Anda di halaman 1dari 17

Ditulis Oleh : IRWAN HANAFI, S.

Hut, MM
Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan Muda Bidang KSDA Wilayah III Padangsidimpuan

TAMAN BURU PULAU PINI KABUPATEN NIAS SELATAN

I. GAMBARAN UMUM KAWASAN KONSERVASI DI INDONESIA


Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan alam dan
keanekaragaman hayati yang sangat berlimpah, menuntut suatu pengelolaan
yang tepat agar keberadaannya tetap lestari, dalam upaya menjaga
kelestariannya Pemerintah telah menerbitkan banyak sekali peraturan terkait
dengan perlindungan dan pengawetan alam terkhusus pada kawasan
konservasi.

Sebagaimana diketahui bahwa ada beberapa jenis kawasan konservasi


di Indonesia, antara lain Kawasan Suaka Alam, Kawasan Hutan Pelestarian
Alam, dan Taman Buru, dimana penetapan peruntukan semua kawasan
konservasi ini pada dasarnya telah memiliki tujuan tertentu.
Berikut ini penjabaran singkat tentang pengertian dan fungsi dari jenis-
jenis kawasan konservasi di Indonesia :
a. Kawasan Suaka Alam
Suaka Alam dibedakan atas dua kategori yaitu Cagar Alam dan Suaka
Margasatwa, kawasan suaka alam ini merupakan satu diantara jenis
kawasan konservasi di Indonesia yang di lindungi serta dipelihara secara
utuh dengan tujuan agar kawasan ini bermanfaat untuk tujuan penelitian
ilmiah, pendidikan, pemantauan lingkungan, dan sumber daya genetik.
b. Kawasan Hutan Pelestarian Alam (KPA)
Kawasan Hutan Pelestarian Alam (KPA) adalah kawasan dengan ciri khas
tertentu, baik itu di darat maupun di perairan yang berfungsi untuk
perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara
lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Kawasan Pelestarian
Alam sendiri terdiri dari Taman Nasional (TN), Taman Wisata Alam (TWA)
dan Taman Hutan Raya (TAHURA).
c. Taman Buru
Taman Buru bila diartikan dari kata penyusunnya merupakan tempat atau
lokasi yang diperuntukkan untuk berburu, lebih luas Taman Buru selaku
bagian dari kawasan hutan konservasi menurut pasal 6 Undang-undang
Kehutanan No 41 Tahun 1999 juga dapat berfungsi untuk tujuan khusus
seperti untuk Penelitian dan Pengembangan, Pendidikan dan latihan serta
untuk fungsi religi dan budaya dan hal ini tidak akan mengubah fungsi
maupun fungsi pokok kawasan hutan konservasi (Pasal 8 dan 9).
Berdasarkan isi Undang-undang tersebut maka kawasan Taman Buru
dapat memiliki fungsi yang beragam. Oleh karena itu walaupun
penetapan suatu kawasan menjadi Taman Buru tidak lagi berfungsi untuk
tempat berburu ia akan tetap berguna untuk edukasi dan nilai estetika.
Dengan demikian pengelolaan Taman buru masih dapat dikelola untuk
tujuan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, sebagai
destinasi tujuan wisata yang pada akhirnya akan memberikan nilai
ekonomis kepada masyarakat sekitar dan menambah devisa Negara
dengan tetap mempertimbangkan sisi ekologis, sosial ekonomi dan
budaya.

