H PANGULIMANG
NIM : 19 502 004
MK : BIOKONSERVASI SATWA ENDEMIK
Namun ia masih ragu bila maleo itu monogami, karena belum melihat
bagaimana burung itu kawin. Sampai saat ini belum ada peneliti yang bisa
menjawab asumsi burung endemik Sulawesi itu anti poligami.
Secara logika jika dia pingsan, bukan hanya telurnya yang diincar tapi juga
burung maleonya,” ujarnya. Mobius berhasil mengetahui tentang
penetasan telur maleo, setelah pada tahun 2005-2006 ia melakukan uji
coba pengeraman dengan temperatur 34 derajat celsius dan kelembaban
70, dengan keberhasilan 70 persen telur menetas.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Galliformes
Famili : Megapodiidae
Genus : Macrocephalon
Spesies : Macrocephalon maleo
Informasi Spesies
Nama : Maleo
Inggris
Identifikasi Spesies
Burung ini memiliki bulu berwarna hitam, kulit sekitar mata berwarna
kuning, iris mata merah kecokelatan, kaki abu-abu, paruh jingga dan bulu
sisi bawah berwarna merah-muda keputihan.
Di atas kepalanya terdapat tanduk atau jambul keras berwarna hitam.
Jantan dan betina serupa.
Biasanya betina berukuran lebih kecil dan berwarna lebih kelam
dibanding burung jantan.
Maleo Sengkawor adalah monogami spesies.
Perilaku Spesies
Reproduksi Spesies
Proses reproduksi atau perpanjangan keturunannya. Burung maleo yang bertelur
itu tidak kemudian mengerami telurnya, ia lebih memilih mengubur telurnya di
dalam pasir yang memiliki panas geotermal alami hingga menetas. Cara unik ini
dilakukannya karena telur burung maleo itu sangatlah besar jika dilihat dari
bentuk tubuhnya yang terhitung kecil. Ukuran telur burung maleo mampu
memiliki ukuran 5 kali lebih besar dari ukuran telur ayam, bahkan karena
saking besarnya telur burung maleo, ia sampai harus mengalami pingsan karena
proses bertelur tersebut.
Setelah proses bertelur selesai, maleo kecil harus menunggu kurang lebih 80
hari untuk bisa keluar dari cangkangnya dan sekuat tenaga mengeluarkan diri
dari timbunan pasir sedalam setengah meter. Setelah perjuangan berat ini baru
maleo dapat hidup dan bertemu orang tuanya. Tak jarang ada anak maleo yang
harus mati ketika mencoba keluar dari tanah timbunan mereka. Sebab memang
cukup berat, bahkan usahanya keluar dari tanah timbunan tersebut berkisar
selama 48 jam.
Pakan Spesies
Pakan burung ini terdiri dari aneka biji-bijian, buah, semut, kumbang serta
berbagai jenis hewan kecil.
Habitat Spesies
Maleo bersarang di daerah pasir yang terbuka, daerah sekitar pantai gunung
berapi dan daerah-daerah yang hangat dari panas bumi untuk menetaskan
telurnya yang berukuran besar, mencapai lima kali lebih besar dari telur ayam.
Setelah menetas, anak Maleo menggali jalan keluar dari dalam tanah dan
bersembunyi ke dalam hutan. Berbeda dengan anak unggas pada umumnya
yang pada sayapnya masih berupa bulu-bulu halus, kemampuan sayap pada
anak maleo sudah seperti unggas dewasa, sehingga ia bisa terbang, hal ini
dikarenakan nutrisi yang terkandung di dalam telur maleo lima kali lipat dari
telur biasa, anak maleo harus mencari makan sendiri dan menghindari hewan
pemangsa, seperti ular, kadal, kucing, babi hutan dan burung elang.
Penyebaran Alami Spesies
Tidak semua tempat di Sulawesi bisa ditemukan maleo. Sejauh ini, ladang
peneluran hanya ditemukan di daerah yang memiliki sejarah geologi yang
berhubungan dengan lempeng Pasifik atau Australia.
