Anda di halaman 1dari 55

MAKALAH EVOLUSI

“EVOLUSI MAMALIA”
Dosen Pengampu : Dian Rachmawati, M.Si.

Kelompok 3
Anggi Tania Musliyani (2224170032)
Ismira Luthfiana (2224170036)
Herlyn Nur Fatimah (2224170061)
Zahra Khoirunnisa (2224170064)
Anis Nurul Ambiya (2224170094)
Azka Maidina As-Syifa (2224170100)
Kelas 7C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2020
EVOLUSI MAMALIA

A. Definisi Mamalia
Mamalia berasal dari bahasa latin, yaitu mammae yang artinya kelenjar susu.
Mamalia merupakan salah satu kelompok hewan dari vertebrata yang ditandai
dengan adanya kelenjar susu yang berfungsi untuk menyusui anaknya. Hewan
mamalia tubuhnya ditutupi oleh rambut dan termasuk ke dalam hewan
homoioterm atau berdarah panas. Sebagian besar mamalia dapat melahirkan
keturunannya, tetapi ada beberapa hewan mamalia yang tergolong ke dalam
Monotremata yang bertelur.
Asal usul kelas mamalia adalah dari bangsa reptil, muncul pada era
mesozoikum. Hewan mamalia telah menyebar di bumi dan dapat ditemukan di
daratan, laut, sungai, danau, bawah tanah, atas pohon dan bahkan di udara. Daerah
penyebaran hewan mamalia mulai dari kutub sampai daerah tropis, jumlah
spesiesnya telah mencapai sekitar 6.400 yang diketahui di bumi (Rahmadina,
2019).

B. Karakteristik Mamalia
1. Bertulang belakang (vertebrata)
2. Hewan mamalia memiliki kelenjar susu untuk menyusui anaknya.
3. Memiliki rambut yang hampir menutupi seluruh bagian tubuh.
4. Sebagian besar anggota mamalia memiliki empat kaki kecuali mamalia
laut (lumba-lumba, paus, anjing laut, dugong, singa laut).
5. Berkembang biak secara kawin, pembuahan internal, dan melahirkan.
6. Makananya bermacam-macam (herbivora, karnivora, omnivora dan
inaektivora).
7. Memiliki susunan gigi yang bervariasi, artinya sudah dapat dibedakan
dengan adanya gigi seri, gigi taring, dan gigi geraham, terkecuali pada
sebagian besar mamalialaut bergigi seragam (satu bentuk) daan
trenggiling tidak mempunyai gigi.
8. Alat pernafasan berupa paru-paru.
9. Pembagian organ jantung adalah 2 serambi dan 2 bilik.
10. Pengaturan suhu tubuh termasuk homoiterm (Rahmadina, 2019).

C. Kelas Mamalia
Menurut Suyanto dan Semiadi (2004), mamalia digolongkan ke
dalam dua kelompok berdasarkan ukuran tubuhnya, yaitu mamalia besar dan
mamalia kecil. International Biological Program mendefinisikan mamalia
kecil sebagai jenis-jenis mamalia yang memiliki ukuran berat badan dewasa
kurang dari 5 kg seperti tikus, bajing, dan tupa. Istilah mamalia kecil
bukanlah ditujukan untuk kelompok yang mempunyai taksa tersendiri,
melainkan mamalia kecil merupakan istilah yang umum digunakan pada
mamalia yang berat dewasanya kurang dari 5 kg. Walaupun banyak mamalia
lainnya yang juga memiliki berat dewasa kurang dari 5 kg. Umumnya jenis-
jenis mamalia kecil termasuk ke dalam ordo Rodentia dan Chiroptera.
Mamalia kecil memiliki tingkat metabolisme yang lebih tinggi dan rentang
hidup yang lebih pendek. dibandingkan dengan mamalia besar. Menurut
batasan International Biological Program, yang dimaksud dengan mamalia
kecil adalah jenis mamalia yang memiliki berat badan dewasa yang kurang
dari lima kilogram, sedangkan selebihnya termasuk ke dalam kelompok
mamalia besar. Terdapat mamalia terestial, semi akuatik, dan akuatik.

a) Mamalia Terestrial
Mamalia yang menghabiskan hidupnya di darat. Contoh Owa Jawa
(Hyloates moloch). Owa jawa bergantung/ Berayun (Brakhiasi) dapat
dilakukan secara lambat pada keadaan normal, yaitu pada kondisi
beraktivitas sosial dalam kelompok, mencari makan atau perjalanan
biasa. Gerakan dilakukan tanpa melontarkan tubuh. Melompat (Jumping)
Gerakan melompat ini didahului dengan mengayunkan tubuh ke arah
bawah ke mudian tangan dan kaki dipakai sehagai penopang dan pelontar
tubuh kc arah atas. Gerakan melompat keatas ini biasanya didahului juga
dengan gerakan lain seperti berayun (brakhiasi). Berjalan (Walking)
Gerakan ini dilakukan Owa Jawa untuk berpindah ke tempat yang relatif
datar (horizontal) pada pohon dengan cabang atau batang yang besar.
Gerakan berjalan dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan tangan
(Quadrapedal) atau tanpa bantuan tangan (Bipedal). Fungsi tangan
sebagai penyeimbang tubuh.

b) Mamalia Semi Aquatik


Mamalia darat yang menghabiskan sebagian hidupnya di perairan.
Walaupun sering berada didalam air, mereka tidak hidup di air seperti
umumnya hewan akuatik, biasanya mamalia semi akuatik berada didalam
air untuk suatu maksud tertentu yang mengharuskan mereka berada
didalam air. Contoh Platypus (Ornithorhynchus anatinus). Platypus
memiliki beberapa perilaku reproduksi yang menarik, mereka kawin di
sarang khusus yang mereka buat. Walaupun hewan ini bertelur, namun ia
adalah hewan yang menyusui anaknya sehingga masih dianggap
mamalia. Musim kawin pada platypus berkisar rentang waktu antara
Agustus hingga Oktober. Platypus jantan tidak mengembangkan
kemampuan untuk bereproduksi sampai mereka berusia dua tahun, dan
itu usia betinanya mulai dapat berkembang biak juga. Selama ini,
platypus jantan dan betina terlibat dalam ritual kawin yang sangat
panjang dan unik. Sebelum hal ini terjadi, para jantan kadang-kadang
saling bertarung untuk mendapat kesempatan kawin dengan betinanya,
mereka menggunakan taji beracun pada kaki belakang mereka untuk
memerangi satu sama lain. Setelah sang jantan mendapatkan betinanya,
mereka kawin di dalam air ( tidak di darat). Proses kopulasi pada
platypus sebenarnya melibatkan platypus jantan berada di belakang
betina dan menempatkan ekornya di bawah ekor betina untuk
memudahkan.

c) Mamalia Aquatik
Mamalia aquatik merupakan istilah keren dari mamalia air, yaitu
segala jenis mamalia yang hampir seluruh hidupnya bderada di dalam air.
Contohnya yaitu Dugong (Dugong dugon). Dugong Ketika merumput di
dasar laut mencari makan, dugong bagaikan merangkak dengan ditopang
oleh siripnya yang kuat dan tebal. Perilaku makan merangkak dan
mencabut seluruh tumbuhan lamun sampai ke akar-akarnya akan
meninggalkan jejak atau jalur memanjang di dasar laut yang dikenal
sebagai feeding trail. Mencongkel lamun sampai ke akar-akarnya ini
menimbulkan kepulan sedimen saat dugong merumput. Pada kesempatan
lain, apabila dugong tidak bisa mencongkel seluruh lamun sampai ke
akar-akarnya, dugong tersebut hanya akan memetik dan memakan bagian
daun diatas permukaan dasar saja.
Berdasarkan data Journal of Mammalogy pada tahun 2018, kelas
Mamalia memiliki 29 ordo, 153 suku, 1229 genera dengan 6495 spesies
termasuk 96 spesies yang baru punah (Wilson and Reeder, 2005).
Berdasarkan catatan fosil, kelas Mamalia sudah muncul sejak
227.000.000 tahun yang lalu, berevolusi dari Archaeothyris florensis,
spesies sinapsida pertama yang muncul pada 308.000.000 tahun yang
lalu. Ordo mamalia yang pertama kali muncul adalah ordo Sinapsida atau
therapsida pada 250.000.000 tahun yang lalu di masa Triassik.
Synapsids adalah sekelompok hewan yang mencakup mamalia dan setiap
hewan yang memiliki hubungan dekat lebih dekat dengan mamalia
daripada anggota lain dari klade amniote, seperti reptil dan burung.
Mereka mudah dipisahkan dari amniota lain dengan memiliki fenestra
temporal, bukaan rendah di atap tengkorak dibelakang setiap mata,
meninggalkan lengkungan tulang di bawah masing-masing mata; ini
menjelaskan nama mereka. Sinapsida non-mamalia digambarkan sebagai
reptile mirip mamalia. Kemudian, ordo Monotremata muncul pada
210.000.000 tahun yang lalu dan diikuti oleh ordo Marsupialia pada
150.000.000 tahun yang lalu. Sementara Theria, golongan mamalia
berplasenta muncul paad 66.000.000 tahun yang lalu. Pada masa
Mezosoikum, mamalia menjadi kelas hewan yang dominan
menggantikan dinosaurus dan reptil purba yang punah pada 65.000.000
tahun yang lalu (Israf, at,al. 2018).
Kelas mamalia terbagi menjadi dua subkelas yaitu subkelas
prototheria, subkelas theria dan subkelas allotheria. Subkelas prototheria
adalah mamalia yang masih hidup yang paling primitif. mamalia bertelur
dengan satu ordo yaitu monotremata, contohnya platypus
(Ornithorhynchus anatinus) hewan paruh bebek. Prototheria mempunyai
paruh dan bersifat ovivar . Sedangkan theira termasuk semua family
mamalia, vivivar. subkelas theria terbagi kedalam infrakelas methateria
dan eutheria, Metatheria Contoh ordo Marsupilia (Widiastuti, 2013).

