Anda di halaman 1dari 9

1.

Musang Luwak
Musang luwak adalah hewan menyusu (mamalia) yang termasuk suku musang dan
garangan (Viverridae). Nama ilmiahnya adalah Paradoxurus hermaphroditus dan di
Malaysia dikenal sebagai musang pulut. Hewan ini juga dipanggil dengan berbagai sebutan
lain seperti musang (nama umum, Betawi), careuh (Sunda), luak atau luwak(Jawa),
serta common palm civet, common musang, house musang atau toddy cat dalam bahasa
Inggris.
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Classis : Mammalia
Ordo : Carnivora
Familia : Viverridae
Genus : Paradoxurus
Spesies : P. hermaphrodites

Musang bertubuh sedang, dengan panjang total sekitar 90 cm (termasuk ekor,


sekitar 40 cm atau kurang). Abu-abu kecoklatan dengan ekor hitam-coklat mulus. Sisi atas
tubuh abu-abu kecoklatan, dengan variasi dari warna tengguli (coklat merah tua) sampai
kehijauan. Jalur di punggung lebih gelap, biasanya berupa tiga atau lima garis gelap yang
tidak begitu jelas dan terputus-putus, atau membentuk deretan bintik-bintik besar. Sisi
samping dan bagian perut lebih pucat. Terdapat beberapa bintik samar di sebelah tubuhnya.
Wajah, kaki dan ekor coklat gelap sampai hitam. Dahi dan sisi samping wajah hingga di
bawah telinga berwarna keputih-putihan, seperti beruban. Satu garis hitam samar-samar
lewat di tengah dahi, dari arah hidung ke atas kepala. Hewan betina memiliki tiga pasang
puting susu.
Musang luwak adalah salah satu jenis mamalia liar yang kerap ditemui di sekitar
pemukiman dan bahkan perkotaan. Hewan ini amat pandai memanjat dan bersifat arboreal,
lebih kerap berkeliaran di atas pepohonan, meskipun tidak segan pula untuk turun ke tanah.
Musang juga bersifat nokturnal, aktif di malam hari untuk mencari makanan dan lain-lain
aktivitas hidupnya. Dalam gelap malam tidak jarang musang luwak terlihat berjalan di atas
atap rumah, menitikabel listrik untuk berpindah dari satu bangunan ke lain bangunan, atau
bahkan juga turun ke tanah di dekat dapur rumah. Musang luwak juga menyukai hutan-
hutan sekunder.
Musang ini kerap dituduh sebagai pencuri ayam, walaupun tampaknya lebih sering
memakan aneka buah-buahan di kebun dan pekarangan. Termasuk di
antaranya pepaya,pisang, dan buah pohon kayu afrika (Maesopsis eminii). Mangsa yang
lain adalah anekaserangga, moluska, cacing tanah, kadal serta bermacam-macam hewan
kecil lain yang bisa ditangkapnya, termasuk mamalia kecil seperti tikus.
Di tempat-tempat yang biasa dilaluinya, di atas batu atau tanah yang keras,
seringkali didapati tumpukan kotoran musang dengan aneka biji-bijian yang tidak tercerna
di dalamnya. Agaknya pencernaan musang ini begitu singkat dan sederhana, sehingga biji-
biji itu keluar lagi dengan utuh. Karena itu pulalah, konon musang luwak memilih buah
yang betul-betul masak untuk menjadi santapannya. Maka terkenal istilah kopi
luwak dari Jawa, yang menurut cerita dari mulut ke mulut diperoleh dari biji kopi hasil
pilihan musang luwak, dan telah mengalami ‘proses’ melalui pencernaannya.
Akan tetapi sesungguhnya ada implikasi ekologis yang penting dari kebiasaan
musang tersebut. Jenis-jenis musang lalu dikenal sebagai pemencar biji yang baik dan
sangat penting peranannya dalam ekosistem hutan. Pada siang hari musang luwak tidur di
lubang-lubang kayu, atau jika di perkotaan, di ruang-ruang gelap di bawah atap. Hewan ini
melahirkan 2-4 anak, yang diasuh induk betina hingga mampu mencari makanan sendiri.
Sebagaimana aneka kerabatnya dari Viverridae, musang luwak mengeluarkan semacam
bau dari kelenjar di dekat anusnya. Samar-samar bau ini menyerupai harum daun pandan,
namun dapat pula menjadi pekat dan memualkan. Kemungkinan bau ini digunakan untuk
menandai batas-batas teritorinya, dan pada pihak lain untuk mengetahui kehadiran hewan
sejenisnya di wilayah jelajahnya.

