PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang terletak di daerah tropik, di negara ini terdapat
pula gunung berapi yang berjumlah sekitar 200 gunung api, sungai-sungai lebar dan
panjang, serta berbagai macam jenis danau. Keadaan tersebut membuat Indonesia
memiliki Biodiversitas (Keanekaragaman Hayati) yang tinggi dibandingkan dengan
daerah subtropik dan kutub. Bahkan Indonesia adalah salah satu dari 17 negara yang
disebutkan sebagai negara-negara mega biodeversitas. Tingginya biodiversitas di
Indonesia ini terlihat dari berbagai macam ekosistem yang ada di Indonesia, seperti:
ekosistem pantai, ekosistem hutan bakau, ekosistem padang rumput, ekosistem hutan
hujan tropis, ekosistem air tawar, ekosistem air laut, ekosistem savanna dan lain-lain.
Masing-masing ekosistem ini memiliki keanekaragaman hayati tersendiri.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman satwa liar
yang tinggi, terutama primata. Sekitar 195 jenis primata yang terdapat di dunia, 40 jenis
diantaranya hidup di hutan-hutan Indonesia dan 24 jenis diantaranya merupakan primate
endemik yang hanya hidup di Indonesia yang memiliki ciri dan ukuran yang berviasi,
mulai dari primataterkecil di dunia, yaitu Tangkasi (Tarsius pumilus) yang hidup di
Sulawesi, hingga yang terbesar yaitu Orangutan (Pongo pymaeus dan Pongo abelii) yang
masih tersisa di Kalimantan dan Sumatera (Supriyatna dan Wahyono, 2000).
Kalimantan adalah nama bagian wilayah Indonesia di Pulau Borneo Besar, yaitu
pulau terbesar ketiga di dunia setelah Greenland dan Seluruh Pulau Irian. Menurut
Crowfurd, kata Kalimantan adalah nama sejenis mangga (Mangifera) sehingga Pulau
Kalimantan adalah pulau mangga, namun dia menambahkan bahwa kata itu berbau
dongeng dan tidak populer. Mangga lokal yang disebut klemantan ini sampai sekarang
banyak terdapat di perdesaan di daerah Ketapang dan sekitarnya.
Primata merupakan salah satu satwa yang berperan penting dalam regenerasi
hutan tropik. Di Indonesia primata tersebar luas, mulai dari Kepulauan Mentawai,
Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi serta pulau-pulau di
sekitarnya. Jenis primata yang ditemukan antara lain siamang kerdil (Hylobates klossii),
beruk mentawai (Macaca pagensis), lutung mentawai (Presbytis potenziani), monyet
simakobu (Simias concolor), kedih (Presbytis thomasi), kokah (Presbytis femoralis),
ungko (Hylobates agilis), ungko lengan putih (Hylobates lar), kelasi (Presbytis
rubicunda), dan kelawat (Hylobates muelleri) (Ramadhan dan Supriatna, 2016: 31).
Primata memiliki perilaku yang unik yaitu dapat menggenggam makanan dan memiliki
naluri terhadap makanan yang akan dimakannya, sehingga dapat mempengaruhi cara
makanya (Karyawati, 2012: 46).
Primata merupakan salah satu komponen ekosistem yang memiliki nilai penting
bagi kelangsungan keberadaan hutan dan kehidupan manusia. Peran primata bagi
kelestarian ekosistem hutan antara lain sebagai pemencar biji vegetasi hutan, mediator
penyerbukan, dan penambah volume humus untuk kesuburan tanah. Berdasarkan
anatomi, primata memiliki kemiripan dengan manusia, sehingga sering digunakan
sebagai bahan penelitian biomedis. Primata mempunyai peran dalam menjaga kelestarian
hutan karena membantu penyebaran biji tumbuhan di hutan tak lain karena sebagian
besar primata di alam mengkonsumsi buah dan daun, dari sisa makanan yang dicerna
oleh primata yang berupa biji dari buah-buahan yang dikeluarkan pada saat membuang
kotoran, hal tersebut yang dapat membantu penyebaran tumbuhan. Sehingga perlu
penyebaran informasi akan pentingnya pelestarian alam. (Anonim, 2013).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Identifikasi Primata Kalimantan Tengah yang Berperan Dalam Ekosistem
Sebagai Penunjang Bahan Ajar Dalam Materi Vertebrata Tingkat SMA”
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka batasan masalah yang dapat
dirumuskan adalah sebagai berikut :
1. Primata yang akan dituliskan adalah primata yang terdapat pada jurnal
penelitian.