Klasifikasi kelas mamalia.


Kelas Sub Kelas Ordo
Mammalia Prototheria Monotremata
Theria Marsupialia
Insectivora
Dermoptera
Chiroptera
Carnivora
Cetacea
Artiodactyla
Primata
Rodentia
Sirenia
Tubulidentata
Hyracoidea
Perissodactyla
Pholidota
Didelphimorphia
Paucituberculata
Microbiotheria
Dasyuromorphia
Peramelemorphia
Notoryctemorphia
Diprotodontia
Scandentia
Lagomorpha
Macroscelidea
Xenarthra
Cingulate
Erinaceomorpha
Monotremata
Proboscidea
Soricomotpha
Allotheria Sudah punah
Contoh spesies subkelas Allotheria

Gobiconodon sp
(Sumber: Wikipedia)
Contoh spesies subkelas Prototheria dari ordo monotremata

Ornithorhynchus anatinus
(sumber: a.z.animals.com)
Contoh spesies subkelas Theria dari infrakelas Metatheria ordo Marsupilia
Dendrogalus sp
(Sumber: greatfallstribunr.com)
Contoh spesies subkelas Theria dari infrakelas Eutheria ordo Sirenia

Dugong dugon
(Sumber: butonmagz.id)
Penjelasan terkait beberapa ordo dari mamalia
1. Afrosoricida
Ordo Insektivora Adalah golongan mamalia yang menjadikan serangga
sebagai makanan utamanya. Hewan ini juga dapat memakan cacing atau biji –
bijian. Ciri ciri ordo insektivora : Memiliki mata yang tertutup, memiliki cakar
yang besar, telapak kaki bagian depan lebih lebar Contoh hewan mamalia
dalam ordo ini antara lain Scalopus sp, Echinosorex albus, dan Scapanus sp.
2. Artiodactyla (hewan-hewan berkuku genap)
Ordo artiodactyla Merupakan jenis mamalia yang mempunyai jumlah kuku
genap pada setiap kakinya.. Hewan mamalia artiodactyla disebut juga dengan
herbivora. Contoh mamalia artiodactyla adalah domba, rusa, sapi, dan
sebagainya.
3. Carnvora (Hewan pemakan daging)
Ordo Carnivora Adalah kelompok mamalia yang menjadikan daging sebagai
makanannya. Ciri hewan yang termasuk ordo ini adalah ia memiliki gigi taring
yang tajam dan cakar yang runcing sebagai alat untuk berburu dan mengoyak
daging mangsanya. Contoh dari ordo carnovira ini yaitu Harimau, serigala,
singa laut, tikus rumah dan anjing.
4. Cetacea (hewan laut berukuran besar)
Cetacea merupakan hewan mamalia yang berhabitat di laut. Hewan mamalia
cetacea memiliki bentuk tubuh seperti ikan, kaki depan berbentuk seperti
dayung, dan tidak memiliki tungkai belakang serta lapisan tebal berupa lemak
sebagai insulasi. Contoh hewan mamalia cetacea adalah ikan paus dan lumba-
lumba.
5. Chiroptera (kedua kaki depan dapat kembang dan menjadi sayap)
Ordo Chiroptera Adalah ordo mamalia yang dapat terbang, pada bagian kaki
depan dan belakang terdapat membran interdigital, walaupun ukuran kaki
yang di belakang lebih kecil. Biasanya mereka tergolong hewan nokturnal
yang hanya aktif di malam hari. Makanan hewan ini yaitu buah – buahan.
Ordo chiroptera ini mempunyai fisik hampir mirip dengan mamalia ordo
dermoptera yaitu terdapat selaput pada membran yang terhubung dengan kaki
depan dan kaki belakang. Yang membedakan dari ordo chiroptera ini yakni
terletak pada ukuran kaki depan yang lebih besar dibandingkan kaki belakang.
Selain memiliki kelenturan pada tulang rangkanya, sayap hewan ini disertai
membran kulit tipis serta rambut – rambut yang berfungsi sebagai sensor.
Chiroptera merupakan hewan mamalia yang memiliki bentuk kaki menyerupai
sayap, atau disebut juga dengan bersayap tangan yang berselaput. Selaput
tersebut berada di antara ruas jari sampai ke bagian belakang hingga tungkai
depan bagian belakang. Jenis hewan mamalia Chiroptera yang dimaksud
adalah kelelawar.
6. Cingulate (sejenis hewan berzirah)
Ordo mamalia berzirah yang memiliki ciri utama yaitu keberadaan cangkang
luar (osteoderm) dan memiliki tambahan tulang punggung disbanding
mamalia lainnya. cangkang kerasnya yang memiliki ketebalan keeping sisik
yang terbuat dari zat keratin.
7. Dasyuromorphia (hewan dengan ekor berambut)
Ordo ini berisi marsupial karnivora, termasuk quoll, dunnart, numbat, san
harimau tsamania yang baru punah
8. Dermoptera (serangga berkulit sayap)
Dermoptera adalah jenis mamalia yang memiliki kulit sayap menyerupai
bentuk kelelawar. Hewan mamalia yang termasuk dermoptera adalah lemur
dan Galeopterus. Ordo Dermoptera ( Chinocephalidae ) Adalah hewan
mamalia yang memiliki parasut berbulu (patagium) di sela empat kakinya.
Parasut tersebut didapatkan dari kulit atau membran sel yang terhubung antara
keempat kaki hewan tersebut. Hewan dalam ordo ini umumnya merupakan
contoh hewan herbivora yang makan buah atau dedaunan. Contoh hewan di
ordo ini misalnya Tupai terbang dan Gakopithecus sp. Ciri – ciri Ordo
dermoptera yaitu dapat terbang menggunakan 4 kakinya karena bisa
membentuk seperti parasut berbulu, makanan mamalia ini daun – daun dan
buah.
9. Didelphimorphia (hewan bertelinga putih)
Ordo yang mencakup spesies seukuran tikus sampai seukuran kucing dan
semuanya berasal dari Amerika. Contoh Caluromys lanatus, Metachirus
nudicaudatus, dll.
10. Ordo Marsupilia
Mamalia marsupilia ialah kelompok hewan mamalia yang betinanya
mempunyai kantong perut ( Marsupium ) dengan itu sehingga di kenal hewan
berkantung. Fungsi kantung ini sebagai tempat menyimpan anak yang baru
lahir terutama yang lahir dalam keadaan premature. Hewan mamalia
marsupialia menyelesaikan perkembangan embrionik di dalam kantung
marsupialnya. Contoh hewan mamalia ini yaitu kanguru (Dendrogalus sp),
wallaby, wallaroo, kuskus dan koala.
11. Erinaceomorpha (hewan berduri)
Hewan mammalia berduri. Contohnya adalah landak.
12. Hyracoidea (sejenis hewan pengerat)
Ordo mamalia serupa hewan pengerat, yang memiliki ciri antara lain memiliki
muka seperti tikus, badan seperti kelinci, bertelinga pendek, tidak bergigi
pahat, memiliki kelenjar susu dengan putting susu, berdarah panas, memiliki
plasenta dan berbulu. Contoh Procavia capensis
13. Lagomorpha (hewan kecil, beraki empat, ekor pendek, pemakan tumbuhan)
Lagomorpha merupakan hewan mamalia yang memiliki ciri khas gigi seri
sebanyak 4 gigi atau yang lebih mirip dengan pahat. Gigi seri tersebut hampir
menyerupai ordo redentia. Ciri khas lain dari mamalia lagomorpha adalah kaki
belakang yang lebih panjang bila dibandingkan dengan kaki depan. Bentuk
kaki seperti demikian digunakan dengan tujuan untuk berlari dan juga
melompat. Ordo Laghomorpha adalah ordo mamalia herbivora pemakan
tumbuh – tumbuhan, daun dan buah. Ciri – ciri laghomorpha, memiliki gigi
molare yang dapat terus tumbuh, mempunyai gigi seri 4 atau lebih,
mempunyai ekor yang pendek, kuat dan juga digerakkan. Contoh hewan pada
ordo laghomopha ini yaitu Kelinci
14. Macroscelidea (hewan kecil pemakan seranggga)
Mamalia insektivora kecil asal afrika, memiliki kemiripan dengan belalai
gajah dan bentuk tubuhnya yang menyerupai celurut.
15. Microbiotheria
Satu keluarga dengan marsupialia hewan yang betinanya berkantung
16. Monotremata (bertelur)
Mamalia monotremata merupakan jenis hewan mamalia yang bertelur dan
memiliki paruh. Hewan dengan ordo mamalia monotremata menyedot susu
dari induknya melalui bulu induknya. Hewan peralihan dari aves ke mamalia
karena bereproduksi secara ovipas (bertelur) tetapi dia menyusui anaknya.
Beberapa contoh hewan mamalia monotremata di antaranya platypus dan
echidna.
17. Notoryctemorphia (tikus mondok)
18. Paucituberculata (hewan berkantung)
19. Peramelemorphia (hewan berhidung panjang)
20. Perissodactyla (hewan berkuku ganjil)
Ordo perissodactyla Adalah mamalia herbivora dengan ciri khas kepemilikan
kuku dengan jumlah jari kaki ganjil. Ciri – ciri ordo perissodactyla yaitu tidak
memiliki tanduk, telapak kaki yang jumlahnya ganjil. Contoh hewan di ordo
ini yaitu kuda, badak, zebra, dan tapir
21. Pholidota (pemakan semut, bersisik)
Polidota adalah hewan mamalia berbisik. Hewan mamalia jenis ini juga tidak
bergigi. Hewan mamalia yang masuk ke dalam ordo polidota adalah
trenggiling.
22. Pilosa (hewan berzirah)
23. Primates (hewan primate)
Ordo Primata Mamalia ordo primata adalah termasuk mamalia jenis omnivora.
Selain itu ciri mamalia primata adalah bentuk jari yang lebih besar dan
panjang. Jari tersebut bertujuan memudahkan dalam memanjat untuk
mendapatkan makanannya. Ciri – ciri Primata, biasanya setiap melahirkan
hanya satu anak, tangan dengan 5 jari dan kaki jari, mempunyai kelenjar susu
pada betina Contoh dari Ordo primata ini yaitu Simpanse, gorilla, orang utan
dan monyet
24. Proboscidea (hewan bertubuh besar, berkaki empat)
Ordo Proboscidea Merupakan jenis mamalia berotot dengan tubuh panjang
dan relatif besar. Ciri – ciri Ordo Proboscidea yaitu bentuk tubuh yang besar,
mempunyai probossoidea dengan dua lubang hidung, serta dapat untuk
memegang, berat badan mencapai sekitar 3,5 sampai 5 ton dengan umur bisa
mencapai 50 tahun, leher yang pendek, kepala besar, telinga lebar Contoh
hewan dari ordo ini yaitu Gajah
25. Rodentia (hewan pengerar)
Ordo Rodentia Adalah hewan mamalia yang tidak mempunyai taring sehingga
biasanya mereka hidup sebagai pengerat. Hewan dalam ordo ini di cirikan
dengan gigi seri yang tebal dan besar, dapat hidup pada segala habitat.
Beberapa contoh diantaranya adalah Rattus sp (tikus), Sciurus sp (tupai
pohon), Eretyson sp (landak), mencit dan marmut
26. Scandentia (hewan pemnjat pohon)
27. Sirenia (hewan herbivore air)
Sirenia merupakan hewan mamalia mirip cetacean, tidak ada daun telinga,
tidak ada tungkai belakang dengan tungkai depan seperti dayung, kulit tebal
sedikit rambut. Salah satu contoh spesies dari ordo ini yaitu sapi laut
(Hydrodamalis gigas)
28. Soricomotpha (hewan bertubuh kecil pemakan serangga)
29. Tubulidentata (hewan pemakan semut bermoncong)
(Israf, at,al. 2018).