II. HISTORY TAMAN BURU PULAU PINI KABUPATEN NIAS SELATAN

Taman Buru Pulau Pini merupakan salah satu kawasan Konservasi yang
terdapat di Provinsi Sumatera Utara, tepatnya di Pulau Pini yang merupakan
salah satu pulau dari empat pulau besar yang terdapat pada gugusan pulau-
pulau batu Kabupaten Nias Selatan di bagian barat Pulau Sumatera. Pulau
Pini memiliki luas sekitar 24,36 km², sedangkan pulau-pulau besar lainnya terdiri
dari Pulau Tanah Bala dengan luas 39,67 km², Pulau Tanah Masa 32,16 km²,
Pulau Tello 18 km².
Berdasarkan letak geografisnya Taman
Buru Pulau Pini ini pada rupa bumi
berada pada koordinat antara 00°04’ –
00°11’ Lintang Utara dan 98°40’ – 98°51’
Bujur Timur, dengan luas keseluruhannya
8.350 Ha.
Adapun landasan Hukum Penunjukan Taman Buru Pulau Pini adalah :
- Penunjukan Taman Buru Pulau Pini melalui Surat Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor : 347/Kpts-II/1996 tanggal 5 Juli 1996 dengan luas 8.350 Ha
- Keputusan Direktorat Jendaeral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
Nomor: SK.133/IV-Set/2014 Tentang Penetapan Rayon di Taman Nasional,
Taman Hutan raya, Taman Wisata Alam dan Taman Buru Dalam Rangka
Pengenaan Penerimaan Negara Bukan Pajak
- SK MENHUT Nomor : SK.579/Menhut-II/2014 Tentang Penunjukan Kawasan
Hutan Sumatera Utara
Melihat sejarah sebelum penunjukan Taman Buru Pulau Pini, pada
mulanya Taman Buru ini adalah kawasan hutan produksi tetap Provinsi
Sumatera Utara, kemudian oleh pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor : 347/Kpts-II/1996 tanggal 5 Juli 1996 tentang Perubahan
Fungsi Sebagian Kawasan Hutan Produksi Tetap yang Terletak di Pulau Pini,
Kabupaten Daerah Tingkat I Sumatera Utara seluas + 8.350 hektar maka .fungsi
kawasan hutan produksi tetap ini selanjutnya menjadi kawasan konservasi
Taman Buru, adapun dasar penetapan Taman buru ini berdasarkan Analisa
Potensi Sumber Daya Alamnya yang begitu kaya.
Sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 41 TaHUN 1999 Taman
Buru memiliki fungsi yang tidak terbatas hanya pada tempat khusus bagi yang
punya hobby berburu, akan tetapi bisa juga berfungsi sebagai tempat
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, potensi ekowisata dengan
keindahan alam berupa hutan mangrove yang terjaga dengan baik,
keindahan birunya laut yang terhampar sejauh mata memandang, pasir
pantainya yang kuning keemasan, keanekaragaman hayati berupa
pepohonan dan tumbuh-tumbuhan yang dapat mewakili kalsifikasi vegetasi
hutan berdasarkan ketinggian dari permukaan laut beserta floranya yang
beragam dari mulai jenis hewan mamalia, burung-burungan hingga berbagai
macam reptil maupun hewan melata menjadikan Pulau Pini merupakan tujuan
wisata dan edukasi yang tidak boleh dilewatkan.
Berdasarkan administrasi pemerintahan, Taman Buru Pulau Pini
merupakan wilayah administrasi Kecamatan Pulau Pulau Batu Timur,
sedangkan untuk batas-batasnya Kawasan taman Buru ini dari sebelah utara
berbatas dengan Samudera Hindia, sebelah selatan dengan Samudera
Hindia, sebelah timur dengan Samudera Hindia dan sebelah barat dengan
Hutan Produksi Tetap (HPT) yang merupakan atau yang lebih familiar dengan
sebutan PT, Gruti.