2. Biawak
Biawak adalah sebangsa reptil yang masuk ke dalam golongan kadal besar, suku
biawak-biawakan (Varanidae). Biawak dalam bahasa lain disebut sebagai bayawak
(Sunda), menyawak atau nyambik (Jawa), berekai (Madura), dan monitor lizard atau
goanna (Inggris).Biawak berkembang biak dengan bertelur. Sebelum mengawini
betinanya, biawak jantan biasanya berkelahi lebih dulu untuk memperlihatkan
penguasaannya. Pertarungan biawak ini unik dan menarik, karena dilakukan sambil
‘berdiri’. Kedua biawak itu lalu saling pukul atau saling tolak sambil berdiri pada kaki
belakangnya, sehingga tampak seperti menari bersama.

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Sauropsida
Ordo : Squamata
Upaordo : Scleroglossa
Infraordo : Anguimorpha
Superfamili : Varanoidea
Famili : Varanidae
Genus : Varanus

Telur-telur biawak disimpan di pasir atau lumpur di tepian sungai, bercampur dengan
daun-daun busuk dan ranting. Panas dari sinar matahari dan proses pembusukan serasah
akan menghangatkan telur, sehingga menetas. Suku Varanidae terdiri atas dua kelompok
yang sedikit berbeda, yalah dari marga Varanus yang besar (lebih dari 35 spesies di seluruh
dunia), dan marga Lanthanotus yang sejauh ini berisi spesies tunggal L. borneensis dari
Kalimantan. Marga yang kedua itu merupakan biawak yang bertubuh kecil (lk. 30 cm) dan
tanpa lubang telinga.

3. Monyet Ekor Panjang


Monyet ekor panjang merupakan mamalia dengan klasifikasi sebagai berikut
(Napier dan Napier, 1967):
Klasifikasi ilmiah

Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Mammalia
Ordo : Primata
Sub Ordo : Anthropoidae
Famili : Cercopithecidae
Sub Famili : Cercotihecidae
Genus : Macaca
Spesies : Macaca fascicularis Raffles
Nama Lokal : Monyet ekor panjang, kera, kethek, kunyuk

Habitat merupakan tempat suatu makhluk hidup untuk hidup (Soemarwoto, 1983).
Habitat alami monyet ekor panjang adalah rawa-rawa bakau, hutan primer dan
sekunder pada ketinggian 2000 meter diatas permukaan laut, perbatasan areal
hutan dan pertanian. Monyet ekor panjang juga dapat ditemui di habitat terganggu
khususnya daerah riparian (tepi sungai, tepi danau dan sepanjang pantai dan hutan
sekunder areal perladangan) (Linburg, 1980).
Menurut Lekagul dan McNeely (1977), ciri morfologi penting monyet ekor
panjang adalah adanya kantong pipi yang berguna untuk menyimpan makanan
sementara. Dengan adanya kantong pipi ini, maka monyet ekor panjang dapat
memasukkan makanan ke dalam mulut secara cepat dan mengunyahnya.
Monyet ekor panjang tergolong monyet kecil yang berwarna coklat dengan bagian
perut berwarna lebih muda dan disertai rambut keputih-putihan yang jelas pada
bagian muka. Dalam perkembangannya rambut yang tumbuh pada muka berbeda
antara satu individu dengan individu lainnya. Perbedaan warna ini dapat menjadi
indikator yang dapat membantu dalam mengenali individu berdasarkan jenis
kelamin berdasarkan umur (Aldrich-Black, 1980).
Monyet ekor panjang yang baru lahir memiliki rambut yang berwarna hitam
dengan muka dan telinga berwarna merah muda. Dalam waktu satu minggu,
warna rambut pada kulit muka akan memudar dan berubah menjadi abu-abu
kemerah-merahan. Setelah kira-kira berumur enam minggu, warna rambut yang
hitam pada saat lahir berubah menjadi coklat. Setelah dewasa, rambut kulit
berwarna coklat kekuningan, abu-abu atau coklat hitam, tetapi bagian bawah perut
dan kaki sebelah dalam selalu lebih cerah. Rambut di atas kepalanya tumbuh
kejur (semacam kuncir) ke belakang, dapat membentuk jambul. Rambut di pipi
menjurai ke muka, di bawah mata selalu terdapat kulit yang tidak berambut dan
berbentuk segi tiga, kulit pada clunis juga tidak berambut (Medway, 1978).
Pada monyet muda sering terdapat jambul di kepala, warna rambut bervariasi
menurut umur satwa dan lokasi tempat tinggalnya, sedangkan pada monyet yang
umurnya lebih tua mempunyai cambang yang lebat dan mengelilingi mukanya.
Monyet ekor panjang mempunyai dua warna utama, yaitu coklat keabu-abuan dan
kemerah-merahan dengan berbagai variasi warna menurut musim, umur dan
lokasi. Populasi yang hidup di dalam hutan umumnya berwarna lebih gelap
dibandingkan dengan yang hidup di pantai (Lekagul & McNeely 1977)

4. Kadal
Kadal (Mabouya multifasciata) merupakan salah satu jenis reptiia yang hidup di
darat. Hewan ini kebanyakan hidup di daerah tanah basah atau lembab, tanah berumput,
bebatuan, pepohonan, ada juga yang hidup di gurun pasir. Kadal ini merupakan jenis
kelompok kadal yang paling banyak di Afrika, kepulauan Indonesia, dan Australia. Jumlah
spesies kadal ini melampaui jumlah familia reptil yang lainnya. Separuh atau lebih spesies
terdapat di Asia Tenggara dan hanya kira-kira 50 spesies saja yang berada di belahan bumi
barat.

Klasifikasi ilmiah

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Classis : Reptilia
Ordo : Squamata
Sub ordo : Lacertilia
Familia : Scincidae
Genus : Mabouya
Species : Mabouya multifasciata
Nama Lokal : Kadal Kebun. (Sumber : Jasin Maskoer)

Kadal (Mabouya multifasciata) mempunyai karakteristik diantaranya, tubuh


memanjang, tertekan lateral, badannya tertutup oleh squama yang menanduk dan tidak
berlendir, mempunyai dua pasang kaki yang kuat dan dapat digunakan untuk memanjat
dengan tiga digiti yang vascular, bernafas dengan pulmo dan fertilisasinya secara internal,
serta mempunyai alat kopulasi berupa sepasang hemipenis. Selain itu, Kadal merupakan
organisme reptil yang berjalan dengan melata. Tubuh kadal tertutupi oleh kulit yang kering
dengan sisik-sisik zat tanduk dipermukaannya tanpa danya kelenjar-kelenjar lendir. Warna
pada kadal dapat berbeda-beda berdasarkan lingkungan atau umur kadal itu sendiri.
Ciri-ciri morfologi dari kadal adalah bagian-bagian kadal dibagi menjadi empat yaitu
kepala, leher, badan dan ekor. Pada bagian kepala terdapat hidung, mata, mulut, pada
mulut terdapat choana priver, dentes, palatum, choana sekunder, ostium tubuli auditif,
faring rima glatis dan lingua titida pada kadal alat pendengaranya berupa membran timfani.
Pada alat geraknya kadal mempunyai kaki empat dimana pada bagian depan terdiri dari
branchium dibagian paling atas, ante branchium dibawah branchium, manus adalah
telapak tangan dan digiti (jari-jari) terdapat 5 pasang. Pada tiap digiti terdapat cakar-cakar
yang berfungsi untuk membunuh mangsa. Pada kaki bagian belakang terdiri dari femur,
crus, pes dan digiti. Digiti pada bagian kaki depan dan belakang berbeda dimana
perbedaanya terdapat pada ibu jarinya. Ekor pada kadal mempunyai panjang dua kali
panjang tubuhnya. Sisik pada kadal bersifat halus dan mengkilat pada bagian belakng
terdapat sisik sosmoid.
5. Tupai
Tupai adalah segolongan mamalia kecil yang mirip bajing. Secara ilmiah, tupai tidak
sama dan jauh kekerabatannya dengan keluarga bajing. Perbedaannya dengan bajing yaitu,
tupai tidak mempunyai kumis yang panjang. Moncongnya pun lebih panjang dan
meruncing serta tidak mempunyai sepasang gigi seri yang besar berbentuk pahat. Seperti
bangsa bajing, bangsa tupai umumnya aktif mencari makan pada siang hari (Hariyanti,
2012).
Tupai memiliki otak relatif besar. Rasio besar otak berbanding besar tubuh yang
terbesar pada makhluk hidup, bahkan mengalahkan manusia. Tupai memiliki Tubuh kecil
dan ramping, kepala dan tubuh sekitar 15cm, ekor sekitar 18 cm. Di belakangnya sering
kali terjuntai ekor di atas punggungnya, lebar, tegak, berumbai dan hampir sama panjang
dengan badannya. Berkat ekor panjangnya, tupai dapat melompat dari satu pohon ke pohon
yang lain tanpa kehilangan keseimbangan (Hariyanti,2012).

Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Scabdantia
Familia : Tupaiidae
Genus : Tupaia
Spesies : Tupaia javanica

Tupai hidup di hampir semua habitat dari tropis hutan hujan ke semi kering padang
pasir, dan hanya menghindari daerah kutub tinggi dan gurun terkering. Tupai kebanyakan
hidup di hutan-hutan Eropa dan Amerika Utara dan ada juga di Pulau Kalimantan (Borneo)
yang kemungkinan merupakan pusat keragaman jenis-jenis tupai, mengingat sebelas (12
jika Palawan dimasukkan) dari 20 spesies tupai di dunia. Dari segi lokasi para tupai ini
memilih bersarang di tempat/pohon yang memang lebat yang fungsinya untuk melindungi
diri dari hujan dan keselamatan dari bahaya (Marsha,2016).
Tupai tergolong binatang pintar dilihat dari cara mereka membangun sangkarnya.
Mereka membuat sangkar berbentuk lingkaran dan hanya ada satu jalan keluar. Didalam
lingkaran itualah mereka beristirahat dan bereproduksi. Bahan-bahan sangkarnya pun
tergolong bahan bahan halus seperti kapas dan daun pisang yang sudah. Kebiasaan hidup
tupai di hutan-hutan terbuka dan perkebunan (Inayati, 2013).
Tupai selalu aktif di siang hari, terutama di waktu pagi. Perilakunya serupa dan sukar
dibedakan dari bajing kelapa. Apalagi kedua jenis hewan ini memiliki ukuran tubuh yang
hampir sama dan relung ekologis yang bertumpang tindih. Akan tetapi tupai selalu mencari
makanan di alam liar yang berupa buah-buahan dan kacang-kacangan. Sering pula
mengunjungi pohon-pohon yang mati untuk mencari serangga dibalik kulit kayunya yang
mengering (Nur, 2015).

6. Ayam Hutan
Ayam hutan adalah nama umum bagi jenis-jenis ayam liar yang hidup di hutan.
Dalam bahasa Jawa disebut dengan nama ayam alas, dalam bahasa Madura ajem alas, dan
dalam bahasa Inggris junglefowl; ayam kampung juga adalah dari keturunan ayam hutan
merah (Gallus gallus) ,semuanya merujuk pada tempat hidupnya dan sifatnya yang liar.

Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Galliformes
Famili : Phasianidae
Genus : Gallus
Generasi pertama ayam atau nama saintifiknya Gallus domesticus adalah dari
keturunan ayam hutan merah (Gallus gallus) . Dengan kemasukan pedagang-pedagang
dari Negeri China lahirlah generasi kedua ayam kampong iaitu kacukan di antara ayam
kampong generasi pertama dengan ayam kampong Canton dari Negeri China. Generasi
ketiga ayam kampong adalah terhasil dari kacukan beberapa baka asli dari luar negeri yang
dibawa oleh penjajah Eropah dengan generasi kedua ayam kampong. Dengan ketiadaan
sistem kacukan yang dirancang dan terkawal maka terhasillah berbagai-bagai ayam
kampong yang dapat kita lihat hari ini . Adalah sukar untuk menghuraikan jenis-jenis ayam
kampong dari sifat-sifat fizikalnya. Perbezaan ketara adalah dari saiz badan juga
menjadikan ayam kampong mempunyai ciri-ciri keunikannya tersendiri. Maka lahirlah
berbagai gelaran ayam kampong seperti Ayam Botak, Ayam Bulu Balik, Ayam Selasih,
Ayam Janggut, Ayam Laga atau Sabung, Ayam Togel, ayam Katik atau Ayam Jepun dan
bermacam-macam lagi gelaran mengikut tempat dan loghat. Aktiviti penternakan ayam
kampong telah ujud zaman berzaman sejak datuk nenek kita dahulu.
Ayam-ayam ini dari segi bentuk tubuh dan perilaku sangat serupa dengan ayam-
ayam peliharaan, karena memang merupakan leluhurdari ayam peliharaan. Jantan dengan
betina berbeda bentuk tubuh, warna dan ukurannya (dimorfisme seksual, sexual
dimorphism). Ayam hutan jantan memiliki bulu yang berwarna-warni dan indah, berbeda
dengan ayam betinanya yang cenderung berwarna monoton dan kusam.

Anda mungkin juga menyukai