Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KOASISTENSI

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)


TAMAN SATWA TABANAN ( TASTAZOO)
(14 Februari – 15 Maret)

OLEH:

I Gede Erick Eristiawan, S.Kh (NIM. 2009612006)


I Made Kerta Pratama, S.Kh (NIM. 2009612025)

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa/Ida Hyang Widhi Wasa,
karena atas Asung Kerta Wara Nugraha-Nya sehingga penulisan Laporan praktek
Kerja Lapangan (PKL) ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulis
menyadari bahwa dalam menyelesaikan laporan ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak yang telah memberikan dukungan baik moril maupun material.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. drh. I Nyoman Suartha, M.Si, selaku dekan Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Udayana
2. Ibu Dr. Drh. Ni Luh Eka Setiasih, S.Kh, M.Si selaku Dosen koordinator
PKL, dan Prof. Dr. Ir. I Putu Sampurna, MS selaku dosen pembimbing, yang
telah memberikan izin kepada penulis selaku mahasiswa untuk
melaksanakan kegiatan PKL di Taman Satwa Tabanan.
3. Bapak Drh Basyofi Dwiwandana selaku dokter hewan di Taman Satwa
Tabanan.
4. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa begitu banyak pihak yang turut
membantu dan tidak bisa disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dari
semua pihak demi karya yang lebih baik. Akhir kata, dengan segala kerendahan hati
penulis mengucapkan terimakasih dan memohon maaf apabila terdapat kesalahan
yang kurang berkenan.

Denpasar, 10 Maret 2022

Penulis

ii
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

TAMAN SATWA TABANAN (TASTAZOO)

Laporan ini disusun sebagai tugas lanjutan atas selesainya

Praktek Kerja Lapangan (PKL) sebagai syarat wajib dalam menempuh

Program Profesi Dokter Hewan (PPDH)

Nama Peserta PKL:

I Gede Erick Eristiawan, S.Kh (NIM. 2009612006)

I Made Kerta Pratama, S.Kh (NIM. 2009612025)

Pembimbing PKL PPDH Koordinator PKL PPDH

Prof. Dr. Ir. I Putu Sampurna, MS Dr. drh. Ni Luh Eka Setiasih, S.Kh, M.Si
NIP. 195805031984031002 NIP. 197208161998022001
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 4
2.1 Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia ................................ 4
2.2 Taman Satwa ........................................................................................ 4
2.3 Klasifikasi Satwa di Kebun Binatang ................................................... 4
2.4 Satwa di Tastazoo dan Takaran pakan ................................................. 10
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 15
3.1 Hasil Kegiatan Praktek Kerja Lapangan di TastaZoo .......................... 15
3.2 Pembahasan ........................................................................................... 19
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 22
LAMPIRAN