2. Penulisan makalah ini hanya sampai ke tingkat morfologi primata.
3. Penulisan makalah ini hanya mengidentifikasi hingga ke tingkat famili.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana karakteristik primata kalimantan Tengah ?
2. Macam-macam primata kalimantan Tengah ?
3. Habitat primata kalimantan Tengah ?
4. Peranan primata kalimantan terhadap ekosistem Tengah ?
D. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui karakteristik Primata Kalimantan Tengah.
2. Untuk mengetahui macam-macam Primata Kalimantan Tengah.
3. Untuk mengetahui habitat Primata Kalimantan Tengah.
4. Untuk mengetahui peranan Primata Kalimantan Tengah.
E. Manfaat Penulisan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Bagi mahasiswa, dapat menambah khazanah ilmu dan keterampilan tentang cara
identifikasi.
2. Pengajar, dosen, dapat menggunakan hasil penulisan ini sebagai bahan penunjang
dalam penyusunan penuntun praktikum dan bahan ajar dalam materi Zoologi
Vertebrata.
3. Peneliti yang lain dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai referensi dan
landasan penelitian lebih lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
- Famili Hylobatidae
Genus Hylobates, kepala berukuran kecil dan bulat, hidung tidak menonjol,
rahang kecil dan pendek.
- Famili Pongidae
Mempunyai kepala yang besar dengan posisi mulut yang tinggi serta wajah yang
terlihat berotot.
- Famili Tarsiidae
Kepalanya sangat mirip dengan kepala burung hantu karena bentuknya dan
pertemuan yang unik di tengah-tengah sinus dan tengkoraknya membuatnya mampu
memutar kepalanya 180 derajat. Tarsier juga memiliki gigi-gigi yang tajam untuk
membantunya memangsa serangga selama berburu di malam hari dan matanya yang
bulat lebar dan hidung.
- Famili Lorisidae
Kepala yang kecil dan memiliki mata yang besar dan bulat. Telinga kecil dan
sering tersembunyi di sebagian rambutnya.
- Famili Hylobatidae
Genus Hylobates tidak memiliki ekor, dada lebar dengan rambut yang tebal
berwarna abu-abu keperakan, terdapat pembengkakan pada alat kelamin betina dan
memiliki bantalan duduk (ischial callosities). Rambut di atas kepala dan wajah
berwarna hitam, sedangkan alis berwarna putih. Warna rambut pada bayi berwarna
lebih terang dibandingkan owa dewasa. Bobot tubuh owa sekitar 6 kg. Panjang tubuh
jantan dan betina dewasa berkisar antara 75-80 cm, memiliki lengan yang panjang
dan tubuh ramping serta kulit muka selalu hitam.
- Famili Pongidae
Orang utan memiliki tubuh yang gemuk dan besar, berleher besar, lengan yang
panjang dan kuat, kaki yang pendek dan tertunduk, dan tidak mempunyai ekor.
Memiliki ukuran 1-1,4 m untuk jantan, yaitu kira-kira 2/3 kali ukuran seekor gorila.
Tubuh orang utan diselimuti rambut merah kecoklatan.
- Famili Tarsiidae
Memiliki tubuh berwarna coklat kemerahan dengan warna kulit kelabu, bermata
besar dengan telinga menghadap ke depan dan memiliki bentuk yang lebar. Nama
Tarsius diambil karena ciri fisik tubuh mereka yang istimewa, yaitu tulang tarsal yang
memanjang, yang membentuk pergelangan kaki mereka sehingga mereka dapat
melompat sejauh 3 meter (hampir 10 kaki) dari satu pohon ke pohon lainnya. Tarsius
juga memiliki ekor panjang yang tidak berbulu, kecuali pada bagian ujungnya. Setiap
tangan dan kaki hewan ini memiliki lima jari yang panjang. Jari-jari ini memiliki
kuku, kecuali jari kedua dan ketiga yang memiliki cakar yang digunakan untuk
grooming.
- Famili Lorisidae
Panjang tubuh rata-rata adalah 260,1 mm (kepala dan badan, dari 4 spesimen).
