nama yang diberikan
oleh kelompok peneliti untuk spesies dari genus Homo, yang memiliki tubuh dan volume
otak kecil, berdasarkan serial subfosil (sisa-sisa tubuh yang belum sepenuhnya membatu)
dari sembilan individu yang ditemukan di Liang Bua, Pulau Flores, pada tahun 2001.
Kesembilan sisa-sisa tulang itu (diberi kode LB1 sampai LB9) menunjukkan postur
paling tinggi sepinggang manusia moderen (sekitar 100 cm) (Jacob, dkk., 2006).
Para pakar antropologi dari tim gabungan Australia dan Indonesia berargumen
menggunakan berbagai ciri-ciri, baik ukuran tengkorak, ukuran tulang, kondisi kerangka
yang tidak memfosil, serta temuan-temuan sisa tulang hewan dan alat-alat di sekitarnya.
Usia seri kerangka ini diperkirakan berasal dari 94.000 hingga 13.000 tahun yang lalu
(Jacob, dkk., 2006).
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Ordo: Primata
Famili: Hominidae
Genus: Homo
Spesies: Homo floresiensis (Brown et al., 2004)

Liang Bua, tempat ditemukannya sisa-sisa kerangka ini, sudah sejak masa
penjajahan menjadi tempat ekskavasi arkeologi dan paleontologi. Hingga 1989, telah
ditemukan banyak kerangka Homo sapiens dan berbagai mamalia (seperti makhluk mirip
gajah Stegodon, biawak, serta tikus besar) yang barangkali menjadi bahan makanan
mereka. Di samping itu ditemukan pula alat-alat batu seperti pisau, beliung, mata panah,

Ukhti Wulung Pertiwi| Evolusi Manusia


arang, serta tulang yang terbakar, yang menunjukkan tingkat peradaban penghuninya
(Jacob, dkk., 2006).
Kerja sama penggalian Indonesia-Australia dimulai tahun 2001 untuk mencari
jejak peninggalan migrasi nenek moyang orang Aborigin Australia di Indonesia. Tim
Indonesia dipimpin oleh Raden Pandji Soejono dari Puslitbang Arkeologi Nasional (dulu
Puslit Arkenas) dan tim Australia dipimpin oleh Mike Morwood dari Universitas New
England. Pada bulan September 2003, setelah penggalian pada kedalaman lima meter
(ekspedisi sebelumnya tidak pernah mencapai kedalaman itu), ditemukan kerangka mirip
manusia tetapi luar biasa kerdil, yang kemudian disebut H. floresiensis. Tulang-tulang itu
tidak membatu (bukan fosil) tetapi rapuh dan lembap. Terdapat sembilan individu namun
tidak ada yang lengkap. Diperkirakan, Liang Bua dipakai sebagai tempat pekuburan.
Untuk pemindahan, dilakukan pengeringan dan perekatan terlebih dahulu (Jacob, dkk.,
2006).
Individu terlengkap, LB1, diperkirakan adalah betina, ditemukan pada lapisan
berusia sekitar 18.000 tahun, terdiri dari tengkorak, tiga tungkai (tidak ada lengan kiri),
serta beberapa tulang badan. Individu-individu lainnya berusia antara 94.000 dan 13.000
tahun. Walaupun tidak membatu, tidak dapat diperoleh sisa material genetik, sehingga
tidak memungkinkan analisis DNA untuk dilakukan. Perlu disadari bahwa pendugaan
usia ini dilakukan berdasarkan usia lapisan tanah bukan dari tulangnya sendiri, sehingga
dimungkinkan usia lapisan lebih tua daripada usia kerangka. Pendugaan usia kerangka
dengan radiokarbon sulit dilakukan karena metode konservasi tulang tidak
memungkinkan teknik itu untuk dilakukan (Jacob, dkk., 2006).
Perdebatan yang terjadi sempat memanas, bahkan sampai membuat Liang Bua dan
beberapa gua di sekitarnya dinyatakan tertutup untuk peneliti asing. Sepeninggal Prof.
Jacob (wafat 2007), lokasi penemuan kembali dapat diakses bagi penelitian (Jacob, dkk.,
2006).

Pada bulan September 2007, para


ilmuwan peneliti Homo floresiensis
menemukan petunjuk baru berdasarkan
pengamatan terhadap pergelangan tangan
fosil yang ditemukan. Penemuan tersebut
menunjukkan bahwa Homo floresiensis
bukan merupakan manusia modern
melainkan merupakan spesies yang
berbeda. Hal ini sekaligus menjadi

Salinan tengkorak H. floresiensis "LB1" (kiri)jawaban terhadap tentangan sejumlah


dibandingkan dengan tengkorak manusia yang ilmuwan mengenai keabsahan spesies
terkena mikrosefali yang pernah hidup di baru ini karena hasil penemuan
Pulau Kreta menunjukkan bahwa tulang Homo
floresiensis berbeda dari tulang Homo
sapiens (manusia modern) maupun manusia Neandertal (Jacob, dkk.,2006).
Dua publikasi pada tahun 2009 memperkuat argumen bahwa spesimen LB1 lebih
primitif daripada H. sapiens dan berada pada wilayah variasi H. erectus. Publikasi
pertama yang dimuat di Anthropological Science membandingkan LB1 dengan spesimen
H. sapiens (baik normal maupun patologis) dan beberapa Homo primitif. Hasil kajian
morfometri ini menunjukkan bahwa H. floresiensis tidak dapat dipisahkan dari H.
erectus dan berbeda dari H. sapiens normal maupun patologis karena mikrosefali.[7]
Hasil analisis kladistika dan statistika morfometri terhadap tengkorak dan bagian tulang

Ukhti Wulung Pertiwi| Evolusi Manusia


lainnya dari individu LB1 (betina), dan dibandingkan dengan manusia modern, manusia
modern dengan mikrosefali, beberapa kelompok masyarakat pigmi di Afrika dan Asia,
serta tengkorak hominin purba menunjukkan bahwa H. floresiensis secara nyata
memiliki ciri-ciri berbeda dari manusia modern dan lebih dekat kepada hominin purba,
sebagaimana dimuat dalam jurnal Significance.[8][9] Meskipun demikian, kedua kajian ini
tidak membandingkan H. floresiensis dengan kerangka manusia kerdil Flores yang
menderita mikrosefali (Jacob, dkk., 2006).