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Satwa merupakan sebagian sumber daya alam yang tidak ternilai harganya, sehingga
kelestariannya perlu dijaga agar tidak punah baik karena faktor alam, maupun perbuatan manusia
seperti perburuan, dan kepemilikan satwa yang tidak sah. Menurut Pasal 1 ayat 5 UU No. 5
Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Satwa adalah
semua jenis sumber daya alam hewani yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara.
Sedangkan yang dimaksud dengan Satwa liar dalam pasal 1 ayat 7 UU No. 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya adalah semua binatang yang hidup di
darat, dan atau di air, dan atau di udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup
bebas maupun yang dipelihara oleh manusia, selain itu juga satwa liar dapat diartikan semua
binatang yang hidup di darat dan di air yang masih mempunyai sifat liar, baik yang hidup bebas
maupun yang dipelihara oleh manusia. Satwa migran satwa yang berpindah tempat secara teratur
dalam waktu dan ruang tertentu, Satwa yang boleh diburu adalah satwa yang menurut undang-
undang atau peraturan telah ditetapkan untuk dapat diburu. Sedangkan Satwa langka adalah
binatang yang tinggal sedikit jumlahnya dan perlu dilindungi (seperti jalak putih, cenderawasih).
Satwa liar berpengaruh terhadap tanah dan vegetasi dan memegang peran kunci dalam
penyebaran, pertumbuhan tanaman, penyerbukan dan pematangan biji, penyuburan tanah,
penguraian organisme mati menjadi zat organik yang lebih berguna bagi kehidupan tumbuhan,
penyerbukan dan pengubah tumbuh-tumbuhan dan tanah.
Keanekaragaman hayati di Indonesia sangat tinggi baik flora dan faunanya,
keanekaragaman hayati tersebut harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Indonesia
adalah negara yang termasuk memiliki tingkat keanekaragaman yang tinggi, diperkirakan
sebanyak 300.000 jenis satwa liar atau sekitar 17% satwa di dunia terdapat di Indonesia,
walaupun luas Indonesia hanya 1,3% dari luas daratan dunia. Taksiran jumlah utama spesies
sebagai berikut : hewan menyusui sekitar 300 spesies, burung 7.500 spesies, reptil 2.000 spesies,
sebanyak 45% ikan di dunia hidup di Indonesia. Terdapat tumbuhan biji 25.000 spesies,
tumbuhan paku-pakuan 1.250 spesies, lumut 7.500 spesies, ganggang 7.800, jamur
72.00 spesies, serta bakteri dan ganggang hijau biru 300 spesies. Dari data yang telah
disebutkan, itu membuktikan bahwa tingkat biodiversitas di Indonesia sangatlah tinggi.
Seiring meningkatnya laju pertumbuhan industri tertutama dari sektor pertambangan dan
1
perkebunan, khususnya kelapa sawit, maka semakin tinggi pula tingkat pembukaan lahan dari
hutan yang merupakan habitat alami satwa liar di Indonesia. Selain itu, perburuan dan
penangkapan satwa liar yang ilegal dengan tujuan sebagai bahan makanan, hewan peliharaan
ataupun obat tradisional, dan lain sebagainya turut memicu kepunahan satwa liar di alam
Indonesia. Hal ini turut didukung dari betapa rendahnya kepedulian dan pengetahuan masyarakat
serta pemerintah tentang betapa pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem alam. Apabila hal
tersebut tidak segera ditangani, maka satwa liar di Indonesia akan mengalami kepunahan.
Untuk menanggulangi masalah tersebut maka salah satu cara yang dilakukan adalah
program konservasi baik secara insitu maupun eksitu. Konservasi insitu dilakukan di habitat
satwa liar seperti Taman Nasional sedangkan konservasi eksitu dilakukan di luar habitat satwa
liar seperti Kebun Binatang. Program konservasi tersebut merupakan kerjasama antara pihak
swasta, masyarakat dan pemerintah untuk menjaga satwa liar dari kepunahan. Kebun binatang
selain sebagai tempat konservasi juga memiliki tujuan sebagai tempat rekreasi, pendidikan, riset,
dan membuka lahan pekerjaan.
Salah satu konservasi eksitu yang berada di Indonesia adalah Taman Satwa Tabanan (
Tasta Zoo) yang berada di Kabupaten Tabanan, Bali. Untuk menjaga agar satwa liar tersebut
tetap sejahtera, diperlukan peranan dokter hewan dalam menangani manajemen kesehatan satwa.
Dengan pendekatan medis yang diberikan maka diharapkan satwa tersebut mendapatkan kualitas
hidup yang baik sesuai dengan konsep lima kebebasan satwa. Kesejahteraan hewan adalah usaha
manusia untuk memelihara hewan meliputi kelestarian hidupnya disertai dengan perlindungan
yang wajar. Pada prinsipnya kesejahteraan hewan (animal welfare) adalah tanggung jawab
manusia selaku pewaris atau pengurus hewan untuk memastikan hewan memenuhi 5 azas
kesejahteraan hewan yang meliputi :
1. Bebas dari rasa lapar dan haus

2. Bebas dari rasa tidak nyaman

3. Bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit

4. Bebas untuk melakukan perilaku alaminya

5. Bebas dari rasa takut dan tertekan

Melalui Program Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH) berupa Praktek Kerja
Lapangan (PKL), diharapkan dapat memberikan pengalaman bagi calon dokter hewan agar dapat
mengetahui berbagai macam satwa yang dilindungi, mengenali perbedaan jenis satwa serta yang
2
paling penting adalah memahami manajemen kesehatan satwa liar.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan PKL PPDH ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman profesi serta penerapannya dalam
praktik di lapangan.
2. Untuk lebih memahami mengenai manajemen satwa liar di kebun binatang dan animal
behaviour pada pelestarian satwa eksitu.
3. Memberi gambaran mengenai profesi yang akan digeluti oleh seorang lulusan dokter
hewan, terutama dalam manajemen kesehatan satwa liar

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA


Nomor : P.31/Menhut-II/2012 TENTANGLEMBAGAKONSERVASI
Beberapa pengertian Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :

1. Konservasi adalah langkah-langkah pengelolaan tumbuhan dan/atau satwa liar yang


diambil secara bijaksana dalam rangka memenuhi kebutuhan generasi saat ini dan
generasi masa mendatang.
2. Konservasi ex-situ adalah konservasi tumbuhan dan/atau satwa yang dilakukan di luar
habitat alaminya.
3. Lembaga konservasi adalah lembaga yang bergerak di bidang konservasi tumbuhan
dan/atau satwa liar di luar habitatnya (ex-situ), baik berupa lembaga pemerintah maupun
lembaga non-pemerintah.
4. Lembaga konservasi untuk kepentingan umum adalah lembaga yang bergerak di bidang
konservasi tumbuhan dan/atau satwa liar di luar habitatnya (ex-situ), baik berupa
lembaga pemerintah maupun lembaga non-pemerintah yang dalam peruntukan dan
pengelolaannya mempunyai fungsi utama dan fungsi lain untuk kepentingan umum.
5. Lembaga konservasi untuk kepentingan khusus adalah lembaga yang bergerak di bidang
konservasi tumbuhan dan/atau satwa liar di luar habitatnya (ex-situ), baik berupa
lembaga pemerintah maupun lembaga non-pemerintah yang dalam peruntukan dan
pengelolaannya difokuskan pada fungsi penyelamatan atau rehabilitasi satwa.
6. Izin lembaga konservasi adalah izin yang diberikan oleh Menteri Kehutanan kepada
pemohon yang telah memenuhi syarat-syarat sesuai ketentuan perundang-undangan
untuk membentuk lembaga konservasi
7. Kebun binatang adalah tempat pemeliharaan satwa sekurang-kurangnya 3 (tiga) kelas
taksa pada areal dengan luasan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) hektar dan
pengunjung tidak menggunakan kendaraan bermotor (motor atau mobil).
8. Taman satwa adalah tempat pemeliharaan satwa sekurang-kurangnya 2 (dua) kelas taksa
pada areal dengan luasan sekurang-kurangnya 2 (dua) hektar.
9. Taman satwa khusus adalah tempat pemeliharaan jenis satwa tertentu atau kelas taksa
satwa tertentu pada areal sekurang-kurangnya 2 (dua) hektar.