D. Diagram Evolusi Mamalia


Berdasarkan pohon filogenetik leluhur mamalia merupakan salah satu
di antara hewan terapsida, yang merupakan bagian dari cabang sinapsida dari
filogeni reptilia. Terapsida menghilang saat dinosaurus berlimpah, tetapi
mamalia yang berasal dari terapsida hidup berdampingan dengan dinosaurus
selama zaman Mesozoikum. Sebagian besar mamalia zaman Mesozoikum
berukuran kecil dan sebagain besar mungkin merupakan pemakan serangga.
Beragam bukti, seperti ukuran lubang mata, menyiratkan bahwa mamalia
kecil adalah hewan nokturnal.

(Sumber: Wikipedia)
Terapsida adalah kelompok utama eupelycosaurian sinapsid yang
mencakup mamalia dan nenek moyang mereka. Banyak ciri yang saat ini
dipandang unik untuk mamalia yang berasal dari terapsids awal, termasuk
anggota badan yang lebih berorientasi di bawah tubuh, berlawanan dengan
postur tubuh banyak. reptil dan salamander (Spindler, 2020).

Terapsida berevolusi dari "pelycosaurus", khususnya di dalam


Sphenacodontia, lebih dari 275 juta tahun yang lalu. Mereka menggantikan
"pelycosaurus" sebagai hewan darat besar yang dominan di Permian Tengah
dan sebagian besar digantikan, pada gilirannya, oleh Archosauromorph pada
masa Trias, meskipun terdapat satu kelompok terapsida,
Kannemeyeriiformes, tetap beragam pada Trias Akhir.

(Sumber: Wikipedia)
Kemudian, terapsida berevolusi menjadi kelompok cynodonts, yakni
kelompok yang memunculkan mamalia pada Trias Akhir sekitar 225 juta
tahun lalu. Cynodontia adalah therapsida yang pertama kali muncul
di Permian Akhir (sekitar 260 MA ). Cynodontia ini juga termasuk nenek
moyang dari semua mamalia. Ciri-ciri mirip mamalia Cynodonts termasuk
pengurangan lebih lanjut dalam jumlah tulang di rahang bawah, langit-langit
tulang sekunder, gigi pipi dengan pola kompleks, dan otak yang mengisi
rongga endokranial. Semua garis cynodont lainnya punah, dengan kelompok
cynodont non-mamalia terakhir yang diketahui, Tritylodontidae memiliki
catatan terakhirnya di Kapur Awal (Groenewald, et al. 2001).

Selanjutnya, kelompok cynodontia tersebut akan mengalami evolusi


menjadi kelompok mamalia mahkota. Mamalia kelompok mahkota, atau
disebut juga 'mamalia sejati', adalah mamalia yang masih ada dan berkerabat
dengan nenek moyang terakhir mereka. Dalam filogenetika, kelompok
mahkota adalah kumpulan spesies, yang terdiri dari perwakilan yang hidup
dari koleksi tersebut, nenek moyang terbaru dari koleksi tersebut, dan semua
keturunan dari nenek moyang bersama yang terbaru. Karena kelompok ini
memiliki anggota yang masih hidup, analisis DNA dapat diterapkan untuk
menjelaskan evolusi ciri-ciri yang tidak muncul dalam fosil. Upaya ini sering
kali melibatkan filogenetik molekuler, teknik yang menjadi populer sejak
pertengahan 1980-an (Luo, 2007).

Setelah kepunahan massal di masa Kretasesus, saat zaman Senozoikum


datang, mamalia sedang melakukan radiasi adaptif besar-besaran. Dari
kelompok mamalia mahkota tersebut, Keanekaragaman mamalia diwakili
oleh tiga kelompok utama, yaitu monotrema (mamalia bertelur), marsupial
(mamalia berkantung), dan mamalia eutheria (mamalia berplasenta).
Sehingga, membentuk 3 subkelas mamalia pertama yakni:

 Monotremata: mamalia bertelur seperti platipus dan ekidna,


 Metatheria: mamalia berkantung (marsupial), yang mencakup tiga
ordo Amerika (Didelphimorphia, Paucituberculata dan
Microbiotheria) dan empat ordo Australasia (Notoryctemorphia,
Dasyuromorphia, Peramelemorphia dan Diprotodontia),
 Eutheria: mamalia plasenta, terdiri dari dua puluh satu ordo, dibagi
menjadi empat ordo super.
Eutheria adalah salah satu dari dua klade mamalia dengan anggota yang
masih ada di Kapur Awal atau mungkin Jura Akhir. Semua mamalia plasenta
asli Eropa, Afrika, Asia, Amerika, Australia, dan Antartika adalah eutheria.
Eutheria dibedakan dari non eutherian dengan berbagai ciri fenotipik kaki,
pergelangan kaki, rahang, dan gigi. Semua eutheria yang masih ada tidak
memiliki tulang epipubik, yang terdapat pada semua mamalia hidup lainnya
(marsupial dan monotremata). Ini memungkinkan pembesaran perut selama
kehamilan. Spesies eutherian tertua yang diketahui adalah Juramaia sinensis,
berasal dari 161 juta tahun yang lalu dari Jurassic di Cina (Reilly, et al.,
2003).
Fitur yang membedakannya adalah:

 Malleolus yang membesar di bagian bawah tibia, yang lebih besar dari
dua tulang kering
 Sendi antara tulang metatarsal pertama dan tulang entocuneiform (terluar
dari tiga tulang paku) di kaki diimbangi lebih jauh ke belakang daripada
sendi antara tulang metatarsal kedua dan tulang paku tengah — pada
metatherian, sendi ini sejajar satu sama lain

(Sumber: Wikipedia)
Primata pertama kemungkinan diturunkan dari hewan insektivora. Hal
ini dapat terlihat dari struktur geligi yang pada hewan primata pertama yang
ditemukan pada zaman kretaseus. Primata ini kemungkinan merupakan
mamalia kecil arboreal. Dua sub kelompok primata modern adalah anggota
Prosimian (lemur) dan Anthropoid. Fosil tertua mirip manusia yang telah
ditemukan diberi nama Ardipithecus ramidus, primate penghuni hutan Afrika
yang berumur 4,4 juta tahun di Afrika. Postur berdiri tegak dievolusikan
sebelum pembesaran otak pada hominid. Spesies pertama Homo
habilis, berumur sekitar 2,5 juta tahun, hidup berdampingan dengan hominid
yang berotak lebih kecil yang merupakan anggota
genus Australopithecus. Homo erectus merupakan keturunan H.
habilis mungkin merupakan hominid pertama yang berkelana keluar daerah
tropis dan masuk ke daerah beriklim lebih dingin. Homo erectus menjadi
versi primitive Homo sapiens yang beraneka ragam sesuai daerah masing-
masing.