Areal Kerja PT. Gruti yang merupakan salah satu batas Taman Buru Pulau Pini

III. KEANEKARAGAMAN HAYATI TAMAN BURU PULAU PINI


a. KERAGAMAN VEGETASI HUTAN TAMAN BURU PULAU PINI
Taman Buru Pulau Pini meskipun terletak di pulau kecil namun mampu
mewakili beberapa tipe hutan karena kondisi alamnya begitu komplek dan
cukup bervariasi, dikelilingi oleh laut samudera dan pesisir pantai,
daratannya memiliki topografi mulai datar, landai sampai curam pada
bagian bukit-bukitnya, sehingga dapat ditemui vegetasi hutan hujan tropis
dataran rendah, dataran tinggi, berawa-rawa, hutan mangrove, hutan
pantai dengan demikian Taman Buru Pulau Pini ini tentunya akan memiliki
keanekaragaman hayati yang cukup tinggi sehingga bisa mewakili
beberapa tipe hutan berdasarkan ketinggian. Berapa jenis pohon yang
dapat dijumpai pada kawasan ini antara lain pohon Rengas air (Gluta
velutina) dari suku Anacardiaceae, pohon ini mengandung getah
beracun yang dapat membuat kulit melepuh, Rasak (Vatica spp) yang
merupakan golongan famili Dipterocarpaceae, pohon Meranti (Shorea
sp.) dari suku Dipterocarpaceae, pohon Keruing (Dipterocarpus sp.) yang
merupakan keluarga dari Dipterocarpaceae, selain itu ada pohon dari
jenis jambu-jambuan (Eugenia Sp), kelapa (Cocos nucifera) yang
merupakan anggota tunggal marga Cocos dari suku aren-arenan
atau Arecaceae, serta beberapa jenis palem dan bakau seperti
Rhizophora, Bruguiera. Avicenia dan banyak jenis lainnya.

Foto penutupan vegetasi kawasan hutan Taman Buru Pulau Pini


Hasil Potretan dengan Drone oleh Tim Bidang KSDA Wilayah III Padangsidimpuan
Kondisi tumbuhan dan pepohonan di taman Buru Pulau Pini ini secara
umum masih bisa dikatakan terjaga, walaupun masih ada beberapa orang
yang berdomisili di desa dalam kawasan Taman Buru ini menebangi pohon
tertentu seperti jenis meranti dan Kruing untuk bahan baku pembuatan
perahu atau kapal layar serta aktivitas sebagian kecil masyarakat yang
melakukan penyadapan getah pohon kruing, yang dikhawatirkan akan
dapat membunuh pohon yang disadap karena batangnya yang dilukai.

b. KERAGAMAN SATWA
Berbicara tentang keragaman satwa di kawasan Taman Buru Pulau
Pini ada beberapa jenis satwa yang masih sering ditemui oleh masyarakat
dan karyawan PT.Gruti, satwa tersebut bervariasi mulai dari jenis mamalia,
reptile dan jenis-jenis burung, masih tersedianya satwa-satwa ini di
habitatnya dikarenakan faktor kawasan taman buru pulau pini masih
dapat dikategorikan terjaga.
Keragaman satwa yang ditemukan pada kawasan ini untuk jenis
mamalia antara lain babi hutan (Sus scrofa domesticus), Kancil (Tragulus
kanchil), Kera (Macaca fascicularis) dan Tupai bersayap atau Tupai
Terbang (Lomys horsfieldi) , sedangkan untuk jenis satwa reptile seperti
Biawak (Varanus salvator) dan Buaya Muara (Crocodylus porosus) yang
populasinya sangat banyak mendiami sungai-sungai di taman Buru Pulau
Pini, adapun untuk jenis hewan melata terdapat Ular Sanca Batik
(Malayopython reticulates) , Ular tanah (Calloselasma rhodostoma) , Ular air
(Plumbeous Water Snake) dan jenis-jenis lainnya, untuk jenis satwa dengan
variasi yang paling tinggi mendiami habitat taman buru ini adalah jeniss
burung, contohnya Burung Rakong gading (Rhinoplax vigil), Murai Batu
(Copsychus malabaricus), Cucak Ranting (Chloropsis venusta), Cucak
Daun Besar (Chloropsis sonnerati), Cucak Biru atau nama lain dikenal
dengan Kacembang gadung (Irena puella), Cucak Biru Kepala Kuning ini
merupakan burung endemic Sumatera dikenal dengan nama latin
(Chloropsis aurifrons), Burung Kacer (Copsychus saularis), Elang Bondol
(Haliastur indus), Elang Hitam (Ictinaetus malayensis), Burung Beo (Gracula
robusta), Burung Camar laut (Laridae sp) dan jenis-jenis burung kecil
lainnya.
Populasi satwa ini relative masih berkembang dengan baik, namun
ada beberapa jenis satwa yang populasinya sudah menurun berdasarkan
informasi dari masyarakat seperti Babi hutan yang sering diburu atau dijerat
untuk dikonsumsi selain itu ada burung murai batu yang pada bulan-bulan
tertentu antara bulan September sampai dengan bulan Desember banyak
dipikat oleh masyarakat yang datang dari luar Pulau Pini seperti
masyarakat Kabupaten Mandailing Natal terutama dari daerah Sinunukan,
Natal dan Batahan, sedangkan untuk jenis burung Beo menurut informasi
dari karyawan PT,Gruti masih ada Nampak terbang melintas walaupun
sudah jarang.