4
10. Taman safari adalah tempat pemeliharaan satwa sekurang-kurangnya 3 (tiga) kelas
taksa pada areal terbuka dengan luasan sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) hektar,
yang bisa dikunjungi dengan menggunakan kendaraan roda empat (mobil) pribadi
dan/atau kendaraan roda empat (mobil) yang disediakan pengelola yang aman dari
jangkauan satwa.
11. Kebun botani adalah lokasi pemeliharaan berbagai jenis tumbuhan tertentu, untuk
dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, penelitian dan pengembangan bioteknologi,
rekreasi dan budidaya.
12. Pusat rehabilitasi satwa adalah tempat untuk melakukan proses rehabilitasi, adaptasi
satwa dan pelepasliaran ke habitat alaminya.
13. Pusat penyelamatan satwa adalah tempat untuk melakukan kegiatan pemeliharaan
satwa hasil sitaan atau temuan atau penyerahan dari masyarakat yang pengelolaannya
bersifat sementara sebelum adanya penetapan penyaluran satwa (animal disposal) lebih
lanjut oleh Pemerintah.
14. Pusat latihan satwa khusus adalah tempat melatih satwa khusus spesies gajah agar
menjadi terampil sehingga dapat dimanfaatkan antara lain untuk kegiatan peragaan di
dalam areal pusat latihan gajah, patroli pengamanan kawasan hutan, sumber satwa bagi
lembaga konservasi lainnya dan/atau membantu kegiatan kemanusiaan dan
pendidikan.
15. Museum zoologi adalah tempat koleksi berbagai spesimen satwa dalam keadaan mati,
untuk kepentingan pendidikan dan penelitian.

Fungsi dan Prinsip Lembaga Konservasi

Lembaga Konservasi mempunyai fungsi utama pengembangbiakan terkontrol


dan/atau penyelamatan tumbuhan dan satwa dengan tetap mempertahankan kemurnian
jenisnya. Selain lembaga konservasi juga mempunyai fungsi sebagai tempat pendidikan,
peragaan, penitipan sementara, sumber indukan dan cadangan genetik untuk mendukung
populasi in-situ, sarana rekreasi yang sehat serta penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan.

2.2 Taman Satwa

Taman satwa adalah suatu kawasan yang dibuat dengan menggabungkan antara
keindahan penataan berbagai jenis fauna dengan berbagai jenis flora untuk tujuan konservasi
dan ilmu pengetahuan dengan tidak meninggalkan nilai - nilai estetika, sehingga tetap bisa
5
digunakan sebagai tempat hiburan. Tanam satwa merniliki fungsi utama adalah sebagai
tempat rekreasi , dan fungsi lain digunakan sebagai tempat melakukan penelitian dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang zoology oleh para ahli, bahkan masyarakat
biasa.
Adapun berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53/Menhut-II/2006
mengenai lembaga konservasi, taman satwa adalah suatu tempat atau wadah yang memiliki
fungsi utama sebagai lembaga konservasi yang melakukan upaya perawatan dan
pengembangbiakan berbagai jenis satwa berdasarkan etika dan kaidah kesejahteraan satwa
dalam membentuk dan mengembangkan habitat baru, sebagai sarana perlindungan dan
pelestarian jenis melalui kegiatan penyelamatan, rehabilitasi, dan reintroduksi alam.
Pembangunan taman satwa bertujuan sebagai usaha untuk mensejahterakan satwa-
satwa, terutama satwa yang jumlahnya semakin sedikit atau langka akibat kerusakan hutan,
atau akibat dari perburuan yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab,
sehingga jumlahnya semakin sedikit dan butuh bantuan tangan- tangan manusia supaya
spesies mereka tidak punah. Oleh karena itu peranan masyarakat sebagai pelaku dan pengguna
sumber daya alam adalah penting, supaya kita dapat ikut serta menjadi bagian dalam
perlindungan dan kesejahteraan satwa-satwa tersebut. Supaya masyarakat dapat ikut
berpartisipasi dalam pengelolaan satwa-satwa ini, taman satwa kemudian dibuka untuk umum
dan dilengkapi dengan informasi-informasi mengenai habitat dan permasalahan satwa langka
di Indonesia. Tujuannya untuk mengenalkan jenis-jenis hewan langka yang sudah tidak bisa
ditemui lagi di habitat aslinya, serta menggugah kesadaran dan kepedulian masyarakat yang
mengunjungi taman satwa terhadap pentingnya upaya perlindungan dan pelestarian satwa-
satwa langka tersebut.
2.3 Klasifikasi Satwa di Kebun Binatang