Sementara bobot tubuh jenis-jenis kukang di Kalimantan berkisar antara 265–610(-
800) gram. memiliki pola pewarnaan wajah yang gelap kontras, dengan ujung atas
cincin gelap sekeliling mata yang umumnya berbentuk membundar atau kadang-
kadang baur di pinggiran atasnya. Tepi bawah cincin gelap itu tidak pernah melewati
lengkung (tulang) pipi. Jalur pucat di antara kedua matanya bervariasi lebarnya; pola
atau bercak besar di ubun-ubun sering membundar, atau kadang-kadang berbentuk
pita, namun tidak pernah baur (kabur) tepi-tepinya. Telinganya berambut panjang;
dan pita pucat di depan telinganya lebar.
c. Tingkah laku
- Famili Cercopithecidae
Kera ekor panjang (Macaca fascicularis) memiliki kebiasaan melakukan aktivitas
makan di daratan. Kera lebih sering membawa makanannya di darat. Kera ekor
panjang tidak canggung ketika meminta makanan kepada para pengunjung di wana
wisata Coban Rondo. Sedangkan lutung (Trachypithecus auratus) tidak berinteraksi
dengan pengunjung untuk mendapatkan makanan. Lutung lebih sering terlihat makan
dedaunan dan bunga di atas pohon. Lutung makan di atas pohon dan kadangkala
turun ke tanah untuk mencari makan serangga tanah. Lutung tidak pernah
menggunakan pohon sarang yang tetap dan tidur secara menyebar (tidak berkumpul
dalam satu pohon sarang). Berbeda dengan kera ekor panjang, kera mempunyai
sarang untuk berteduh atau tidur.
- Famili Hylobatidae
Waktu aktivitas Hylobates sedikit berbeda dengan jenis primata diurnal lainnya.
Hylobates mulai beraktivitas sebelum matahari terbit, tetapi lebih cepat istirahat di
pohon tidur pada sore hari, Alokasi waktu yang bervariasi untuk setiap jenis aktivitas,
menunjukkan tingkat kepentingan aktivitas tersebut bagi kalawet. Sebagian besar
waktu aktivitas digunakan untuk makan dan istirahat, sekaligus merupakan aktivitas
utama bagi kalawet. Pada pagi hari, aktivitas vokalisasi dan istirahat semakin
menurun, seiring dengan meningkatnya aktivitas makan dan bergerak (berpindah).
Keadaan sebaliknya terjadi pada sore hari, dimana aktivitas makan dan berpindah
semakin menurun seiring meningkatnya frekuensi istirahat sampai mendapatkan
pohon tidur berikutnya.
- Famili Pongidae
orangutan pernah terlihat mengkonsumsi kulit kayu, dan berbagai jenis serangga.
Menurut beberapa peneliti, orangutan dapat mengkonsumsi 300 jenis tumbuhan
di hutan (Supriatna & Wahyono 2000). Orangutan merupakan satwa diurnal maka
aktivitasnya banyak dilakukan pada siang hari, erdapat hubungan yang erat antara
perkembangan perilaku sosial, seperti komunikasi, menelisik (grooming), perilaku
bermain dan seksual dengan kempuan sensorik, gerak tungkai dan koordinasi
sensoris serta motorik.
- Famili Tarsiidae
Tarsius merupakan satwa insektivora, dan menangkap serangga dengan melompat
pada serangga itu. Mereka juga diketahui memangsa vertebrata kecil seperti burung,
ular, kadal dan kelelawar. Saat melompat dari satu pohon ke pohon lain, tarsius
bahkan dapat menangkap burung yang sedang bergerak, Kehamilan berlangsung
enam bulan, kemudian tarsius melahirkan seekor anak. tarsius muda lahir berbulu dan
dengan mata terbuka serta mampu memanjat dalam waktu sehari setelah kelahiran.
Mereka mencapai masa dewasa setelah satu tahun. Tarsius dewasa hidup berpasangan
dengan jangkauan tempat tinggal sekitar satu hektar.
- Famili Lorisidae
Lorisidae bersifat diurnal dan arboreal. Beberapa spesies memiliki gerakan yang
lambat, sedangkan yang lain dapat bergerak dengan kecepatan tertentu pada cabang
pohon. Sebelumnya diperkirakan bahwa lorisidae bergerak lambat, tetapi setelah
diteliti hal itu tidak terbukti. Meskipun demikian, spesies ini jika mendengar atau
melihat predatornya tubuh mereka selalu melakukan gerakan yang lambat dan sering
melengkungkan tubuhnya seperti bentukan bola atau juga sering menyembunyikan
diri pada dedaunan yang lebat. Kebanyakan lorisidae hidup secara soliter atau dalam
kelompok kecil. Secara umum Lorisidae memiliki periode kehamilan empat sampai
enam bulan dan melahirkan dua anak. Anak yang baru lahir sering menempel di perut
induknya atau menunggu di sarang, sementara induknya pergi untuk mencari
makanan. Setelah tiga sampai sembilan bulan (tergantung pada spesies) mereka
disapih dan sepenuhnya matang dalam 10-18 bulan. Harapan hidup bisa sampai 20
tahun.
