Orangutan[1]
Status konservasi
Status konservasi: Terancam
Klasifikasi ilmiah
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mamalia
Ordo: Primata
Famili: Hominidae
Ponginae
Subfamili:
Elliot, 1912
Pongo
Genus:
Lacépède, 1799
Tipe spesies
Simia pygmaeus
Linnaeus, 1760
Spesies
Pongo pygmaeus
Pongo abelii
"Pongo tapanuliensis"
Daftar isi
Deskripsi
Istilah "orang utan" diambil dari kata dalam bahasa melayu, yaitu 'orang' yang
berarti manusia dan 'utan' yang berarti hutan. Orang utan mencakup dua sub-
spesies, yaitu orang utan sumatera (Pongo abelii) dan orang utan kalimantan
(borneo) (Pongo pygmaeus).[4] Yang unik adalah orang utan memiliki kekerabatan
dekat dengan manusia pada tingkat kingdom animalia, di mana orang utan
memiliki tingkat kesamaan DNA sebesar 96.4%.[5]
Ciri-Ciri
Mereka memiliki tubuh yang gemuk dan besar, berleher besar, lengan yang
panjang dan kuat, kaki yang pendek dan tertunduk, dan tidak mempunyai ekor.[6]
Berat orangutan jantan sekitar 50–90 kg, sedangkan orangutan betina beratnya
sekitar 30–50 kg.[7]
Orangutan masih termasuk dalam spesies kera besar seperti gorila dan simpanse.[4]
Golongan kera besar masuk dalam klasifikasi mammalia, memiliki ukuran otak
yang besar, mata yang mengarah kedepan, dan tangan yang dapat melakukan
genggaman.[4]
Klasifikasi
Orangutan termasuk hewan vertebrata, yang berarti bahwa mereka memiliki
tulang belakang.[butuh rujukan] Orangutan juga termasuk hewan mamalia dan
primata.[butuh rujukan]
Orangutan Sumatera
Orangutan Kalimantan
2. Keturunan Orangutan Sumatra dan Kalimantan berbeda sejak 1.1 sampai 2.3
juta tahun yang lalu.[9]
3. Subspecies
Orangutan ditemukan di wilayah hutan hujan tropis Asia Tenggara, yaitu di pulau
Borneo dan Sumatra di wilayah bagian negara Indonesia dan Malaysia.[butuh rujukan]
Mereka biasa tinggal di pepohonan lebat dan membuat sarangnya dari
dedaunan.[butuh rujukan] Orangutan dapat hidup pada berbagai tipe hutan, mulai dari
hutan keruing, perbukitan dan dataran rendah, daerah aliran sungai, hutan rawa air
tawar, rawa gambut, tanah kering di atas rawa bakau dan nipah, sampai ke hutan
pegunungan.[butuh rujukan]
Di Sumatra, salah satu populasi orangutan terdapat di daerah aliran sungai (DAS)
Batang Toru, Sumatera Utara.[butuh rujukan] Populasi orangutan liar di Sumatra
diperkirakan sejumlah 7.300[11]. Di DAS Batang Toru 380 ekor dengan kepadatan
pupulasi sekitar 0,47 sampai 0,82 ekor per kilometer persegi. Populasi orangutan
Sumatra (Pongo abelii lesson) kini diperkirakan 7.500 ekor.[butuh rujukan] Padahal
pada era 1990 an, diperkirakan 200.000 ekor.[butuh rujukan] Populasi mereka terdapat
di 13 daerah terpisah secara geografis.[butuh rujukan] Kondisi ini menyebabkan
kelangsungan hidup mereka semakin terancam punah. [1]
Saat ini hampir semua Orangutan Sumatra hanya ditemukan di Provinsi Sumatera
Utara dan Provinsi Aceh, dengan Danau Toba sebagai batas paling selatan
sebarannya.[butuh rujukan] Hanya 2 populasi yang relatif kecil berada di sebelah barat
daya danau, yaitu Sarulla Timur dan hutan-hutan di Batang Toru Barat.[10]
Populasi orangutan terbesar di Sumatra dijumpai di Leuser Barat (2.508 individu)
dan Leuser Timur (1.052 individu), serta Rawa Singkil (1.500 individu).[butuh
rujukan]
Populasi lain yang diperkirakan potensial untuk bertahan dalam jangka
panjang (viable) terdapat di Batang Toru,Sumatera Utara, dengan ukuran sekitar
400 individu.[butuh rujukan]
Makanan
Meskipun orangutan termasuk hewan omnivora, sebagian besar dari mereka
hanya memakan tumbuhan.[6] 90% dari makanannya berupa buah-buahan.[4]
Makanannya antara lain adalah kulit pohon, dedaunan, bunga, beberapa jenis
serangga, dan sekitar 300 jenis buah-buahan[13]
Selain itu mereka juga memakan nektar,madu dan jamur.[4] Mereka juga gemar
makan durian, walaupun aromanya tajam, tetapi mereka menyukainya.[4]
Orangutan bahkan tidak perlu meninggalkan pohon mereka jika ingin minum.