Kebun binatang dapat diibaratkan sebagai suatu sistem pameran. Beberapa hal
penentunya adalah kesamaan fungsi dan setaranya elemen pameran dengan kegiatan pameran.
Fungsi tempat-tempat pamer permanen sama dengan kebun binatang yaitu preservasi,
konservasi obyek, edukasi kepada pengunjung.
1. Klasifikasi satwa berdasarkan kelas

a. Mamalia

Binatang mamalia adalah kelas hewan vertebrata yang dicirikan oleh adanya
kelenjar mamae. Itulah sebabnya hewan mamalia disebut juga hewan menyusui,

6
karena fungsi kelenjar susu tersebut berguna untuk menyusui anaknya. Adanya
rambut dan berdarah panas. Otak pada hewan mamalia memliki neocortex dan
berfungsi untuk mengatur peredaran darah, termasuk jantung yang beruang empat.
Gigi mamalia umumnya terdapat 4 tipe, yaitu : gigi seri, gigi taring, gigi premolar,
dan gigi molar. Secara ilmiah mamalia digolongkan ke dalam sepuluh ordo yang
berbeda, yakni : ordo Artiodactyla (sapi, domba, kerbau, babi, kambing, jerapah, dll),
ordo Proboscidea (gajah), ordo Carnivora (singa, harimau, anjing, kucing, beruang,
musang, dll), ordo Rodentia (tikus, hamster, marmot, dll), ordo Lagomorpha (
kelinci, dll), ordo Cetacea (paus, lumba-lumba), ordo Sirenia (dugong, sapi laut, dll),
ordo Monotremata (platypus, echidna), ordo Perissodactyla (zebra, badak, kuda,
tapir, dll), dan ordo Primata (gorilla, simpanse, orangutan, dll).
b. Aves

Tubuh aves terdiri dari kepala, leher, badan, dan ekor. Mulut berparuh yang
tersusun dari zat tanduk, tidak memiliki gigi dan lidah yang tidak dijulurkan. Bentuk
paruh yang beragam sesuai dengan jenis makananya. Memiliki mata yang
berkembang baik dengan kelopak mata, membrane niktitans, dan kelenjar air mata.
Umumnya mata aves terdapat dibagian sisi kepala. Mata burung hantu terletak
berdampingan. Telinga yang tidak berdaun telinga dimana bagian tengahnya terdapat
osikula auditori. Aves memiliki sepasang lubang hidung. Aves memiliki sepasang
kaki yang digunakan untuk berjalan, bertengger, berenang, mencakar-cakar rumah,
memegang makanan, atau untuk mengangkap dan mencengkeram mangsa. Jumlah
jari kaki 2,3, dan 4. Kulit kaki bagian bawah dan jari-jarinya tersusun dari zat tanduk
yang keras. Aves memiliki sayap untuk terbang. Kecepatan

7
terbang sekitar 30-75 km/jam. Aves bernafas dengan paru-paru yang berhubungan
dengan pundi-pundi udara sebagai alat pernafasan tambahan. Pundi-pundi udara
berupa kantong selaput yang ringan, yaitu sepasang di leher, sebuah diantara tulang
selangka yang bercabang-cabang membentuk kantong udara pada lengan atas,
sepasang di dada depan, sepasang di dada belakang, dan sepasang di perut. Cadangan
udara di dalam pundi-pundi udara berguna untuk pernafasan saat terbang. Pundi-
pundi udara akan terisi udara kembali pada saat burung melayang tanpa mengepakkan
sayapnya. Aves memiliki alat suara siring yang terdapat pada percabangan trakea.
Sistem pencernaan aves lengkap, meliputi mulut, esophagus (kerongkongan),
tembolok, lambung kelenjar, empedal berdinding tebal, (lambung otot), usus halus,
usus besar, dan kloaka. Pada mulut terdapat kelenjar ludah. Di antara usus halus dan
usus besar, terdapat usus buntu (spekum). Aves memiliki pancreas, hati dan empedu.
Aves bersifat homoioterm karena mempertahankan suhu tubuhnya dengan bulu-bulu
(bulu sebagai isolator panas), suhu tubuhnya berkisar 40,5 oC – 42oC. Memiliki alat
peredaran darah ganda, artinya dalam satu kali peredaran darah ke seluruh tubuh,
darah melewati jantung dua kali. Alat ekskresi berupa ginjal metanefros dan tidak
memiliki kantong kemih. Sistem saraf berupa otak, dengan serebrum dan lobus
optikus yang berkembang baik. Aves memiliki 12 pasang saraf cranial. Aves bersifat
ovipar dan fertilisasi terjadi secara internal. Telur berkerabang keras. Aves betina
memiliki satu ovarium (di sebelah kiri tubuh) dan beberapa spesies mengerami
telurnya.
c. Reptil

