“EVOLUSI INVERTEBRATA”
Kelompok 2
Kelas 7C
2020
EVOLUSI INVERTEBRATA
Evolusi didorong oleh dua mekanisme utama, yaitu seleksi alam dan hany
utan genetik. Seleksi alam merupakan sebuah proses yang menyebabkan sifat terw
aris yang berguna untuk keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme menjad
i lebih umum dalam suatu populasi - dan sebaliknya, sifat yang merugikan menjad
i lebih berkurang. Hal ini terjadi karena individu dengan sifat-sifat yang menguntu
ngkan lebih berpeluang besar bereproduksi, sehingga lebih banyak individu pada
generasi selanjutnya yang mewarisi sifat-sifat yang menguntungkan ini. Setelah b
eberapa generasi, adaptasi terjadi melalui kombinasi perubahan kecil sifat yang ter
jadi secara terus menerus dan acak ini dengan seleksi alam. Sementara itu, hanyut
an genetik (Bahasa Inggris: Genetic Drift) merupakan sebuah proses bebas yang
menghasilkan perubahan acak pada frekuensi sifat suatu populasi. Hanyutan genet
ik dihasilkan oleh probabilitas apakah suatu sifat akan diwariskan ketika suatu ind
ividu bertahan hidup dan bereproduksi.
Walaupun perubahan yang dihasilkan oleh hanyutan dan seleksi alam kecil,
perubahan ini akan berakumulasi dan menyebabkan perubahan yang substansial p
ada organisme. Proses ini mencapai puncaknya dengan menghasilkan spesies yan
g baru. Dan sebenarnya, kemiripan antara organisme yang satu dengan organisme
yang lain mensugestikan bahwa semua spesies yang kita kenal berasal dari nenek
moyang yang sama melalui proses divergen yang terjadi secara perlahan ini.
Dokumentasi fakta-fakta terjadinya evolusi dilakukan oleh cabang biologi
yang dinamakan biologi evolusioner. Cabang ini juga mengembangkan dan meng
uji teori-teori yang menjelaskan penyebab evolusi. Kajian catatan fosil dan keanek
aragaman hayati organisme-organisme hidup telah meyakinkan para ilmuwan pad
a pertengahan abad ke-19 bahwa spesies berubah dari waktu ke waktu. Namun, m
ekanisme yang mendorong perubahan ini tetap tidaklah jelas sampai pada publika
si tahun 1859 oleh Charles Darwin, On the Origin of Species yang menjelaskan de
ngan detail teori evolusi melalui seleksi alam. Karya Darwin dengan segera diikuti
oleh penerimaan teori evolusi dalam komunitas ilmiah. Pada tahun 1930, teori sel
eksi alam Darwin digabungkan dengan teori pewarisan Mendel, membentuk sintes
is evolusi modern, yang menghubungkan satuan evolusi (gen) dengan mekanisme
evolusi (seleksi alam). Kekuatan penjelasan dan prediksi teori ini mendorong riset
yang secara terus menerus menimbulkan pertanyaan baru, di mana hal ini telah me
njadi prinsip pusat biologi modern yang memberikan penjelasan secara lebih men
yeluruh tentang keanekaragaman hayati di bumi. (Anshory, 2009)
Teori evolusi yang dikemukakan oleh para ahli evolusi tidak terlepas dari
peranan berkembangnya zaman, tiap-tiap perubahan suatu teori dimunculkan dari
beberapa teori yang sebelumnya dapat dibantah oleh para ahli yang telah melakuk
an penelitian terkait dengan evolusi yang dengan perubahan yang terjadi di alam s
emesta ini. salah satu contoh yaitu terbantahnya teori Darwin oleh teorinya Harun
Yahya, Darwin menyatakan bahwa makhluk hidup yang ada dimuka bumu ini bes
erta isinya ada dengan sendirinya, teori ini dapat dibantah oleh Harun Yahya deng
an membuktikan bahwa alam semesta beserta isinya tidak terjadi dengan sendiriny
a namun ada yang menciptakan. (Anshory, 2009)
A. Pengenalan Hewan
1. Karakter Hewan dan Rangka Tubuh
Hewan mempunyai banyak keanekaragaman yang terbentang jauh melebihi m
anusia, anjing, kucing ikan, burung, serta hewan-hewan lainnya. Menurut para ahl
i biologi jumlah hewan yang telah diidentifikasi berjumlah 1,3 juta spesies yang m
asih ada. Mendefinisikan karakteristik hewan tidaklah mudah karena ada banyak p
engecualian-pengecualian terhadap hampir semua kriteria yang digunakan untuk
membedakan hewan dari bentuk-bentuk kehidupan yang lain. Akan tetapi jika dit
ilik dari bersama-sama mengenai berbagai karakteristiknya maka akan dapat dikel
ompokkan dalam beberapa kelompok (Campbell et.al, 2014).