Populasi burung endemik Indonesia ini hanya ditemukan di hutan tropis dataran
rendah pulau Sulawesi seperti di Gorontalo (Bone Bolango dan Pohuwato)
dan Sulawesi Tengah (Sigi dan Banggai). Populasi maleo
di Sulawesi mengalami penurunan sebesar 90% semenjak tahun 1950-an.
Berdasarkan pantauan di Cagar Alam Panua, Gorontalo dan juga pengamatan
di Tanjung Matop, Tolitoli, Sulawesi Tengah, jumlah populasi dari maleo terus
berkurang dari tahun ke tahun karena dikonsumsi dan juga telur-telur yang terus
diburu oleh warga
Identifikasi Tidak Langsung
Untuk mengidentifikasi Keberadaan burung maleo tanpa perjumpaan
langsung dapat diketahui dengan fasenya yang seperti feses kebanyakan
burung lainnya
Maleo tidak terlalu memiliki suara khas
cara paling mudah adalah mengecek gundukan tanah atau lubang secara
sporadis dalam radiusnya
Informasi Tambahan
Tonjolan di kepala
Maleo memiliki tonjolan (tanduk atau jambul keras berwarna hitam)
dikepala. Pada saat masih anak dan remaja, tonjolan di kepala ini belum
muncul, namun pada saat menginjak dewasa tonjolan ini pun mulai
tampak. Diduga tonjolan ini dipakai untuk mendeteksi panas bumi yang
sesuai untuk menetaskan telurnya (Meskipun hal ini masih memerlukan
pembuktian secara ilmiah).
Tidak suka terbang
Meskipun memiliki sayap dengan bulu yang cukup panjang, namun lebih
senang jalan kaki dari pada terbang.
Habitat dekat sumber panas bumi
Maleo hanya bisa hidup di dekat pantai berpasir panas atau di
pegunungan yang memiliki sumber mata air panas atau kondisi geotermal
tertentu. Sebab di daerah dengan sumber panas bumi itu, Maleo
mengubur telurnya dalam pasir.
Telur yang besar.
Maleo memiliki ukuran telur yang besar, mencapai 5 kali lebih besar dari
telur ayam. Beratnya antara 240 hingga 270 gram tiap butirnya.
Pada 24 dan 25 Agustus 2017, para pemangku kebijakan yang terkait dengan
penyelamatan maleo di Sulawesi berkumpul di Gorontalo untuk membahas
konservasi maleo melalui sistematika SRAK. SRAK adalah kepanjangan dari
Strategi dan Rencana Aksi Konservasi.
“Hal-hal yang dibutuhkan dalam penyusunan SRAK Maleo adalah status dan
informasi lokasi peneluran maleo, aksi konservasi yang telah dilakukan para
pihak, serta isu yang akan dihadapi terkait konservasi maleo,” ungkapnya.
Lokasi
Noel Layuk Allo, Kepala Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone
(TNBNW), menuturkan bahwa maleo terdaftar sebagai jenis satwa prioritas
melalui Permenhut No. P.42/Menhut-2/2008 tentang arahan strategis konservasi
spesies nasional 2008-2018.
“Sementara hasil penelitian Gorog, menunjukkan bahwa dari 36 lokasi yang ada
di dalam dan sekitar TNBNW, hanya tersisa 18 lokasi, yakni 10 di luar dan 8 di
dalam kawasan TNBNW.”
Untuk site monitoring maleo di TNBNW, terdapat tiga lokasi yakni;
Hungayono, SPTN Wilayah I Suwawa dengan luas 7 hektare; Tambun, SPTN
Wilayah II Doloduo dengan luas 5 hektare; dan Muara Pusian, SPTN Wilayah
III Maelang dengan luas 4 hektare.
Upaya
Namun demikian menurut Noel Layuk Allo, yang perlu ditingkatkan saat ini
adalah petugas khusus pengelola data cctv di lokasi sanctuary maleo, serta
membuat standar operasional prosedur (SOP) pelepasliaran maleo, baik anakan,
remaja, dan dewasa. “Juga, membuat SOP pemindahan telur maleo, perawatan
kandang habituasi, fasilitas kesehatan medis satwa di sanctuary maleo, serta
penelitian tentang Maleo,” ujarnya.
