Jambul hitam dengan ujung putih; mahkota dan kumis berwarna hitam, sedangkan punggung dan sayap
coklat gelap. Kerongkongan keputihan dengan garis (sebetulnya garis-garis) hitam membujur di
tengahnya. Ke bawah, ke arah dada, coret-coret hitam menyebar di atas warna kuning kecoklatan pucat,
yang pada akhirnya di sebelah bawah lagi berubah menjadi pola garis (coret-coret) rapat melintang merah
sawomatang sampai kecoklatan di atas warna pucat keputihan bulu-bulu perut dan kaki.
Bulu pada kaki menutup tungkai hingga dekat ke pangkal jari. Ekor kecoklatan dengan empat garis gelap
dan lebar melintang yang nampak jelas di sisi bawah, ujung ekor bergaris putih tipis. Betina berwarna
serupa, sedikit lebih besar.Iris mata kuning atau kecoklatan; paruh kehitaman; sera (daging di pangkal
paruh) kekuningan; kaki (jari) kekuningan. Burung muda dengan kepala, leher dan sisi bawah tubuh
berwarna coklat kayu manis terang, tanpa coretan atau garis-garis. Panduan lapangan pengenalan Burung-
burung di Jawa dan Bali.
Bunyi nyaring tinggi, berulang-ulang, klii-iiw atau ii-iiiw, bervariasi antara satu hingga tiga suku kata.
Atau bunyi bernada tinggi dan cepat kli-kli-kli-kli-kli. Sedikit banyak, suaranya ini mirip dengan suara
elang brontok meski perbedaannya cukup jelas dalam nadanya .
2. HARIMAU SUMATERA
Orang dulu berkeyakinan bahwa pantang bagi siapa pun menyebut “harimau”. Mereka harus
menyebutnya dengan panggilan yang dituakan dalam bahasa setempat ka rena harimau dianggap
makhluk yang telah lebih dulu menempati pulau ini jauh sebelum kedatangan manusia.
Di Tapanuli, Harimau Sumatera dipanggil “Ompung” yang berarti kakek atau buyut. Menurut
Budayawan Tapanuli Selatan, Sutan Tinggi Barani Perkasa Alam, asal muasalnya dapat ditelusuri dalam
legenda Batak “Babiat Setelpang”. Legenda ini mengisahkan harimau pincang yang menjaga Boru
Pareme serta anaknya, yang diasingkan ke dalam hutan. Buah dari persahabatan tersebut, terdapat
semacam kesepakatan bahwa harimau tidak akan memakan keturunan Boru Pareme. Anak dari Boru
Pareme, yaitu Raja Lontung, kelak memiliki sembilan orang anak yang menjadi marga besar suku Batak.
“Zaman dulu kalau orang Batak ketemu harimau, cukup dengan mengatakan, Lontung do au Ompung!
(Aku ini Lontung Kakek), maka harimau tidak akan menyerang kita,” jelas Sutan Barani. Masyarakat
Batak Mandailing juga percaya bahwa bila ada harimau memasuki pemukiman, itu artinya ada larangan
adat dan hukum moral yang dilanggar di pemukiman tersebut. Legenda ini lalu mewujud menjadi nilai-
nilai sosial, budaya, dan kearifan lokal yang penting dalam pelestarian harimau sumatera.
3. ORANG UTAN
Pada awalnya, diketahui orang utan mencakup dua species, yaitu orang utan Sumatra (Pongo abelii) dan
orang utan Kalimantan (Pongo pygmaeus). Baru pada sekitar tahun 2017, ditemukan spesies ketiga, yaitu
orang utan Tapanuli (Pongo tapanuliensis). Ketiga spesies tersebut masing-masing memiliki sedikit
perbedaan pada penampakan dan perilaku social.
Orang utan adalah satwa omnivora, namun mereka Sebagian besar hanya makan tumbuh-tumbuhan,
seperti buah-buahan liar, kulit pepohonan, dedaunan dan bunga. Minumannya adalah air yang mereka
seruput dari lubang-lubang di pepohonan. Orang utan membuat sarang-sarangnya di atas pohon untuk
tidur di malam hari dan beristirahat di siang hari.
Penyebab terancamnya populasi orang utan yang paling utama adalah faktor deforestasi dan kerusakan
habitat yang banyak terjadi karena konversi hutan untuk perkebunan kelapa sawit ataupun untuk lahan-
lahan pertanian lainnya. Orang utan juga merupakan target yang mudah untuk perburuan liar karena
badannya yang besar dan gerakannya yang lamban. Indukan orang utan yang ditemukan oleh pemburu
liar pada umumnya akan dibunuh dan anakan orang utan akan diambil untuk dijadikan peliharaan.
4. ANOA
Anoa [Bubalus spp.] atau yang sering disebut kerbau kerdil Sulawesi, merupakan megafauna endemik
Pulau Sulawesi. Populasinya mengalami tren penurunan. Penyebabnya, hutan yang merupakan habitatnya
dikonversi menjadi perkebunan, pertambangan, atau permukiman, serta perburuan ilegal yang masih
terjadi.
Anoa masuk daftar satwa terancam punah International Union for Conservation of Nature [IUCN] dan
Appendix 1 berdasarkan Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and
Flora [CITES]. Itu berarti selain dilindungi, anoa juga dilarang untuk diperdagangkan. Di Indonesia, anoa
termasuk daftar satwa liar prioritas konservasi nasional.