Karakteristik hewan yang paling umum dikenal adalah kemampuannya untuk
bergerak dan memakan organisme lain sebagai sumber energinya (heterotrof). Sel
ain itu, sel tubuhnya multiseluler dan tidak mempunyai dinding sel seperti halnya
tumbuhan (Pipit, 2008).
Pada Al-Qur’an surat An-Nur ayat 45 yang isinya menyatakan bahwa seluruh
binatang yang melata di permukaan bumi ini, Allah jadikan dari air. Binatang mel
ata yang dalam ayat ini disebut Daabbat berarti merangkak dengan perutnya seper
ti perumpamaan untuk hewan sejenis ular dan serangga yang halus-halus. Ada jug
a kalimat wa minhum may yamsyi ‘alarijlain yang berarti ‘ada yang berjalan atas
dua kaki, seperti manusia dan burung termasuk ayam, bebek dan angsa. Serta ada
pula yang berjalan atas empat kaki seperti halnya sapi, kerbau dan masih banyak h
ewan lainnya yang dapat dijadikan contoh nyata berdasarkan gambaran dari ayat a
l-qur’an tersebut (Muttaqien, 2019).
Kelompok
Spesies Simetri Pencernaa Sirkulas
Filum Hewan Perwakila Organisasi
Hidup Tubuh n i
n
Placozoa 1 Sel yang be Asimetr Ekstraselule Difusi
Placozoa
rhubungan i r
Spons 8.000 Sel yang be Asimetr Intraseluler Difusi
Porifera
rhubungan i
Anemon, u 11.000 2 lapis jarin Radial Usus seperti Difusi
Cnidaria
bur – ubur gan kantung
Platyhelminthe Planaria, ca 15.000 2 lapis jarin Bilatera Usus seperti Difusi
s cing pita gan l kantung
Polychaeta, 15.000 3 lapis jarin Bilatera Usus lengka Sistem t
Anelida lintah, caci gan l p ertutup
ng tanah
Siput, kera 110.000 3 lapis jarin Bilatera Usus lengka Terbuka,
Mollusca
ng, gurita gan l p tertutup
Rotifera 2.150 3 lapis jarin Bilatera Usus lengka Difusi
Rotifera
gan l p
Beruang ai 950 3 lapis jarin Bilatera Usus lengka Difusi
Tardigrada
r gan l p
Cacing kre 20.000 3 lapis jarin Bilatera Usus lengka Sistem t
Nematoda mi, cacing gan l p ertutup
tambang
Laba – lab 1.130.00 3 lapis jarin Bilatera Usus lengka Sistem t
a, kepiting, 0 gan l p erbuka
Arthropoda
kaki seribu,
serangga
Bintang lau 6.000 3 lapis jarin Bilatera Usus lengka Sistem t
Echinodermata
t, bulu babi gan l p erbuka
Chordata i 2.100 3 lapis jarin Bilatera Usus lengka Sistem t
nvertebrate gan l p ertutup
Chordata
Vertebrata 4.500 3 lapis jarin Bilatera Usus lengka Sistem t
gan l p ertutup
c. Sirkulasi
Sistem sirkulasi pada tubuh hewan terdiri dari sikulasi terbuka
dan sirkulasi tertutup. Pada sistem sirkulasi terbuka, darah keluar dari
pembuluh dan bertukar materinya secara langsung dengan jaringan
yang dilewatinya sebelum kembali kejantung. Sedangkan pada sistem
sirkulasi tertutup, satu atau lebih jantung memompa darah melalui
sistem pembuluh yang kontinyu. Pada hewan yang belum mempunyai
sistem sirkulasi yang lengkap, gas dan nutrisi yag didapat berdifusi
langsung melalui tubuhnya.
d. Segmentasi Tubuh
Banyak hewan bilateral yang mempunyai segmen. Hewan yang
mempunyai tubuh bersegmen-segmen disebut hewan metamerik.