Mereka biasanya meminum air yang telah terkumpul di lubang-lubang di antara
cabang pohon.[6]
Predator
Predator terbesar orangutan dewasa ini adalah manusia.[6] Selain manusia,
predator orangutan adalah macan tutul, babi, buaya, ular phyton, dan elang
hitam.[6]
Cara melindungi diri
Orangutan termasuk makhluk pemalu. Mereka jarang memperlihatkan dirinya
kepada orang atau makhluk lain yang tak dikenalnya.[butuh rujukan]
Reproduksi
Orangutan betina biasanya melahirkan pada usia 7-10 tahun dengan lama
kandungan berkisar antara 8,5 hingga 9 bulan; hampir sama dengan manusia.
Jumlah bayi yang dilahirkan seorang betina biasanya hanya satu. Bayi orangutan
dapat hidup mandiri pada usia 6-7 tahun. Kebergantungan orangutan pada
induknya merupakan yang terlama dari semua hewan, karena ada banyak hal yang
harus dipelajari untuk bisa bertahan hidup, mereka biasanya dipelihara hingga
berusia 6 tahun.[8]
Cara bergerak
Orangutan dapat bergerak cepat dari pohon ke pohon dengan cara berayun pada
cabang-cabang pohon, atau yang biasa dipanggil brachiating.[6] Mereka juga dapat
berjalan dengan kedua kakinya, namun jarang sekali ditemukan. Orang utan tidak
dapat berenang.[6]
Cara Hidup
Tidak seperti gorila dan simpanse, orangutan tidak hidup dalam sekawanan yang
besar.[4] Mereka merupakan hewan yang semi-soliter.[4] Orangutan jantan
biasanya ditemukan sendirian dan orangutan betina biasanya ditemani oleh
beberapa anaknya.[4] Orangutan adalah hewan arboreal, artinya ia hidup atau
beraktivitas di atas pohon. Hal ini berbeda dengan kera besar lainnya, seperti
gorilla dan simpanse, yang merupakan hewan terrestrial(menghabiskan hidup
ditanah).[14]
Beberapa fakta menarik
Orangutan dapat menggunakan tongkat sebagai alat bantu untuk
mengambil makanan, dan menggunakan daun sebagai pelindung sinar
matahari.[15] Orangutan Sumatera usia 6 tahun yang hidup di rawa barat
Sungai Alas Sumatera menggunakan tongkat untuk mendeteksi madu tapi
perilaku tersebut tidak pernah ditemukan di antara orangutan di wilayah
pesisir timur. Hal ini menunjukkan keragaman perilaku dalam adaptasi
lingkungan.[16]
Orangutan jantan terbesar memiliki rentangan lengan (panjang dari satu
ujung tangan ke ujung tangan yang lain apabila kedua tangan
direntangkan) mencapai 2.3 m.[8]
Orangutan jantan dapat membuat panggilan jarak jauh yang dapat didengar
dalam radius 1 km.[8] Digunakan untuk menandai/mengawasi arealnya,
memanggil sang betina, mencegah orang utan jantan lainnya yang
mengganggu. Mereka mempunyai kantung tenggorokan yang besar yang
membuat mereka mampu melakukannya.[8]
Populasi
Orangutan saat ini hanya terdapat di Sumatra dan Kalimantan, di wilayah Asia
Tenggara.[17] Karena tempat tinggalnya merupakan hutan yang lebat, maka sulit