Kata reptilia berasal dari kata rectum yang berarti melata. Reptilia merupakan
kelompok hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas dengan paru –
paru. Ciri umum kelas ini yang membedakan dengan kelas yang lain adalah seluruh
tubuhnya tertutup oleh kulit kering atau sisik. Kulit ini menutupi seluruh permukaan
tubuhnya dan pada beberapa anggota ordo atau sub-ordo tertentu dapat mengelupas
atau melakukan pergantian kulit baik secara total yaitu pada anggota sub-ordo
Ophidia dan pengelupasan sebagian pada anggota sub-ordo Lacertilia. Sedangkan
pada ordo Chelonia dan Crocodilia sisiknya hampir tidak pernah mengalami
pergantian atau pengelupasan. Kulit pada reptile memiliki sedikit sekali kelenjar
kulit. Reptil

8
termasuk dalam vertebrata yang pada umumnya tetrapoda, akan tetapi pada beberapa
diantaranya tungkainya mengalami reduksi atau hilang sama sekali seperti pada
serpentes dan sebagian lacertilian. Reptil yang tidak mengalami reduksi tungkai
umumnya memiliki 5 jari atau pentadactvius dan setiap jarinya bercakar. Jantung
pada reptil memiliki 4 lobi, 2 atrium dan 2 ventrikel. Pada beberapa reptil, sekat antara
ventrikel kanan dan ventrikel kiri tidak sempurna sehingga darah kotor dan darah
bersih masih bercampur. Reptil merupakan hewan berdarah dingin yaitu suhu
tubuhnya bergantung pada suhu lingkungan atau poikiloterm. Untuk mengatur suhu
tubuhnya, reptil melakukan mekanisme basking yaitu berjemur di bawah sinar
matahari. Saluran ekskresi kelas reptil berakhir pada kloaka. Ada dua tipe kloaka
yang spesifik untuk ordo reptilia. Kloaka dengan celah melintang terdapat pada ordo
Squamata yaitu sub-ordo Lacertilia dan sub-ordo Ophidia. Kloaka dengan celah
membujur yaitu terdapat pada ordo Chelonia dan ordo Crocodilia. Kelas reptil dibagi
menjadi 4 ordo, yaitu Rhvncocephalia (contohnya : Tuatara), Testudinata / Chelonia
( contohnya : Penyu, kura-kura, dan bulus), Squamata (contohnya : Sarpentes,
Lacertilia, dan Amphisbaena) dan Crocodilia (contohnya : buaya, alligator,
senyulong, dan caiman).
d. Amphibi

Istilah amphibi berasal dari bahasa Yunani yaitu amphi yang berarti kedua, dan
bios berarti hidup. Amphibi hidup di darat dan air tawar. Amphibi memiliki dua
pasang kaki yang digunakan untuk berjalan, melompat, dan berenang. Contohnya
pada katak, kaki katak pada bagian belakang lebih panjang daripada kaki depannya.
Rangka kaki katak bagian depan terdiri dari humerus, radioulna, karpal, metacarpal,
dan falang. Sedangkan rangka kaki belakang terdiri dari femur, tibio-fibula, tarsal,
metatarsal, dan falang. Pada kaki depan mempunyai empat jari, sedangkan pada kaki
belakang mempunyai lima jari dimana diantara jari-jari tersebut terdapat selaput
renang. Bagian-bagian tubuh amphibi adalah kepala dan badan seperti katak, atau
kepala, badan, ekor seperti yang terdapat pada salamander. Kulit yang lunak,
berkelenjar dan juga selalu basah. Kulit amphibi tidak bersisik kecuali salamander.
Di antara kulit dan jaringan otot dimana dibawahnya terdapat berupa rongga yang
berisi cairan limfa. Pada bangkong yang berwarna cerah, kulitnya menghasilkan
cairan beracun bagi hewan lainnya. Pernafasan

9
amphibi berupa insang, kulit dan juga paru-paru. Seperti katak dewasa yang bernafas
dengan menggunakan paru-paru yang berupa kantong-kantong dengan dinding yang
memiliki sejumlah ruangan. Amphibi adalah hewan berdarah dingin (poikiloterm).
Pada jantung amphibi yang terdiri atas tiga ruangan, yaitu satu ventrikel dan dua
atrium. Merupakan peredaran darah tertutup ganda, artinya darah akan dua kali
melewati jantung pada satu kali peredaran. Sistem pencernaan lengkap yaitu mulai
dari mulut, faring, esophagus (kerongkongan), lambung, usus, dan rectum yang
langsung bersatu dengan kloaka. Contohnya katak, memiliki mulut yang sangat lebar
dan juga gigi-gigi yang kecil di sepanjang rahang atas. Di langit-langit mulut terdapat
gigi vormer. Lidah yang bercabang dua pada bagian ujungnya dan pada
permukaannya mengandung zat perekat yang digunakan untuk menangkap serangga.
Amphibi juga memiliki hati, kantong empedu, dan pankreas.sistem ekskresi berupa
ginjal tipe mesonefroid dan saluran kemih yang membawa secret ke kloaka. Amphibi
juga memiliki kantong kemih yang ada disebelah sisi ventral kloaka. Sistem indra
pada amphibi terdiri atas mata, lubang hidung, dan juga telinga. Pada mata dilindungi
oleh membrane niktitans, kelopak mata atas dan kelopak mata bawah. Amphibi
memiliki dua lubang hidung yang berhubungan dengan rongga mulut melalui koane.
Sedangkan pada telinga, terdiri atas dua bagian yaitu telinga tengah dan telinga dalam.
Pada telinga tengah berhubungan dengan faring melalui tabung Eustachius.
2. Klasifikasi satwa berdasarkan habitat hidup
a. Arboreal - pepohonan
b. Terrestrial – daratan
c. Marine - air laut
d. Fresh water - air darat
3. Klasifikasi satwa berdasarkan pengelompokkan makanan :
a. Carnivora : pemakan daging /hewan lain.
b. Insectivora: pemakan serangga.
c. Herbivora : pemakan tumbuhan.
d. Omnivora : pemakan segala.