6. Homo sapiens

Klasifikasi

Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mamalia
Ordo: Primata
Famili: Hominidae
Upafamili: Homininae
Bangsa: Hominini
Genus: Homo
Spesies: Homo sapiens (Linnaeus, 1758)
Kerangka H. sapiens

Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani, dan
istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan
sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang berarti "manusia yang tahu"), sebuah spesies
primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal
kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana,
dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk
hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam
antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya,
Ukhti Wulung Pertiwi| Evolusi Manusia
organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan
terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok, dan lembaga untuk
dukungan satu sama lain serta pertolongan. Penggolongan manusia yang paling utama
adalah berdasarkan jenis kelaminnya. Secara alamiah, jenis kelamin seorang anak yang
baru lahir entah laki-laki atau perempuan. Anak muda laki-laki dikenal sebagai putra dan
laki-laki dewasa sebagai pria. Anak muda perempuan dikenal sebagai putri dan
perempuan dewasa sebagai wanita. Penggolongan lainnya adalah berdasarkan usia, mulai
dari janin, bayi, balita, anak-anak, remaja, akil balik, pemuda/i, dewasa, dan (orang) tua
(Robins, 1991)
Selain itu masih banyak penggolongan-penggolongan yang lainnya,
berdasarkan ciri-ciri fisik (warna kulit, rambut, mata; bentuk hidung; tinggi badan),
afiliasi sosio-politik-agama (penganut agama/kepercayaan XYZ, warga negara XYZ,
anggota partai XYZ), hubungan kekerabatan (keluarga: keluarga dekat, keluarga jauh,
keluarga tiri, keluarga angkat, keluarga asuh; teman; musuh) dan lain sebagainya
(Robins, 1991)

Ciri-ciri Fisik
Dalam biologi, manusia biasanya dipelajari sebagai salah satu dari berbagai
spesies di muka Bumi. Pembelajaran biologi manusia kadang juga diperluas ke aspek
psikologis serta ragawinya, tetapi biasanya tidak ke kerohanian atau keagamaan. Secara
biologi, manusia diartikan sebagai hominid dari spesies Homo sapiens. Satu-satunya
subspesies yang tersisa dari Homo Sapiens ini adalah Homo sapiens sapiens. Mereka
biasanya dianggap sebagai satu-satunya spesies yang dapat bertahan hidup dalam genus
Homo. Manusia menggunakan daya penggerak bipedalnya (dua kaki) yang sempurna.
Dengan adanya kedua kaki untuk menggerakan badan, kedua tungkai depan dapat
digunakan untuk memanipulasi objek menggunakan jari jempol (ibu jari) (Jablonski dan
Chaplin, 2000).
Rata-rata tinggi badan perempuan dewasa Amerika adalah 162 cm (64 inci)
dan rata-rata berat 62 kg (137 pound). Pria umumnya lebih besar: 175 cm (69 inci) dan
78 kilogram (172 pound). Tentu saja angka tersebut hanya rata rata, bentuk fisik manusia
sangat bervariasi, tergantung pada faktor tempat, dan sejarah. Meskipun ukuran tubuh
umumnya dipengaruhi faktor keturunan, faktor lingkungan dan kebudayaan juga dapat
memengaruhinya, seperti gizi makanan (Jablonski dan Chaplin, 2000).

Ukhti Wulung Pertiwi| Evolusi Manusia


DAFTAR PUSTAKA

Delson, E., I. Tattersall, J.A. Van Couvering & A.S. Brooks (eds.), ed. 2000. Encyclopedia of
human evolution and prehistory (2nd ed.). Garland Publishing, New York.

Jablonski, N.G. & Chaplin, G. 2000. Evolusi pewarnaan kulit manusia." Catatan Teratur
Evolusi Manusia 39 (2000) 57-106.

Jacob, T., E. Indriati, R. P. Soejono, K. Hsü, D. W. Frayer, R. B. Eckhardt, A. J. Kuperavage,


A. Thorne, and M. Henneberg. 2006. Pygmoid Australomelanesian Homo sapiens
skeletal remains from Liang Bua, Flores: Population affinities and pathological
abnormalities. PNAS USA 103: 13421–13426.

Jones, S. Martin; & R. Pilbeam (ed.) (2004). The Cambridge Encyclopedia of Human
Evolution (8th ed.).Cambridge University Press. ISBN 0-521-46786-1: Cambridge.

Lewin, R. 2005. Human Evolution: An Illustrated Introduction. Wiley-Blackwell

Mckie, Robin. 2000. BBC – Dawn of Man: The Story of Human Evolution. Dorling
Kindersley. ISBN 0-7894-6262-1.

Robins, A.H. 1991. Perspektif Biologis pada Pigmentasi Manusia. Cambridge University
Press : Cambridge.

Ukhti Wulung Pertiwi| Evolusi Manusia

Anda mungkin juga menyukai