(Sumber: Google pict)


Menurut model multiregional, manusia modern berkembang di
beberapa lokasi Neanderthal dan Homo sapiens primitive lain. Sebaliknya,
model monogenesis memandang semua percabangan sebagai garis evolusi
yang berujung buntu, kecuali Homo sapiens primitif di Afrika. Menurut
model ini, penyebaran yang relative baru (100.000 tahun silam) manusia
Afrika modern menyebabkan keanekaragaman manusia saat ini. Beberapa
peneliti lebih menyukai model intermediat, bahwa manusia modern
diturunkan dari migrasi dari Afrika dan mendapatkan beberapa gen dari
kelompok primitif non Afrika. Evolusi kultural manusia ditandai dengan
adanya manusia pemburu dan pengumpul kemudian berkembang menjadi
bidang pertanian, dan akhirnya mencapai revolusi industri, yang sampai saat
ini masih terus berlangsung sebagai perubahan teknologi yang semakin
cepat

E. Sejarah Evolusi Mamlia (Primata)


Primata merupakan salah satu ordo mamalia yang mencakup hewan-
hewan seperti lemur, tarsius, monyet, dan kera. Sebagian bersar primata
memiliki karakteristik yaitu tangan dan kaki yang teradaptasi untuk
memegang, jari-jarinya memiliki kuku yang pipih, adanya bumbungan kulit
pada jari (yang menjadi sidik jari pada jari manusia), memiliki otak yang
lebih besar dan rahang yang pendek sehingga berwajah pipih, matanya yang
menghadap ke depan terletak berdekatan di bagian depan wajah, dan
menunjukkan perkembangan dan perilaku sosial yang cukup baik dan
kompleks (Campbell, et.al., 2008). Primata dalam jurnal Kinanto et.al. (2018)
berperan penting untuk kelestarian hutan, karena biji buah yang tertelan oleh
primata akan ikut membantu penyebaran keanekaragaman hayati dan
regenerasi hutan. Kehadiran primata ini juga dapat menjadi indikator
kesehatan hutan. Fauna ini juga menjadi satwa yang dijaga kelestariannya
karena jumlahnya yang semakin berkurang di dunia.
Primata paling awal diketahui sebagai penghuni pohon, dimana
karakteristik yang dimiliki merupakan adaptasi terhadap kebutuhan-
kebutuhan bagi kehidupan di pohon, seperti tangan dan kaki yang bisa
memegang memungkinkan primata untuk bergelantungan di cabang pohon.
Semua primata (kecuali manusia) memiliki jari kaki yang besar dan terpisah
jauh dari jari kaki yang lain, sehingga dengan karakteristik ini primata
mampu memegang cabang pohon dengan kakinya. Selain itu, ibu jari tangan
juga relatif terpisah dan bisa digerakkan. Akan tetapi, monyet dan kera
memiliki ibu jari tangan yang sepenuhnya oposabel yang berarti mampu
menyentuh permukaan ventral (sisi bersidik jari) dari ujung keempat jari yang
lain dengan permukaan ventral ibu jari dari tangan yang sama. Ibu jari yang
oposabel ini memiliki fungsi untuk menggenggam secara kuat, sedangkan
pada manusia struktur tulang yang berbeda pada dasar ibu jari memungkinkan
jempol untuk manipulasi yang lebih presisi. Karakteristik ini
merepresentasikan penurunan modifikasi dari nenek moyang yang tinggal di
pohon.
Terdapat tiga kelompok utama primata yang masih ada, yaitu : 1)
lemur-lemur Madagaskar dan kukang serta poto dari wilayah tropis Afrika
dan Asia Tenggara; 2) tarsius, yang terdapat di wilayah Asia Tenggara; dan 3)
antropoid yang mencakup monyet dan kera yang ditemukan di seluruh dunia.
Kelompok Pertama, yang terdiri dari lemur; kukang dan poto merupakan
primata yang kemungkinan menyerupai primata arboreal awal. Fosil
antropoid tertua yang telah diketahui, ditemukan di Cina pada strata mid-
Eosen dan berusia sekitar 45 juta tahun. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
tarsius berkerabat lebih dekat dengan antropoid daripada dengan kelompok
lemur (Campbell, et.al., 2008).

(Lemur Ekor Cincin)


(sumber : venuemagz.com)

(sumber : idntimes.com)
(Kukang)
(sumber : ramalanhijau.com)

Kelompok kedua yang terdiri dari tarsius, adalah salah satu primata
endemik Pulau Sulawesi yang juga tersebar di pulau-pulau sekitarnya dari
kepulauan Sangihe di sebelah utara hingga pulau Selayar di sebelah selatan.
terdapat lebih dari 16 populasi tarsius yang tersebar di Sulawesi yang dapat
digolongkan menjadi spesies berbeda. Seluruh jenis tarsius hidup secara
allopatrik atau berada dalam lokasi geografis yang berbeda. Hal ini
menyebabkan setiap jenis tarsius memiliki lokasi sebaran geografis dan tipe
habitat yang berbeda sehingga hilangnya satu spesies dalam satu habitat
tertentu menyebabkan hilangnya satu spesies dari tarsius (Mansyur, et.al.,
2016).

(sumber : tarungnews.com)
(sumber : daerahkita.com)

Kelompok antropoid yang lain terdiri dari primata yang disebut kera.
Kelompok kera mencakup genus-genus Hylobates (Owa), Pongo
(Orangutan), Gorilla (Gorila), pan (Simpanse dan Bonobo), dan Homo
(Manusia). Kera berdivergensi dari monyet Dunia Lama sekitar 20-25 juta
tahun lalu. Kini, kera non-manusia ditemukan hanya di wilayah–wilayah
tropis monyet Dunia Lama, dengan Owa sebagai pengecualian. Kera yang
masih ada berukuran lebih besar daripada monyet Dunia Lama ataupun
monyet Dunia Baru. Semua kera yang masih ada memiliki karakteristik
lengan yang relqatif panjang, kaki yang pendek, dan tidak berekor. Semua
kera non-manusia menghabiskan waktunya di pohon, hanya owa dan orang
utan yang hampir sepenuhnya arboreal. Jika dibandingkan dengan primata
lainnya, kera memiliki otak yang lebih besar dibandingkan dengan ukuran
tubuhnya, dan perilakunya cenderung lebih fleksibel (Campbell, et.al., 2008).

(Monyet)
(sumber : idntimes.com)
(Gorila)
(sumber : rackcdn.com)

(Bonobo)
(sumber : rackcdn.com)

(Owa Jawa)
(sumber : akamaized.net)

(Orangutan)
(sumber : indonesia.go.id)
(Simpanse)
(sumber : grid.id)

a. Monyet Dunia Lama dan Monyet Dunia Baru


Dunia lama meliputi benua Asia, Eropa, Afrika dan
Australia. Dunia baru adalah benua Amerika. Istilah lama dan baru
mengacu pada penemuan benua Amerika yang relatif lebih baru daripada
dunia lama yang sudah diketahui manusia dari dulu (Mita, 2018). Monyet
Dunia baru maupun Dunia Lama diduga bermula di Afrika atau Asia.
Catatan fosil mengindikasikan bahwa monyet Dunia Baru pertama kali
mengkolonisasi Amerika Selatan sekitar 25 juta tahun yang lalu, dimana
saat itu Amerika Selatan dan Afrika telah terpisah, dan monyet
menyeberang di atas batang kayu atau puing-puing lain dari Afrika.
Monyet Dunia Lama maupun Dunia Baru mengalami radiasi adaptif yang
terpisah selama pemisahan berjuta-juta tahun. Semua spesies monyet
Dunia Baru bersifat arboreal, sementara monyet Dunia Lama mencakup
spesies penghuni permukaan tanah dan arboreal. Sebagian besar monyet
dari dua kelompok tersebut bersifat diurnal (aktif di siang hari) dan
biasanya hidup dalam kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh
perilaku sosial .
Monyet asli benua Amerika hanya terdapat di Amerika Selatan
dan tengah, tidak ada di bagian Amerika utara misalnya di US atau
Canada. Padahal keberadaan monyet di Asia menyebar bukan hanya
didaerah beriklim tropik saja. Dahulu kala bumi pernah hangat dan
Alaska merupakan hutan hujan tropis. Pada masa itu hidup monyet di
area tersebut. Lalu sekitar 34 juta tahun yang lalu temperatur bumi
menurun drastis sehingga monyet di belahan bumi utara punah, tersisa
yang bertahan hidup di hutan hujan Amerika selatan. Pada masa lalu
Amerika selatan dan utara tidak menyambung karena dataran di Panama
belum terbentuk sehingga monyet di selatan tidak bisa ke utara. Ketika
benua tersebut tersambung di 3 juta tahun yang lalu, monyet yang di
selatan berjenis platyrin hanya bisa hidup di hutan. Mereka tidak bisa
beradaptasi di area gurun Meksiko sehingga tidak bisa bermigrasi ke
utara (Mita, 2018)

b. Perbedaan Monyet Dunia Lama dan Monyet Dunia Baru


1) Monyet Dunia Lama

(sumber : library.binus.ac.id)

Karakteristik :
 Hidung menghadap kebawah (atau catarine)
 Lubang hidung lebih dekat dan menghadap ke bawah atau
ke depan. Serupa pada kera dan manusia.
 Membran timpanik terhubung ke telinga luar oleh tabung
tulang (terlihat di bagian luar tengkorak)
 Semua memiliki ekor tapi tidak memiliki fitur prehensil
(tidak bisa memegang hanya untuk keseimbangan)
 Ada bantalan duduk disekitar daerah ekor. Daerah kulit
yang tebal ini mensuport hewan ketika duduk di
pepohonan (atau di tanah) ketika makan, istirahat, atau
tidur.
 Jempol dapat memutar dan arahnya lebih berlawanan
(pada lutung/langur Hanuman, babun). Jempol mengecil
atau tidak ada di monyet kolobin Afrika
 Kuku terdapat pada semua jari
 Keterlibatan laki-laki jarang atau tidak ada di kebanyakan
spesies (kecuali owa dan siamang)
 Mampu beradaptasi pada habitat yang lebih luas, mulai
dari hutan hujan, tepian sabana, sabana terbuka sampai
kisaran pegunungan dan daerah semi kering bahkan di
lingkungan perkotaan (lutung/langur hanuman).
 Lebih banyak menghabiskan waktu ditanah
 Beberapa spesies (pemakan daun) memiliki jalur
pencernaan khusus untuk mengolah makanan dengan nilai
gizi rendah
(Mita, 2018)

2) Monyet Dunia Baru

(sumber : http://library.binus.ac.id/)

Karakteristik :

 Hidung datar (platirin)