untuk memperkirakan jumlah populasi yang tepat.[17] Di Borneo, populasi
orangutan diperkirakan sekitar 55.000 individu.[17] Di Sumatra, jumlahnya
diperkirakan sekitar 200 individu. Hal ini terjadi akibat pembukaan lahan yang
berlebihan.[17]
Ancaman
Ancaman terbesar yang tengah dialami oleh orangutan adalah habitat yang
semakin sempit karena kawasan hutan hujan yang menjadi tempat tinggalnya
dijadikan sebagai lahan kelapa sawit, pertambangan dan pepohonan ditebang
untuk diambil kayunya.[4] Orangutan telah kehilangan 80% wilayah habitatnya
dalam waktu kurang dari 20 tahun.[4] Tak jarang mereka juga dilukai dan bahkan
dibunuh oleh para petani dan pemilik lahan karena dianggap sebagai hama.[4] Jika
seekor orangutan betina ditemukan dengan anaknya, maka induknya akan dibunuh
dan anaknya kemudian dijual dalam perdagangan hewan ilegal. Pusat rehabilitasi
didirikan untuk merawat oranutan yang sakit, terluka dan yang telah kehilangan
induknya.[4] Mereka dirawat dengan tujuan untuk dikembalikan ke habitat
aslinya.[4]
Pembukaan Lahan dan Konversi Perkebunan
Di Sumatra, populasinya hanya berada di daerah Leuser, yang luasnya 2.6 juta
hektare yang mencakup Aceh dan Sumatera Utara.[18] Leuser telah dinyatakan
sebagai salah satu dari kawasan keanekaragaman hayati yang terpenting dan
ditunjuk sebagai UNESCO Warisan Hutan Hujan Tropis Sumatera pada tahun
2004.[18] Ekosistemnya menggabungkan Taman Nasional Gunung Leuser, tetapi
kebanyakan para Orangutan tinggal di luar batas area yang dilindungi, di mana
luas hutan berkurang sebesar 10-15% tiap tahunnya untuk dijadikan sebagai area
penebangan dan sebagai kawasan pertanian.[18]
Penebangan legal dan ilegal telah membawa dampak penyusutan jumlah hutan di
Sumatra.[18] Pembukaan hutan sebagai ladang sawit di Sumatra dan Kalimantan
juga telah mengakibatkan pembabatan hutan sebanyak jutaan hektare, dan semua
dataran hutan yang tidak terlindungi akan mengalami hal yang sama nantinya.[18]
Orangutan biasanya dibunuh saat mereka memasuki area perkebunan dan merusak
tanaman.[19] Hal ini sering terjadi karena orangutan tidak bisa menemukan
makanan yang mereka butuhkan di hutan tempat mereka tinggal.[19]
Perdagangan Ilegal
Saat ini diperkirakan orangutan akan menjadi spesies kera besar pertama yang
punah di alam liar.[18] Penyebab utamanya adalah berkurangnya habitat dan
perdagangan hewan.[18]
Hutan primer dunia yang tersisa merupakan dasar kesejahteraan manusia, dan
kunci dari planet yang sehat adalah keanekaragaman hayati, menyelamatkan
orangutan turut menolong mamalia, burung, reptil, amfibi, serangga, tanaman, dan
berbagain macam spesies lainnya yang hidup di hutan hujan Indonesia.[18]