2.4 Satwa TastaZoo dan Takaran Pakan

Taman satwa tabanan memiliki berbagai macam satwa yang dilindungi, yang
dikelompokkan menjadi Devisi mamalia, primata, aves, reptil, gajah. Untuk daftar nama
10
satwa dapat dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Jenis Satwa di Taman Satwa Tabanan
No Jenis Satwa Nama Satwa
1 Mamalia Rusa Tutul (Axis axis)
Binturong (Arctictis binturong)
Beruang Madu (Helarctos malayanus)
Meerkat (Suricata suricatta)
Kijang (Muntiacus muntjak)
Kambing (Capra sp)

Kelinci (Oryctolagus cunicul)

Landak (Hystrix brachyuran)


Berang-berang (Common otter)
Kerbau (Bubalus bubalis)
2 Primata Orang Utan (Pongo pygmaeus)
Owa Jawa (Hylobates moloch)
Siamang (Symphalangus syndactilus)
Siamang Kerdil (Hylobates klosii)
Lutung Jawa (Trachypithecus auratus)
3 Aves Rangkok Badak (Rhinoceros hornbill)
Julang Emas (Aceros undulatus)
Kakak Tua Alba (Cacatua alba)
Kakak Tua Besar Jambul Kuning (Cacatua
galarita eleonora)
Kakak Tua Kecil Jambul Kuning (Cacatua
Sulphurea)
Kakak Tua Raja (Probosciger aterrimus)
Jalak Bali (Leucopsar rothschildi)
Nuri Bayan (Eclectus roratus)
Kangkareng (Anthracoceros albirostris)

11
Merak Hijau (Pavo muticus)
Merak Biru (Pavo cristatus)
Cendrawasih (Paradisidae sp)
Kasuari (Casuarius casuarius)
Angsa (Genera coccoroba)
Elang Laut (Haliaeetus leucogaster)
Elang Hitam ( Ictinaetus malayensis)
Elang Ular Bido (Spilornis cheela)
Elang Jawa ( Nisaetus bartelsi)
Elang Brontok (Spizaetus cirrhatus)
Elang Bondol (Haliastur indus)
Pelikan (Pelecanus conspicillatus )
Cenderawasih (Paradisaeidae)
Burung Hantu (Strigiformes)
4 Reptil Ular Pyton Condro (Morelia Iridis)
Ular Sanca Bodo (Python bivittatus)
Buaya Muara (Crocodylus porosus)
Kura – Kura Emys (Monouria Emys)
Kura – Kura Batagus (Batagur baska)
Kura – Kura (Centrochelys sulcata)
Kura – Kura Aligator (Macrochelys temmickii)
Komodo (Varanus komodoensis)
5 Gajah Gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus)

12
Takaran Pakan tabel 2.2

13
14
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Kegiatan Praktek Kerja Lapangan di Taman Satwa Tabanan

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Fakultas Kedokteran Hewan Universitas


Udayana dilaksanakan di Taman Satwa Tabanan pada Bidang Kesehatan Hewan. Kegiatan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan 1 bulan dimulai dari tanggal 14 Februari sampai
15 Maret 2022. Adapun kegiatan yang kami lakukan di Taman Satwa Tabanan adalah sebagai
berikut:

No Hari/Tanggal Kegiatan Keterangan


1 Senin/14 • Penerimaan mahasiswa PKL di Taman Koordinator Tasta
Februari 2022 Satwa Tabanan Zoo
2 Selasa/15 • Mempersiapkan pakan Keeper Burung
Februari 2022 • Melakukan pembersihan kandang
• Melakukan pemberian pakan
• Melakukan pengamatan satwa burung
3 Rabu/16 Februari • Mempersiapkan pakan Keeper Burung
2022 • Melakukan pembersihan kandang
• Melakukan pemberian pakan
• Melakukan pengamatan satwa burung
4 Kamis/17 • Mempersiapkan pakan Keeper Burung
Februari 2022 • Melakukan pembersihan kandang
• Melakukan pemberian pakan
• Melakukan pengamatan satwa burung

5 Jumat/18 • Mempersiapkan pakan Keeper Burung


Februari 2022 • Melakukan pembersihan kandang
• Melakukan pemberian pakan
• Melakukan pengamatan satwa burung
6 Sabtu/19 • Mempersiapkan pakan Keeper Burung
Februari 2022 • Melakukan pembersihan kandang
• Melakukan pemberian pakan

15
• Melakukan pengamatan satwa burung
7 Minggu/20 • Mempersiapkan pakan Keeper Reptil
Februari 2022 • Melakukan pembersihan kandang
• Melakukan pemberian pakan
• Melakukan pengamatan satwa reptil

8 Senin/21 • Melakukan pembersihan kandang Keeper Reptil


Februari 2022 • Melakukan pengamatan satwa reptil
9 Rabu/23 Februari • Mempersiapkan pakan Keeper Beruang
2022 • Melakukan pembersihan kandang
• Melakukan disinfektan kandang
• Melakukan pemberian pakan
• Melakukan pemberian viamin B-
Komplek
• Melakukan pengamatan satwa beruang
10 Kamis/24 • Mempersiapkan pakan Keeper Beruang
Februari 2022 • Melakukan pembersihan kandang
• Melakukan disinfektan kandang
• Melakukan pemberian pakan
• Melakukan pemberian viamin B-
Komplek
• Melakukan pengamatan satwa beruang
11 Jumat/25 • Mempersiapkan pakan Keeper Beruang
Februari 2022 • Melakukan pembersihan kandang
• Melakukan disinfektan kandang
• Melakukan pemberian pakan
• Melakukan pemberian viamin B-
Komplek
• Melakukan pengamatan satwa beruang
12 Sabtu/26 • Mempersiapkan pakan Keeper Beruang
Februari 2022 • Melakukan pembersihan kandang
• Melakukan disinfektan kandang

16
• Melakukan pemberian pakan
• Melakukan pemberian viamin B-
Komplek
• Melakukan Pemberian Obat
Gentamicin ( Infeksi pada mata
beruang)
• Melakukan pengamatan satwa beruang
13 Minggu/27 • Mempersiapkan pakan Keeper Primata dan
Februari 2022 • Melakukan pembersihan kandang Rusa
• Melakukan pemberian pakan
• Melakukan pengamatan satwa primata
dan rusa
14 Senin/28 • Mempersiapkan pakan Keeper Primata dan
Februari 2022 • Melakukan pembersihan kandang Rusa
• Melakukan pemberian pakan
• Melakukan pengamatan satwa primata
dan rusa
15 Selasa/1 • Mempersiapkan pakan Keeper Primata dan
Maret 2022 • Melakukan pembersihan kandang Rusa
• Melakukan pemberian pakan
• Melakukan pengamatan satwa primata
dan rusa
16 Sabtu/5 • Mempersiapkan pakan Keeper Primata dan
Maret 2022 • Melakukan pembersihan kandang Rusa
• Melakukan pemberian pakan
• Melakukan pengamatan satwa primata
dan rusa
17 Minggu/ 6 • Mempersiapkan pakan Keeper Primata dan
Maret 2022 • Melakukan pembersihan kandang Rusa
• Melakukan pemberian pakan
• Melakukan pengamatan satwa primata
dan rusa

17
18 Senin/ 7 • Melakukan pembersihan kandang Keeper Gajah
Maret 2022 • Memandikan gajah (Mahout)
• Melakukan pemberian pakan
• Melakukan pemeriksaan kondisi gajah
19 Selasa/ 8 • Melakukan pembersihan kandang Keeper Gajah
Maret 2022 • Memandikan gajah (Mahout)
• Melakukan pemberian pakan
• Melakukan pengukuran berat badan
Gajah
• Melakukan pemeriksaan kondisi gajah
20 Rabu/ 9 • Melakukan pembersihan kandang Keeper Gajah
Maret 2022 • Memandikan gajah (Mahout)
• Melakukan pemberian pakan
• Melakukan pemotongan kuku Gajah
• Melakukan pemeriksaan kondisi Gajah
21 Kamis/ 11 • Melakukan pembersihan kandang Keeper Gajah
Maret 2022 • Melakukan pemberian pakan (Mahout)
• Memandikan gajah
• Menentukan BCS Gajah
• Melakukan pemeriksaan kondisi Gajah

22 Kamis/ 12 • Melakukan pembersihan kandang Keeper Gajah


Maret 2022 • Melakukan pemberian pakan (Mahout)
• Memandikan gajah
• Menentukan BCS Gajah
Melakukan pemeriksaan kondisi Gajah
23 Kamis/ 13 • Mempersiapkan pakan Keeper Burung
Maret 2022 • Melakukan pembersihan kandang
• Melakukan pemberian pakan
• Melakukan pengamatan satwa burung
24 Kamis/ 14 • Mempersiapkan pakan Keeper Burung
Maret 2022 • Melakukan pembersihan kandang

18
• Melakukan pemberian pakan
• Melakukan pengamatan satwa burung
25 Kamis/ 15 • Mempersiapkan pakan Keeper Burung
Maret 2022 • Melakukan pembersihan kandang
• Melakukan pemberian pakan
• Melakukan pengamatan satwa burung

Penyakit yang ditemukan pada Rusa dan Kelinci di Tasta Zoo :

Penyakit kulit
• Pada beberapa ekor kelinci, ditemukan penyakit kulit dengan tanda klinis yang
mengarah pada dugaan infeksi Demodex canis (demodicosis) seperti alopesia, lesi
yang muncul tidak disertai dengan kegatalan (pruritus), epidermal collaret, serta lesi
berupa papula
• Pada beberapa ekor rusa penyakit kulit yang juga ditemukan memliki gejala klinis
yang menyerupai dermatofitosis akibat infeksi jamur Microsporum sp. dan
Trichophyton mentagrophytes seperti adanya lesi sirkuler, alopesia, kegatalan, serta
scale (ketombe).