 Lubang hidung berjauhan dan menghadap kekiri dan ke
kanan ( kesamping)
 Membran timpanik terhubung ke telinga luar melalui
cincin tulang
 Beberapa spesies mempunyai ekor yang bisa
menggenggam dengan cara membelit atau ekor prehensif.
 Arah jempol segaris dengan jari yang lain. Malah monyet
laba-laba telah tidak punya jempol
 Beberapa spesies memiliki kuku jari tangan pada jempol
kaki
 Dalam pengasuhan bayi, Monyet jantan terlibat.
 Habitat hidupnya terbatas pada habitat hutan dengan
mengandalkan buah dan sedikit pada dedaunan
dibandingkan dengan monyet Dunia Lama.
(Mita, 2018)

F. Sejarah Evolusi Manusia


Penelitian asal-usul manusia dikenal dengan sebutan
paleoantropologi. Para ahli paleoantropologi telah menggali fosil-fosil dari
sekitart 20 spesies yang telah punah yang berkerabat lebih dekta dengan
manusia dibandingkan dengan simpanse. Spesies-spesies ini disebut
dengan hominin. Sejak 1994, fosil-fosil dari empat spesies hominin yang
berasal lebih dari 4 juta tahun lalu telah ditemukan. Hominin yang tertua
dikenal dengan nama Sahelanthropus tchadensis yang hidup sekitar 6-7
juta tahun yang lalu.
a. Hominin Awal
Sahelanthropus dan hominin-hominin awal yang lain memiliki
karakter-karakter turunan manusia, misalnya memiliki gigi taring
yang tereduksi, dan beberapa fosil menunjukkan bahwa mereka
memiliki wajah yang relatif pipih. Selain itu, postur tubuh mereka
yang lebih tegak dan bipedal dibanding dengan kera-kera yang lain.
Hal ini dapat ditemukan pada foramen magnum, lubang di dsar
tengkorak tempat sumsum tulang belakang berada. Pada simpanse,
foramen magnum terletak relatif di bagian belakang tengkorak,
sementara pada hominin awal dan manusia terletak di bawah
tengkorak. Posisi ini memungkinkan untuk memegang kepala
langsung di atas tubuh. Selain menunjukkan tanda-tanda
bipedalisme, otak mereka tetap memiliki volume kecil sekitar 400-
450 cm3, dbandingkan dengan Homo sapiens yang memiliki rata-
rata volume otak sebesar 1300 cm3. Hominin-hominin awal juga
memiliki bobot tubuh kecil secara keseluruhan (Ardipithecus
ramidus yang berusia 4,5 juta tahun diperkirakan hanya berbobot 40
kg), namun memiliki gigi yang relatif besar dan rahang bawah yang
menonjol melebihi bagian atas wajahnya. Pada akhirnya, semua
garis keturunan (kecuali satu yang akan memunculkan Homo
sapiens) berakhir dengan kepunahan. Akan tetapi, karakteristik-
karakteristik dari semua hominin yang hidup selama 6 juta tahun
terakhir dipertimbangkan bahwa H.sapiens bukan sebagai hasil akhir
jalur evolusioner yang lurus , melainkan sebagai satu-satunya
anggota pohon evolusioner bercabang banyak yang sintas
(Campbell, et.al., 2008).

(Sahelanthropus tchadensis)
(sumber : https://media.australian.museum/)
(Ardipithecus ramidus)
(sumber : https://media.australian.museum/)

Terdapat kesalahan dalam menelaah hominin-hominin awal,


salah satunya yaitu mengganggap bahwa mereka adalah simpanse.
Padahal, simpanse merepresentasikan ujung cabang evolusi yang
terpisah dan mendapatkan karakter-karakter keturunannya sendiri
setelah berdivergensi dari nenek moyang bersama dengan manusia.
Kesalahan lainnya yaitu dengan menganggap evolusi manusia
sebagai tangga yang mengarah langsung dari sejenis kera nenek
moyang ke Homo sapiens. Kesalahan ini seringkali diilustrasikan
sebagai parade fosil spesies yang secara progresif semakin mirip
dengan manusia masa kini (Campbell, et.al., 2008).

b. Australopith
Australopith, dinamakan demikian karena berasal dari
penemuan Australopithecus africanus (kera selatan dari Afrika)
pada tahun 1924 di Afrika Selatan yang hidup antara 3 dan 2,4
juta tahun lalu. Catatan fosil mengindikasikan bahwa
keanekaragaman hominin meningkat drastis antara 4 juta dan 2
juta tahun lalu. Kebanyakan hominin periode ini secara kolektif
disebut dengan Australopith. Bukti filogeni dari Australopith
masih banyak yang belum terpecahkan dalam banyak hal, namun
sebagai kelompok, mereka hampir dipastikan bersifat parafiletik.
Australopith anamensis, merupakan sejenis hominin yang hidup
4,5-4 juta tahun lalu yang menghubungkan Australopith dengan
hominin-hominin yang lebih tua seperti Ardipithecus ramidus.
Berdasarkan catatan fosil, diketahui bahwa A.africanus memiliki
karakteristik seperti berjalan tegak sepenuhnya (bipedal),
memiliki tangan dan gigi serupa dengan manusia, namun otaknya
hanya sekitar sepertiga dari otak manusia masa kini, ukuran
tengkotak yang kecil, dan rahang bawah yang panjang dengan
proporsi lengan yang realtif panjang daripada ukuran tubuh.
Karakteristik tersebut juga menunjukkan bahwa A.africanus
mampu melakuakn lokomosi arboreal (Campbell, et.al., 2008).

(Australopith anamensis)
(sumber : https://media.australian.museum/)

(Australopith africanus)
(sumber : https://media.australian.museum/)

Pada 1974, di wilayah Afar, Etiopia, para ahli nmenmukan


rangka australopithecus berusia 3,2 juta tahun yang hampir 40%
lengkap. Rangka ini kemudian dinamai dengan sebutan ―Lucy‖.
Rangka tersebut memiliki karakteristik berukuran pendek sekitar
1 m, dan tergolong cukup berbeda dengan A. Africanus, sehingga
digolongkan sebagai spesies yang terpisah yaitu A. Afarensis.
Fosil-fosil yang ditemukan pada awal tahun 1990-an
menunjukkan bahwa A. Afarensis terdapat sebagai sebuah spesies
selama kurang lebih 1 juta tahun. Selain itu, fragmen-fragmen
tulang panggul dan tengkorak mengindikasikan bahwa
A.afarensis bersifat bipedal (berjalan tegak) yang didukung oleh
penemuan jejak kaki yang terfosilasi di Laetoli, Tanzania. Garis
keturunan Australopith yang lain terdiri dari Australopith yang
kekar yang mencakup sejumlah spesies seperti Paranthropus
boisei, yang memiliki tengkorak kokoh dengan rahang yang kuat
dan gigi yang besar teradaptasi untuk menggilas dan menguyah
makanan yang keras. Mereka berbeda dengan A. afarensis dan A.
africanus yang memiliki perlengkapan makan yang lebih ringan
dan teradaptasi untuk makanan yang lebih lunak (Campbell, et.al.,
2008).

(Australopith afarensis)
(sumber : https://media.australian.museum/)

(Paranthropus boisei)
(sumber : https://media.australian.museum/)
c. Homo Awal
Genus Homo adalah fosil-fosil dari spesies Homo habilis
yang usianya berkisar 2,4 samoai 1,6 juta tahun. Dibandingkan
dengan Australopith, H. habilis memiliki karakteristik dengan
rahang yang lebih pendek dan volume otak yang lebih besar
sekitar 600-750 cm3. Alat-alat batu yang tajam juga ditemukan
bersama dengan sejumlah fosil H. habilis. Fosil-fosil dari 1,9
sampai 1,5 juta tahun lalu menandai tahap baru dalam evolusi
hominin, dikenal dengan Homo ergaster. H. ergaster memiliki
otak yang jauh lebih besar daripada H. habilis (lebih dari 900
cm3) serta kaki yang panjang dan langsing dengan persendian
panggul yang teradaptasi dengan baik untuk berjalan jarak jauh.
Jari-jarinya relatif pendek dan lurus, menunjukkan bahwa H.
ergaster tidak memanjat pohon. Fosil-fosil H. ergaster pada
awalnya dianggap sebagai anggota awal spesies yang lain dari
Homo erectus dan sejumlah ahli palaeoantropologi masih
menyakini hal ini. Homo erectus bermula di Afrika dan
merupakan hominin pertama yang bermigrasi keluar dari Afrika.
Fosil-fosil hominin tertua di luar Afrika, berusia 1,8 juta tahun
ditemukan di bekas Republik Soviet, Georgia pada tahun 2000.
Homo erectus akhirnya bermigrasi sampai ke kepulauan
Indonesia. Perbandingan fosil-fosil dan penelitian DNA antara H.
erectus dengan manusia menunjukkan bahwa H. erectus telah
punah sekitar 200 ribu tahun lalu (Campbell, et.al., 2008).
(Homo habilis)
(sumber : https://media.australian.museum/)

(Homo ergaster)
(sumber : https://media.australian.museum/)

(Homo erectus)
(sumber : https://media.australian.museum/)

Fosil-fosil H. ergaster ditemukan di lingkungan yang jauh


lebih kering daripada hominin-hominin terdahulu dan telah
dibantu dengan perkakas batu yang lebih canggih. Giginya yang
lebih kecil juga menunjukkan bahwa H.ergaster menyantap
makanan yang berbeda dengan Australopith, yaitu lebih banyak
mengonsumsi daging dibandingkan tumbuhan H. ergaster
menandai perubahan yang penting dalam ukuran relatif antara
kedua jenis kelamin pada primata. Perbedaan ukuran antara jantan
dan betina merupakan komponen utama dimorfisme seksual. Pada
A. afaremsis, jantan 1,5 kali lebih berat daripada betina, namun
pada Homo awal, dimorfisme seksual sangat tereduksi dan
berlanjut hingga spesies masa kini dimana manusia laki-laki
memiliki berta sekitar 1,2 kali lebih berat dibandingkan dengan
perempuan. Dimorfisme seksual yang tereduksi dapat
memberikan sejumlah petunjuk tentang adanya sistem sosial
hominin yang sudah punah. Pada primata yang masih ada,
dimorfisme seksual yang ekstrem diasosiasikan dengan kompetisi
jantan untuk memperebutkan betina (Campbell, et.al., 2008).

