NIM : A1C4200090
Kelas : Reguler A
EVOLUSI MANUSIA
Sepanjang sejarah, telah hidup lebih dari 6.000 spesies kera dan kebanyakan dari mereka telah
punah. Kini hanya 120 spesies kera yang masih hidup di bumi. Sekitar 6.000 spesies kera ini,
mayoritas telah punah, menjadi sumber yang kaya bagi evolusionis.
Evolusi Mamalia :
a) Cabang ke 1
ordo insectivore (shrew, semacam tikus) yang mirip dengan mamalia
awal
ordo Chiroptera (kelelawar). Kelelawar, yang kaki depannya
termodifikasi menjadi sayap, kemungkinan berkembang dari insektivora
yang memakan serangga terbang.
b) Cabang ke-2
Herbivore berukuran sedang yang mengalami suatu radiasi adaptif yang sangat
luar biasa selama masa Tersier, yang akhirnya menghasilkan ordo modern
seperti :
• Lagomorpha (kelinci dan kerabatnya)
• Perissodactyla (Ungulata berkaki ganjil, yang meliputi kuda dan badak
• ungulata yang berjalan di atas ujung jari kaki)
• Artiodactyla (ungulate berkaki genap, yang meliputi rusa dan babi)
• sirenia (sapi laut)
• Proboscidea (gajah)
• cetacean (lumba-lumba dan paus)
c) Cabang ke-3
Dalam evolusi mamalia eutheria menghasilkan ordo carnivore, yang meliputi
kucing, anjing,rakun, sigung, dan pinniped (anjing laut, singa laut, dan beruang
laut). Karnivora kemungkinan muncul pertama kali selama awal zaman
Senozoikum. Anjing laut dan kerabatnya sebenarnya berkembang dari karnivora
yang hidup di pertengahan zaman Senozoikum yang teradaptasi untuk berenang.
d) Cabang Ke-4
Merupakan radiasi adaptif mamalia eutheria yang paling luas menghasilkan
kompleks primate- rodensia. Ordo Rodentia meliputi tikus, mencit, bajing atau
tupai, dan berang-berang. Beranggotakan sekitar 1770 spesies, sejauh ini
Rodentia merupakan ordo mamalia yang paling besar. Nama Rodentia, berasal
dari bahasa latin yang berarti “mengerat”, mengacu ke salah satu cirri jelas
kelompok itu. Baik rahang atas maupun rahang bawah memiliki pasangan geligi
depan yang besar (gigi seri) yang mencegah keausan dengan cara tumbuh terus
menerus.
2. ASAL-USUL MANUSIA
1) Primata dan Filogeni Homo Sapiens
Setelah melacak jejak silsilah vertebrata sampai ke ordo-ordo mamalia, kita
sekarang mulai melacak silsilah leluhur kita sendiri. Ordo primata meliputi Homo
sapiens dan kerabatnya yang paling dekat kita adalah primata. Untuk mempelajari
arti dari hal tersebut, kita harus melacak leluhur kita kembali ke pohon dimana
beberapa ciri dan sifat kita yang paling berharga bermula dari adaptasi terhadap
kehidupan arboreal (hidup di pepohonan).
Struktur geligi menunjukkan bahwa primate pertama diturunkan dari insektivora
pada masa Kretaseus. Primata awal ini kemungkinan merupakan mamalia kecil
arboreal (hidup di pepohonan). Dengan demikian, selamazaman Mesozoikum, ordo
ini telah didefinisikan oleh karakteristik yang telah dibentuk, melalui seleksi alam,
karena adanya kebutuhan untuk hidup di pohon.
Sebagai contoh, primata memiliki sendi pundak yang lentur, yang
memungkinkannya untuk berayun dari satu pegangan ke pegangan lain. Tangan
kanan primate dapat menggantung pada dahan dan memanipulasi makanan. Cakar
telah digantikan oleh kuku pada beberapa spesies, dan jari tangan sangat sensitive.