Sementara hewan yang tubuhnya tidak memiliki segmentasi disebut
hewan nonmetamerik. Pada umumnya, setiap segmen tubuh memiliki
struktur luar atau struktur dalam yang berbeda.
1. Placozoa
Pada filum placozoa satu-satunya spesies yang diketahui yaitu Trichoplax
adhaerens. Spesies tersebut pertamakali ditebukan oleh seorang ahli zoologi
dari Jerman yang bernama Franz Eilhard pada akhir abad ke-19. Trichoplax
adhaerens berasal dari bahasa yunani yaitu Ticha berarti rambut, plax berarti
piring dan adhaerens yang berarti tongkat. Atau dapat diartikan sebagai piring
berbulu lengket (Eitel, 2013). Spesies ini tidak terlihat seperti hewan pada
umumnya karena terdiri dari beberapa ribu sel yang tersusun dalam lempeng
berlapis ganda. Trichoplax dapat bereproduksi dengan cara membelah menjadi
dua individuatau bertunas, melepaskn banyak individu multiseluler (Campbell
et.al, 2014).
Berdasarkan perbandingan urutan gen menunjukan bahwa Trichoplax
adhaerens berkerabat dekat dengan Choanoflagelata. Genomnya paling kecil
diantara kebanyakan hewan yang diketahui. Berdasarkan hal tersebut dapat
dikatakan bahwa placozoa mewakili cabang awal pohon kerbat
hewan (Muttaqien, 2019).
2. Spons
Spons (filum Porifera) mempunyai karakteristik yang sangat berbeda dari
filum lainnya. Porifera asimetri dan tidak mempunyai jaringan tubuh ataupun
coelom (acelomata) meski merupakan hewan multiseluler. Spons umumnya
ditemukan di laut. Filum porifera terdiri atas 5000 spesies yang hidup di laut,
batu-batuan, cangkang, dan coral, 150 spesies hidup di air tawar, serta
beberapa hidup di pasir dan dasar lumpur. Hampir semua porifera terdapat di
perairan dangkal, kecuali “Glass sponge” yang hidup di laut dalam (Pipit,
2008).
Ciri khas dari filum porifera terdapat pada tubuhnya yang berpori seperti
busa atau spons sehingga porifera disebutjuga sebagai hewan spons. Pada
bagian permukaan spesies ini terdapat lapisan yang tersusun atas sel-sel
datar tidak berflagel sedangkan pada bagian dalam dan matrix dilapisi sel
kolar berflagel (Muttaqien, 2019).
a. Reproduksi dan Penyebaran Spons
Spons umumnya bersifat hermafrodit, individu yang menghasilkan
sperma dan sel telur. Berkembang biak secara seksul dan secara aseksual.
Spons bereproduksi secara aseksual dengan tunas yang berasal dari induk
membentuk individu baru atau membentuk fragmen dan tumbuh menjadi
spons baru. Sedangkan reproduksi secara seksual dengan cara fertilisi, ziot
terbentuk dan berkembang menjadi larva bersilia.
b. Pengenalan Diri Spons
Spons menunjukkan adhesi sel dan pengenalan diri. Pada beberapa
spesies, sel individu bergabung membentuk spons setelah terpisah. Sel yang
terpisah tidak bergabung secara terpisah.
3. Cnidaria
Cnidria dapat disebut juga dengan Coelenterata. Coelenterata diambil dari
bahasa Yunani yaitu Coelos yang berarti rongga dan entron berarti usus.