Seluruh primata memilik lima jari (pentadactyly), bentuk gigi yang sama dan
rancangan tubuh primitif (tidak terspesialisasi). Kekhasan lain dari primata adalah kuku
jari. Ibu jari dengan arah yang berbeda juga menjadi salah satu ciri khas primata, tetapi
tidak terbatas dalam primata saja; opossum juga memiliki jempol berlawanan. Dalam
primata, kombinasi dari ibu jari berlawanan, jari kuku pendek (bukan cakar) dan jari yang
panjang dan menutup ke dalam adalah sebuah relik dari posisi jari (brachiation)
moyangnya pada masa lalu yang barangkali menghuni pohon. Semua primata, bahkan
yang tidak memiliki sifat yang biasa dari primata lainnya (seperti loris), memiliki
karakteristik arah mata yang bersifat stereoskopik (memandang ke depan, bukan ke
samping) dan postur tubuh tegak.
Sedangkan dari referensi lain sama dijelaskan bahwa hewan yang termasuk dalam
filum primata dicirikan dengan berbagi nenek moyang yang sama yang membuat mereka
secara morfologis serupa. Di antara berbagai aspek kesamaan ciri primata, hal-hal berikut
menonjol :
a. Lima jari,
b. Pola gigi yang umum,
c. Kuku datar,
d. Pandangan kedepan,
e. Perkembangan belahan otak,
f. Mobilitas dan persendian jari, terutama ibu jari.
a. Famili Cercopithecidae
(a) (b)
Gambar 1. (a) Beruk (Macaca nemestrina) (b) Kera ekor panjang (Macaca fascicularis)
(Wikipedia)
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Primates
Superfamili : Hominoidea
Famili : Hylobatidae Hylobatidae adalah salah satu famili
satwa primata yang sebagian besar
spesiesnya hidup di Indonesia. Famili Hylobatidae terdiri atas sembilan spesies yang
tersebar di kawasan Asia Tenggara, enam spesies diantaranya termasuk ke dalam Genus
Hylobates, yaitu Hylobates agilis F. Cuvier (ungko, dark handed gibbon), H. klosii Miller
(Siamang Kerdil, kloss’s gibbon), H. lar Linnaeus (ungko lengan putih, white handed
gibbon), H. moloch Audebert (Owa Jawa, silver,’ gibbon), H. muelleri Martin (Kelawat,
gray gibbon) dan H. pileatus Gray. Dan keenam spesies ini hanya H. pileatus yang
penyebarannya tidak meliputi wilayah Indonesia (Geissmann, 2002).
Famili Hylobatidae merupakan primata arboreal (lebih banyak hidup di atas
pohon) dan diurnal (aktif di siang hari). Sebagai hewan herbivora, Makanan utamanya
adalah buah-buahan namun juga memakan dedaunan dan serangga. Tiga dari lima spesies
Genus Hylobates merupakan spesies yang hidup endemik di beberapa pulau di Indonesia.
Salah satu diantara spesies tersebut adalah Owa Kalimantan yaitu H. muelleri dan H.
albibarbis yang hanya bisa di identifikasi di Pulau Kalimantan Tengah. Pada saat ini,
populasi spesies tersebut hanya dapat diidentifikasi di Kawasan Hutan Lindung dan
kawasan konservasi Iainnya.