Mata primate sangat berdekatan satu sama lain di bagian depan muka. Bidang
penglihatan yang tumpang tindih pada kedua mata itu meningkatkan kedalaman
persepsi, suatu keuntungan yang jelas ketika bergelayutan di pohon. Koordinasi mata
dan tangan yang luar biasa itu juga penting untuk mengendalikan arah selama di
pepohonan. Penjagaan dan pengasuhan anak oleh induk sangat penting bagi hewan
muda di pohon. Mamalia menghabiskan lebih banyak energi untuk menjaga,
merawat, dan mengasuh anaknya dibandingkan dengan sebagian besar vertebrata
lain, dan primata adalah salah satu di antara semua induk mamalia yang paling
memiliki perhatian. Sebagian besar primata melahirkan satu anak per satu kehamilan
serta membesarkan dan memelihara anaknya dalam periode waktu yang lama.
2) Primata Modern
Dua subordo Primata adalah Prosimii dan Anthropoidea. Anggota subordo
Prosimii (“pramonyet”) kemungkinan menyerupai primta arboreal awal. Lemur dari
Madagaskar dan Loris, pottodan tarsisius yang hidup di daerah Afrika dan Asia
bagian selatan adalah contoh-contoh hewan anggota subordo Posimii. Anthropoid
(anggota subordo Anthropoidea) meliputi monyet, kera, dan manusia.
Evolusi anthropoidea dari anggota subordo Prosimii merupakan topic perdebatan
yang sangat hangat. Para ahli paleontologi membagi fosil anggota kelompok Prosimii
kedalam dua kelompok, satu merupakan leluhur dari tarsius, yang lain merupakan
leluhur dari lemur, loris, dan potto. Pemisahan ini terjadi paling tidak 50 juta tahun
silam. Sampai baru-baru ini, kedua cabang itu merupakan kandidat garis keturunan
yang juga menurunkan anthropoid. Namun demikian , beberapa fosil yang ditemukan
baru-baru ini di Asia dan Afrika mungkin lebih mirip dengan anthropoid
dibandingkan dengan kedua subordo Prosimii. Umur fosil-fosil ini masih belum
disepakati, tetapi penemunya memperkirakan bahwa fosil-fosil tersebut paling tidak
berumur 50 juta tahun.
Penemuan ini memunculkan suatu kemungkinn bahwa anggota subordo Prosimii
telah memisah menjadi paling tidak tiga garis keturunan sekitar 50 jutatahun silam,
dengan garis keturunan anthropoid telah berdiferensiasi dari cabang tersebut dan
menurunkan anggota suboordo Posimii. Fosil pertama yang mirip monyet
menunjukkan bahwa hewan anthropoid sebelumnya telah mapan di Afrikadan Asia
sejak 40 juta tahun silam. Afrika dan Amerika Selatan sebelumnya telah memisah,
dan masih belum jelas apakah leluhur monyet Dunia Baru mencapai Amerika
Selatan dengan naik batang kayu atau serpihan-serpihan lain dari Afrika atau dengan
cara bermigrasi kearah selatan dari Amerika Utara.
Hal yang pasti adalah bahwa monyet Dunia Baru dan kera Dunia Lama telah
berevolusi di sepanjang jalur yang terpisah selama beberapa juta tahun. Semua
monyet Dunia Baru hidup di pohon, sementara monyet Dunia Lama meliputi spesies
yang hidup di permukaan tanah dan arboreal. Sebagian besar kera dari kedua
kelompok itu adalah hewan diurnal (aktif selama siang hari) dan umumnya hidup
dalam kelompok yang terikat satu sama lain oleh perilaku social.
Selain monyet, subordo Anthropoidea juga meliputi keempa genus kera yaitu
Hylobates (gibbon), pongo (orang utan), Gorilla (gorilla) dan Pan (simpanse). Kera
modern hanya hidup di daerah tropis Dunia Lama. Kecuali gibbon, kera modern
lebih besar dibandingkan dengan monyet, dengan lengan yang relative panjang dan
kaki yang pendek dan tidak memiliki ekor. Meskipun semua kera mampu mengayun
dan bergelayutan di dahan-dahan pohon, hanya gibbon dan orang utan yang
menghabiskan sebagian besar waktunya di pepohonan. Organisasi social beragam
antara genus kera; gorilla dan simpanse bersifat sangat social. Kera memiliki otak
yang lebih besar dan sebanding dengan ukuran tubuh dibandingkan dengan monyet,
sehingga perilaku mereka juga lebih mudah beradaptasi.