IV. SOSIAL KEMASYARAKATAN DESA DI TAMAN BURU PULAU PINI


a. ADMINISTRASI DESA

Pemandangan suasana pemukiman disepanjang Pantai Pulau Pini di Desa labuhan Bajo
Di Kawasan Taman Buru Pulau Pini terdapat satu desa yang diberi
nama Labuhan Bajo atau dalam Peta tertulis Labuhan Bajai, Desa Labuhan
Bajo ini merupakan wilayah administrasi Kecamatan Pulau Pulau Batu Timur
Kabupaten Nias Selatan, desa ini merupakan desa tua berdasarkon
informasi masyarakat dan Perangkat Desa karena telah ada sejak zaman
kolonial Belanda pada tahun 1940 an, hal ini dibuktikan dengan bentuk
dan kondisi rumah-rumah penduduk Labuhan Bajo yang terbuat dari kayu
dan terkesan sudah berumur tua dan sebagian sudah lapuk.

Suasana masyarakat di Desa Labuhan Bajo yang terdapat pada Taman Buru Pulau Pini

Desa Labuhan Bajo memiliki batas-batas desa sebagai berikut :


- Sebelah utara berbatas dengan Laut Samudera Hindia
- Sebelah selatan berbatas dengan Desa Labuhan Hiu
- Sebelah timur berbatas dengan Laut Samudera Hindia
- Sebelah barat berbatas dengan Teluk Bendera (Teluk Kapo-kapo)
Luas wilayah Desa Labuhan Bajo tidak dapat diketahui secara pasti karena
belum pernah dilakukan pengukuran luas sebelumnya, namun
berdasarkan keterangan dari Sekretari Desa Labuhan Bajo luas desa
labuhan bajo adalah panjangnya sekitar 2 Kilometer pada posisi sejajar
garis pantai dan sekitar 100 meter dari pantai kearah pemukiman
masyarakat, sehingga melalui perhitungan matematika sederhana
didapatkan perkiraan luas desa tersebut kurang lebih 20 ha (Dua Puluh
Hektar).
Desa Labuhan Bajo memiliki satu pelabuhan kapal yang oleh masyarakat
dan nelayan yang singgah diberi nama Teluk Kepres atau Teluk Persil, teluk
Kepres diambil dari kata Kepres yang makudnya adalah Perahu,
sedangkan kata persil diartikan dengan persinggahan yang berarti
pelabuhan persinggahan.

Kondisi Pelabuhan Laut Desa labuhan Bajo (Teluk Persil) Taman Buru Pulau Pini
Letaknya yang strategi diposisi silang jalur transportasi laut yang
menghubungkan gugusan Pulau-Pulau Batu kabupaten Nias Selatan,
Kepulauan Mentawai dan Pulau Siberut di Provinsi Sumatera barat serta
Pelabuhan Natal dan Pelabuhan Batahan di Kabupaten Mandailing Natal,
ataupun jalur laut menuju Pelabuhan Sibolga di Kotamadya Sibolga dan
lain-lain menyebabkan Pelabuhan teluk Kepres atau Teluk Persil ini sangat
ramai disinggahi oleh kapal-kapal layar nelayan dan pedagang yang
singgah untuk beristirahat ataupun menunggu cuaca baik karena angin
yang kuat, badai ataupun gelombang tinggi, selain itu di Pelabuhan
Kepres Desa Labuhan Bajo ini terdapat Pos Keamanan Laut (Pos KAMLA)
milik TNI Angkatan Laut, keberadaan Pos Kamla ini adalah sebagai pusat
keamanan bagi kapal-kapal yang hilang di Perairan Pulau Pulau Batu Timur
serta Samudera Hindia, pemeriksaan terhadap peralatan keselamatan
kapal layar dilakukan oleh Piket Pos kamla terhadap kapal layar yang
memasuki Pelabuhan labuhan Bajo untuk mengawasi dan mendata
keberadaan kapal laut di sekitar Perairan laut Pulau-pulau Batu.