Owa Kalimantan merupakan hewan endemik Indonesia dengan persebaran
terbatas di selatan Sungai Kapuas dan barat Sungai Barito, Pulau Kalimantan. Sayangnya,
populasi kera ini sangat langka dan dianggap terancam punah. Selain dinamai Owa
Kalimantan, kera ini kerap disebut juga sebagai Owa Ungko Kalimantan. Dalam bahasa
lokal disebut sebagai kalaweit atau kalawet. Sebagai hewan endemik, Owa Kalimantan
(Hylobate s albibarbis) memiliki daerah sebaran yang terbatas. Mendiami hutan primer
dan sekunder di hutan hujan tropis dan hutan rawa gambut yang terdapat di Kalimantan
Barat dan Kalimantan Tengah, di selatan Sungai Kapuas dan barat Sungai Barito.
c. Famili Pongidae
Famili Tarsius merupakan satwa insektivora berarti dia adalah karnivora, dan
menangkap serangga dengan melompat. Mereka juga diketahui memangsa vertebrata
kecil seperti burung, ular, kadal dan kelelawar. Saat melompat dari satu pohon ke pohon
lain, tarsius bahkan dapat menangkap burung yang sedang bergerak. Kehamilan pada
mamalia ini berlangsung selama enam bulan, kemudian tarsius melahirkan seekor anak.
Tarsius muda lahir berbulu dan dengan mata terbuka serta mampu memanjat dalam
waktu sehari setelah kelahiran. Mereka mencapai masa dewasa setelah satu tahun.
Tarsius dewasa hidup berpasangan dengan jangkauan tempat tinggal sekitar satu hektar.
Semua jenis tarsius bersifat nokturnal artinya hewan ini tidur pada siang hari dan
aktif pada malam hari, dia biasanya berada pada dahan dan ranting-ranting pohon
dengan ketinggian 5 meter, namun seperti organisme nokturnal lain beberapa individu
mungkin lebih banyak atau sedikit beraktivitas selama siang hari. Tidak seperti
kebanyakan binatang nokturnal lain, Tarsius tidak memiliki daerah pemantul cahaya
(tapetum lucidum) di matanya. Mereka juga memiliki fovea, suatu hal yang tidak biasa
pada binatang nokturnal. Otak tarsius berbeda dari primata lain dalam hal koneksi kedua
mata dan lateral geniculate nucleus, yang merupakan daerah utama di talamus yang
menerima informasi visual. Rangkaian lapisan seluler yang menerima informasi dari
bagian mata ipsilateral (sisi kepala yang sama) dan contralateral (sisi kepala yang
berbeda) di lateral geniculate nucleus membedakan tarsius dari lemur, kukang, dan
monyet, yang semuanya sama dalam hal ini.
e. Famili Lorisidae
Klasifikasikan famili Lorisidae :
Kerajaan : Animalia
Divisi : Chordata
Kelas: : Mamalia
Memesan : Primata
Suborder : Strepsirrhini
Infraorder : Lemuriformes
Superfamili : Lorisoidea
Famili : Lorisidae
A. Kesimpulan
Dapat ditarik kesimpulan dalam penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1. Karakteristik seluruh primata memilik lima jari (pentadactyly), bentuk gigi yang sama
dan rancangan tubuh primitif (tidak terspesialisasi). Kekhasan lain dari primata
adalah kuku jari. Ibu jari dengan arah yang berbeda juga menjadi salah satu ciri khas
primata, tetapi tidak terbatas dalam primata saja; opossum juga memiliki jempol
berlawanan. Semua primata, bahkan yang tidak memiliki sifat yang biasa dari primata
lainnya (seperti loris), memiliki karakteristik arah mata yang bersifat stereoskopik
(memandang ke depan, bukan ke samping) dan postur tubuh tegak.
2. Ordo primata yang terdapat di Kalimantan Tengah terdiri atas 5 familia yaitu
Cercopithecidae, Hylobatidae, Pongidae, Tarsiidae, Lorisidae
3. Di Kalimantan Tengah lahan bervariasi dan menjadi habitat dari berbagai satwa
primata. Kondisi hutannya meliputi hutan hujan dataran rendah yang masih alami,
hutan sekunder bekas terbakar, areal okupasi ladang oleh masyarakat sampai
beberapa lahan yang telah terbuka.
4. Primata adalah kelompok satwa yang berperan penting bagi proses regenerasi
tumbuhan di hutan yang akan menghasilkan oksigen dan air yang sangat bermanfaat
secara langsung kepada manusia dan mahkluk hidup lainnya.
B. Saran
Agar mahasiswa dapat lebih memahami tentang pendeskripsian, pengidentifikasian dan
pengklasifikasian, baiknya mahasiswa dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang mencangkup
atau yang berhubungan dengan pelajaran hewan vertebrata (khususnya hewan-hewan Ordo
Primata), mencoba melakukan penelusuran-penelusuran sendiri atau bersama siapa saja,
mengamati setiap yang ada di lingkungan tempat tinggal maupun di tempat yang dikunjungi