2) ManusianPertama
Pada tahun 1924, Raymond Dart (Antropologi Inggris) . Menemukan sebuah fosil
tengkorak yang ditemukan di galian tambang Afrika Selatan merupakan sisa-sisa
manusia purba yang disebut Austrolophitecus (FOSIL ) :
• hominid yang berjalan sepenuhnya berdiri tegak (berkaki dua)
• memiliki lengan dan gigi seperti lengan dan geligi manusia.
• Otak Austrolophitecus tak lebih dari sepertiga ukuran otak manusia modern.
• Spesies Autrolophitecus bertahan hidup selama lebih dari 3 juta tahun (Dan
kemungkinan mulai muncul sekitar empat setengah juta tahun silam)
Beberapa bukti fosil terbaru dari tempat-tempat di Eropa dan Asia menunjukkan,
adanya 2 hipotesis :
• catatan 1 :
• catatan 2 :
4. EVOLUSI KULTURAL
Melalui 3 tahap yaitu :
1) dimulai dangan pengembara yang berburu dan mengumpulkan makanan di
padang rumput Afrika 2 juta tahun silam. Mereka mambuat perkakas, mengatur
aktivitas pertama, dan membagi- bagi tugas dan pekerjaan
2) Perkembangan pertanian di Afrika, Eurasia dan Amerika sekitar 10.000 sampai
15.000 tahun silam.
3) Tahapan Kultural ketiga dalam evolusi cultural manusia adalah Revolusi Industri,
yang dimulai pada abad kedelapan belas.
Perkembangan Evolusi kultural sepanjang sejarah
1) Evolusi otak manusia mungkin saja secara anatomi lebih sederhana dibandingkan
dengan perolehan struktur berdiri tegak, tetapi konsekuensi pembesaran otak sangat luar
biasa besarnya.
2) Evolusi cultural menjadikan Homo sapiens suatu kekuatan baru dalam sejarah kehidupan
suatu spesies yang dapat menantang dan mengatasi ketarbatasan fisiknya dan mengambil
jalan pintas evolusi biologis.
3) Kita tidak harus menunggu untuk beradaptasi dengan suatu lingkungan melalui selekasi
alam. Kita cukup mengubah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan kita. Kita adalah
yang paling banyak jumlahnya dan yang paling tersebar diantara semua hewan besar,
dan kemanapun kita pergi, kita membawa perubahan lingkungan.
4) Evolusi cultural jauh melebihi evolusi biologis. Kita sedang mengubah dunia lebih cepat
dibandingkan dengan kecepatan spesies apapun; laju kepunahan pada abad kedua puluh
50 kali lebih besar dibandingkan dengan laju kepunahan rata-rata selama 100.000 tahun
yang lalu.
Saat ini, bukan hanya sekedar individu, spesies, tetapi keseluruhan ekosistem,
atmosfer global, dan lautan, sangat terancam. Hutan hujan tropis yang memainkan
peranan vital dalam menstabilkan cuaca global, digunduli dengan laju yang
mengejutkan. Para saintis balum mulai mempelajari ekosistem ini, dan banyak spesies di
dalamnya bisa punah bahkan sebelum mereka ditemukan. Diantara banyak krisis dalam
sejarah kehidupan, dampak satu spesies, Homo sapiens, adalah yang terakhir dan secara
potensial adalah yang paling merusak à KITA.
KESIMPULAN
• Anggapan bahwa manusia berasal dari kera itu sebenarnya adalah salah kaprah. Teori
evolusi sendiri sekarang sudah banyak berubah, tidak lagi seperti yang dicetuskan
Darwin hampir dua abad silam itu. Jadi, boleh dibilang teori evolusi itu sebenarnya
berevolusi juga.
• Teori evolusi yang sekarang menyatakan bahwa baik manusia maupun kera memisah
dari satu spesies “cikal bakal”. Bayangkan sebuah “pohon evolusi” dimana manusia
berada pada salah satu ranting percabangannya, sementara primata seperti simpanse
berada pada ranting lain dari percabangan yang sama. Ini berbeda dengan