Pendahuluan
Pesut Mahakam
Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) bisa jadi merupakan mamalia air paling langka di
Indonesia. Populasi Pesut Mahakam diperkirakan tidak lebih dari 70 ekor saja. Pun Pesut
Mahakam yang merupakan sub-populasi Orcaella brevirostris hanya bisa ditemukan di Sungai
Mahakam, Kalimantan Timur saja. Sehingga tidak mengherankan jika kemudian Pesut Mahakam
ditetapkan sebagai fauna identitas provinsi Kalimantan Timur.
1.2. Tujuan
1) Tujuan khusus :
untuk memenuhi tugas akhir semester 3 matakuliah taksonomi hewan
2) Tujuan umum :
Untuk mengetahui secara detail apa saja hewan yang terancam punah
1.3. Manfaat
1. Agar memberikan pandangan kepada pembaca bahwa banyak hewan-hewan yang harus kita
lindungi.
2. Agar mengetahui klasifikasi hewan langka secara keseluruhan
BAB 2
Isi
Berdasarkan tujuan tersebut, sistem klasifikasi makhluk hidup memiliki manfaat seperti berikut.
Memudahkan kita dalam mempelajari makhluk hidup yang sangat beraneka ragam.
Mengetahui hubungan kekerabatan antara makhluk hidup satu dengan yang lain.
Burung Maleo adalah Jenis Burung Yang hanya bisa dijumpai di Pulau Sulawesi, sehingga
disebut burung endemik Sulawesi. Ukuran Burung Maleo ini kira-kira sebesar ayam bangkoklah
kira-kira, dengan ciri khas ada bulu dada warna putih dengan bulu hitam dominan di tubuhnya.
Yang unik dari burung maleo adalah Telur dan Cara Menetaskan telurnya. Karena Telunya
ukurannya besar maka dia tidak mengerami sendiri telurnya itu.
Ukuran Telur Maleo kira-kira lima lima kali ukuran telur ayam kampung. Sehingga ada mitos
yang tidak benar, setelah bertelur burung maleo pingsan. Di Pulau Sulawesi sendiri sudah jarang
dijumpai burung maleo ini.
Burung Maleo hanya dapat ditemukan di Sulawesi merupakan burung simbol alam dan budaya
sulawesi yang unik. Maleo diklasifikasikan dalam megapoda yang artinya burung berkaki besar.
Burung ini mengalami keterancaman karena perburuan terutama telornya yang berukuran besar
dan hilangnya habitat alami.
Karakteristik morfologis
Ukuran besar 55-60 cm, warna tubuh didominasi hitam dan perut putih kemerahanjambuan,
dengan panjang ekor sedang sampai panjang. Muka kuning gundul; tungkai abu-abu. Mahkota
abu-abu kekuningan tua tidak bertanduk.
Distribusi
Maleo terdistribusi sepanjang sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah dengan sedikit daerah
bersarang di daerah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, dan tidak diketemukan di daerah
yang terdeforestasi secara luas di semenanjung barat daya Sulawesi.
Perilaku
Populasi hewan endemik Indonesia ini hanya ditemukan di hutan tropis dataran rendah pulau
Sulawesi. Maleo bersarang di daerah pasir yang terbuka, daerah sekitar pantai gunung berapi dan
daerah-daerah yang hangat dari panas bumi untuk menetaskan telurnya yang berukuran besar,
mencapai lima kali lebih besar dari telur ayam. Setelah menetas, anak Maleo menggali jalan
keluar dari dalam tanah dan bersembunyi ke dalam hutan. Anak Maleo ini sudah dapat terbang,
dan harus mencari makan sendiri dan menghindari hewan pemangsa, seperti ular, kadal, kucing,
babi hutan dan burung elang.
Reproduksi
Berbiak dengan bertelur secara komunal pada suatu area peneluran, dimana telur akan menetas
tanpa bantuan induknya. Sarang terletak di pantai atau dekat sumber mata air panas
geothermal. Pasangan Maleo bersama-sama mendekati lokasi bertelur (bertengger di pohon
terdekat), dan pada awal paginya mereka membuat lubang percobaan sebelum bersungguh-
sungguh menggali. Salah seekor maleo bertugas menggali sedangkan pasangannya beraksi
sebagai penjaga.
Makanan
Maleo Senkawor adalah monogami spesies. Pakan burung ini terdiri dari aneka biji-bijian, buah,
semut, kumbang serta berbagai jenis hewan kecil.
Status Konservasi
Melalui PP No. 7 tahun 1999, Pemerintah Indonesia menetapkan maleo menjadi satwa dilindungi
sejak tahun 1972. Survey lokasi peneluran dari tahun 1990 sampai 2000 lebih dari 50% berada
didalam kawasan lindung penting di TN. Lore lindu, CA. Morowali dan TN. Bogani Nani Warta
bone dan SM Tanjung Matop. IUCN RedList 2007 menetapkan statusnya sebagai endangered
(terancam) dan dalam CITES masuk kategori Appendix I.
2. Pesut Mahakam
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mammalia
Ordo : Cetacea
Familia : Delphinidae
Genus : Orcaella
Spesies : Orcaella brevirostris
Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) bisa jadi merupakan mamalia air paling langka di
Indonesia. Populasi Pesut Mahakam diperkirakan tidak lebih dari 70 ekor saja. Pun Pesut
Mahakam yang merupakan sub-populasi Orcaella brevirostris hanya bisa ditemukan di Sungai
Mahakam, Kalimantan Timur saja. Sehingga tidak mengherankan jika kemudian Pesut Mahakam
ditetapkan sebagai fauna identitas provinsi Kalimantan Timur.
Pesut merupakan mamalia air yang unik. Berbeda dengan lumba-lumba dan ikan paus, pesut
(Orcaella brevirostris) hidup di air tawar yang terdapat di sungai-sungai dan danau yang terdapat
di daerah tropis dan subtropis.
Pesut Mahakam adalah salah satu sub-populasi pesut (Orcaella brevirostris) selain sub-populasi
Sungai Irrawaddi (Myanmar), sub-populasi Sungai Mekong (Kamboja, Laos, dan Vietnam), sub-
populasi Danau Songkhla (Thailand), dan sub-populasi Malampaya (Filipina). Pesut yang
termasuk salah satu satwa dilindungi di Indonesia ini dalam bahasa Inggris disebut sebagai
Rawaddy Dolphin atau Dolphin Snubfin.
Diskripsi Pesut. Pesut Mahakam dewasa mempunyai panjang tubuh hingga 2,3 meter dengan
berat mencapai 130 kg. Tubuh Pesut berwarna abu-abu atau kelabu sampai biru tua dengan
bagian bawah berwarna lebih pucat.
Bentuk badan pesut hampir mendekati oval dengan sirip punggung mengecil dan agak ke
belakang. Kepala pesut berbentuk bulat dengan mata yang berukuran kecil. Bagian moncong
pendek dan tampak papak dengan lubang pernafasan. Sirip punggung berukuran kecil terletak di
belakang pertengahan punggung. Dahi tinggi dan membundar, tidak ada paruh. Sirip renangnya
relatif pendek dan lebar.
Pesut bernafas dengan mengambil udara di permukaan air. Binatang ini dapat juga
menyemburkan air dari mulutnya. Pesut bergerak dalam kawanan kecil. Meski pandangannya
tidak begitu tajam dan hidup dalam air yang mengandung lumpur, namun mempunyai
kemampuan mendeteksi dan menghindari rintangan-rintangan dengan menggunakan gelombang
ultrasonik.
BAB 3
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Indonesia merupakan negara dengan kepulauan terbanyak di dunia yang sangat terkenal
dengan kekayaan flora dan fauna-nya. Termasuk flora dan fauna langka juga terdapat di
Indonesia. Sudah menjadi penyakit kronis di negara-negara berkembang terjadi perburuan
hewan-hewan langka. Masalahnya umum yaitu persoalan ekonomi, dipasaran luar negeri harga
jual hewan langka ini sangat mahal sehingga menyilaukan mata para pemburu hewan untuk
menjual hewan – hewan langka ini di luar negeri. Oleh sebab itu, Indonesia membuat suatu
undang-undang yang mengatur hewan langka yang dilindungi di indonesia.
Sekarang jumlah populasi hewan – hewan langka di Indonesia sudah sangat menipis.
Oleh karena itu, kita sebagai warga negara yang baik harus bisa ikut membantu program
pemerintah dengan melestarikan dan memelihara setiap hewan – hewan langka yang ada di
Indonesia, jika terjadi perburuan liar terhadap hewan – hewan langka tersebut, kita wajib
melaporkannya kepada pihak yang berwajib supaya tidak terjadi kepunahan hewan langka yang
ada di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
http://rendysultoni.blogspot.co.id/2014/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html