Max Welly Lela, pengelola lokasi peneluran di Tambun yang merupakan bagian
dari Resort Dumoga Timur dan Lolayan, SPTN Wilayah II Doloduo,
mengungkapkan bahwa pihaknya telah melakukan monitoring kehadiran
pasangan Maleo di lokasi peneluran Tambun sejak September 2001 hingga
Desember 2016, bersama WCS Indonesia Program.
“Hasilnya, sebanyak 7.058 telur diselamatkan dan telah dilepas liarkan 3.971
anakan maleo.”
Lokasi peneluran Maleo di Tambun luasnya adalah 3,5 hektar dengan tipe hutan
dataran rendah dan memiliki sumber panas geotermal. Sementara untuk fasilitas
yang dimiliki adalah tiga menara pengamatan, dua hatchery aktif, dua kandang
habituasi, satu kandang isolasi, papan-papan petunjuk, serta jalur pengamatan
burung.
Oleh karena itu, saat ini Burung Maleo dikategorikan burung yang terancam
punah, karena maraknya perburuan, ditambah lagi dengan perilaku masyarakat
lokal yang suka mengumpulkan telur maleo untuk dikonsumsi, diperjualbelikan
serta dijadikan cendera mata.
“Burung ini sangat langka. Olehnya saya berharap kita semua mampu
meningkatkan populasi Burung Maleo di habitatnya dan mampu meminimalisir
bahasa kepunahan yang mengancam habitat burung ini,” ujarnya.
Dirinya pula mengucapkan terima kasih kepada Dirjen Konservasi SDM dan Kehutanan
“Disini memang sangat cocok dibuat kolam air panas. Sebab di Sanctary Maleo
Tambun ini sangat bagus kualitasnya,” tutupnya.
(Adve/stvn)
Konservasi Burung Maleo (Macrocephalon maleo) di TN Rawa Aopa
Watumohai, Sulawesi Tenggara
Pelindung
Sumber Pakan
1
Kirinyuh (Eupathorium sp)
+
–
D
2
Rao (Dracontomelon mangiferum)
+
+
C/B
3
Beringin (Ficus spp)
+
+
C/B
4
Kemiri (Aleurites molucana)
+
+
C/B
5
Caesalpinia pulcherrima
+
–
B/A
6
Mangga hutan (Mangifera sp)
+
+
C/D
Keterangan : (+) ya (-) tidak
Penanaman dilakukan di daerah-daerah terbuka di sekitar tempat bertelur dan
juga di daerah bervegetasi namun miskin sumber pakan. Tempat bertelur
dibiarkan terbuka untuk merangsang burung maleo untuk datang dan bertelur.
Sayangnya upaya penanaman ini masih belum memberikan hasil yang optimal.
Namun demikian Balai TNRAW merencanakan upaya pembinaan habitat dan
populasi satwa ini sebagai salah satu prioritas pengelolaan keanekaragaman
hayati. Tentunya upaya ini perlu didukung oleh semua pihak agar sukses.
Mudah-mudahan.
Daftar Pustaka
- http://ksdasulsel.menlhk.go.id/post/identifikasi-spesies-kunci-sulawesi-
maleo-si-burung-anti-poligami
- https://brainly.co.id/tugas/5577174
- https://www.mongabay.co.id/2017/09/02/konservasi-maleo-senkawor-
melalui-srak-seperti-apa/
- https://www.mongabay.co.id/2014/09/13/maleo-burung-endemik-
sulawesi-yang-masih-menyisakan-teka-teki/
- https://www.manadonews.co.id/2018/07/20/penangkaran-maleo-di-
bolmong-diresmikan/
- https://tnrawku.wordpress.com/2012/03/20/konservasi-burung-maleo-
macrocephalon-maleo-di-tn-rawa-aopa-watumohai-sulawesi-tenggara/