Pos Pengamanan Laut TNI AL di Pelabuhan Kapal Taman Buru Pulau Pini di Desa Labuhan Bajo
b. DATA KEPENDUDUKAN
Desa Labuhan Bajo memiliki jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 90 KK
(Sumber data Sekretaris Desa), dari keseluruhan jumlah Kepala Keluarga
yang menghuni Desa Labuhan Bajo ini mayoritas bersuku bangsa minang,
selain itu maih ada suku lain dengan jumlah yang lebih kecil seperti suku
Melayu dari daerah pesisir Sibolga, suku asli Pulau Nias, Madura dan suku
Batak yang berasal dari daerah Natal dan Batahan Kabupaten Mandailing
Natal.

Kondisi kehidupan sehari-hari Masyarakat Desa labuhan Bajo Taman Buru Pulau Pini

c. PENGHIDUPAN MASYARAKAT
Masyarakat Desa Labuhan Bajo yang beraneka ragam suku bangsa ini
memiliki cara berbeda dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, dari
90 kepala keluarga yang ada hampir 90 persen hidupnya bergantung
kepada laut berprofesi sebagai nelayan, dan sisanya yang 10 persen lagi
hidup dengan bermata pencaharian sebagai pedagang kelontong,
pengerajin perahu, pengusaha kecil-kecilan mengolah tripang dan
penyadap getah lagan yang disadap dari pohon Keruing (Dipterocarpus
sp), dan tidak ada yang berprofesi khusus sebagai petani sawah atau
menggantungkan hidupnya dari hasil perkebunan, untuk kebutuhan sayur
mayur dan kebutuhan pertanian lainnya masyarakat hanya menanam
sendiri di tanah-tanah kosong pinggiran desa atau di pekarangan rumah
selain membelinya dari pedagang yang datang dari Telo.

Kehidupan perekonomian masyarakat Desa labuhan Bajo Taman Buru Pulau Pini

d. KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT


Masyarakat Desa Labuhan Bajo dalam kegiatan sosial kemasyarakatan
cenderung menganut budaya melayu dan minang, hal ini sejalan dengan
mayoritas suku yang mendiami desa ini, namun demikian dalam acara
adat ataupun kemasyarakatan tidak harus terikat dengan budaya
penduduk mayoritas, akan tetapi tergantung kepada keluarga yang punya
acara.
Kerukunan beragama di desa ini sangat baik terjaga, hal ini tercermin dari
pergaulan masyarakat yang tidak membentuk kelompok-kelompok kecil
berdasarkan agama, suku, status sosial dan sebagainya. Dari informasi
yang diperoleh bahwa Desa labuhan Bajo dari 90 kepala keluarga, yang
beragama Islam ada 80 kk sedangkan yang beragama keristen 10 Kepala
Keluarga.
Terkait bangunan tempat ibadah di Desa labuhan Bajo ini ada 2 (dua) unit
bangunan tempat beribadah, yaitu satu buah mesjid dengan nama Mesjid
dan satu buah Gereja.