d. Neanderthal
Neanderthal merupakan hominin yang ditemukan oleh para
penambang pada tahun 1856 di sebuah gua Lembah Neander,
Jerman. Fosil-fosil tersebut berusia sekitar 40.000 tahun itu
memiliki karakteristik tulang tebal dengan dahi yang menonjol
yang kemudian diberi nama Homo neanderthalensis. Hominin ini
hidup di Eropa dan Timur Dekat sekitar 200.000 tahun yang lalu,
namun tidak pernah menyebar dari wilayah tersebut. Karakteristik
lainnya adalah mereka mempunyai otak yang besarnya sama
dengan manusia masa kini, mampu menguburkan jenazah dan
membuat peralatan berburu dari batu dan kayu. Neanderthal
diperkirakan punah sekitar 28.000 tahun lalu (Campbell, et.al.,
2008).
(Homo neanderthalensis)
(sumber : https://media.australian.museum/)

Neanderthal awalnya banyak dianggap sebagai tahap


peralihan dari H. erectus menuju H. sapiens, namun kemudian
anggapan ini digugurkan melalui bukti analisis DNA mitokondria.
Hasil-hasil itu menunjukkan bahwa Neanderthal mungkin telah
menyumbang sedikit ke lungkang gen H. sapiens. Akan tetapi,
hasil-hasil awal dari sebuah penelitian tahun 2006 yang
membandingkan DNA nukleus Neanderthal dengan manusia
konsisten dengan adanya aliran gen terbatas di antara kedua
spesies. Selain itu, sejumlah peneliti berargumen bahwa bukti
aliran gen dapat ditemukan pada fosil-fosil yang menunjukkan
campuran karakteristik H. sapiens dan Neanderthal (Campbell,
et.al., 2008).

e. Homo Sapiens
Fosil tertua H. sapiens di temukan di luar Afrika, yaitu di
daerah Timur Tengah dengan usia sekitar 115.000 tahun.
Penelitian-penelitian terhadap kromosom Y manusia
menunjukkan bahwa manusia menyebar keluar Afrika dalam satu
atau lebih gelombang, pertama ke Asia kemudian ke Eropa dan
Australia. Pada tahun 2004, para peneliti melaporkan penemuan
rangka hominin dewasa yang berusia 18.000 tahun dan
merepresentasikan spesies yang berbeda dari spesies-spesies
sebelumnya, sehingga rangka tersebut dinamai Homo florensis,
yang ditemukan di sebuah gua gamping di Pulau Flores,
Indonesia. Karakteristik spesies ini menunjukkan rangka yang
lebih pendek dengan volume otak yang lebih kecil daripada
H.sapiens bahkan lebih mirip dengan Australopith. Para peneliti
yang menemukan fosil-fosil ini berargumentasi bahwa rangka-
rangka tersebut juga menunjukkan banyak ciri turunan termasuk
dari ketebalan tengkorak, proporsi dan bentuk gigi merupakan
turunan dari H.erectus yang lebih besar. Akan tetapi, sejumlah
peneliti beranggapan bahwa hal tersebut terjadi karena hominin
tersebut memiliki cacat otak berukuran kecil yang disebut
mikrosefali. Pada tahun 2007, berdasarkan hasil penelitian para
penelliti menyimpulkan bahwa fosil-fosil H. florensis
merepresentasikan sebuah spesies yang garis keturunannya
bercabang sebelum kemunculan klad yang mencakup Neanderthal
dan manusia (Campbell, et.al., 2008)

(Homo sapiens)
(sumber : https://media.australian.museum/)
Karakteristik : Homo sapiens paling awal memiliki tubuh dengan
batang pendek, ramping, dan kaki panjang. Proporsi tubuh ini merupakan
adaptasi untuk bertahan hidup di daerah tropis karena semakin banyaknya
permukaan kulit yang tersedia untuk mendinginkan tubuh. Homo sapiens
yang hidup saat ini memiliki ukuran otak rata-rata sekitar 1.350 sentimeter
kubik yang merupakan 2,2% dari berat tubuh kita. Homo sapiens awal,
bagaimanapun, memiliki otak yang sedikit lebih besar, hampir 1.500
sentimeter kubik. Tengkorak Homo sapiens modern memiliki dasar
pendek dan tempurung otak tinggi. Tidak seperti spesies Homo lainnya,
tengkoraknya paling lebar di bagian atas (Dorey & Blaxland, 2019).

G. Perbandingan Mamalia Zaman Dulu Dan Sekarang


Dalam perkembangan evolusi terdapat beberapa faktor yang sangat
mempengaruhi, salah satunya adalah faktor adaptasi terhadap lingkungan
sekitar yang bisa merubah struktur badan dan cara hidup dari hewan yang
mengalami adaptasi. Adaptasi merupakan kemampuan hewan itu sendiri
untuk mampu bertahan dan menyesuaikan diri dengan habitatnya atau
lingkungan tempat hewan itu hidup dan berkembang. Adaptasi hewan sangat
menentukan bagaimana hewan itu berlangsung kehidupannya karena kondisi
dan komponen lingkungan yang bertambah dan berubah sehingga setiap
hewan harus mampu mengiringi perubahan tersebut. Peluang kelangsungan
hidup dari adaptasi hewan sangat mempengaruhi karena setiap hewan yang
memiliki daya adaptasi yang tinggi akan memiliki peluang kelangsungan
hidup yang besar begitupun sebaliknya. Suatu adaptasi adalah suatu ciri
organisme, baik berupa perubahan struktur, ciri fisik, prilaku atau yang
lainnya yang dimiliki akan menguntungkan pemiliknya dalam perjuangan
hidup (Mayr, 2010).
Adaptasi terbagi menjadi 3 yaitu adaptasi morfologi dimana adaptasi
ini merupakan adaptasi yang merubah bentuk organ tubuh sesuai dengan
lingkungannya, adaptasi fisiologi dimana adaptasi ini merupakan penyesuaian
fungsi terhadap lingkungan dan adaptasi tingkah laku yaitu penyesuaian diri
melalui tingkah laku terhadap lingkungannya. Berdasarkan ketiga jenis
adaptasi tersebut menunjukkan beberapa perbedaan karakteristik yang dapat
digunakan sebagai pembanding diantara mamalia pada zaman dahulu dengan
mamalia modern. Adapun hewan mamalia yang diangkat untuk menunjukan
evolusi dari sudut pandang perubahan yang terjadi hingga saat ini yaitu gajah
dan kuda sebagai jenis mamalia.
1. Evolusi Kuda
Hewan ini merupakan hewan yang memiliki evolusi yang cukup
lengkap dan banyak diketahui, itu dikarenakan hewan ini hidup
berkelompok dan meninggalkan banyak fosil yang telah ditemukan Marsh
dan Osborn. Evolusi kuda memiliki beberapa keturunan yang diketahui
mulai dari Hyracoterium sampai Equus (Mayr, 2010).

(Sumber : Encyclopedia Britanica)

a. Hyracotherium (Eohippus)

(Sumber : Sites.google)
Fosil kuda tertua yang dikenal yakni Hyracotherium (Eohippus). Fosil
Hyracotherium yang ditemukan di Eropa pada abad ke-18, oleh Richard
Owen yang diberi nama dengan Hyracoterium yang berarti ―binatang seperti
hyrax‖. Hyracotherium telah ada sekitar 52 juta tahun lalu dan telah tinggal
di benua Amerika Utara. Hewan ini berukuran sebesar kancil atau anjing
dan tingginya hanya sekitar 30 cm. Memiliki kepala dan leher dan tulang
belakang lengkungan berbentuk tangguh yang relatif singkat. Memiliki
corak yang berbeda dengan kuda modern saat ini. Diperkirakan kuda
primitif ini memakan semak belukar apabila ditinjau dari struktur giginya.
Giginya yang berjumlah 22 pasang dengan tiga gigi pada setiap sisi gigi
seri, satu taring, empat gigi premolar, dan dengan tiga gigi geraham yang
hanya terspesialisasi sedikit untuk menggiling makanan. Kaki depannya
terdiri dari empat jari dan satu rudimen, sedangkan kaki belakangnya
mempunyai tiga jari dan dua jari rudimen.
Hyracotherium juga memiliki otak kecil, ada juga lobus frontal kecil.
Evolusi sudah mulai berjalan, lengan dan kaki lebih panjang secara
proporsional dengan tubuh sebagai kuda saat ini. Namun, beberapa dari
tulang kaki tidak stabil dan tidak memiliki fleksibilitas. Kaki, ada lima jari
satu per masing-masing, empat anggota tubuh depan, kaki belakang dibuat
untuk tiga jari dan jari-jari kelima pertama yang merosot dalam perjalanan
evolusi. Kuku kaki tidak seperti anjing, dan dilengkapi dengan kuku kecil.

b. Mesohippus

(Sumber : dinopedia.fandom.com)
Pada Zaman Oligosen sekitar 40 juta tahun silam, Hyracotherium
mengalami kepunahan. Akan tetapi, mamalia ini telah menurunkan
keturunannya yang dinamakan Mesohippus. Mesohippus berukuran lebih
besar daripada Hyracotherium. Struktur tubuh Mesohippus menunjukkan
bahwa hewan ini telah beradaptasi dengan sangat baik untuk hidup di padang
rumput, hal ini ditunjukkan dengan berkurangnya jumlah jari pada setiap kaki
Mesohippus menjadi tiga jari di setiap kakinya. Jari tengahnya juga lebih besar
daripada jari-jari lainnya. Selain itu, hewan ini juga memiliki kaki yang lebih
kuat dan lincah dibandingkan dengan Hyracotherium. Hewan ini memiliki
leher yang agak panjang. Pada mulutnya, ditemukan beberapa gigi pra-
geraham yang hampir berkembang menjadi gigi geraham. Gigi seperti ini
tentu akan meningkatkan kemampuannya untuk mengunyah makanan.

c. Miohippus

(Sumber : Encyclopedia Britanica)


Masih pada zaman Oligosen, Miohippus (berarti kuda kecil) adalah genus
kuda prasejarah. Miohippus tinggal di Amerika Utara selama zaman Oligosen.
Sementara generasi spesies ini hidup selama periode Miocene. Menurut
Florida Museum of Natural History, diyakini Miohippus hidup pada Miocene
namun pernyataan tersebut salah. Penelitian yang lebih baru memberikan
bukti bahwa Miohippus sebenarnya hidup pada zaman Oligosen. Miohippus
lebih besar dari Mesohippus dan memiliki tengkorak yang sedikit lebih
panjang. Lekukan wajahnya lebih dalam dan lebih diperluas, dan sendi
pergelangan kaki agak berbeda. Miohippus juga memiliki puncak ekstra
variabel pada geraham atasnya, yang memberikan area permukaan yang lebih
besar untuk mengunyah makanan ternak yang lebih ketat. Hal ini akan
menjadi ciri khas dari gigi kuda selanjutnya.

d. Merryhippus

(Sumber : Sites.google)
Pada pertengahan Zaman Miocene sekitar 25 juta tahun yang lalu, Hidup
sejenis kuda yang disebut Merychippus. Spesies kuda ini diperkirakan
merupakan keturunan dari Mesohippus. Seperti nenek moyangnya,
Merychippus masih memiliki leher yang agak panjang yang khas. Diduga,
leher panjang ini berfungsi sebagai alat bantu saat ia merumput, sehingga ia
bisa merumput dengan tenang dengan posisi berdiri. Merychippus memiliki
tiga jari pada kaki belakangnya, dan empat jari pada kaki depannya. Kaki
Merychippus berkembang menjadi kaki yang panjang, agak berbeda dangan
kaki yang dimiliki kuda zaman sekarang. Sekarang, Merychippus telah punah.
Penyebab kepunahannya diperkirakan akibat perubahan iklim besar-besaran
yang mengakibatkan terjadinya zaman es.
e. Pliohippus

(Sumber : Sites.google)

Kemudian sekitar 10 juta tahun yang lalu, semasa jaman Pliocene kuda
berkembang menjadi Pliohippus. Leluhur kuda jenis ini mempunyai satu jari
atau satu tracak pada tiap kakinya. Pliohippus merupakan hewan monodaktil
(hewan bertracak tunggal) sejati yang pertama dalam sejarah evolusi.

f. Equus

(Sumber : wikipedia)
Akhirnya sekitar 2 juta tahun yang lalu, kuda seperti yang kita kenal
sekarang yaitu Equus caballus, muncul sebagai makhluk yang lebih besar.
Namun sekitar 8 ribu tahun yang lalu, spesies Equus ini punah di daratan
Amerika Serikat dan tidak muncul lagi sampai orang-orang Spanyol
membawa kuda masuk ke benua Amerika pada tahun 1400-an. Jari-jemari
pada nenek moyangnya telah berkurang jumlahnya sampai tinggal satu jari di
setiap kakinya yang telah dilindungi oleh kuku yang sangat keras dan telah
termodifikasi. Struktur kaki kuda zaman sekarang pun telah beradaptasi bukan
hanya untuk hidup di padang rumput tetapi juga untuk berlari dengan cepat.
Jenis kaki ini membuat kuda dapat berlari dengan sangat cepat tanpa khawatir
akan resiko terkilir.

(Sumber : Google pict)


Gambar diatas dapat dijelaskan bahwa terdapat perubahan dan
perkembangan yang mengarah pada evolusi bentuk dan fungsi antara lain:
1. Tubuh bertambah besar;
2. Kepala bagian depan semakin panjang;
3. Leher semakin panjang sehingga gerakannya semakin bebas;
4. Perubahan geraham depan dan geraham besar sehingga sangat sesuai
untuk makanan yang berupa rumput;
5. Anggota tubuh yang lain semakin bertambah panjang, sehingga sesuai
dengan gerakan untuk berlari cepat;
6. Jari kaki mereduksi dari lima menjadi satu, sehingga dapat mendukung
gerakan ketika berlari cepat.

2. Evolusi Gajah
Gajah merupakan mamalia terbesar dan memiliki banyak perubahan yang
terjadi sejak dulu hingga kini. Pembahasan yang diangkat yaitu pada bagian
perubahan struktur kepala, kaki dan ukuran badan dari waktu ke waktu.
Perkembangan evolusi gajah memiliki beberapa perubahan menurut periodenya
(Moore, 1984).

(Sumber : elib.unikom.ac.id)

a. Moeritherium

(Sumber : Wikimedia.org)
Moeritherium adalah genus yang terdiri dari beberapa spesies. Mamalia
prasejarah ini berkerabat dengan gajah dan hidup di masa Eocene. Spesies
Moeritherium adalah hewan mirip babi yang hidup sekitar 37-35 juta tahun
lalu. Bentuk Moeritherium menyerupai tapir modern atau kuda nil pigmi.
Ukuran mereka lebih kecil dari gajah modern, tingginya hanya 70 cm pada
pundaknya dan panjangnya sekitar 3 meter (9,8 kaki). Hewan ini biasanya
berkubang di rawa dan sungai. Bentuk giginya membuktikan bahwa hewan ini
pemakan tumbuhan air lunak. Tengkoraknya menjelaskan bahwa
Moeritherium tidak punya belalai seperti gajah, walaupun ada kemungkinan
memiliki bibir atas yang fleksibel dan kuat untuk mencabut tumbuhan air.
Gigi taringnya membentuk gading kecil, yang terlihat lebih mirip gigi kudanil
daripada gajah modern.
b. Amebelodon

(Sumber : Wikimedia)
Amebelodon adalah satu anggota dari satu kelompok berbeda dari
Proboscideans gomphotheres, sekelompok yang juga gajah modern dan
mammoth. Ambelodon merupakan keturunan gajah terkecil namun masih lebih
besar di banding keturunan gajah pertama yaitu Moeritherium tingginya bisa
mencapai 2 meter. Amobelodon ini hidup sekitar zaman Miosen.

c. Deinotherium
(Sumber : Wikimedia)
Deinotherium atau disebut Gading Pencangkul, adalah kerabat raksasa dari
gajah modern yang muncul di Pertengahan Miosen dan berlanjut hingga Awal
Pleistocene. Dalam kehidupannya Deinotherium sama seperti gajah modern,
kecuali belalainya yang lebih pendek, dan memiliki gading melengkung yang
melekat di rahang bawahnya. Deinotherium adalah mamalia darat terbesar
ketiga didunia, hanya Indricotherium dan Mammoth Sungai Songhua yang
menandinginya. Deinotherium memiliki bahu dengan ukuran tinggi 4 meter.

d. Gomphotherium
(Sumber : wikimedia) (Sumber : prehistoric-wildlife)
Gomphotherium adalah genus Proboscidea punah yang berevolusi di
Amerika Utara pada awal Miosen 3.6 juta tahun lalu, dan bertahan hidup
selama 10 juta tahun. Hewan ini kemudian menyebar ke benua Asia, Eropa
dan Afrika setelah menurunnya ketinggian air laut yang memungkinkan untuk
menyeberang. Hewan ini bertahan pada masa Pliosen, dan sisa-sisanya telah
ditemukan di Perancis, Jerman, Austria, Kansas, Pakistan dan Kenya.
Gomphotherium juga dikenal dengan nama Trilophodon, Tetrabelodon, atau
Serridentinus, berdiri setinggi 3.5 meter, dan memiliki banyak kemiripan
dengan gajah modern. Namun hewan ini mempunyai empat taring,
diantaranya dua di rahang atas dan dua lagi terdapat di rahang bawahnya yang
panjang. Gading bawahnya paralel dan berbentuk seperti sekop dan digunakan
dengan cara yang sama. Tidak seperti gajah modern, taring atasnya ditutupi
lapisan enamel. Jika dibandingkan dengan gajah, tengkoraknya lebih
memanjang dan rendah. Hewan ini kemungkinan hidup di rawa atau tepi
danau, mereka menggunakan gading untuk menggali atau mencabut tumbuhan
air. Jika dibandingkan dengan Proboscidea sebelumnya, Gomphotherium
memiliki gigi geraham yang jumlahnya jauh lebih sedikit, salah satunya
memiliki tepian yang tinggi untuk memperluas area untuk mengunyah
makanan. Kerangka sempurna dari Gomphotherium telah ditemukan di
Mühldorf, Jerman pada tahun 1971.
e. Stegotetrabelodon

(Sumber : wikimedia)
Stegotetrabelodon adalah genus dari subfamili Stegodontinae yang telah
punah dari ordo Proboscidea. Keturunan ini hidup pada zaman Miosen dan
tingginya sekitar 4 meter dibahu dengan kedua gading atas dan bawah yang
tidak besar namun memiliki ukuran yang panjang.

f. Stegodon

(Sumber : wikimedia)
Stegodon adalah marga anggota dari suku Stegodontidae yang telah punah
dari bangsa Proboscidea (vertebrata berbelalai). Stegodon hidup di benua Asia
selama era Pliosen, tingginya sekitar 3 meter di bahu dan merupakan
keturunan pemakan tumbuhan yang biasanya bertahan hidup di padang rumput
yang luas. Berasal dari famili stegodontidae. Berat badan Stegodon beragam
tergantung jenisnya. Terkecil 350 hingga 400 kilogram dan terberat mencapai
13 ton. Memiliki tubuh cenderung besar dan kekar. Jarak antar gading rapat
sehingga belalai tidak bisa masuk penuh Mahkota giginya pendek karena lebih
banyak makan rumput-rumputan.