Hewan yang termasuk ke dalam filum ini mempunyai rongga besar di tengah-
tengah tubuhnya yang berguna seperti usus pada hewan-hewan dengn
tingkatan yang lebih tinggi. Rongga tersebut dinmakan dengan rongga
gastrovaskuler. Anggota filum Coelenterata berjumlah sekitar 10.000 spesies
dan semuanya hidup di perairan, terutama di perairan laut. Coelenterata
mencakup koral, ubur-ubur (Aurelia), dan hidra.
a. Karakter Umum
Cnidaria memiliki keunikan dengan adanya dua jenis bentuk tubuh, yaitu
polip dan medusa. Keduanya memiliki mulut bercincin tentakel terbuka
menuju rongga gastro pembuluh seperti kantung yang berperan dalam
pencernaan dan pertukaran gas. Medusa memiliki bentuk tubuh seperti
lonceng atau payung dengan satu mulut yang terletak di permukaan
bawahnya, contohnya pada ubur-ubur. Polip berbentuk tabung yang
menempel di permukaan, seperti anemon laut. Medusa dan polim terdiri atas
dua jaringan yaitu epidermis yang berkembang dari ektoderm dan gastroderm
yang berkembang dari endoderm.
b. Diversitas dan Siklus Hidup
Filum Cnidaria dibedakan menjadi empat kelas, yaitu kelas Anthozoa,
Hydrozoa, Schypozoa dan Cubozoa. Anemon laut dan karang laut termasuk
kedalam kelas Anthozoa. Banyak anemon laut yang berwarna cerah dan
berbentuk seperti bunga. Tubuhnya yang tebal dan berat menyangga mulut
yang dikelilingi oleh tentakel berongga. Kelas Hydrozoa meliputi Hydra,
Obelia dan Physalia. Obelia adalah koloni polip yang dilindungi oleh
penutup berkitin yang keras. Polip memiliki nematosis dan memanjang dari
penutup untuk menangkap mangsa. Polip saling terhubung dan makan dicerna
bersama-sama oleh seluruh koloni. Koloni membesar dengan cara bertunas
secara aseksual. Scypozoa terkadang disebut sebagai ubur-ubur sejati.
Anggota kelas Scyphozoa ini hanya ada beberapa ratus spesies yang
semuanya berhabitat di perairan laut (Pipit, 2008).
4. Rotifera
E. Menuju Vertebrata
1. Pemisahan Protostomia dan Deuterostomia
2. Echinodermata
Anshori, M. & Martono, D. (2009). Buku sekolah elektronik Biologi 1: Untuk Sek
olah Menengah Atas (SMA)-Madrasah Aliyah (MA) Kelas X. Jakarta: Pusat P
erbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Azhari, N & Nofisulastri. 2018. Identifikasi Jenis Annelida pada Habitat Sungai
Jangkok Kota Mataram. Bioscientist: Juenal Ilmiah Biologi. VI (2):107-113
Campbell, N.A., Reece, J.B., Urry, L.A., Cain, M.L., Wasserman, S.A., Minorsky,
P.V & Jackson, R.B. (2014). Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta: Erlang
ga.
Dahuri, R. (2003). Keanekaragaman Hayati Laut. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Mardiastuti W. E. ( 2010). Mengenal Hewan Invetebrata. Bekasi: Mitra Utama
Muttaqien, M., Yusup, I. W., & Ukit. (2019). Mengenal Evolusi melalui Pendekat
an Ilmiah dan Integrasi Al-Qur’an. Bandung: Pusat Penelitian dan Penerbitan
UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Nontji, A.(2007). Laut Nusantara. Jakarta : Djambatan.
Nurhadi & Yanti, F. (2018). Taksonmi Invertebrata. Yogyakarta : Deepublish.
Pipit, P. D. (2008). Bioekspo Menjelajah Alam Dengan Biologi. Solo : PT. Wangs
a Jatra Lestari.
Radiopoetro. (1996). Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Rusyana, A. (2011). Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktik). Cimahi: Alfabeta.
Suheriyanto. (2008). Ekologi Serangga. Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim
Press.
Suwignyo, S. (2005). Avertebrata Air Jilid 1. Jakarta : Swadaya.
Yusron, E. 1985. Beberapa Catatan Mengenai Cacing Laut (Polychaeta). Oseana.
X(4):122-127.