3.2 Pembahasan

Kegiatan yang dilakukan selama PKL di Tasta Zoo secara umum terdiri dari empat
kegiatan, yaitu: perawatan, pencegahan, pengobatan dan pengamatan. Pengamatan pada
kegiatan dan kesehatan satwa sehari-hari dimonitor oleh perawat satwa (keeper). Apabila
ada perubahan atau adanya satwa yang terlihat sakit, maka keeper akan segera melapor
agar segera mendapat penanganan oleh dokter hewan dan paramedis. Kegiatan pencegahan
merupakan tindakan rutin yang dilakukan oleh para tim medis seperti pemberian vitamin,
vaksin, obat cacing dan lain- lain.
Kegiatan preventif yang rutin dilakukan adalah pemberian multivitamin.
Pemberian multivitamin tidak hanya diberikan pada satwa yang sakit akan tetapi juga
diberikan kepada satwa-satwa yang sehat sebagai suplemen dan untuk menjaga daya tahan
tubuh. Pemberian multivitamin yang rutin tersebut utamanya diberikan pada beruang
madu, dengan dosis yang diberikan sesuai dengan ukuran beruang madu tersebut. Selain
itu, kegiatan preventif lain yang dilakukan adalah pemberian obat cacing. Pemberian obat
cacing pada gajah diberikan tiga bulan sekali untuk mencegah helminthiasis atau cacingan
19
pada satwa. Cacingan memiliki tingkat penyebaran penyakit yang cepat dan sangat mudah
menjangkit satwa melalui pakan dan lingkungan. Gejala cacingan antara lain adalah diare,
anoreksia, dehidrasi, anemia dan lethargi. Pada gejala yang parah, maka kematian dapat
terjadi. Oleh karena itulah, pemberian obat cacing sangat penting untuk dilakukan.
Aplikasi pemberian obat pada satwa liar di Tasta Zoo secara peroral, umumnya
dilakukan dengan cara mencampur obat dengan pakan yang disukai oleh satwa, contohnya
pisang dan madu. Sedangkan pemberian obat secara intramuskular pada satwa liar yang
agresif, biasanya dilakukan menggunakan alat bantu tulup, hal ini bertujuan untuk menjaga
keselamatan antara satwa liar tersebut dan tim penangan. Apabila satwa dapat di-handle
oleh keeper maka penyuntikan oleh dokter hewan dilakukan secara langsung tanpa
menggunakan tulup. Jenis kasus yang ditemukan di Tasta Zoo antara lain adalah infeksi
mata, jamuran, kuku patah pada gajah.

20
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil kegiatan PKL selama 4 minggu di Tasta Zoo, maka dapat
disimpulkan bahwa untuk mendiagnosa hewan yang sakit adalah dengan observasi.
Sedangkan kegiatan kontrol kesehatan hewan dan kegiatan pencegahan yang dilaksanakan
merupakan langkah tepat dalam mengobati maupun mencegah terjadinya penyakit yang dapat
mengancam kelangsungan hidup satwa yang berada di Tasta Zoo, sehingga tidak
mengakibatkan dampak yang buruk.

4.2 Saran

Saran yang dapat saya berikan sesuai dengan pengetahuan dan pengamatan saya,
adalah sebagai berikut :
1. Fasilitas penunjang penegakan diagnosa pada satwa, bila
memungkinkan sangat dianjurkan untuk dibenahi.
2. Perlu ditingkatkan biosecurity untuk menghindari penularan penyakit.

21
DAFTAR PUSTAKA

Akhira D, Fahrimal Y, Hasan M. 2013. Identifikasi Parasit Nematoda Saluran Pencernaan


Anjing Pemburu (Canis femiliaris) Di Kecamatan Lareh Sago Halaban
Provinsi Sumatera Barat. JMV. vol 7 (1). hal : 42 – 45

Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia. 1995. Pedoman Umum Kebun Binatang.


Jakarta. hal : 2

Prastowo J, Ariyadi B. 2015. Pengaruh Infeksi Cacing Ascaridia Galli Terhadap


Gambaran Darah dan Elektrolit Ayam Kampung (Gallus domesticus). JMV.
vol 9 (1). hal : 12 – 17

Wardhana A H. 2006. Chrysomya Bezziana Penyebab Myasis pada Hewan dan Manusia
: Permasalahan dan Penangulangannya. BPV Bogor. Vol 16 (3). Hal : 146 -
159

20
LAMPIRAN

21
22
23

Anda mungkin juga menyukai