g. Mastadon

(Sumber : exhibitons.nysm.gov)

Mastadon atau mastodont adalah spesies mamalia bergading besar ini


hidup di zaman Eosen dan tingginya bisa mencapai 3,5 meter dibahu.
Mastodon memiliki ukuran dan penampilan yang mirip dengan gajah dan
mamut. Giginya berbeda jauh dibandingkan dengan gigi para keluarga gajah.
Hewan ini memiliki ujung lancip berbentuk kerucut pada mahkota gigi
gerahamnya, yang lebih cocok untuk mengunyah dedaunan ketimbang gigi
bermahkota tinggi milik mamut yang berguna untuk memakan rumput, nama
mastodon (atau mastodont) berarti "gigi puting" dan juga digunakan pada
genusnya. Tengkoraknya lebih besar dan datar dibanding kebanyakan mamut,
dan kerangkanya lebih kekar.
h. Mamut

(Sumber : Britannica.com)
Mamut adalah genus gajah purba yang telah punah. Gadingnya melingkar
membentuk kurva ke arah dalam dan, dalam spesies utara, dengan rambut
panjang. Mereka hidup dalam masa Pleistosen sejak 1,6 juta tahun lalu sampai
sekitar 10.000 tahun lalu. Kata mamut berasal dari bahasa Rusia (мамонт).
Ada kesalahpahaman bahwa mamut lebih besar dari gajah. Spesies terbesar
mamut yang diketahui yaitu Mammoth Sungai Songhua yang memiliki tinggi
kurang lebih 5 meter pada pundaknya. Mamut umumnya memiliki berat 6-8
ton, namun mamut jantan yang besar beratnya dapat mencapai 12 ton. Gading
mamut sepanjang 3,3 meter ditemukan di utara Lincoln, Illinois pada tahun
2005. Sebagian besar spesies mamut memiliki ukuran sebesar Gajah Asia
modern.

i. Gajah Modern

(Sumber : fpk.unair.ac.id)
Gajah modern yang dimaksud merujuk kepada tiga spesies binatang
berbelalai yang masih hidup, diantaranya yaitu Gajah Afrika Hutan, gajah
Afrika savana, dan gajah Asia. Semua gajah berevolusi di Afrika tetapi gajah
Asia kemudian bermigrasi ke Eurasia. Gajah Afrika adalah spesies gajah pada
genus Loxodonta, salah satu dari dua generasi yang ada di Elephantidae.
Keturunan ini memiliki dua jenis yang paling dikenal yaitu jenis gajah dari
Afrika dan Asia. Adapun spesies dari genus Loxodanta diantaranya yaitu 1)
Loxodanta affricana, 2) Loxodanta cyclotis (gajah hutan afrika), dan 3)
Loxodanta oxyotis africana (gajah savana Afrika). Sedangkan genus Elephas
memiliki empat spesies diantaranya yaitu 1) Elephas maximus bengalensis
(gajah India), 2) Elephas maximus hirsutus (Gajah Malaysia), 3) Elephas
maximus maximus (Gajah Ceylon), dan 4) Elephas maximus sumatranus
(Gajah Sumatera).
Adapun ciri Gajah diantaranya yaitu memiliki berat badan 2.268 hingga
6.350 kg pada gajah Afrika, sedangkan Gajah Asia memiliki berat 2.041
hingga 4.990 kg. Bentuk tubuh umumnya lebih kecil dari Stegodon. Jarak
antar gading renggang sehingga belalai dapat masuk diantara gading. Mahkota
giginya tinggi karena pemakan daun-daunan.
H. BUKTI EVOLUSI MAMALIA

Diagram pohon di atas menunjukkan awal mula dari mamalia merupakan


hewan yang memiliki tubuh berukuran kecil dan makanannya berupa insekta.
Mamalia berukuran kecil ini sangat aktif berhubungan dengan kemampuan
homoiterm. Bukti fosil makhluk kecil mamalia yang ditemukan di timur laut Cina
telah membantu para ilmuan untuk mengetahui kapan mamalia terpecah menjadi 2
kelompok besar, yaitu mamalia berplasenta dan mamalia berkantong.
(Sumber: Google pict)

Para ilmuwan Washington menemukan fosil seekor mamalia purba baru


yang ukuran tubuhnya seperti bajing yang hidup pada zaman dinosaurus. Tubuh
hewan mamalia ini unik dan juga menunjukkan bukti evolusi mamalia, khususnya
proses pembentukan tulang telinga bagian tengah. Hewan mamalia ini diberi nama
Yanoconodon, diambil dari nama Gunung Yan di Provinsi Hebei, China bagian
utara. Hewan ini diprediksi hidup di periode Cretaceous sekitar 125 juta tahun
yang lalu.
Tubuh Yanoconodon berbeda dengan mamalia pada umumnya, ia
memiliki tubuh yang panjang dan kaki pendek serta besar. Tubuhnya berbulu
lebat dan memiliki panjang tubuh 12,5 cm dan berat 30 gram. Hal ini seperti yang
dikemukakan oleh peneliti Zhe Xi Luo dari museum Sejarah Nasional Carnegie di
AS ―Secara umum, ia memiliki tubuh seperti seekor salamander namun mamalia‖.
Yanoconodon hidup di habitat yang subur dekat danau air tawar bersama tanaman
dan hewan purba lainnya. Habitatnya yang dihuni oleh dinosaurus lainnya,
menyebabkan Yanoconodon sebagai mangsa yang empuk.
Struktur telinga yang dimiliki oleh Yanoconodon menunjukkan bentuk
peralihan dalam evolusi mamalia. Hal ini dikarenakan struktur telinga bagian
dalamnya masih menempel pada tulang rahang bagian bawah (tulang rawan
meckel). Tulang telinga bagian dalam Yanoconodon jelas mirip dengan mamalia
modern, namun tetap terhubung dengan rahang bawah yang tidak ditemukan pada
mamalia modern jenis apapun. Berikut bukti fosil Yanoconodon yang ditemukan:

(Sumber: researchgate.net)
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, et.al. (2008). Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta : Erlangga


Dorey, F & B. Blaxland. (2019). Sahelanthropus tchadensis, Ardipithecus
ramidus, Australopith anamensis, Australopith africanus, Australopith
afarensis, Paranthropus boisei, Homo habilis, Homo ergaster, Homo
erectus, Neanderthalensis, Homo sapiens.
https://australian.museum/learn/science/human-evolution/paranthropus-
species/. Diakses pada 10 Desember 2020, pukul 10:35 WIB
Groenewald, G. H.; Welman, J.; Maceachern, J. A. (2001). "Vertebrate Burrow
Complexes from the Early Triassic Cynognathus Zone (Driekoppen
Formation, Beaufort Group) of the Karoo Basin, South
Africa". PALAIOS. 16 (2): 148–160.
Israf, et.al (2018). Efektivitas Perangkap Yang Digunakan Dalam Koleksi
Mamalia Kecil Rodensia Dan Eulipotyphla. Biocelebes. 12(3): 79-87
Kinanto, H., S. Budhi & H. Ardian. (2018). Keanekaragaman Jenis Primata Di
Seksi Wilayah II Semitau Taman Nasional Danau Sentarum Kabupaten
Kapuas Hulu. Jurnal Hutan Lestari. 6(4): 894-903
Luo, Z. X. (2007). "Transformation and diversification in early mammal
evolution". Nature. 450 (7172): 10–19.
Mansyur, F. I., A. H. Mustari & L. B. Prasetyo (2016). Karakteristik Habitat
Tarsius (Tarsius Sp.) Berdasarkan Sarang Tidur Di Hutan Lambusango
Pulau Buton Provinsi Sulawesi Tenggara. Media Konservasi. 21(2): 135-
142
Mayr, E. (2010). Evolusi: Dari Teori ke Fakta. Jakarta: Kepustakaan Populer
Gramedia.
Mita. (2018). Bedanya Monyet Dunia Lama dan Baru.
https://www.kompasiana.com/mita/5a9d176516835f5fc5584363/bedanya
-monyet-dunia-lama-dan-baru. Diakses pada 05 Desember 2020, pk
20:00 WIB
Moore, R. (1984). Evolusi. Jakarta : Tira Pustaka.
Priyambodo. 2015. Evolusi Manusia.
http://staff.unila.ac.id/priyambodo/files/2015/12/2015-Evolusi-Evolusi-
Manusia.pdf. Diakses 10 Desember 2020, pk 14.16.
Purwa, NS. 2013. Evolusi Mamalia.
https://www.slideshare.net/NSPmunawi/evolusi-mammalia. Diakses 10
Desember 2020, pk 15.21.
Rahmadina. (2019). Modul Ajar Taksonomi Vertebrata.
http://repository.uinsu.ac.id/. Diakses pada 11 Desember 2020, pk
20.31WIB.
Reilly, Stephen M.; White, Thomas D. (2003). "Hypaxial Motor Patterns and the
Function of Epipubic Bones in Primitive
Mammals". Science. 299 (5605): 400–402.
Spindler, Frederik. (2020). "The skull of Tetraceratops insignis (Synapsida,
Sphenacodontia)". Palaeovertebrata. 43 (1). 393-400
Suyanto, A dan Semiadi. (2004). Keragaman mamalia kecil di sekitar Daerah
Penyangga Taman Nasional Gunung Halimun, Kecamatan Cipanas,
Kabupaten Lebak. Jurnal Berita Biologi. 7(1): 126-133
Widiastuti, P.J. (2013). Penerapan Metode Pembelajaran Team Game Tournament
(TGT) Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar. Skripsi.
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Wilson, D.E., & Reeder. (2005). Mammal Species of the World: A Taxonomic and
Geographic Reference (3rd ed.). p. xxvi. Johns Hopkins University
Press. Baltimore.

Anda mungkin juga menyukai