Suasana Lingkungan dan Fasilitas ibadah di desa labuhan Bajo Taman Buru Pulau Pini

V. AKSES TRANSPORTASI MENUJU TAMAN BURU PULAU PINI NIAS SELATAN


Melihat potensi alam dan kearifan lokal Taman Buru Pulau Pini bukan tidak
mungkin ada hasrat hati ingin menginjakkan kaki ke tempat indah ini, namun
banyak orang yang tidak kenal dengan Pulau Pini ini padahal di dalamnya
ada potensi keindahan alam dan sumber ilmu pengetahuan yang sangat
kaya, untuk mengunjungi surga yang memanjakan mata ini ada beberapa
akses jalan laut untuk sampai di lokasi ini, akses tersebut antara lain melalui :
a. PELABUHAN LAUT KABUPATEN MANDAILING NATAL
Akses jalan menuju Taman Buru Pulau Pini melalui Kabupaten Mandailing
Natal dapat dilakukan dengan menyewa kapal laut milik masyarakat dari
Pelabuhan laut Natal dan Pelabuhan laut Batahan, beranjak dari dua
pelabuhan ini nantinya akan melalui Pulau Tamang yang indah dengan
penduduk masyarakatnya yang ramah hingga nantinya sampai di
Labuhan Bajo (Labuhan Bajai) atau Teluk Kepres Pulau Pini.
Setelah tiba di Labuhan Bajo ini maka
perjalanan melaului laut menuju
Taman Buru Pulau Pini sudah berakhir
dengan berjalan kaki melalui batas
desa sejauh kurang lebih 200 meter
menuju kawasan tersebut.
Untuk bisa sampai di Pelabuhan Laut Natal atau Batahan dari Medan
Provinsi Sumatera Utara dapt dilakukan melalui jalan darat kearah
kabupaten Mandailing Natal yang waktu tempuhnya kurang lebih 16 jam,
sedangkan melalui jalur udara dapat dilalui dengan naik pesawat dari
Bandara Udara Kuala Namu ke Bandara Udara F.L. Tobing Pinang Sori
Kabupaten Tapanuli Tengah Sumatera Utara dan selanjutnya dapat
dilakukan perjalanan darat dari Tapanuli Tengah menuju Kabupaten
Mandailing Natal Sumatera Utara.
b. PELABUHAN LAUT SIBOLGA KOTA MADYA SIBOLGA

Selain akses jalan ke Taman Buru Pulau Pini melalui Pelabuhan Natal dan
Batahan dapat juga ditempuh melalui Pelabuhan Sibolga, adapun kapal
yang beroperasi ke Kabupaten Nias Selatan yaitu dengan menggunakan
KMP Raja Enggano dan Kapal RoRo Wira Ono Niha yang jadwalnya
berangkat sebanyak dua kali dalam seminggu, kapal ini memiliki kapasitas
tempat duduk sebanyak 485 seat dan mampu mengangkut 35 unit
kendaraan dengan waktu tempuk kurang lebih 10 jam, selanjutnya untuk
mencapai tujuan ke Taman Buru Pulau Pini kemudain perjalanan
dilanjutkan dengan Kapal Ferry MV Mentawai Fast, kapal cepat yang
melayani masyarakat menyeberang dari Kota Teluk dalam ke Pulau Tello
dengan waktu tempuh 2 jam dan dari Pulau tello dapat dilanjukan dengan
menyewa kapal laut milik masyarakat karena belum ada perusahaan yang
membuka rute ke Pulau Pini ini.

Sedangkan melalui jalur udara dapat beranjak dari Kualanamu atau


bandara F.L. Tobing Kabupaten Tapanuli tengah ke Pulau Telo dan
perjalanan dapat dilanjutkan dengan menyewa kapal masyarakat .
c. JALUR UDARA KE TAMAN BURU PULAU PINI
Perjalanan melalui jalur udara ke Taman Buru Pulau Pini secara langsung
belum ada sampai saat ini, akan tetapi perjalanan melalui udara ini hanya
sampai pada Pulau telo yaitu Bandar Udara Lasonde yang letaknya di
ujung utara Pulau Tana Masa, dari bandara ini kemudian seperti
sebelumnya akan dilanjutkan ke Taman Buru Pulau pini melalui jalur laut.
Jalur udara lain yang memiliki rute ke bandara Lasonde antara lain
Bandara Ketaping di Padang, bandara F.L. Tobing di tapanuli Tengah, dari
Kualanamu di Medan Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai