Anda di halaman 1dari 145

Anoa

Anoa adalah satwa endemik pulau Sulawesi, Indonesia. Anoa juga menjadi fauna
identitas provinsi Sulawesi Tenggara. Satwa langka dan yang dilindungi ini terdiri atas
dua spesies / jenis yaitu : Anoa Pegunungan (Bubalus Quarlesi) dan Anoa Dataran
Rendah (Bubalus Despressicornis). Kedua satwa ini tinggal dalam hutan yang jarang
dijamah manusia. Kedua spesies Anoa tersebut hanya dapat ditemukan di Sulawesi,
Indonesia. Diperkirakan saat ini terdapat kurang dari 5000 ekor yang masih bertahan
hidup. Anoa sering diburu untuk diambil kulitnya, tanduknya dan dagingnya.

Baik Anoa Pegunungan (Bubalus Quarlesi) maupun Anoa Dataran Rendah (Bubalus
Depressicornis) sejak tahun 1986 oleh IUCN Redlist dikategorikan dalam binatang
dengan status konservasi Terancam Punah atau tigak tingkat di bawah status Punah.

Secara umum, anoa mempunyai warna kulit mirip kerbau, tanduknya kurus ke belakang
serta meruncing dan agak memipih. Hidupnya berpindah- pindah tempat dan apabila
menjumpai musuhnya anoa akan mempertahankan diri dengan mencebur ke rawa-
rawa atau apabila terpaksa akan melawan dengan menggunakan tanduknya.

Anoa Dataran Rendah (Bubalus Depressicornis) sering disebut sebagai Kerbau kecil,
karena Anoa memang mirip kerbau, tetapi pendek serta lebih kecil ukurannya, kira- kira
sebesar kambing. Spesies bernama latin Bubalus Depressicornis ini disebut sebagai
Lowland Anoa, Anoa de Ilanura, atau Anoa des Plaines. Anoa yang menjadi fauna
identitas provinsi Sulawesi Tenggara ini lebih sulit diteukan dibandingkan anoa
pegunungan.

Anoa Datarab Rendah mempunyai ukuran tubuh


yang relatif lebih gemuk dibandingkan saudara dekatnya Anoa pegunungan . Panjang
tubuhnya sekitar 150 cm dengan tinggi sekitar 85 cm. Tanduk anoa dataran rendah
panjanganya sekitar 40 cm. Sedangkan berat tubuhnya mencapai 300 kg.

Anoa dataran rendah dapat hidup hingga mencapai usia 30 tahun yang matang secara
seksual pada umur 2- 3 tahun. Anoa betina melahirkan satu bayi dalam setiap masa
kehamilan. Masa kehamilannya sendiri sekitar 9- 10 bulan. Anak anoa akan mengikuti
induknya hingga berusia dewasa meskipun telah disapih saat umur 9- 10 bulan.
Sehingga tidak jarang satu induk terlihat bersama dengan 2 anak anoa yang berbeda
usia. Anoa dataran rendah hidup di habitat mulai dari hitan pantai sampai dengan
hutan dataran tinggi dengan ketinggian 1000 mdpl. Anoa menyukai daerah hutan di
tepi sungai atau danau mengingat satwa langka yang dilindungi ini selain
membutuhkan air untuk minum juga gemar berendam ketika sinar matahari
menyengat.
Anoa pegunungan (Bubalus Quarlesi) sering disebut juga sebagai Mountain Anoa, Anoa
de montagne, Anoa de Quarle, Berganoa, dan Anoa de montana.

Anoa pegunungan mempunyai ukuran tubuh yang


lebih ramping dibandingkan anoa dataran rendah. Panjang tubuhnya sekitar 122- 153
cm dengan tinggi sekitar 75 cm. Panjang tanduk anoa pegunungan sekitar 27 cm dengan
berat tubuh dewasa sekitar 150 kg. Anoa pegunungan berusia antara 20- 25 tahun yang
matang secara seksual saat berusia 2- 3 tahun. Seperti anoa datarang rendah, anoa ini
hanya melahirkan satu bayi dalam setiap masa kehamilan yang berkisar 9- 10 bulan,
Anak anoa akan mengikuti induknya hingga berusia dewasa meskipun telah disapih saat
umur 9- 10 bulan.

Anoa pegunungan berhabitat di hutan dataran tinggi hingga mencapai ketinggian 3000
mdpl meskipun terkadang anoa jenis ini terlihat turun ke pantai untuk mencari garam
mineral yang diperlukan dalam proses metabolisme.

Anoa pegunungan cenderung lebih aktif pada pagi hari, dan beristirahat saat tengah
hari. Anoa sering berlindung di bawah pohon- pohon besar, di bawah batu menjorok,
dan dlam ruang di bawah akar pohon atau berkubang di lumpur dan kolam. Tanduk
anoa digunakan untuk menyibak semak- semak atau menggali tanah. Benjolan
permukaan depan tanduk digunakan untuk menunjukkan dominasi, sedangkan pada
saat pekelahian, bagian ujung yang tajam menusuk ke atas digunakan dalam upaya
untuk melukai lawan. Ketika bersemangat, anoa pegunungan mengeluarkan suara
"moo".

Anoa semakin hari semakin langka dan sukit ditemukan, Bahkan dalam beberapa yahun
terakhir anoa dataran rendah yang menjadi maskot provinsi Sulawesi Tenggara tidak
pernah terlihat lagi. Karena itu sejak tahun 1986, IUCN Redlist memasukkan kedua
jenis anoa ini dalam status konservasi "endangered" (terancam punah). \
Hewan Langka Di Indonesia (Terancam
Punah)
Juan Dynash on hewan langka indonesia On 21.06

Hewan Langka di Indonesia

Indonesia merupakan satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi. Salah satu
faktor yang menyebabkan tingginya keanekaragaman fauna adalah luasnya wilayah tropis
Indonesia. Selain itu keanekaragaman fauna/hewan di indonesia juga disebabkan oleh garis
wallace. Garis Wallace adalah garis adalah garis hipotetis yang memisahkan wilayah geografi
fauna asia dengan australia. Terdapat pula wilayah peralihan kedua tipe fauna tersebut.

Pertumbuhan populasi yang terus meningkat dan proses industrialisasi untuk memenuhi segala
kebutuhan manusia menyebabkan upaya pelestarian lingkungan tempat tinggal fauna dan juga
flora terabaikan. Kondisi semakin memburuk dengan semakin maraknya pembalakan hutan,
perubahan fungsi hutan dari asalnya, dan faktor pencemaran lain yang disababkan manusia.
Akibatnya keanekaragaman hayati terancam. Banyak flora dan fauna yang terancam punah.

Hewan Terancam Punah Indonesia

Berikut Hewan-hewan Langka di Indonesia yang suatu ketika juga dapat punah jika tidak kita
jaga
1. Elang Jawa
Elang Jawa(Nisaetus bartelsi) merupakan satwa endemik Pulau Jawa. Elang jawa saat ini
berstatus konservasi terancam punah. Ini berarti populasi elang jawa sudah sangat sedikit.
Diperkirakan jumlah elang jawa saat ini hanya sekitar 137-188 pasang burung. Populasi elang
jawa ini menghadapi ancaman besar terhadap kelangsungan spesiesnya, terutama dari habitat
yang terus berkurang hingga eksploitasi oleh orang tidak bertanggung jawab.
Elang Jawa memiliki ciri-ciri antara lain:

 panjang tubuh dari paruh hingga ekor sedang hingga panjang(60-70 cm)
 kepala coklat kemerahan dengan jambul yang menjulang keatas( 2-4 helai bulu)
 punggung/sayap kecoklatan
 iris mata kuning atau coklat, mata kehitaman, kaki kekuningan

2. Harimau Sumatera
Harimau Sumatera adalah satu yang tersisa setelah punahnya harimau jawa dan harimau bali.
Diperkirakan populasi yang tersisa sekarang hanya sekitar 500 ekor(150 ekor pemuliaan). Salah
satu ancaman terbesar datang dari perusakan habitat atau konversi hutan yang menjadi habitat
mereka menjadi perkebunan monokultur. Para Ilmuan mengatakan hutan lindung yang ada di
Sumatera saat ini tidak cukup untuk mempertahankan populasi harimau yang ada. Sangat penting
untuk menyediakan rumah yang besar di alam jika ingin hewan megah ini tetap lestari.
3. Orang Utan
Orang Utan(Pongo sp.) merupakan satwa asli Indonesia yang populasinya tersebar di Sumatera (
Pongo abelii) dan di Kalimantan(Pongo pygmaeus). Kera berambut merah berlengan panjang ini
bertinggi badan sekitar 1.25-1.5 meter. Orang utan jantan memiliki masa tubuh sekitar 50-90 kg
dan betina sekitar 30-50 kg. Saat mencapai tingkat kematangan seksual, orangutan jantan
memiliki pelipis yang gemuk pada kedua sisi, ubun-ubun yang besar, rambut menjadi panjang
dan tumbuh janggut disekitar wajah.

Populasi Orang utan terus mengalami penurunan yang tajam akibat dari deforestasi. Orangutan
sumatera ditetapkan sebagai sangat terancam punah oleh lembaga IUCN, dengan populasi hanya
tersisa beberapa ribu, sedangkan orangutan Kalimantan dianggap Terancam. PBB mengatakan
status orangutan yang tersisa "darurat konservasi." Perusakan habitat yang disebabkan oleh mega
ekspansi perkebunan kelapa sawit adalah alasan utama orangutan menghadapi ancaman
kepunahan.

4. Gajah Sumatera
Gajah Sumatera adalah sub-spesies gajah asia yang hanya ada di Pulau Sumatera. Postur gajah
sumatera lebih kecil daripada sub-spesies gajah india. Gajah Sumatera merupakan mamalia
terbesar yang ada di Indonesia. Berat Gajah Sumatera sekitar 6 ton dan tinggi bahu 3,5 meter.
Gajah Sumatera dapat berumur hingga 60 tahun.
Populasi gajah sumatera di alam liar saat ini hanya sekitar 2000-2700 ekor(survei tahun 2000).
Penurunan jumlah populasi ini disebabkan oleh perburuan liar untuk mengambil gading gajah
dan juga penurunan luas habitat hutan yang beralih fungsi menjadi perkebunan sawit.
5. Badak Jawa
Badak Jawa pernah menjadi salah satu badak yang paling banyak tersebar. Badak ini memiliki
panjang 3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7 m. Badak ini lebih kecil daripada badak india dan lebih
dekat dalam besar tubuh dengan badak hitam. Kini Badak Jawa mengalami ancaman kepunahan
yang nyata. Status konservasinya telah berada pada fase kritis. Di Taman Nasional Ujung Kulon
kini populasinya hanya sekitar 40-50 ekor saja. Bisa dibilang Badaj jawa adalah mamalia paling
langka di muka bumi. Penyebab penurunan drastis badak jawa adalah perburuan liar untuk
mengambil cula badak. Sebab lain adalah habitat yang terus berkurang.
10 Hewan Langka Di Indonesia
19/01/2016 - Posted in Pendidikan

10 Hewan Langka Di Indonesia – Indonesia terkenal dengan kekayaan flora dan fauna.
Termasuk flora dan fauna langka juga terdapat di Indonesia. Sudah menjadi penyakit kronis di
negara-negara berkembang terjadi perburuan hewan-hewan langka. Masalahnya klasik, ekonomi.
Di pasar luar negeri, karena memang langka, harga jual hewan-hewan ini menyilaukan mata para
pemburu. Untuk itulah Indonesia membuat suatu undang-undang yang mengatur hewan langka
yang dilindungi di indonesia. Berikut adalah 10 hewan langka di indonesia dan penjelasannya.

1. Orang Utan (latin : Pongo Pygmaeus)


Ciri khas hewan langka ini ialah mempunyai rambut yang begitu panjang dibandingkan jenis
kera lain. Buah-buahan adalah makanan utama dan juga kesukaannya. Di indonesia, wilayahÂ
penyebarannya adalah dataran rendah juga hutan hujan tropis di pulau Kalimantan.

Orang Utan

2. Badak Bercula Satu (latin : Rhinoceras Sundaicus)


Adalah salah satu hewan langka khas indonesia. Walau sekarang sudah tidak banyak, hanya
sekitar 50 ekor saja dapat ditemukan di hutan ujung kulon. Merupakan hewan herbivora
pemakan daun-daunan.
Badak Bercula Satu (Rhinoceras Sundaicus)

3. Badak bercula Dua (latin : Dicerorhinus Sumatrensis)


Hampir mirip dengan badak bercula satu, hanya cula dibagian depan yang berjumlah dua. Hanya
ditemukan di wilayah Sumatera.

Badak bercula Dua (Dicerorhinus Sumatrensis)

4. Musang Congkok (latin : Prionodon Linsang)


Dengan berat mencapai 5 kg dan mempunyai panjang sekitar 71 cm hewan ini cukup gesit untuk
memanjat pepohonan. Di temukan di wilayah pegunungan Aceh dan Sumatera Barat. Mamalia
kecil dan beberapa jenis serangga adalah makanan kesukaannya.
Musang Cangkok (Prionodon Linsang)

5. Singapuar (latin : Tarsius Bancanus)


Dijuluki sebagai primata terkecil di dunia. Mempunyai berat tubuh antara 80 – 140 gram dan
panjang cuma 12 – 15 cm cukup layak bila disebut primata terkecil. Walaupun mempunyai
sepasang mata yang besar yang ukurannya melebihi volume otaknya tapi hanya dapat digunakan
pada malam hari saja. Mirip dengan burung hantu. Kepulauan Riau, kepulauan kalimantan dan
sumatera bagian selatan juga tenggara adalah habitat aslinya.

Singapuar (Tarsius Bancanus)

6. Ikan Belida (latin : Notopetrus Chitala)


Dengan panjang tubuh mencapai 87, 5 cm dan berat tubuh dapat mencapai 1 kg, cukup besar
untuk ukuran ikan air tawar. Bentuk tubuhnya seperti pisau dan makanan kesukaannya adalah
ikan-ikan kecil juga udang. Perairan air tawar di wilayah jawa dan kalimantan merupakan habitat
aslinya.
Ikan Belida (Notopetrus Chitala)

7. Harimau Sumatera ( latin : Panthera Tigris Sumatrae)


Memprihatinkan karena jumlah semua harimau sumatera hanya tinggal sekitar 500 ekor.
Penebangan hutan yang serampangan dan perburuan liar dituding sebagai penyebab langkanya
harimau ini. Hanya terdapat di hutan sumatera.

Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae)

8. Anoa ( latin : Bubalus Depressicornis)


Sekilas lebih mirip kambing dengan ukuran yang besar. Yang membedakan dengan kambing
selain ukuran tubuhnya yang besar adalah adanya tanduk runcing yang mencapai 30 cm
panjangnya. Adalah termasuk mamalia yang mempunyai kuku genap. Mempunyai habitat asli di
wilayah sulawesi.
Anoa (Bubalus Depressicornis)

9. Burung Elang Jawa ( latin : Spizaetus Bartelsi)


Mempunyai bentuk yang gagah, sayang populasinya hanya tinggal 250 ekor saja. Tersebar
hampir merata di sekitar hutan di pulau jawa seperti di gunung slamet, gunung salak, gunung
anjasmoro, gunung kawi, taman nasional baluran, taman nasional alas purwo taman nasional
gunung halimun, taman nasional gede pangrango dan taman nasional muara betiri.

Burung Elang Jawa (Spizaetus Bartelsi)

10. Babirusa (latin : babyrousa babyrussa)


Buah-buahan, tumbuh-tumbuhan, jamur dan dedaunan merupakan makanan yang biasa disantap
sehari-hari. Mempunyai taring yang mencuat keluar sebagai tameng mata dari duri dan rotan
ketika mereka mencari makan. Habitatnya meliputi pulau sulawesi, kepulauan maluku dan
sekitarnya.
Babirusa (Babyrousa Babyrussa)

Demikian tadi artikel kali ini yang berjudul 10 Hewan Langka Di Indonesia dan keterangannya.
Semoga dapat bermanfaat untuk Anda. Salam dan selamat membaca 10 Hewan Langka Di
Indonesia.

10 Binatang Langka di Indonesia


Pramudya Ksatria Budiman | 02/06/2014
Indonesia adalah negara yang mempunyai banyak sekali kekayaan. Kekayaan itu dapat kita lihat
di bidang kelautan, kehutanan, serta alamnya yang indah. Karena itu sangat banyak jenis flora
serta fauna yang dipunyai Indonesia. Tetapi, dimasa sekarang banyak flora serta fauna yang
keberadaannya telah susah kita dapatkan. Pemicunya diantaranya penebangan hutan yang amat
berlebihan, pemakaian flora yang tidak sesuai dengan kebutuhan, penangkapan hewan dalam
jumlah banyak untuk diperjualbelikan. Saat ini kami akan berbagi pada 10 Binatang Langka di
Indonesia. Apa sajakah hewan-hewan tersebut? Inilah 10 Binatang Langka di Indonesia :

1. Badak Jawa

Badak Jawa atau kerap disebut badak bercula satu ini populasinya amat langka. Kita dapat
menemukannya hanya di taman nasional Ujung Kulon yang terdapat di Banten. Badak ini kerap
diburu untuk di ambil culanya yang dipakai untuk penyembuhan atau cuma sekedar untuk bisnis
saja.

2. Anoa
Anoa datang dari daerah Sulawesi. Dari tahun ke tahun, populasinya selalu mengalami
penurunan, tak ada peningkatan. Bahkan, di sebagian daerah di Sulawesi kehadiran anoa telah
tidak ada. Habitat anoa yaitu di hutan-hutan.

3. Harimau Sumatra

Harimau Sumatra berlainan dengan harimau-harimau yang ada di seluruh dunia seperti yang ada
di India. Harimau Sumatra mempunyai ukuran badan yang lebih kecil lantaran habitatnya yang
didalam hutan, ini mempermudah harimau sumatra untuk bergerak atau untuk menangkap
mangsa. Populasi harimau sumatra saat ini telah nyaris punah.

4. Elang Jawa

Tampak dari namanya, burung ini datang dari daerah Jawa. Burung jenis ini mempunyai ciri-ciri
berbentuk jambul di kepalanya. Keberadaannya di alam telah sangat susah untuk kita temui, bila
mau lihat, kita dapat melihatnya di penangkaran atau kebun binatang.

5. Bekantan

Bekantan termasuk jenis monyet yang keberadaannya berada di Pulau Kalimantan. Hewan jenis
ini sangat gampang dikenali dengan tanda-tanda yang menonjol yaitu mempunyai hidung yang
panjang dan mempunyai rambut tubuh yang berwarna cokelat kemerah-merahan. Bekantan
dikategorikan hewan langka sejak tahun 2000.

6. Komodo
Komodo adalah jenis kadal raksasa yang asli dari Indonesia. Hewan ini terhitung hewan
karnivora meskipun seringkali mengonsumsi bangkai hewan daripada memburu hewan hidup-
hidup. Rata-rata komodo dapat meraih panjang 2-3 m serta berat 60 kg. Banyak yang
mengatakan bahwa komodo adalah hewan prasejarah yang masih hidup.

7. Merak Hijau

Burung merak Hijau jantan bisa mencapai panjang tubuh 300 cm dengan ekor yang panjang.
Juga mempunyai jambul tegak di kepalanya. Ekor panjang serta jambul dipakai oleh merak hijau
jantan untuk menarik merak hijau betina pada musim kawin. Sedangkan merak hijau betina
mempunyai ukuran badan yang lebih kecil serta bulunya yang tidak warna-warni.

8. Beruang Madu
Beruang madu ada di hutan-hutan Sumatra. Jumlah populasinya dari tahun ke tahun senantiasa
mengalami penurunan. Walapun jenis beruang, beruang madu kerap makan buah-buahan dan
juga madu. Perbedaan dengan jenis beruang lain adalah bentuk tubuhnya yang kecil serta ada
garis kuning berupa cincin diantara dada dan lehernya.

9. Jalak Bali

Dengan ukuran tubuh sedang serta bulu yang cantik, tak heran burung ini jadi langka lantaran
jadi incaran beberapa pemburu untuk diperjualbelikan. Burung ini asli endemik Indonesia yang
cuma bisa didapati di Bali. Diprediksikan jumlah Jalak Bali waktu ini sekitar 1.000 ekor.

10. Orang Utan


Orang utan merupakan jenis kera yang asli Indonesia. Hewan yang dalam bahasa Inggrisnya juga
Orang utan ini jadi langka lantaran dikarenakan beberapa faktor, diantaranya, rusaknya hutan
serta penebangan hutan jadi ladang, pabrik, serta perumahan. Orang utan dapat kita jumpai di
Pulau Kalimantan, serta orang utan mempunyai ciri-ciri berbentuk rambut tubuhnya yang
berwarna kemerah-merahan.

Nah, demikian 10 binatang langka di Indonesia yang semoga dapat menyadarkan kita begitu
pentingnya memelihara alam, yang diantaranya melindungi populasi hewan dengan tak
memburunya, tak menangkapnya untuk dijadikan binatang peliharaan atau untuk di jual. Mari
kita lestarikan satwa Indonesia. Semoga bermanfaat, terima kasih.
5 Hewan Langka Yang Ada di Indonesia
Yudhe – Hewan langka apa saja yang ada di Indonesia? sebagai warga negara Indonesia
tentunya kita semua bertanggung jawab agar untuk menjaga kelestarian alam disekitar kita
termasuk hewan, setelah kita telah mengetahui beberapa hewan langka di dunia, nah berikkut ini
merupakan 5 hewan langka yang ada di Indonesia dan mungkin belum pernah anda lihat.

1. Paradise birdwing (Ornithoptera Paradisea)

Kupu kupu langka dan indah ini hidup di Irian Jaya. Keindahannya membuatnya diburu oleh
kolektor, 1 ekor kupu kupu ini bisa dihargai 4 juta rupiah. Seperti kebanyakan kupu-kupu,
Paradise birdwing jantan memiliki warna yang jauh lebih indah dari betinanya yang hanya
berwarna coklat. Panjang kupu kupu ini dari sayap ke sayap adalah 14 – 19 cm.

2. Tarsius kerdil (Tarsius Pumilus)

Tarsius adalah monyet terkecil di dunia, ditemukan di Taman Nasional Lore Lindu, Sulawesi
Tengah, oleh Sharon Gursky-Doyen dari antropologi Texas A&M University, AS. Sebelumnya
tarsius kerdil ini terlihat 80 tahun sebelumnya, dan baru terlihat 4 kali. Sayangnya monyet langka
ini meninggal saat tak sengaja tertangkap dalam jerat tikus yang dipasang.

3. Sunfish (Mola Mola)


Ikan mola mola atau ikan matahari adalah ikan bertulang terberat di dunia, dengan berat dewasa
sekitar 2 Ton dan panjang mencapai 3 m. Bentuknya yang bulat seperti matahari membuatnya
dijuluki sunfish atau ikan matahari. Penyelam di bali sering kali mendapat kesempatan untuk
melihat ikan ini. Ikan mola mola ini dikonsumsi oleh orang Jepang dan Taiwan.

4. Orchid Mantis(Hymenopus Coronatus)

Bentuknya yang sangat indah, kombinasi warna pink dan putih menyerupai bunga anggrek,
belalang sembah Anggrek ini ternyata asli dari Sumatra namun juga ditemukan di Malaysia.
Belalang jantan panjangnya hanyalah 3cm, setengah dari belalang betina yaitu 6cm.

Makanan utama belalang sembah adalah lalat, dan serangga lainnya. Sayangnya belalang ini sulit
ditemukan karena ukurannya yang kecil dan keberadaannya yang sudah mulai jarang, selain itu
kolektor juga gemar mengkoleksinya karena bentuknya yang sangat indah.

5. Proboscis Monkey (Nasalis Larvatus)


Salah satu lagi fauna Indonesia / Malaysia yang kini juga mulai jarang. Di Indonesia, monyet ini
lebih dikenal sebagai Bekantan , dapat ditemui di Kalimantan. Hidungnya yang panjang adalah
salah satu keunikan monyet ini, namun ternyata hanya bekantan jantan lah yang memiliki hidung
panjang.

Bekantan hidup di hutan bakau, dan seperti layaknya monyet lainnya makanan kesukaan
bekantan adalah buah, biji bijian dan juga daun. Saat ini, hanya tersisa 1000 ekor bekantan,
menurun jauh dari 6700 di 1977. Hewan ini dilindungi di Taman Nasional Tanjung Puting.
10 Hewan Langka Di Dunia Yang Akan
Membuat Takjub
Rizka Damayanti Animals

DaftarMenarik.Com, Inilah Hewan Langka Di Dunia - Berbagai macam fauna hidup di dunia ini. Ternyata
ada beberapa jenis hewan yang tergolong unik dan langka yang masih hidup di dunia saat ini. Hewan
hewan langka memang mengundang decak kagum saat melihatnya. Jika anda penasaran seperti apa,
berikut kami berikan ulasan mengenai 10 hewan langka di dunia.

ADVERTISEMENT

Daftar Hewan Paling Langka Di Dunia


1 Saola

Saola adalah sejenis kambing yang hidup di daerah vietnam dan laos. Bentuknya yang mirip kambing
tetapi tingginya 3 mter. Ekornya kecil, telinganya panjang akan tetapi warnanya bintik putih serta garis
garis pada bagian wajahnya.

2 Dugong
Dugong masuk dalam 10 hewan langka dunia. Hewan ini hidup dilaut. Tubuhnya panjang dan berwarna
abu abu. Siripnya menuju ke kepala. Sepintas terlihat seperti lumba-lumba akan tetapi mulutnya
kesamping. Dugong juga termasuk binatang aneh di dunia.

3 Addax

Addax merupakan binatang yang aslinya di temukan di gurun sahara. Bentuknya seperti kijang tapi
tanduknya melengkung. Bentuknya yang aneh dan populasinya yang sedikit membuat hewan ini masuk
dalam 10 hewan langka di dunia.

4 Monito del Monte


Hewan terunik di dunia ini adalah berbentuk seperti tikus tetapi hidup dengan bergelantungan di pohon
seperti monyet. Dia juga memakan buah seperti monyet. Diperkirakan telah punah ratusan tahun yang
lalu tetapi ternyata di temukan beberapa waktu lalu di spanyol.

5 Baiji

Baiji adalah lumba-lumba di sungai yangtze china. Karena habitatnya yang berbeda dengan aslinya
hewan ini masuk dalam 10 hewan langka di dunia.

6 Olm
Hewan ini ditemukan di gua gua eropa barat. Sepintas mirip seekor ular akan tetapi dia adalah seekor
kadal. Binatang ini mengandalkan indera pendengaran dan penciuman karena tak bisa melihat.

7 Hiu Berjumbai

Hiu merupakan binatang purba yang masih ada. Hiu berjumbai merupakan binatang langka karena
ekornya yang berbentuk rumbai.

8 Kelelawar Bumblebee
Hewan ini termasuk hewan langka karena bentuk ukurannya yang kecil dibanding ukuran normal yaitu 1
inchi. Tak hanya itu mulutnya juga berbentuk seperti moncong babi.

9 Kakapo

Adalah jenis kakaktua yang hidup di selandia baru. Hewan ini sangat langka di dunia karena merupakan
kakaktua yang tak bisa terbang.

10 Solenedon
Binatang ini mirip tikus hanya saja moncongnya bersisik. Tak hanya itu binatang ini juga memiliki racun
yang sangat berbisa. Solenedon bisa mengeluarkan racun ular berbisa untuk membunuh lawannya.

Binatang langka di dunia tak hanya karena populasinya yang tinggal sedikit. Tetapi karena bentuk dan
kemampuannya yang unik dan menakjubkan. Ulasan di atas menunjukkan ternyata 10 binatang langka
di dunia memiliki bentuk yang unik, aneh serta kemampuan yang luar biasa. Binatang-binatang tersebut
langka karena populasinya tinggal sedikit di dunia serta bentuknya yang tak wajar.
12 Hewan Langka yang Sudah Punah
22:28 flora fauna, info pintar 2 comments

Hewan yang Sudah Punah - Infounik-pintar akan membahas binatang unik dan aneh yang
mungkin kalian belum pernah melihat karena hewan ini sudah punah. Hewan yang punah
disebabkan antara lain habitat mereka yang rusak oleh manusia maupun alam tetapi kebanyakan
adalah kesalahan dari manusia yang sangat tidak peduli terhadap kelangsungan hidup hewan -
hewan berikut tanpa memikirkan akibatnya. Akibatnya hewan berikut punah dari muka bumi dan
jadi kenangan belaka. Berikut gambar dari hewan yang sudah punah :

1. Beruang Atlas

Beruang atlas adalah satu-satunya beruang asli dari Afrika, hidup di pegunungan Atlas, Maroko sampai
Libya, dan sudah punah. Penyebab utama kepunahannya yaitu banyak diburu dan eksekusi penjahat
adbestias ketika perluasan kekuasaan kekaisaran Romawi – Afrika Utara. Specimen terakhir
kemungkinan mati di buru pada tahun 1870an di Maroko Utara di Gunung Rif.

2. Dodo
Dodo atau dengan bahasa lainnya Raphus cucullatus adalah burung yang tidak bisa terbang, hidupnya di
pulau Mauritius, Burung ini masih berkerabat dengan merpati. Tinggi Dodo ini sekitar satu meter,
makanannya buah-buahan dan sarangnya di tanah.
Dodo punah di akhir abad ke 17, kepunahannya terjadi akibat aktivitas manusia dan sering dijadikan
arkatipe. Dodo merupakan burung yang tidak takut pada manusia karena ketidakmampuannya untuk
terbang membuatnya mudah ditangkap oleh manusia.

3. Elang Haast

Elang haast ini hidup di daerah Pulau Selatan di Selandia Baru. Elang ini merupakan elang terbesar yang
pernah hidup dikenal juga dengan nama Elang Harpagonis atau Pouakai atau hakawai yang mengacu
pada angkasa dihiasai Berkik selandia Baru.
Elang ini juga memangsa burung yang tidak bisa terbang termasuk moa, yang menjadi salah satu faktor
moa dalam kepunahan. Setelah moa punah otomatis sumbermakanan berkurang oleh sebab itu salah
satu penyebab burung hast punah.
4. Emu Tasmania

Emu Tasmania hewan ini hidup di Pulau Tasmania, merupakan subspecies emu yang sudah punah.
Binatang ini hanya diketahui pada tulang subfosil. Populasi emu tasmania ini lebih besar dibanding emu
pulau lain seperti, emu pulau king dan emu pulau kangguru.

5. Harimau Bali

Harimau bali merupakan subspecies dari harimau yang telah punah, habitatnya sesuai namanya yaitu di
pulau bali. Harimau ini adalah salah satu dari subspecies harimau yang ada di indonesia yaitu harimau
Sumatera (specias terancam punah) dan harimau Jawa (sudah punah).
Harimau ini harimau terkecil dari tiga subspecies harimau yang ada di Indonesia, harimau ini dinyatakan
punah pada tgl 27 September 1937 dan harimau yang terakhir di tembak pada tahun 1925, harimau ini
punah akibat dari pemburuan dan kehilangan habitat

6. Harimau Jawa

Harimau jawa ini dinyatakan punah pada tahun 1980-an, penyebabnya tak lain adalah perburuan dan
kehilangan habitat secara drastis akibat dan perkembangan lahan pertanian. Kemungkinan terjadinya
kepunahan pada tahun 1950-an dan ketika itu diperkitakan tinggal 35 ekor harimau jawa ini.

7. Moa Raksasa

Hewan punah Moa Raksasa dengan tinggi 3 M dan beratnya mencapai 300 kg. Moa Raksasa ini punah
pada tahun 1500an, penyebab kepunahannya sama seperti Moa biasa lainnya.
8. Harimau Tasmania

Harimau tasmania hewan yang punggungnya mempunyai corak belang, ada juga yang menyebutnya
serigala Tasmania. Hean ini hidup di Australian dan di pulau Papua. Harimu ini dinyatakan punah pada
abad ke 20. Kepunahan hewan ini karena serangan penyakit dan gangguan manusaia akan habitatnya.

9. Moa

Moa berhabitat di daerah Selandia Baru, moa merupakan jenis burung yang tidak bisa terbang karena
tidak memiki sayap. Moa adalah santapan Elang Haast (punah) yang merupakan elang terbesar d dunia.
Kepunahan Moa ini akibat dai perburuan dan peyempitan habitat (pembersihan hutan) oleh suku Maori.
Moa diperkirakan habis tiada sisa pada tahun 1500an.

10. Quagga
Hewan punah Qoagga yaitu binatang yang mirip kuda Zebra mereka dapat di temukan di sejumlah
daerah Afrika Selatan. Quaagga adalah campuran antara Kuda dengan Zebra. Quagga akhirnya punah
akibat dari pemburuan untuk di manfaatkan daging dan kulitnya.

11. Sapi Laut Steller

Hewan Punah Sapi laut Steller merupakan Mamalia Sirenia besar, mereka di temukan di daerah pantai
Laut Bering di Benua Asia. Penyelidik alam yang bernama Georg Steller menemukan Kepulauan
Komander dan menemukan sapi laut ini dan di berinama sesuai namanya pada tahun 1741. Sapi laut
steller ini salah satu penyebab punah akibat terganggu habitatnya dengan kedatangn manusia

12. Kelinci Walabi Timur


Hewan Walibi-Kelinci Timur punah akibat dari dampak buruk dari pola bakar ladang yang berpindah-
pindah. Hewan ini punah pada bulan Agustus 1889. Habitat asal binatang ini dulu di dataran pedalaman
Australia bagian tenggara dan memiliki kebiasaan seperti kelinci

Inilah 12 hewan yang sudah punah dan hanya bisa dilihat di museum dan hanya di gambar saja, jadi kita
harus lestarikan hewan dan jangan egois dengan kemauan sendiri.

Artikel Lainnya
ewan Langka yang Dilindungi di Indonesia
(Lengkap dengan Nama Latin)
giewahyudi | 23 August, 2012 | Bumi Gie | 16 Comments

Dalam tulisan kali ini, saya akan mempublikasikan daftar hewan langka yang dilindungi di
Indonesia yang diatur dalam PP No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tanaman dan
Satwa Liar. Peraturan Pemerintah ini mengatur hal-ikwal perburuan pada musim berburu. Daftar
hewan langka yang dilindungi di Indonesia di bawah ini menunjukkan bahwa hewan-hewan
langka ini tidak boleh diburu pada masa berburu.Pemburu yang tertangkap melakukan perburuan
hewan-hewan langka ini bisa dijerat hukum yang berlaku. Berikut daftar hewan langka yang
dilindungi di Indonesia.

1. Anoa (Bubalus guarlesi dan Bubalus depressicornis)

Anoa merupakan satwa endemik Pulau Sulawesi, khususnya Sulawesi Tenggara. Terdapat dua
spesies Anoa yaitu Anoa Pegunungan (Bubalus guarlesi) dan Anoa Dataran Rendah (Bubalus
depressicornis). Secara fisik Anoa mirip kerbau tapi memiliki tanduk lurus meruncing ke arah
belakang dan memiliki berat antara 150 kg sampai 300 kg, kira-kira sebesar kambing. Anoa
masih bisa ditemukan di daerah Amolengo, Tanjung Peropa, Buto Utara,Tanjung Batikolo,
Lambusango, dan Mangolo. Namun karena aktivitas pertambangan dan perambahan hutan, saat
ini diperkirakan jumlah Anoa tidak sampai 1.000 ekor.
2. Badak Bercula Satu atau Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus)

Badak Bercula Satu adalah satu dari lima spesies badak yang masih bertahan di muka bumi
sampai saat ini. Badak Bercula Satu bisa dikatakan sebagai mamalia yang paling langka di dunia
karena kulitnya seperti baju baja serupa dengan hewan-hewan purbakala. Dari pantauan pihak
Taman Nasional Ujung Kulon, sampai saat ini sudah terpantau 35 spesies Rhinoceros sondaicus
yang hidup bebas di taman nasional di ujung Barat Pulau Jawa ini. Selain untuk mengamati
perilaku reproduksi Rhinoceros sondaicus, pihak Taman Nasional Ujung Kulon juga memasang
kamera pengintai untuk mencegah pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

3. Beo Nias (Gracula religiosa robusta)

Salah satu satwa kebanggaan orang Nias adalah Burung Beo Nias yang mempunyai nama latin
Gracula religiosa robusta. Burung Beo Nias terkenal dengan kepandaiannya dalam berbicara dan
menirukan berbagai suara. Burung Beo Nias secara endemic hidup di hutan-hutan basah dengan
membuat lubang pada batang pohon-pohon yang tinggi. Selain suaranya, Burung Beo Nias juga
menarik karena memiliki bentuk tubuh yang kekar, bulu yang mengkilap, dan sepasang cuping
telinga yang menyatu dan menggelambir ke arah leher. Burung Beo Nias dulunya terdapat di
daerah Teluk Dalam, Gomo, Lahusa, Alasa, dan sampai Gunung Sitoli. Sayangnya saat ini
keberadaan Burung Beo Nias makin susah ditemukan karena perburuan pihak bertanggung
jawab.
4. Beruang Madu (Helarctos malayanus)

Beruang Madu merupakan jenis beruang dengan ukuran terkecil di dunia dengna panjang
mencapai 1,40 meter. Satwa langka yang menjadi maskot Kota Bengkulu dan Kota Balikpapan
ini merupakan salah satu satwa langka yang dilindungi. Meskipun penyebarannya mencakup
Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan, saat ini keberadaannya di alam bebas sulit ditemukan.
Satwa langka yang memiliki nama latin Helarctos malayanus ini memiliki tubuh berwarna hitam
legam dengan sedikit bulu-bulu putih kekuningan berbentuk “V” dibagian dadanya. Mulutnya
berwarna lebih cerah dari warna badannya. Beruang madu memiliki kuku yang panjang untuk
memanjat pohon. Makanan kesukaannya adalah sarang lebah sehingga beruang terkecil ini
dinamakan Beruang Madu.
5. Burung Cenderawasih Mati-Kawat (Seleucidis melanoleuca)

Keindahan Burung Cenderawasih sudah terkenal ke seluruh penjuru dunia sehingga burung ini
disebut sebagai Bird of Paradise. Burung Surga yang hanya ditemukan di Pulau Papua ini
memiliki sampai 30 spesies yang salah satunya adalah Seleucidis melanoleuca yang dilindungi
negara. Spesies yang juga dinamakan Twelve-wired Bird of Paradise ini memiliki paruh yang
panjang dan ekor yang pendek. Burung pengkicau ini memiliki cirri khas bulu kecil seperti
kawat yang melengkung ke atas, namun kawat ini hanya ditemui pada spesies jantan. Bulu kawat
ini tidak bisa dilihat dari jarah jauh dan kadang hanya bisa dikenali dari suara kepakan sayap saat
terbang. Burung Cenderawasih Mati-kawat ini bisa ditemukan di Pulau Salawati (Papua Barat)
sampai Sungai Membramo dan Teluk Milne (Papua Nugini).
6. Elang Bondol (Haliastur indus)

Elang Bondol seharusnya menjadi satwa terkenal karena pemilik nama latin Haliastur indus ini
menjadi maskot Provinsi DKI Jakarta. Namun tidak banyak yang menyadari keberadaan Elang
Bondol, padahal Elang Bondol sempat dijadikan logo Busway Transjakarta. Elang Bondol
gampang dikenali dengan bagian kepala yang berwarna putih dan badan yang berwarna cokelat
pirang. Karena berkepala putih, Elang Bondol seolah-olah bulu pada kepalanya terkelupas
sehingga disebut Elang Bondol. Saat ini Elang Bondol hanya bisa didapatkan di Kepulauan
Seribu, padahal dulu Elang Bondol banyak hidup di pesisir Jakarta Utara. Mirisnya, Elang
Bondol yang seharunya dilindungi negara malah diperdagangkan secara ilegal di situs jual beli,
salah satunya di Berniaga.Com.
7. Elang Jawa (Nizaetus bartelsi)

Elang Jawa yang mempunyai nama latin Nizaetus bartelsi merupakan satwa endemik Pulau
Jawa. Elang Jawa ini merupakan satwa yang paling mirip dengan lambang Negara Republik
Indonesia, Burung Garuda. Mirisnya, jumlah Elang Jawa semakin menurun karena perburuan
ilegal. Elang Jawa memiliki ukuran tubuh yang cukup besar mencapai 70 cm dengan jambul
yang mencapai panjang 12 cm. Selain jambul panjangnya, Elang Jawa juga memiliki tengkuk
yang berwarna coklat kekuningan, kalau terkena sinar matahari akan terlihat keemasan. Warna
tubuhnya didominasi warna coklat dengan garis-garis hitam yang terlihat jelas saat terbang.
Elang Jawa sebenarnya menyebar hampir di seluruh Pulau Jawa, namun kini Elang Jawa hanya
tinggal di hutan-hutan primer untuk menghindari para pemburu.
8. Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus)

Gajah Sumatera merupakan mamalia terbesar di Indonesia, sayangnya jumlah populasi pemilik
nama latin Elephas maximu sumatranus ini berkurang drastis. Selain perburuan gadingnya,
Gajah Sumatera juga kerap dibunuh karena merusak perkebunan warga, seperti yang terjadi di
Taman Nasional Tesso Nilo beberapa waktu lalu. Pembukaan hutan secara besar-besaran
menghancurkan ekosistem Gajah Sumatera sehingga hewan langka yang harus dilindungi ini
malah “disiksa di rumahnya sendiri”. Berdasarkan survei terakhir, saat ini jumlah Gajah
Sumatera diperkirakan hanya sekitar 300 ekor. Kita hanya bisa berharap pada konservasi gajah di
Taman Nasional Way Kambas sehingga Gajah Sumatera tetap lestari.
9. Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatraensis)

Harimau Sumatera merupakan subspesies harimau terkecil yang masih ada. Jumlah populasi
Harimau Sumatera juga terbilang kecil karena tidak mencapai angka 500 ekor. Perambahan
hutan dan perburuan ilegal menjadi penyebab utama menurunnya jumlah populasi Harimau
Sumatera. Harimau Sumatera dikenal unik karena memiliki tubuh dengan pola berwarna hitam
yang cukup tebal dibanding subspesies lainnya. Jarak antara belangnya cukup dekat dan kadang
terlihat berdempetan. Warna badan Harimau Sumatera juga yang paling gelap di antara
subspesies harimau lainnya, mulai dari kuning kemerahan sampai oranye tua. Harimau Sumatera
memiliki selaput di sela jari-jarinya yang memungkinkannya untuk berenang dengan cepat.
10. Ikan Belida (Notopterus chilata)

Awalnya Ikan Belida berasal dari Kalimantan, lalu menyebar ke Sumatera, Jawa, dan sampai ke
beberapa negara tetangga. Ikan Belida hidup di sungai-sungai dan daerah yang kerap terkena
banjir, tapi ikan yang bernama latin Notopteros chilata ini tidak bisa hidup di daerah yang lebih
tinggi dari 30 mdpl. Ikan air tawar ini merupakan predator yang memakan ikan-ikan kecil dan
hanya beraktivitas di malam hari (nokturnal). Ikan yang memiliki punggung menyerupai bentuk
pisau ini dulunya digunakan sebagai bahan empek-empek dan kerupuk kemplang khas
Palembang. Ikan yang memiliki ciri khas bola-bola hitam yang dilingkari dengan warna putih ini
semakin langka karena perburuan dan kualitas mutu air sungai yang terus menurun.
11. Jalak Bali (Leucopsar rothschildi)

Kemasyhuran Jalak Bali sudah terkenal ke seluruh penjuru dunia. Tidak hanya memiliki suara
yang bagus, Jalak Bali juga mempunyai bentuk tubuh yang indah. Jalak Bali memiliki bulu
berwarna putih hampir di seluruh tubuhnya kecuali pada bagian ujung ekor dan ujung sayapnya
yang berwarna hitam. Uniknya, pada bagian pipi tidak ditumbuhi bulu dan berwarna biru.
Sedangkan kaki spesies Leucopsar rothschildi ini berwarna keabu-abuan. Karena keunikannya,
Jalak Bali dijadikan maskot Provinsi Bali. Karena penampilannya yang indah, Jalak Bali menjadi
burung favorit bagi para kolektor dan pecinta burung. Permintaan ini yang menyebabkan
populasi Jalak Bali semakin berkurang, selain juga karena hilangnya habitat aslinya.
12. Kepodang (Origolus chinensis)
13. Komodo (Varanus komodoensis)

14. Kuau Besar (Argusianus argus)


15. Maleo (Macrocephalon maleo)
16. Nuri Raja (Alisterus amboinensis)

17. Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris)


18. Rangkong (Rhyticeros cassidix)
19. Rusa Timor (Cervus timorensis)

20. Siluk Merah (Sclerophages formosus)


21. Tangkasi (Tarsius spectrum)
Kalau kamu melihat hewan-hewan langka yang dilindungi di Indonesia ini dipelihara di
rumahmu, di rumah tetanggamu, atau di manapun, silahkan laporkan ke pihak berwajib.
Jenis Burung Langka dan Endemik di Sulawesi

unikposts -
Burung atau unggas adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata)
yang memiliki bulu dan sayap. Jenis-jenis burung begitu bervariasi, mulai dari burung
kolibri yang kecil mungil hingga burung unta, yang lebih tinggi dari orang. Diperkirakan
terdapat 8.800 sampai 10.200 spesies burung di seluruh dunia, 1.500 jenis di antaranya
ditemukan di Indonesia. Berbagai jenis burung ini secara ilmiah digolongkan ke dalam
kelas Aves.

Maleo Senkawor
Sulawesi adalah sebuah pulau dalam wilayah Indonesia yang terletak di antara Pulau
Kalimantan di sebelah barat dan Kepulauan Maluku di sebelah timur. Pulau Sulawesi
atau dikenal juga dengan nama Celebes Island memiliki aneka ragam satwa langka
yang jarang atau bahkan tidak bisa ditemukan di tempat lain, terutama yang populasi
endemiknya berada di Pulau Sulawesi. Beberapa burung langka dan endemik di pulau
Sulawesi ini bahkan statusnya sudah dianggap punah, namun beruntung akhirnya
ditemukan kembali.

1. Maleo
Maleo Senkawor atau Maleo, yang dalam nama ilmiahnya Macrocephalon maleo
adalah sejenis burung gosong berukuran sedang, dengan panjang 55 sentimeter, dan
merupakan satu-satunya burung di dalam genus tunggal Macrocephalon. Burung Maleo
adalah termasuk satwa burung langka yang dilindungi pemerintah Indonesia, yang
populasi endemiknya hanya ditemukan di hutan tropis pulau Sulawesi, terutama di
Sulawesi Tengah, lebih khusus lagi yakni Kabupaten Banggai dan Kabupaten Sigi.
Berdasarkan dari tingkat susutnya habitat hutan yang terus berlanjut, tingkat kematian
anak burung yang tinggi, populasi yang terus menyusut serta daerah dimana burung ini
ditemukan sangat terbatas, Burung Maleo dikategorikan sebagai terancam punah di
dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendice I. Maleo adalah
monogami spesies, dan makanan utamanya adalah aneka biji-bijian, buah, semut,
kumbang serta berbagai jenis hewan kecil.

Ciri-ciri dari burung Maleo adalah berukuran sedang, panjang 55 sentimeter. Bulu
berwarna hitam, kulit area mata berwarna kuning, iris mata merah kecoklatan, kaki abu-
abu, paruh jingga dan bulu sisi bawah berwarna merah-muda keputihan. Di atas
kepalanya terdapat tanduk atau jambul keras berwarna hitam. Ciri Maleo Jantan dan
betina serupa. Namun, maleo betina berukuran lebih kecil dan berwarna lebih kelam
dibanding burung maleo jantan. Hal yang unik dari burung Maleo adalah, ukuran
telurnya yang besar 11 sentimeter (8 kali lebih besar dari ukuran telur ayam), dan
memiliki berat 240 gram hingga 270 gram perbutir. Anak burung Maleo sudah bisa
terbang saat baru menetas dari telurnya. Burung Maleo berkembang biak dengan cara
mengeram telut-telurnya dalam timbunan pasir, umumnya sering ditemui di sepanjang
pesisir pantai Tanjung Matop, Tolitoli, Sulawesi Tengah.

2. Anis-bentet Sangihe
Anis-bentet sangihe (Colluricincla sanghirensis) adalah spesies burung dari keluarga
Colluricinclidae. Ini merupakan burung endemik Indonesia. Habitat burung ini di
kawasan Hutan pegunungan dengan iklim subtropik atau tropis lembap. Hewan ini
termasuk hewan yang terancam, karena kehilangan habitat. Dalam Bahasa Inggris
burung ini disebut dengan nama Sangihe Shrike-thrush. Mereka adalah burung
endemik Sulawesi, atau hanya bisa ditemukan di habitat aslinya di Pulau Sulawesi,
Indonesia, tepatnya di Kepulauan Sangihe Sulawesi Utara. Habitat populasi burung ini
sudah menurun dalam cakupan dan kualitas populasi semakin kecil dan terus
berkurang jumlahnya.

Karena situasi populasi yang mengkhawatirkan itu, maka burung ini diklasifikasikan
sebagai sangat terancam punah. Ciri-ciri burung ini adalah, ukurannya 17 cm, warna
Coklat Olive pada bagian atas, coklat tua pada bagian bahu dan bawah punggung.
Pada bagian bawahnya lagi coklat pucat dan kaki hitam. Coklat zaitun pada area kuning
tenggorokan. Suaranya keras, nadanya seperti lagu dengan banyak pengulangan dan
lembut, bunyinya kedengaran seperti Chweep…chweep..chweep. Populasinya mungkin
akan sangat rendah jumlahnya (kurang dari 100 burung) mengingat daerah kecil habitat
yang tersisa, dan kebanyakan dijumpai di Gunung Sahendaruman dan Gunung
Sahengbalira.

3. Gagak Banggai
Gagak Banggai (Corvus Unicolor) atau Banggai Crow adalah burung endemik
Kepulauan Banggai, Sulawesi Tengah yang sangat langka dan termasuk dalam daftar
18 burung paling langka di Indonesia dengan status Critically Endangered (kritis),
bahkan pernah dianggap sudah punah. Burung langka ini ditemukan kembali pada
survei di Pulau Peleng pada 2007/2008. Selama lebih dari satu abad gagak Banggai
hanya ditemukan dua spesies yang ada di sebuah pulau tidak dikenal di kepulauan
Banggai antara 1884 - 1885. Burung ini tetap menjadi teka-teki untuk waktu yang lama.

Terdaftar sebagai spesies rentan pada 1994 pada IUCN Red List, kemudian burung ini
berstatus sebagai rentan pada 2000. Dan pada 2006, gagak ini lebih lanjut terdaftar
sebagai satwa mungkin punah. Untung hal ini tidak benar dan statusnya diganti lagi
menjadi kritis pada 2007 Red List. Populasi habitatnya adalah hutan dengan ketinggian
hingga 900 meter dari permukaan laut (dpl). Burung ini diketahui dari dua spesimen
yang ditemukan antara tahun 1884-1885 dari salah satu pulau di kepulauan Banggai,
Sulawesi Tengah.

Setelah penemuan itu Gagak Banggai tidak pernah lagi dijumpai hingga pada tahun
2008 seorang ornitologis (ahli burung) Indonesia yang bernama Muhammad Indrawan
berhasil memotret dan mendapatkan foto dua spesies Gagak Banggai di pulau Peleng,
pulau dengan luas 2.340 kilometer persegi, salah satu pulau di kepulauan Banggai.
Populasinya diperkirakan hanya berkisar antara 30-200 ekor. Ciri-cirinya adalah ukuran
panjang tubuh 39 cm dan bulunya yang hitam. Iris mata berwarna lebih gelap
dibandingkan gagak hutan, ekornya juga lebih pendek dibandingkan ekor gagak hutan.
Suaranya tinggi dengan nada yang lebih cepat bila dibandingkan suara gagak hutan.
Biasanya gagak ini dianggap sebagai subspesies dari Corvus enca, namun bulunya
yang hitam legam menyerupai gagak Piping.

4. Elang Bondol
Elang bondol (Haliastur Indus) adalah spesies dari genus Haliastur. Burung Elang
Bondol berukuran sedang (45 cm), berwarna putih dan coklat pirang. Populasi habitat
burung ini selain di Sulawesi, juga tersebar di seluruh Indonesia, kecuali di Jawa dan
Bali jarang ditemui. Populasi habitatnya di wilayah pantai dan kepulauan di daerah
tropis. Juga masih dapat ditemukan di lahan basah dan hutan dataran rendah sampai
ketinggian 2000 meter di pedalaman yang jauh dari pantai.

Ciri-cirinya berukuran sedang 45 sentimeter, berwarna putih dan coklat pirang. Elang
bondol dewasa memiliki warna kepala, leher, dan dada putih, sementara sayap,
punggung, ekor, dan perut coklat terang, kontras dengan bulu utama yang hitam. Elang
bondol remaja, tubuh kecoklatan dengan coretan pada dada. Warna berubah menjadi
putih keabu-abuan pada tahun kedua, dan mencapai bulu dewasa sepenuhnya pada
tahun ketiga. Ujung ekor bundar. Iris coklat, paruh dan sera abu-abu kehijauan, kaki
dan tungkai kuning suram. Ketika dewasa, karakter tubuhnya adalah, kepala, leher,
dada putih. Sayap, punggung, ekor, dan perut coklat terang.

Makanan utama burung elang bondol bervariasi, diantaranya mereka memakan


kepiting, udang, dan ikan, memangsa burung, anak ayam, serangga, dan mamalia
kecil. Mereka berkembang biak dengan cara bertelur 2 - 4 butir, dan dierami selama 28
- 35 hari dengan membuat sarang dari susunan patahan batang, ranting, rumput, daun
dan sampah, di atas bangunan atau cabang pohon yang tersembunyi dengan
ketinggian 6 - 50 meter dari permukaan tanah. Bila bersarang di hutan mangrove,
ketinggian sarang hanya 2 - 8 meter. Anak burung Elang Bondol mulai belajar terbang
dan meninggalkan sarang umur 40 - 56 hari dan menjadi dewasa hidup mandiri dua
bulan kemudian.

5. Kakatua-kecil Jambul-kuning
Burung Kakatua Kecil Jambul Kuning (Cacatua Sulphurea) adalah burung yang
tersebar di Sulawesi, berukuran sedang dari marga cacatua, dengan ukuran panjang 35
sentimeter. Ciri-cirinya adalah hampir semua bulunya berwarna putih, dan terdapat
jambul berwarna kuning yang dapat ditegakkan di kepalanya. Paruhnya berwarna
hitam, kulit di area matanya berwarna kebiruan dan kakinya berwarna abu-abu. Bulu
sayap dan ekornya juga berwarna kuning. Daerah sebaran kakatua jenis ini adalah
Kepulauan Sunda Kecil, Sulawesi, Bali, dan Timor, di tempat yang masih terdapat
hutan-hutan primer dan subordinat.

Pakan unggas cerdas ini terdiri dari biji-bijian, kacang, dan aneka buah-buahan. Burung
betina menetaskan antara dua sampai tiga telur dalam sarangnya di lubang pohon.
Mereka bersarang dan bertelur di lubang-lubang pohon hutan primer atau subordinat,
dengan jumlah telur dua sampai tiga butir. Selain di Sulawesi, burung ini juga
ditemukan di di kepulauan Sunda Kecil, Bali, Timor Barat dan Negara Timor Leste,
dimana terdapat hutan-hutan primer dan subordinat. Makanan utamanya adalah biji-
bijian, kacang dan aneka buah-buahan.

6. Burung-madu Sangihe
Burung Madu Sangihe (Aethopyga Duyvenbodei) atau Sanghir Sunbird (Elegant
Sunbird). merupakan satwa burung langka endemik Kepulauan Sangihe, Sulawesi
Utara. Burung ini termasuk satu diantara burung langka Indonesia yang berstatus
endangered (terancam punah), dan karena persebarannya yang terbatas di Kepulauan
Sangihe dan beberapa pulau disekitarnya, burung pemakan madu ini pernah dianggap
sebagai burung paling langka di kawasan Wallacea (Indonesia bagian tengah). Burung
ini sulit terlihat, terutama saat memakan madu di tajuk pohon yang tinggi. Karena
daerah sebaran burung ini yang terbatas dan jumlah populasinya yang semakin
menurun, maka IUCN Redlist menetapkan Burung-Madu Sangihe dalam status
konservasi endangered (terancam punah). Oleh Pemerintah Indonesia, burung ini juga
termasuk dalam burung yang dilindungi oleh undang-undang.

Ciri-ciri burung berukuran kecil 12 sentimeter. Burung jantan memiliki bulu bagian
kepala atas berwarna hijau metalik dan biru, area telinga berwarna ungu kebiruan,
sedangkan bagian punggung berwarna kekuningan, tunggir dan tenggorokan kuning.
Burung betina bagian atasnya berwarna zaitun kekuningan, sedangkan bagian tunggir,
tenggorokan, dan bagian bawah berwarna kuning. Paruhnya relatif panjang dan
melengkung. Ukurannya yang kecil dan gerakannya gesit sehingga terkadang sulit
diamati. Kadang-kadang, burung ini ditemukan dalam kelompok-kelompok kecil.
Mereka mencari makan sambil bergerombol dengan burung burung kecil lainnya. Suara
burung ini belum terdiskripsikan dengan pasti tapi cenderung tinggi. Makanan utamanya
adalah madu, namun selain madu burung ini juga makan serangga dan laba-laba.
Habitat burung madu Sangihe adalah hutan dan kebun. Tepatnya, habitat burung ini
adalah hutan primer dan tepi hutan.

7. Kacamata Sangihe
Ini adalah spesies burung dari keluarga burung kacamata. Dulu, burung ini dianggap
sebagai bagian dari spesies Zosterops atrifrons (Kacamata dahi-hitam). Mereka
merupakan hewan endemik Kepulauan Sangihe, Indonesia. Burung Kacamata Sangihe
merupakan salah satu dari 22 jenis burung kacamata (pleci) yang terdapat di Indonesia.
Burung dengan nama ilmiah Zosterops nehrkorni atau Sangihe White Eye adalah satwa
burung langka endemik Pulau Sangihe - Sulawesi Utara, yang dikategorikan terancam
punah oleh IUCN Redlist dengan status konservasi ‘ktitis’ (Critically Endangered), yaitu
status tingkat keterancaman populasi kepunahan tertinggi, karena diperkirakan jumlah
populasi burung ini kurang dari 50 ekor burung.

Ciri-ciri burung endemik sangihe yang langka dan terancam punah ini berukuran kecil
12 sentimeter. Berwarna hijau zaitun pada bagian atas tubuh, dengan tunggir warna
kuning-hijau mencolok. Paruh dan kaki berwarna jingga kepucatan. Ekor berwarna
hijau-hitam gelap. Dahi berwarna hitam. lingkar mata berwarna putih agak lebar. Pipi,
tenggorokan dan penutup ekor bawah berwarna kuning cerah. bagian bawah lainnya
berwarna putih-mutiara dengan sisi tubuh abu-abu. Burung ini memiliki suara siulan
tipis dan halus dengan nada irama yang cepat. Makanan utama adalah serangga dan
aneka buah. Habitat mereka di kawasan Hutan pegunungan dengan iklim subtropik
atau tropis lembap. Burung langka ini sering beraktifitas dibagian tengah dan atas
kanopi hutan pada hutan primer di daerah perbukitan.

8. Julang Sulawesi
Julang sulawesi (Aceros cassidix) adalah spesies burung rangkong dalam famili
Bucerotidae. Burung ini endemik di Sulawesi. Di daerah Minahasa. burung ini dikenal
dengan nama Burung Taong. Dalam bahasa Inggris disebut Horbbill, di Indonesia
dikenal juga sebagai Julang, Enggang, dan Kangkareng. Burung Rangkong atau
Enggang, tergolong jenis burung di lindungi oleh undang-undang. Burung ini terdiri dari
57 spesies yang tersebar di Benua Asia dan Benua Afrika, 14 jenis di antaranya
terdapat di Negara Indonesia, dan 3 jenis adalah termasuk Burung endemik Indonesia,
atau hanya hidup di habitatnya di Indonesia.

Dari ketiga jenis burung Rangkong endemic Indonesia tersebut, dua jenis merupakan
Rangkong endemic Sulawesi, yaitu (pertama) Rangkong Sulawesi atau Julang
Sulawesi Ekor Hitam (Rhyticeros Cassidix), biasa juga disebut Rangkong Buton,
Burung Taon atau Burung Allo.(kedua) Julang Sulawesi Ekor Putih atau Kangkareng
Sulawesi (Penelopides exarhatus). Ciri-cirinya Burung Rangkong adalah , memiliki ciri
khas berupa paruh yang sangat besar menyerupai tanduk, makanya disebut marga
"Bucerotidae" (bahasa Yunani) yang artinya adalah "Tanduk Sapi". Dimensi ukuran
tubuh Rangkong Indonesia 40 - 150 sentimeter, dengan rberat mencapai 3.6 Kilogram.
Warna bulu Rangkong jenis ini umumnya didominasi oleh warna hitam (bagian badan)
dan putih pada bagian ekor.

Sedangkan warna bagian leher dan kepala cukup bervariasi, kemudian suara dari
kepakan sayap dan suara "calling", seperti yang dimiliki Rangkong Gading (Buceros
vigil) dengan "calling" seperti orang tertawa terbahak-bahak dan dapat terdengar hingga
radius 3 kilometer. Makanan utamanya adalah buah-buahan dan binatang kecil seperti
kadal, kelelawar, tikus, ular serta berbagai jenis serangga. Penyebaran Burung
Rangkong tmulai dari daerah sub-sahara Afrika, India, Asia Tenggara, New Guinea dan
Kepulauan Solomon Sebagian besar hidup di hutan hujan tropis. Julang sulawesi
menghuni hutan primer dan hutan rawa. Spesies rangkong ini banyak ditemukan di
daerah hutan dataran rendah dan perbukitan (0 - 1000 mdpl). Terkadang ditemukan di
hutan subordinat yang tinggi dan petak hutan yang tersisa dengan lahan pertanian yang
luas. Terkadang pula mengunjungi hutan bakau di tepi pantai.

9. Taktarau Iblis
Taktarau iblis (Eurostopodus diabolicus) adalah spesies burung cabak dalam famili
Caprimulgidae. Burung ini endemik di Pulau Sulawesi dan termasuk burung langka
karena sulit dijumpai. Burung ini kesannya misterius, mungkin karena sangat sulit
dijumpai, karena burung ini suka hidup berisitrahat di lumut dan daun paku yang lebat,
sehingga sulit ditemukan, meskipun pada siang hari. Bahkan burung ini juga aktif
mencari makan pada malam hari dan memiliki kemampuan menyamarkan diri dengan
lingkungannya. Burung endemik Sulawesi ini berada dalam daftar hewan yang
terancam punah dengan status rentan (vulnerable)oleh IUCN Red List of Threatened
Species. Masyarakat lokal lembah Napu di kawasan Taman Nasional Lore Lindu,
Sulawesi Tengah menyebut burung ini Toroku yang berarti Pencabut Mata. Sedangkan
dalam bahasa Inggris namanya adalah Eared Nightjar, Heinrich’s Nightjar dan Satanic
Eared Nightjar (Setan Malam Bertelinga) . Dan nama ilmiahnya adalah Eurostopodos
Diabolicus, yang bermakna Kejam.

Burung ini pertama kali diketahui secara ilmiah pada tahun 1931 di kaki Gunung Klabat,
daerah Semenanjung Minahasa Sulawesi Utara. Kemudian setelah puluhan tahun tidak
dijumpai, ditemukan lagi pada tahun 1993 dan kemudian 1996 di Sulawesi Tengah,
tepatnya di kawasan Taman Nasional Lore Lindu, dan kembali terlihat di Minahasa
tahun 2000. Terakhir teridentifikasi di Tinombala tahun 2002. Ciri-ciri burung unik dan
langka ini adalah, ukurannya kurang lebih 27 sentimeter, tampilan gelap, dengan pita
tenggorokan merah karat pucat. Tanda bintik putih yang tidak menyolok terdapat pad
bulu primer ke empat (dihitung dari sayap luar). Di ekornya tidak terdapat warna putih.
Makanan utamanya adalah serangga, diperoleh dengan cara menyergap secara
mendadak dari tanah atau dari tempat-tempat tinggi yang tersembunyi, atau sebaliknya
dengan sabar menanti sambil menunggu waktu yang tepat sambil terbang ringan
melayang melewati kawasan hutan dan lahan terbuka, cermat mengawasi calon korban
yang sedang lengah.

10. Jalak Tunggir Merah


Burung Jalak Tunggir Merah (Scissirostrum dubium) juga dikenal sebagai Myna
Grosbeak, Grosbeak Starling, atau Scissor-billed Starling, adalah spesies jalak dalam
keluarga Sturnidae. Ini adalah monotypic dalam Scissirostrum genus. Populasi habitat
asli burung adalah endemik Pulau Sulawesi, Indonesia. Habitat alami adalah tropis
dataran rendah, dan pegunungan kadang-kadang subtropis, kawasan hutan dan lahan
basah berhutan ringan. Spesies ini bersarang di koloni dengan jumlah yang kadang
mencapai ratusan. Mereka membuat sarang di batang pohon mati. Makanan utamanya
adalah buah, serangga, dan biji-bijian. Daerah sebaran burung ini adalah di Sulawesi
termasuk Bangka, Lembeh, Butung, Togian Apakah., Peling Apakah, dan. Banggai.
Adapun keunikannya, Jalak tunggir merah atau lebih popular dengan sebutan rio-rio,
memiliki kemampuan meniru suara burung lain dengan sangat baik.
10 Binatang Langka yang Hanya Ada di
Indonesia
Posted on 06/10/2015 by Gogonesia

Keistimewaan Indonesia bukan hanya pada kekayaan alam dan panoramanya yang indah
menawan. Di Tanah Air tercinta ini, kamu bisa menemukan puluhan satwa endemik yang tidak
akan bisa di temukan di belahan dunia lainnya. Pasalnya, Indonesia adalah negara dengan
endemisme yang tinggi. Diperkirakan terdapat lebih dari 165 jenis mamalia, 397 jenis burung,
lebih dari 150 reptilia, dan lebih dari 100 spesies ampibi yang tercatat endemik Indonesia.

Untuk kamu yang doyan bepergian, ada banyak binatang endemik Indonesia di habitat aslinya
yang bisa kamu temukan dalam petualanganmu. Jangan lewatkan kesempatan untuk melihat 10
binatang eksotik nan-langka pilihan Gogonesia berikut ini ya:

1. Elang Flores

Burung elang asli Flores ini merupakan raptor atau burung pemangsa yang paling terancam
punah, karena populasinya tidak sampai 250 ekor. Burung yang elok nan gagah ini memiliki
ukuran tubuh sedang; tingginya sekitar 55 cm untuk burung dewasa. Kepalanya berbulu putih
dan terkadang mempunyai garis-garis berwarna coklat pada bagian mahkota. Tubuhnya
berwarna cokelat kehitaman, dan dada burung endemik Flores ini berwarna putih dengan corak
merah.

Elang flores atau Spizaetus floris hanya dapat ditemukan di pulau Flores, Sumbawa, Lombok,
Satonda, Paloe, Komodo, dan Rinca. Burung ini biasa menghuni hutan-hutan dataran rendah dan
hutan submontana hingga ketinggian 1600 meter dpl.

2. Beruk Mentawai

Beruk Mentawai atau Macaca pagensis adalah primata endemik Kepulawan Mentawai di
Sumatera. Hewan yang oleh penduduk setempat disebut bokoi ini populasinya makin sedikit,
sehingga dikategorikan terancam punah. Oleh dunia Barat, monyet langka yang sering menjadi
obyek penelitian ilmiah ini dikenal dengan nama Pagai Macaque.

Beruk ini memiliki banyak kesamaan fisik dengan beruk-beruk jenis lain. Perbedaannya adalah
rambut pipi Beruk Mentawai yang berwarna lebih gelap. Hewan endemik Mentawai ini juga
memiliki mahkota berwarna coklat dengan rambut pada dahi dan mantel lebih panjang.
Beruk Mentawai menghuni habitat hutan bakau, pesisir, hutan primer, hutan sekunder hingga
hutan di dekat pemukiman. Persebarannya hanya ada di Pulau Pagai Selatan, Pagai Utara, dan
Sipora di Kepulauan Mentawai, Sumatera.

3. Burung Bidadari Halmahera

Burung yang dijuluki Si Genit dari Maluku Utara ini merupakan hewan endemik Maluku, dan
masih masuk dalam keluarga cendrawasih. Burung yang bernama latin Semioptera wallacii ini
memiliki bulu indah dengan kombinasi warna cokelat, hijau dan warna zaitun untuk burung
betina. Warna bulu burung jantan bahkan lebih cantik lagi, dengan mahkota berwarna ungu pucat
mengkilap dan hijau zamrud menghiasi dadanya. Tingginya sekitar 28 cm, namun Burung
Bidadari betina berukuran lebih kecil dan ekornya lebih panjang. Selain bulunya yang cantik,
kelebihan Burung Bidadari ada pada kemampuannya melakukan gerak tarian gemulai, yang
sebetulnya dilakukan burung jantan untuk menarik betinanya. Burung Bidadari betina akan
memilih satu pejantan yang paling indah tarian dan bentangan sayapnya.

Burung endemik Maluku yang makin hari semakin langka ini dapat ditemukan di Pulau
Halmahera dan Pulau Bacan di Maluku Utara. Habitat aslinya berada di hutan Tanah Putih,
gunung Gamkonora, dan hutan Domato di Halmahera Barat, hutan Labi-labi di area Taman
Nasional Aketajawe dan hutan Lolobata di Halmahera Timur. Dunia Barat mengenalnya dengan
julukan Halmahera’s Bird of Paradise.

4. Cendrawasih Botak

Burung Cendrawasih Botak atau Cicinnurus respublica merupakan hewan endemik pulau
Waigeo, Raja Ampat, Papua. Burung langka nan-cantik ini memiliki bulu berwarna merah dan
hitam, dengan tengkuk kuning dan mulut hijau terang. Kakinya berwarna biru, dan pada ekornya
ada “hiasan” berupa dua bulu panjang melingkar. Di kepalanya, ada warna biru muda terang.
Burung Cendrawasih Botak betina berwarna cokelat dengan kepala biru muda.

Hewan endemik Indonesia yang masuk kategori terancam punah ini hanya dapat kamu temukan
di hutan dataran rendah pada pulau Waigeo dan Batanta di kabupaten Raja Ampat, provinsi
Papua Barat. Makanan burung Cendrawasih Botak atau Wilson’s Bird of Paradise ini terdiri dari
buah-buahan dan aneka serangga kecil.

5. Kura-kura Leher Ular Rote


Jenis kura-kura berleher panjang memang dapat ditemukan di beberapa negara selain Indonesia.
Namun Kura-kura Leher Ular atau Chelodina mccordi yang merupakan hewan endemik
Indonesia ini hanya bisa ditemukan di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Binatang ini sangat
langka sehingga oleh IUCN ditetapkan dalam kategori hewan terancam punah.

Seperti namanya, Kura-kura Leher Ular Rote memiliki bentuk leher panjang menyerupai ular.
Kepala dengan leher panjangnya itu tidak dapat ditarik kedalam tempurung. Karena itulah, kura-
kura leher ular ini hanya bisa melipat lehernya disamping tempurungnya. Jenis kura-kura dari
famili Chelidae ini merupakan kura-kura air tawar. Makanannya mulai dari ikan kecil, serangga
dan tumbuhan.

6. Anoa Pegunungan dan Anoa Dataran Rendah


Anoa merupakan hewan endemik Indonesia yang hanya bisa kamu temukan di Sulawesi. Fauna
yang menjadi ikon propinsi Sulawesi Tenggara ini merupakan satwa langka yang dilindungi.
Diperkirakan hanya ada kurang dari 5000 ekor Anoa yang hidup saat ini., Anoa sering diburu
untuk diambil kulit, tanduk dan dagingnya. Ada dua jenis Anoa di Sulawesi, yaitu Anoa
Pegunungan (Bubalus quarlesi ) dan Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis).
Sayangnya, dalam beberapa tahun terakhir, Anoa Dataran Rendah yang menjadi maskot
Sulawesi Tenggara ini tidak pernah terlihat lagi.

Umumnya, Anoa memiliki warna kulit cokelat seperti kerbau, dan kepalanya memiliki sepasang
tanduk yang lurus ke belakang. Beberapa tempat yang masih menjadi habitat satwa langka yang
dilindungi ini diantaranya Cagar Alam Gunung Lambusango, Taman Nasional Lore-Lindu dan
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai.

7. Komodo
Komodo atau Varanus komodoensis merupakan satwa endemik Indonesia yang hanya bisa
ditemukan di pulau-pulau sekitar Nusa Tenggara, termasuk di Taman Nasional Pulau Komodo.
Jenis kadal terbesar di dunia ini mempunyai panjang tubuh mencapai 3 meter dan berat 70
kilogram. Komodo jantan berukuran lebih besar daripada komodo betina, dengan warna kulit
dari abu-abu gelap sampai merah bata. Sementara komodo betina berwarna hijau buah zaitun,
dan dengan secercah warna kuning pada tenggorokannya. Lidah hewan karnovira ini panjang
dan bercabang.

Salah satu maskot Indonesia yang di dunia internasional dikenal sebagai Komodo Dragon ini
memiliki habitat alami di pulau Komodo, Flores, Rinca, Gili Motang, dan Gili Dasami di Nusa
Tenggara. Pulau-pulau tersebut termasuk dalam wilayah Taman Nasional Pulau Komodo.

8. Ikan Arwana Merah


Ikan Arwana Merah atau Siluk Merah (Sclerophages formosus) ini merupakan hewan endemik
Indonesia yang menghuni Sungai Kapuas di Kalimantan Barat. Ikan langka yang cantik ini
memiliki sisik berwarna merah terang, dengan sedikit kilau emas yang membuatnya terlihat
begitu anggun. Tak heran jika Arwana Merah mendapat julukan Ikan Naga atau Dragonfish.

Ikan yang sangat digemari oleh kolektor arwana ini memiliki daya biak rendah dan banyak
ditangkap untuk dijual, sehingga statusnya terancam punah. Namun, dengan izin khusus, kamu
bisa memelihara hewan elok ini. Syaratnya, si ikan naga harus disertai sertifikat dan microchip
yang ditanam dalam tubuh, sebagai penanda ikan ini merupakan hasil tangkaran.

9. Jalak Bali
Jalak Bali atau Leucopsar rothschildi adalah burung endemik Indonesia yang hanya bisa
ditemukan di Pulau Bali bagian Barat. Sayangnya, burung pengicau berukuran sedang ini amat
langka dan terancam punah, bahkan di habitat aslinya. Jika tidak dijaga, bukan mustahil Jalak
Bali akan punah menyusul hewan endemik Bali lainnya, Harimau Bali. Di alam liar, populasinya
diperkirakan hanya mencapai belasan ekor saja.

Burung Jalak Bali atau Curik Bali ini memiliki bulu putih bersih di seluruh tubuh, kecuali pada
ujung ekor dan sayap yang berwarna hitam. Pipinya yang tidak ditumbuhi bulu berwarna biru
cerah, dengan kaki kelabu. Jika kamu mengunjungi rumah-rumah seniman di Desa Batuan, kamu
akan menemukan burung Jalak Bali yang kerap dijadikan obyek lukisan khas Bali di sana.

10. Kucing Merah Kalimantan


Kucing Merah (Pardofelis badia) atau dikenal juga dengan nama Borneo Bay Cat ini merupakan
spesies kucing endemik Pulau Kalimantan. Kucing langka ini memiliki bulu berwarna cokelat
kemerahan, dengan bagian perutnya lebih pucat dari punggungnya. Ciri khas kucing Kalimantan
ini adalah garis merah kecokelatan yang berwarna agak muda di bagian kening dan pipi.
Telinganya berwarna hitam atau cokelat tua, sedangkan ekornya dihiasi garis putih dengan bintik
hitam di ujungnya. Tubuh Kucing Merah cukup ramping dengan panjang 55 cm dan ekornya 35
cm. Beratnya berkisar antara 2,3 hingga 4,5 kilogram.

Populasi Kucing Merah hanya ditemukan di Pulau Kalimantan saja. Kucing ini mendiami hutan-
hutan tropis dataran rendah yang lebat hingga ketinggian 900 meter dpl.

Nah, itu dia 10 hewan endemik Indonesia yang langka, yang bisa kamu temukan dalam
perjalanan menjelajahi nusantara ini. Bukan hanya sebagai pengamat, kamu-pun bisa ikut
melindungi mereka dari kepunahan dengan tidak merusak atau mengotori habitat asli mereka,
atau bahkan kamu bisa mengikuti kampanye konservasi dengan misi melindungi hewan endemik
Indonesia yang terancam punah.***

Sumber gambar: www.mongabay.co.id, commons.wikimedia.org,


www.wedadiving.com,en.wikipedia.org, www.cites.org, komodo-park.com,
www.aquaticquotient.com, baliskytour.wordpress.com, arkive.org[:en]
[:ja]
[:]

Posted in OthersTagged Bali, Flores, hewan endemik, Kalimantan, n


Daftar 25 Hewan Langka Asli Indonesia
Menilik status keterancaman yang dikeluarkan oleh IUCN Redlist (2012), terdapat 73 hewan asli
Indonesia yang berada dalam status keterancaman tertinggi yaitu status Critically Endangered
(Kritis), 170 spesies berstatus Endangered (Terancam) dan 523 spesies berstatus Vulnerable
(Rentan).

73 spesies (dan subspesies) hewan berstatus Critically Endangered yang terancam punah itu tidak
bisa dibantah merupakan hewan langka di Indonesia yang semakin hari semakin sulit ditemui.
Dan dari jumlah itu saya cantumkan secara acak 25 spesies hewan diantaranya. Berikut ini daftar
25 Hewan Langka Indonesia.

Untuk meringankan pemuatan (loading) halaman, artikel ini dibagi dalam beberapa halaman,
klik kalimat “HALAMAN SEBELUMNYA” atau “HALAMAN BERIKUTNYA” di bagian
bawah artikel untuk melihat daftar keseluruhan.

Badak Jawa

 Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus); Disebut juga sebagai Badak Bercula Satu, Binatang
endemik jawa yang hanya bisa dijumpai di Taman Nasional Ujung Kulon (Banten)
dengan populasi hanya 35 hingga 45 ekor saja (hasil sensus Badak 2011). Lebih detail
baca: Badak Jawa Mamalia Terlangka Di Dunia.
Ilustrasi Kanguru Pohon Wondiwoi (Dendrolagus mayri)

 Kanguru Pohon Wondiwoi (Dendrolagus mayri) atau Wondiwoi Tree-kangaroo; Salah


satu jenis kanguru pohon asal Papua ini populasinya diperkirakan sekitar 50 ekor saja.
Penjelasan detail baca: Kanguru Pohon Wondiwoi.
Pesut Mahakam

 Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) atau Irrawaddy Dolphin; Merupakan mamalia air
tawar yang unik. Di Indonesia hidup di Sungai Mahakam dengan populasi sekitar 70
ekor. Selengkapnya baca: Pesut Mahakam Mamalia Terlangka Indonesia.

Macan Tutul Jawa atau Leopard

 Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas) atau Javan Leopard; Disebut juga Macan
Kumbang dengan jumlah populasinya diperkirakan di bawah 250 ekor (IUCN 2008).
Lebih detail baca: Macan Tutul Jawa.

Badak sumatera
 Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) atau Sumatran Rhinoceros; Merupakan
badak bercula dua yang populasinya diperkirakan tidak lebih dari 275 ekor. Lebih detal
baca: Badak Sumatera.

Leucocephalon yuwonoi (kura-kura hutan sulawesi)

 Kura-kura Hutan Sulawesi (Leucocephalon yuwonoi) atau Sulawesi Forest Turtle; Kura-
kura endemik sulawesi yang pernah terdaftar sebagai The World’s 25 Most Endangered
Tortoises and Freshwater Turtles—2011 dengan populasi kurang dari 250 ekor.
Selengkapnya baca: Kura-kura Hutan Sulawesi nan Langka.
Elang Flores

 Elang Flores (Nisaetus floris) atau Flores Hawk-Eagle; Burung elang endemik Flores
dengan populasi antara 150-300 ekor. Penjelasan detail baca: Elang Flores Raptor
Endemik.
Rusa Bawean

 Rusa Bawean (Axis kuhlii) atau Bawean Deer; Rusa endemik pulau Bawean, Jawa Timur.
Populasinya antara 250–300 animals (Semiadi 2004). Selengkapnya baca: Rusa Bawean.

Burung Tokhtor Sumatera

 Tokhtor Sumatera (Carpococcyx viridis) atau Sumatran Ground Cuckoo; Burung


endemik Sumatera dengan populasi sekitar 70-400 ekor. Penjelasan lengkap baca:
Tokhtor Sumatera.

Katak Merah
 Katak Merah (Leptophryne cruentata) atau Bleeding Toad; Adalah katak endemik yang
hanya hidup di TN Gunung Halimun-Salak dan TN Gede Pangrango. Populasi tidak
diketahui. Baca: Katak Merah

Disamping itu, hewan-hewan langka asli Indonesia lainnya adalah:

 Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) atau Bali Starling; Populasi antara 1.000 – 2.499 ekor
(BirdLife, 2001).
 Celepuk Siau (Otus siaoensis) Siau Scops-owl; Populasi kurang dari 50 ekor (BirdLife,
2000).
 Burung Kacamata Sangihe (Zosterops nehrkorni) atau Sangihe White-eye; Populasi
kurang dari 50 ekor (BirdLife, 2000).
 Gagak Banggai (Corvus unicolor) atau Banggai Crow; Populasi antara 50 – 250 ekor
(Birdlife, 2011)
 Tarsius Siau (Tarsius tumpara) atau Siau Island Tarsier; Populasi 1.300 ekor (2009).
 Beruk Mentawai (Macaca pagensis) atau Pagai Island Macaque; Populasi 2.100-3.700
ekor (2004).
 Gajah Sumatera (Elephas maximus ssp. sumatranus) atau Sumatran Elephant; Populasi
antara 2.400 – 2.800 (2007).
 Orangutan Sumatera (Pongo abelii) atau Sumatran Orangutan; Populasi 6.500 ekor
(2007).
 Simakobu (Simias concolor) atau Pig-tailed Langur; Populasi 6.700 – 17.300 ekor
(IUCN, 2006)

Kakatua Jambul Kuning (Gambar: Lars Peterson)

 Kakatua Kecil Jambul Kuning (Cacatua sulphurea) atau Yellow-crested Cockatoo;


Populasi sekitar 7.000 ekor.
 Burung Trulek Jawa (Vanellus macropterus) atau Javan Lapwing; Populasi: NA
 Kodok Sumatera (Duttaphrynus sumatranus) atau Sumatera Toad; Populasi: NA
 Kodok Pohon Ungaran (Philautus jacobsoni); Populasi: NA
 Ekidna Moncong Panjang Barat (Zaglossus bruijnii) atau Western Long-beaked Echidna;
Populasi NA
 Kuskus Beruang Talaud (Ailurops melanotis) atau Talaud Bear Cuscus; Populasi NA

Itulah daftar ke-25 hewan langka di Indonesia. Seperti yang disebut di atas, daftar ini tidak
menunjukkan pemeringkatan dan juga bukan daftar keseluruhan. Daftar yang leb
Ajag, Anjing Hutan Asli Indonesia

https://alamendah.org/2010/03/22/ajag-anjing-hutan-asli-indonesia/
Posted on 22 Maret 2010 by alamendah

Ajag (Cuon alpinus) adalah anjing hutan yang hidup di dataran Asia. Banyak yang beranggapan
ajag sama dengan serigala (Canis lupus) , padahal meskipun hampir mirip, keduanya merupakan
spesies yang telah berbeda pada tingkat genus. Bahkan dua subspesies ajag yakni Cuon alpinus
javanicus dan Cuon alpinus sumatrensis merupakan anjing hutan asli (endemik) Indonesia yang
mendiami pulau Sumatera dan Jawa.

Ajag termasuk salah satu binatang langka di Indonesia yang populasinya semakin menurun dan
terancam kepunahan. Oleh IUCN Redlist, anjing hutan asli Indonesia ini dikategorikan dalam
status konservasi endangered (Terancam Punah).

Ajag sering pula disebut ajak mempunyai nama ilmiah Cuon alpinus. Di dalam bahasa Inggris
anjing hutan ini disebut sebagai “Dhole”, Asiatic Wild Dog, India Wild Dog, dan Red Dog. Di
Malaysia binatang ini dikenal sebagai anjing hutan. Di beberapa daerah di jawa hewan ini
dikenal sebagai ‘asu kikik’.

Ciri-ciri dan Perilaku. Ajag (Cuon alpinus) mempunyai panjang tubuh sekitar 90 cm dengan
tinggi badan sekitar 50 cm. Anjing hutan ini mempunyai berat badan antara 12-20 kg. Ajag
memiliki ekor yang panjang sekitar 40-45 cm.

Binatang langka dan terancam kepunahan asli Indonesia ini memiliki bulu berwarna coklat
kemerahan kecuali pada bagian bawah dagu, leher hingga ujung perut yang berwarna putih dan
ekornya yang berwarna kehitaman.

Seekor ajag (Cuon alpinus) dewasa


Ajag biasa hidup berkelompok yang terdiri atas 5-12 ekor, bahkan hingga 30 ekor. Namun pada
situasi tertentu, anjing hutan yang langka ini dapat hidup soliter (menyendiri) seperti yang
ditemukan di Taman Nasional Gunung Leuser. Ajag melakukan perburuan mangsa secara
bersama-sama yaitu dengan mengejar mangsanya yang lebih besar seperti babi hutan, kijang,
rusa, banteng, dan kerbau. Tikus, kelinci, kancil dan binatang kecil lainnya juga menjadi
makanan kesukaan binatang langka ini.

Ajag dapat mempunyai anak 6 ekor dalam sekali masa kehamilan, dengan lama buntingan sekitar
2,5 bulan. Dalam waktu satu tahun, anjing hutan ini dapat beranak sampai 2 kali. Anak ajag akan
mencapai dewasa pada umur satu tahun.

Hewan ini termasuk hewan yang lebih aktif di malam hari (nokturnal), walaupun tidak
sepenuhnya aktifitasnya dilakukan di malam hari. Suara lolongnya terdengar jelas dan keras
sedang suara salakannya terdengar lembut, seperti mendengking pendek berulang-ulang (suara”
kik-kik-kik”). Mungkin lantaran itu dibeberapa daerah di Jawa binatang langka ini disebut
dengan ‘asu kikik’.

Habitat dan Populasi. Ajag (Cuon alpinus) mendiami kawasan pegunungan dan hutan.
Binatang langka ini biasa membuat sarang di gua-gua dan liang yang tersedia. Anjing hutan yang
berbeda dengan serigala ini tersebar di kawasan Asia mulai dari Bangladesh, Bhutan, Kamboja,
China, India, Indonesia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Laos, Malaysia, Mongolia, Myanmar, Nepal,
Russia, Tajikistan, Thailand, dan Vietnam. Di Indonesia ajag dapat ditemukan di pulau Sumatera
dan Jawa.

Populasi ajag mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Populasinya di seluruh dunia
diperkirakan sekitar 2.500 ekor. Karena penurunan populasi ini, ajag kemudian dikategorikan
dalam status konservasi endangered (Terancam Punah) oleh IUCN Redlist sejak 2004. Selain itu
CITES juga memasukkan dalam daftar Apendix II.

Penurunan populasi ini terutama disebabkan oleh rusaknya hutan sebagai habitat ajag,
berkurangnya hewan buruan (mangsa) ajag, dan perburuan liar. Di beberapa wilayah, ada pula
yang kelebihan populasi ajag sebagai akibat dari tidak adanya predator pesaing yang membuat
ajag sebagai predator tertinggi dalam ekosistem tersebut seperti yang terjadi di Taman Nasional
Baluran.

Ajag Bukan Nenek Moyang Anjing. Meskipun masih


terjadi silang pendapat, namun sebagian besar peneliti berkeyakinan bahwa ajag (Cuon alpinus)
bukanlah nenek moyang dari anjing peliharaan (Canis lupus familiaris). Anjing peliharaan
dipercaya merupakan keturan dan domestikasi dari serigala (Canis lupus).

Meskipun pernah dianggap sebagai binatang hama, karena selain memangsa binatang di kawasan
hutan lindung, juga menyerang hewan ternak yang berkeliaran di tepi hutan , dan beberapa waktu
yang lalu, kawanan ajag juga dianggap bertanggung jawab terhadap berkurangnya populasi rusa
di Jawa Timur, seperti di Taman Nasional Baluran, namun binatang langka ini tetaplah sebuah
aset buat bangsa Indonesia. Punahnya ajag, anjing hutan asli Indonesia, merupakan kerugian
besar bagi kita semua. Setujukah sobat?

Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mamalia; Ordo: Karnivora;
Famili: Canidae; Genus: Cuon; Spesies: Cuon alpinus. Nama Indonesia: Ajag
6 Burung Cantik Khas Dan Langka Dari Pulau Sulawesi

Pulau Sulawesi atau dikenal juga dengan nama Celebes Island memiliki aneka
ragam satwa langka yang jarang atau bahkan tidak bisa dijumpai di tempat lain,
terutama yang populasi endemiknya berada di Pulau Sulawesi, alias satwa itu
habitat kehidupannya hanya ada di Pulau Sulawesi, tidak ada ditempat lain. Di
antaranya adalah aneka burung langka yang statusnya bahkan sudah ada yang
terancam punah, yang sebagian besar populasi habitatnya hanya bisa ditemukan di
Pulau Sulawesi.

Untuk spesies burung langka yang telah terdata dalam artikel ini dapat anda
telusuri dibawah ini sebagai berikut

1.BURUNG MALEO

Burung Maleo atau Maleo Senkawor


(Macrocephalon Maleo) adalah termasuk satwa burung langka yang dilindungi
pemerintah Indonesia, yang populasi endemiknya hanya ditemukan di hutan tropis
pulau Sulawesi, terutama di Sulawesi Tengah, lebih khusus lagi sekitar Kabupaten
Banggai dan Kabupaten Sigi.

Berdasarkan dari tingginya tingkat susutnya habitat hutan yang terus berlanjut,
tingkat kematian anak burung yang tinggi, populasi yang terus menyusut serta
daerah dimana burung ini ditemukan sangat terbatas, Burung Maleo dikategorikan
sebagai terancam punah di dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam
CITES Appendice I.

Maleo adalah monogami spesies, dan makanan utamanya adalah aneka biji-bijian,
buah, semut, kumbang serta berbagai jenis hewan kecil.Ciri-ciri burung Maleo
adalah : berukuran sedang, panjang sekitar 55 cm. Bulu berwarna hitam, kulit
sekitar mata berwarna kuning, iris mata merah kecoklatan, kaki abu-abu, paruh
jingga dan bulu sisi bawah berwarna merah-muda keputihan. Di atas kepalanya
terdapat tanduk atau jambul keras berwarna hitam. Ciri Maleo Jantan dan betina
serupa. Biasanya betina berukuran lebih kecil dan berwarna lebih kelam dibanding
burung jantan.

Yang unik dari burung Maleo adalah, ukuran telurnya yang besar sekitar 11 cm (8
kali lebih besar dari ukuran telur ayam), dan memiliki berat 240gram hingga
270gram perbutir. Anak burung Maleo sudah bisa terbang saat baru menetas dari
telurnya. Burung Maleo berkembang biak dengan cara mengeram telut-telurnya
dalam timbunan pasir, umumnya sering ditemui di sepanjang pesisir pantai
Tanjung Matop, Tolitoli, Sulawesi Tengah.

2. BURUNG GAGAK BANGGAI

Gagak Banggai (Corvus Unicolor) atau


Banggai Crow adalah burung endemik Kepulauan Banggai, Sulawesi Tengah yang
sangat langka dan termasuk dalam daftar 18 burung paling langka di Indonesia
dengan status Critically Endangered (kritis), bahkan pernah dianggap sudah punah.
Populasi habitatnya adalah hutan dengan ketinggian hingga 900 meter dari
permukaan laut (dpl)

Burung ini diketahui dari dua spesimen yang ditemukan antara tahun 1884-1885
dari salah satu pulau di kepulauan Banggai, Sulawesi Tengah. Setelah penemuan
itu Gagak Banggai tidak pernah lagi dijumpai hingga pada tahun 2008 seorang
ornitologis (ahli burung) Indonesia yang bernama Muhammad Indrawan berhasil
memotret dan mendapatkan foto dua spesies Gagak Banggai di pulau Peleng, pulau
dengan luas 2.340km2 , salah satu pulau di kepulauan Banggai. Populasinya
diperkirakan hanya berkisar antara 30-200 ekor.

Ciri-cirinya adalah ukuran panjang tubuh sekitar 39 cm dan bulunya yang hitam.
Iris mata berwarna lebih gelap dibandingkan gagak hutan, ekornya juga lebih
pendek dibandingkan ekor gagak hutan. Suaranya tinggi dengan nada yang lebih
cepat bila dibandingkan suara gagak hutan.

3. BURUNG KAKAKTUA KECIL


JAMBUL KUNING
Burung Kakatua Kecil Jambul Kuning (Cacatua Sulphurea) adalah burung yang
tersebar di Sulawesi, berukuran sedang dari marga cacatua, dengan ukuran
panjang sekitar 35cm.

Ciri-cirinya adalah hampir semua bulunya berwarna putih, dan terdapat jambul
berwarna kuning yang dapat ditegakkan di kepalanya. Paruhnya berwarna hitam,
kulit di sekitar matanya berwarna kebiruan dan kakinya berwarna abu-abu. Bulu-
bulu untuk terbang dan ekornya juga berwarna kuning. Ciri burung kakaktua betina
serupa dengan burung jantan. Bersarang dan bertelur di lubang-lubang pohon
hutan primer atau sekunder, dengan jumlah telur dua sampai tiga butir.

Selain di Sulawesi , burung ini juga ditemukan di di kepulauan Sunda Kecil, Bali,
Timor Barat dan Negara Timor Leste, dimana terdapat hutan-hutan primer dan
sekunder.
Makanan utamanya adalah biji-bijian, kacang dan aneka buah-buahan.

4. BURUNG KACAMATA SANGIHE


Burung Kacamata Sangihe (Zosterops nehrkorni) atau Sangihe White Eye adalah
satwa burung langka endemik Pulau Sangihe – Sulawesi Utara, yang dikategorikan
terancam punah oleh IUCN Redlist dengan status konservasi ‘ktitis’ (Critically
Endangered), yaitu status tingkat keterancaman kepunahan tertinggi, karena
diperkirakan jumlah populasi burung ini kurang dari 50 ekor burung dewasa.
Burung ini merupakan salah satu jenis dari sekitar 22an jenis burung kacamata
(pleci) yang terdapat di Indonesia.

Ciri-cirinya berukuran kecil sekitar 12 cm. Berwarna hijau zaitun pada bagian atas
tubuh, dengan tunggir warna kuninghijau mencolok. Paruh dan kaki berwarna
jingga kepucatan.Ekor berwarna hijauhitam gelap. Dahi berwarna hitam. lingkar
mata berwarna putih agak lebar. Pipi, tenggorokan dan penutup ekor bawah
berwarna kuning cerah. bagian bawah lainnya berwarna putihmutiara dengan sisi
tubuh abuabu. Burung ini memiliki suara siulan tipis dam halus dengan nada irama
yang cepat.
Makanan utama adalah serangga dan aneka buah.

5. BURUNG MADU SANGIHE

Burung Madu Sangihe (Aethopyga Duyvenbodei) atau Sanghir Sunbird (Elegant


Sunbird). merupakan satwa burung langka endemik Kepulauan Sangihe, Sulawesi
Utara. Burung ini termasuk satu diantara burung langka Indonesia yang berstatus
endangered (terancam punah), dan karena persebarannya yang terbatas di
Kepulauan Sangihe dan beberapa pulau sekitarnya, burung pemakan madu ini
pernah dianggap sebagai burung paling langka di kawasan Wallacea (Indonesia
bagian tengah).

Karena populasi yang semakin menurun jumlahnya dan daerah sebaran burung ini
yang terbatas dan jumlah populasinya yang semakin menurun, maka IUCN Redlist
menetapkan Burung Madu Sangihe (Elegant Sunbird) dalam status konservasi
endangered (terancam punah). Oleh Pemerintah Indonesia, burung ini juga
termasuk dalam burung yang dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999.

Ciri-cirinya berukuran kecil sekitar 12 cm. Burung jantan memiliki bulu bagian
kepala atas berwarna hijau metalik dan biru, sekitar telinga berwarna ungu
kebiruan sedangkan bagian punggung berwarna kekuningan, dan tunggir dan
tenggorokan kuning. Burung betina bagian atasnya berwarna zaitun kekuningan,
sedangkan bagian tunggir, tenggorokan, dan bagian bawah berwarna kuning.
Paruhnya relatif panjang dan melengkung. Ukurannya yang kecil dan gerakannya
gesit sehingga terkadang sulit diamati. Burung ini sering kali di dapati sendiri atau
hidup berpasangan. Terkadang juga dalam kelompok-kelompok kecil. Suara burung
ini belum terdiskripsikan dengan pasti tapi cenderung tinggi.
Makanan utamanya adalah madu, namun selain madu burung ini juga makan
serangga dan laba-laba.

6. BURUNG ELANG BONDOL


Burung Elang Bondol (Haliastur Indus), populasi habitatnya selain di Sulawesi, juga
tersebar di seluruh Indonesia, kecuali di Jawa dan Bali jarang ditemui. Populasi
habitatnya sekitar pantai dan kepulauan di daerah tropis. Juga masih dapat
ditemukan di lahan basah dan hutan dataran rendah sampai ketinggian 2000 m di
pedalaman yang jauh dari pantai.

Ciri-cirinya berukuran sedang (45 cm), berwarna putih dan coklat pirang. Burung
dewasa: kepala, leher, dan dada putih; sayap, punggung, ekor, dan perut coklat
terang, kontras dengan bulu utama yang hitam. Burung Remaja, tubuh kecoklatan
dengan coretan pada dada. Warna berubah menjadi putih keabu-abuan pada tahun
kedua, dan mencapai bulu dewasa sepenuhnya pada tahun ketiga.

Makanan utamanya bervariasi, diantaranya memakan kepiting, udang, dan ikan,


memangsa burung, anak ayam, serangga, dan mamalia kecil.

Berkembang biak dengan cara bertelur 2-4 butir, dan dierami selama 28-35 hari
dengan membuat sarang dari susunan patahan batang, ranting, rumput, daun dan
sampah, di atas bangunan atau cabang pohon yang tersembunyi dengan ketinggian
6-50 meter dari permukaan tanah. Bila bersarang di hutan mangrove, ketinggian
sarang hanya sekitar 2-8 meter.
Anak burung Elang Bondol mulai belajar terbang dan meninggalkan sarang sekitar
umur 40-56 hari dan menjadi dewasa hidup mandiri dua bulan kemudian.
10 Hewan Endemik Pulau Sumatera
1. Badak Sumatera

arkive.org

Nama Latin = Dicerorhinus sumatrensis

Persebaran = Taman Nasional Kerinci Seblat di Bengkulu

Badak Sumatera adalah anggota famili Rhinocerotidae dan salah satu dari lima spesies
badak. Badak ini adalah badak terkecil, memiliki tinggi sekitar 120–145 sentimeter, dengan
panjang sekitar 250 sentimeter dan berat 500–800 kilogram. Seperti spesies badak di Afrika,
badak ini memiliki dua cula.

2. Kambing Hutan Sumatera


lppuinsuska.wordpress.com

Nama Latin = Capricornis sumatraensis sumatraensis

Persebaran = Hutan Hujan tropis Sumatera

Populasinya sudah semakin terdesak akibat perambahan hutan secara liar. Selain itu,
kambing hutan sumatera ini juga masuk kedalam daftar Appendices I (hewan yang sangat
langka dan tidak boleh diburu)

3. Kelinci Sumatera
arkive.com

Nama Latin = Nesolagus netscheri

Persebaran = Pegunungan Bukit Barisan

Populasi kelinci Sumatra mengalami penurunan yang signifikan yang diakibatkan oleh
perambahan hutan yang agresif di pulau Sumatra. Pengamatan telah dilaporkan sejak tahun
1972 sebanyak 3 kali, paling baru adalah akhir Januari 2007 ketika kamera jebakan dipasang
di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

Kelinci Sumatra (Nesolagus netscheri), juga dikenal dengan nama Kelinci Sumatra telinga
pendek atau Kelinci belang Sumatra, adalah jenis kelinci liar yang hanya dapat ditemukan di
hutan tropis di pegunungan Bukit Barisan di pulau Sumatra, Indonesia. Populasi kelinci Sumatra
mengalami penurunan yang signifikan yang diakibatkan oleh perambahan hutan yang agresif di
pulau Sumatra.[2]

Berukuran sekitar 40 cm panjangnya, kelinci Sumatra memiliki garis-garis kecoklatan, dengan


ekor berwarna merah, dan bawah perutnya berwarna putih. Biasanya tinggal di hutan dengan
ketinggian 600-1400 meter dari permukaan laut. Kelinci ini merupakan hewan nokturnal, dengan
menempati bekas atau liang hewan lain. Makanannya adalah pucuk daun muda dan tanaman
yang berukuran pendek, namun kelinci hutan yang ditangkarkan memakan biji-bijian dan buah-
buahan.[2]
Pengamatan telah dilaporkan sejak tahun 1972 sebanyak 3 kali, paling baru adalah akhir Januari
2007 ketika kamera jebakan dipasang di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.[3]

Spesies berkaitan

Kelinci ini sebenarnya adalah satu-satunya spesies dari genus Nesolagus sampai Kelinci Belang
Annam ditemukan di Deretan Annam di Laos dan Vietnam.

Para ahli dari Zoological Society of London , berdasarkan kriteria keunikan evolusi dan kecilnya
populasi menganggap Kelinci Sumatera salah satu dari 100 spesies mamalia berisiko besar dari
kepunahan .

4. Harimau Sumatera

http://www.naturephoto-cz.com

Nama Latin = Panthera tigris sumatrae

Persebaran = Sebagian pulau sumatera

Populasi liar diperkirakan antara 400-500 ekor, terutama hidup di taman-taman nasional di
Sumatera. Uji genetik mutakhir telah mengungkapkan tanda-tanda genetik yang unik, yang
menandakan bahwa subspesies ini mungkin berkembang menjadi spesies terpisah, bila
berhasil lestari. Penghancuran habitat merupakan ancaman terbesar terhadap populasi saat
ini. Pembalakan tetap berlangsung bahkan di taman nasional yang seharusnya dilindungi.
Tercatat 66 ekor harimau terbunuh antara tahun 1998 dan 2000.
5. Orangutan Sumatera

http://images.sciencedaily.com

Nama Latin = Pongo abelii

Persebaran = Taman-taman Nasional di Sumatera

Survei baru-baru ini tahun 2004 memperkirakan ada sekitar 7.300 ekor orangutan Sumatra
yang masih hidup di alam liar. Beberapa di antaranya dilindungi di lima daerah di Taman
Nasional Gunung Leuser dan lainnya hidup di daerah yang tidak terlindungi: blok Aceh barat
laut dan timur laut, sungai Batang Toru Barat, Sarulla Timur dan Sidiangkat. Program
pembiakan telah dibuat di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh di provinsi Jambi danRiau dan
menghasilkan populasi orangutan Sumatra yang baru.

6. Tokhtor Sumatera
http://www.birdforum.net

Nama Latin = Carpococcyx viridis

Persebaran = Pegunungan Bukit Barisan

Merupakan burung endemik Sumatera dan termasuk dalam 18 burung paling langka di
Indonesia. Burung Tokhtor sumatera didaftar sebagai satwa Kritis yakni status konservasi
dengan keterancaman paling tinggi. Diduga populasinya tidak mencapai 300 ekor. Burung
Tokhtor Sumatera pernah dianggap punah karena sejak terdiskripsikan pada 1916 tidak pernah
dijumpai lagi, baru pada November 1997 seekor Tokhtor Sumatera berhasil difoto untuk
pertama kalinya oleh Andjar Rafiastanto.

7. Gajah Sumatera
jakartaforum.blogspot.com

Nama Latin = Elephas maximus sumatranus

Persebaran = Sebagian sumatera

Gajah Sumatera berpostur lebih kecil daripada subspesies gajah India. Populasinya
semakin menurun dan menjadi spesies yang sangat terancam. Sekitar 2000 – 2700 ekor gajah
Sumatera yang tersisa di alam liar berdasarkan survei tahun 2000. Sebanyak 65% populasi
gajah Sumatera lenyap akibat dibunuh manusia dan 30% kemungkinan diracuni manusia.
Sekitar 83% habitat gajah Sumatera telah menjadi wilayah perkebunan akibat perambahan
yang agresif untuk perkebunan.

8. Surili Sumatera
is.muni.cz

Nama Latin = Presbytis melalophos

Persebaran = Seluruh Sumatera kacuali Riau dan NAD

Spesies primata yang endemik di sumatera ini menyukai habitat hutan tropis yang kering.

Simpai atau Surili Sumatera (Presbytis melalophos)


Posted on 18 Januari 2015 by alamendah

Simpai atau Surili Sumatera (Presbytis melalophos) adalah salah satu monyet endemik pulau
Sumatera. Primata dari famili Cercopithecidae yang kerap disebut Simpai atau Surili Sumatera
pun termasuk primata langka dan terancam punah. Oleh IUCN dimasukkan dalam daftar merah
sebagai spesies Endangered (Terancam).

Nama latin hewan ini adalah Presbytis melalophos (Raffles, 1821). Mempunyai beberapa nama
sinonim seperti Presbytis aurata (Muller & Schlegel, 1861), Presbytis batuanus Miller, 1903,
Presbytis ferrugineus (Schlegel, 1876), dan Presbytis flavimanus (I. Geoffroy, 1831). Juga
bersinonim dengan Presbytis fluviatilis (Chasen, 1940), Presbytis fusco-murina Elliot, 1906,
Presbytis margae Hooijer, 1948, dan Presbytis nobilis (Gray, 1842).

Simpai dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Sumatran Surili atau Mitred Leaf Monkey. Sebutan
‘Mitred’ merujuk pada bentuk jambulnya yang mirip mahkota para bishop (pemimpin Katholik).
Sedangkan di Indonesia kerap disebut juga sebagai Surili Sumatera. Hewan endemik pulau
Sumatera ini memiliki beberapa sebutan lokal lainnya seperti Simpai (Sumatera Selatan), Chi-
cha dan Kera Putih (Lampung).

Secara umum Surili Sumatera atau Simpai (Mitred Leaf Monkey) mempunyai ciri khas jambul
pada kepalanya yang menyerupai mahkota. Panjang tubuh Simpai jantan dan betina hampir
sama, yakni antara 45-49 cm. Berat tubuhnya berkisar antara 5-6 kg. Ciri khas lainnya adalah
ukuran ekornya yang panjangnya hingga satu setengah kali panjang tubuh atau sekitar 71 cm.
Surili Sumatera ini memiliki keragaman warna bulu antar subspesies. Ada yang berwarna abu-
abu, hitam, hingga kecoklatan.

9. Celurut Air Sumatera

arkive.org

Nama Latin = Chimarrogale sumatrana

Persebaran = Dataran Tinggi Padamg, Sumatera Barat

Hewan ini tercantum sebagai spesies kritis terancam punah akibat hilangnya habitat dan
kisaran terbatas menurut IUCN. Hewan air yang sangat jarang ditemui ini memiliki tubuh yang
beradaptasi untuk hidup di air. Bentuk tubuhnya relatif besar dari celurut biasa, dengan ciri
hidung lebih panjang. Bulu pendek, padat, berwarna abu-abu pada bagian belakang, bagian
atas berbintik putih, dan cokelat kusam di bagian bawah.
10. Cecurut Sumatera

retrieverman.net

Nama Latin = Hylomys Parvus

Persebaran = Gunung Kerinci, Sumatera

Hewan kecil yang hanya berukuran 4-5 inci ini memiliki bau busuk, terutama ketika ia
merasa terancam.

Read more: http://ilhamblogindonesia.blogspot.co.id/2013/09/10-hewan-endemik-pulau-


sumatera.html#ixzz4DcMfxST0
HEWAN LANGKA DI JAWA

1. Kukang jawa (Nycticebus javanicus) merupakan primata Strepsirrhini dan spesies


kukang asli dari bagian barat dan tengah dari pulau Jawa, di Indonesia. Meskipun
awalnya dideskripsikan sebagai spesies yang terpisah, kukang jawa dianggap sebagai
upaspesies dari kukang sunda (N. coucang) selama bertahun-tahun, sampai penilaian
ulang morfologi dan genetika pada tahun 2000-an mengakibatkan peningkatan status
menjadi spesies penuh. Kukang jawa sangat berkerabat dekat dengan kukang sunda dan
kukang benggala (N. bengalensis). Spesies ini memiliki dua bentuk, berdasarkan panjang
rambut dan, pada tingkat lebih rendah, warna.

Dahinya memiliki pola berlian putih yang menonjol, yang terdiri dari garis yang berbeda yang
berjalan di atas kepalanya dan bercabang ke arah mata dan telinga. Kukang jawa beratnya antara
565 dan 687 g dan memiliki panjang kepala-badan sekitar 293 mm. Seperti semua kukang,
kukang jawa arboreal dan bergerak perlahan di tanaman merambat dan liana bukannya melompat
dari pohon ke pohon. Habitatnya termasuk hutan primer dan hutan sekunder, tetapi juga dapat
ditemukan di hutan bambu dan mangrove, dan di perkebunan coklat. Makanan yang biasanya
terdiri dari buah, gum pohon, kadal, dan telur. Kukang jawa tidur di cabang terbuka, kadang-
kadang dalam kelompok, dan biasanya terlihat sendiri atau berpasangan.

Populasi kukang jawa mengalami penurunan tajam karena perburuan liar untuk perdagangan
hewan peliharaan eksotis, dan kadang-kadang untuk obat tradisional. Populasi yang tersisa
memiliki kepadatan rendah, dan kehilangan habitat merupakan ancaman besar. Untuk alasan ini
International Union for Conservation of Nature (IUCN) mendaftar statusnya sebagai spesies
kritis, dan juga telah disertakan pada daftar 2008-2010 "25 Primata Paling Terancam Punah di
Dunia". Kukang jawa dilindungi oleh hukum Indonesia dan, sejak Juni 2007, terdaftar di bawah
CITES Appendix I. Meskipun perlindungan ini, serta kehadirannya di beberapa kawasan yang
dilindungi, perburuan terus terjadi; undang-undang perlindungan satwa liar jarang ditegakkan di
tingkat lokal.

2. Trenggiling biasa
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Trenggiling biasa[1]
Status konservasi

Kritis (IUCN 3.1)[2]

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Mammalia

Ordo: Pholidota

Famili: Manidae

Genus: Manis

Spesies: M. javanica

Nama binomial

Manis javanica
Desmarest, 1822

Persebaran trenggiling biasa

Trenggiling biasa (Manis javanica syn. Paramanis javanica) adalah wakil dari ordo Pholidota
yang masih ditemukan di Asia Tenggara. Hewan ini memakan serangga dan terutama semut dan
rayap. Trenggiling hidup di hutan hujan tropis dataran rendah. Trenggiling kadang juga dikenal
sebagai anteater (pemakan semut).

Bentuk tubuhnya memanjang, dengan lidah yang dapat dijulurkan hingga sepertiga panjang
tubuhnya untuk mencari semut di sarangnya. Rambutnya termodifikasi menjadi semacam sisik
besar yang tersusun membentuk perisai berlapis sebagai alat perlindungan diri. Jika diganggu,
trenggiling akan menggulungkan badannya seperti bola. Ia dapat pula mengebatkan ekornya,
sehingga "sisik"nya dapat melukai kulit pengganggunya.

Trenggiling terancam keberadaannya akibat habitatnya terganggu serta menjadi objek


perdagangan hewan liar.
[Dilindungi dan Langka] Hewan Khas Kalimantan

Quote:SELAMAT DATANG DI THREAD ANE GAN

Spoiler for Gerakan Anti Repsol:

Quote:Burung Enggang Burung Enggang atau Burung Rangkong (bahasa Inggris: Hornbill) adalah sejenis
burung yang mempunyai paruh berbentuk tanduk sapi tetapi tanpa lingkaran. Biasanya paruhnya itu
berwarna terang. Nama ilmiahnya "Buceros" merujuk pada bentuk paruh, dan memiliki arti "tanduk
sapi" dalam Bahasa Yunani. Burung Enggang tergolong dalam kelompok Bucerotidae yang termasuk 57
spesies. Sembilan spesies daripadanya berasal endemik di bagian selatan Afrika. Makanannya terutama
buah-buahan juga kadal, kelelawar, tikus, ular dan berbagai jenis serangga. (SUMBER:
http://id.wikipedia.org/wiki/Enggang)
Enggang (Allo, Ruai/Arue sebutan bagi orang dayak) adalah jenis burung yang ada di pulau Borneo.
Burung enggang memiliki ukuran tubuh cukup besar, yaitu sekitar 100 cm. Ada sekitar 8 jenis burung
enggang dengan warna tubuh perpaduan antara hitam dan putih, sedangkan warna paruhnya
merupakan perpaduan warna kuning, jingga dan merah. Ciri khas dari burung ini adalah adanya cula
paruh (casque) yang tumbuh di atas paruhnya. Burung yang makanannya buah ara ini mempunyai
tingkah laku bersarang yang khusus. Burung enggang mempunyai kebiasaan hidup berpasang-pasangan
dan cara bertelurnya merupakan suatu daya tarik tersendiri.Pada awal masa bertelur burung jantan
membuat lubang yang terletak tinggi pada batang pohon untuk tempat bersarang dan bertelurnya
burung betina.kemudian burung jantan memberi makan burung betinanya melalui sebuah lubang kecil
selama masa inkubasi, dan berlanjut sampai anak mereka tumbuh menjadi burung muda. Mengapa
burung Enggang ini di jadikan sebagai simbol oleh suku dayak? Burung ini menyimbolkan suku dayak
layaknya burung Merpati menyimbolkan kesucian dan keabadian dalam keagamaan Kristiani. Karena itu
pula, burung enggang ini dijadikan sebagai contoh kehidupan bagi orang dayak untuk bermasyarakat
agar selalu mencintai dan mengasihi pasangan hidupnya dan mengasuh anak mereka hingga menjadi
seorang dayak yang mandiri dan dewasa.

Namun sekarang ini burung enggang merupakan burung langka yang sudah sangat sulit di temui di
hutan borneo, ini dikarenakan pengerusakan hutan borneo yang terus-menerus terjadi, seperti
penebangan hutan baik illegal logging maupun untuk dijadikan lahan perkebunan kelapa sawit. Nasib
burung enggang ini sekarang sama seperti nasib suku Dayak di borneo yang semakin terpinggirkan di
tanahnya sendiri. Sekarang burung ini hanya sebagai simbol dan hanya dapat dilihat dalam suatu
rekaman gambar yang menunjukkan masa kejayaannya dimasa lampau. Burung ini hanya dapat dilihat
sebagai simbol yang dilukiskan berupa motif seperti pada gambar ini. Kasihan sekali nasib mereka.
Sebagian yang tersisa darinya hanya sebuah gambar dan segelintir bagian paruh dan bulu yang tetap di
simpan rapi oleh masyarakat suku dayak

Burung Enggang Si Burung Juga Lambang Kesetian

Burung enggang ini akan memiiliki akan warna paruh dan tanduk berwarna orange yang terang pada
saat burung Enggang sudah deawasa lain halnya saat burung Enggang ini masih kecil dia memiliki paruh
dan tanduk yang putih karena akibat bertambahanya umur dan kebiasaan burung Enggang
menggosakan paruh pada bagian tubuh yang mempunyai pekmen warna maka seiring berjalanya waktu
tanduk dan paruh burung ini akan berubah Orenge.

Burung Enggang ini bisanya hidup secara berpasangan dan membuat sangkar pada pohon yang tinggi
denga cara membuat lubang pada batang pohon pada waktu bertelur burung betina akan menutup
sarangnya dengan daun dan lumpur dan membuat lubang kecil untuk si burung Enggang jantan
memberikan makanannya bisanya burung ENggang akan mengahasilkan telur dalam sekali bertelur
antara 5 butir sampai 6 butir telur, dan ketika telur-telur sudah menetas dan memuat sarang tidak muat
lagi maka Induk burung Enggang akan keluar untuk memperbaiki agar bisa muat untuk anak-anak
mereka.

Karena kesetian burung Enggang jantan dalam melayani burung ENggang mencarikan makan pada saat
burung Enggang betina bertelur sampai membesarkan anak-anaknya ini maka burung ini banyak di
jadikan lambang untuk lambang kesetian.

Burung Enggang Dalam Mitos


Di dalam mitosanya di Kalimantan burung ini deisebut dengan burung "Alam Atas" dari mitosnya burung
ini adalah burung jelmaan Panglima Perang dan akan muncull dapa saat ada peperangan saja, oleh
masyarakat kalimantan burung ini di skralkan tidak boleh di buru dan kalaupun ada burung Enggang
yang mati maka burung ini tidak di buang begitu saja melainkan kepala dan ranggaka burung akan di
smpan dan kepalnya akan di ajdkan hiasan kepala pada kepala dan akan di gunakan oleh orang-orang
tertentu saja.
Aneka Burung Langka Yang Ada di Pulau
Sulawesi (part 1)
Hariyanto Wijoyo | 17 komentar

Pulau Sulawesi atau dikenal juga dengan nama Celebes Island memiliki aneka ragam satwa
langka yang jarang atau bahkan tidak bisa dijumpai di tempat lain, terutama yang populasi
endemiknya berada di Pulau Sulawesi, alias satwa itu habitat kehidupannya hanya ada di
Pulau Sulawesi, tidak ada ditempat lain. Di antaranya adalah aneka burung langka yang
statusnya bahkan sudah ada yang terancam punah, yang sebagian besar populasi habitatnya
hanya bisa ditemukan di Pulau Sulawesi.

Beberapa jenis dari burung langka tersebut dapat anda baca juga di artkel selanjutnya yaitu
Aneka Burung Langka Yang Ada di Pulau Sulawesi (part 2).

Untuk spesies burung langka yang telah terdata dalam artikel ini dapat anda telusuri dibawah ini
sebagai berikut :

1. BURUNG MALEO

Burung Maleo atau Maleo Senkawor (Macrocephalon Maleo) adalah termasuk satwa burung
langka yang dilindungi pemerintah Indonesia, yang populasi endemiknya hanya ditemukan di
hutan tropis pulau Sulawesi, terutama di Sulawesi Tengah, lebih khusus lagi sekitar
Kabupaten Banggai dan Kabupaten Sigi.
Berdasarkan dari tingginya tingkat susutnya habitat hutan yang terus berlanjut, tingkat kematian
anak burung yang tinggi, populasi yang terus menyusut serta daerah dimana burung ini
ditemukan sangat terbatas, Burung Maleo dikategorikan sebagai terancam punah di dalam
IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendice I.

Maleo adalah monogami spesies, dan makanan utamanya adalah aneka biji-bijian, buah,
semut, kumbang serta berbagai jenis hewan kecil.

Ciri-ciri burung Maleo adalah : berukuran sedang, panjang sekitar 55 cm. Bulu berwarna hitam,
kulit sekitar mata berwarna kuning, iris mata merah kecoklatan, kaki abu-abu, paruh jingga dan
bulu sisi bawah berwarna merah-muda keputihan. Di atas kepalanya terdapat tanduk atau
jambul keras berwarna hitam. Ciri Maleo Jantan dan betina serupa. Biasanya betina berukuran
lebih kecil dan berwarna lebih kelam dibanding burung jantan.

Yang unik dari burung Maleo adalah, ukuran telurnya yang besar sekitar 11 cm (8 kali lebih
besar dari ukuran telur ayam), dan memiliki berat 240gram hingga 270gram perbutir. Anak
burung Maleo sudah bisa terbang saat baru menetas dari telurnya. Burung Maleo berkembang
biak dengan cara mengeram telut-telurnya dalam timbunan pasir, umumnya sering ditemui di
sepanjang pesisir pantai Tanjung Matop, Tolitoli, Sulawesi Tengah.

2. BURUNG GAGAK BANGGAI

Gagak Banggai (Corvus Unicolor) atau Banggai Crow adalah burung endemik Kepulauan
Banggai, Sulawesi Tengah yang sangat langka dan termasuk dalam daftar 18 burung paling
langka di Indonesia dengan status Critically Endangered (kritis), bahkan pernah dianggap
sudah punah. Populasi habitatnya adalah hutan dengan ketinggian hingga 900 meter dari
permukaan laut (dpl)

Burung ini diketahui dari dua spesimen yang ditemukan antara tahun 1884-1885 dari salah satu
pulau di kepulauan Banggai, Sulawesi Tengah. Setelah penemuan itu Gagak Banggai tidak
pernah lagi dijumpai hingga pada tahun 2008 seorang ornitologis (ahli burung) Indonesia yang
bernama Muhammad Indrawan berhasil memotret dan mendapatkan foto dua spesies Gagak
Banggai di pulau Peleng, pulau dengan luas 2.340km2 , salah satu pulau di kepulauan
Banggai. Populasinya diperkirakan hanya berkisar antara 30-200 ekor.

Ciri-cirinya adalah ukuran panjang tubuh sekitar 39 cm dan bulunya yang hitam. Iris mata
berwarna lebih gelap dibandingkan gagak hutan, ekornya juga lebih pendek dibandingkan ekor
gagak hutan. Suaranya tinggi dengan nada yang lebih cepat bila dibandingkan suara gagak
hutan.

3. BURUNG KAKAKTUA KECIL JAMBUL KUNING

Burung Kakatua Kecil Jambul Kuning (Cacatua Sulphurea) adalah burung yang tersebar di
Sulawesi, berukuran sedang dari marga cacatua, dengan ukuran panjang sekitar 35cm.

Ciri-cirinya adalah hampir semua bulunya berwarna putih, dan terdapat jambul berwarna kuning
yang dapat ditegakkan di kepalanya. Paruhnya berwarna hitam, kulit di sekitar matanya
berwarna kebiruan dan kakinya berwarna abu-abu. Bulu-bulu untuk terbang dan ekornya juga
berwarna kuning. Ciri burung kakaktua betina serupa dengan burung jantan. Bersarang dan
bertelur di lubang-lubang pohon hutan primer atau sekunder, dengan jumlah telur dua sampai
tiga butir.

Selain di Sulawesi , burung ini juga ditemukan di di kepulauan Sunda Kecil, Bali, Timor Barat
dan Negara Timor Leste, dimana terdapat hutan-hutan primer dan sekunder.

Makanan utamanya adalah biji-bijian, kacang dan aneka buah-buahan.

4. BURUNG KACAMATA SANGIHE

Burung Kacamata Sangihe (Zosterops nehrkorni) atau Sangihe White Eye adalah satwa
burung langka endemik Pulau Sangihe – Sulawesi Utara, yang dikategorikan terancam punah
oleh IUCN Redlist dengan status konservasi ‘ktitis’ (Critically Endangered), yaitu status tingkat
keterancaman kepunahan tertinggi, karena diperkirakan jumlah populasi burung ini kurang dari
50 ekor burung dewasa. Burung ini merupakan salah satu jenis dari sekitar 22an jenis burung
kacamata (pleci) yang terdapat di Indonesia.

Ciri-cirinya berukuran kecil sekitar 12 cm. Berwarna hijau zaitun pada bagian atas tubuh,
dengan tunggir warna kuninghijau mencolok. Paruh dan kaki berwarna jingga kepucatan.Ekor
berwarna hijauhitam gelap. Dahi berwarna hitam. lingkar mata berwarna putih agak lebar. Pipi,
tenggorokan dan penutup ekor bawah berwarna kuning cerah. bagian bawah lainnya berwarna
putihmutiara dengan sisi tubuh abuabu. Burung ini memiliki suara siulan tipis dam halus dengan
nada irama yang cepat.

Makanan utama adalah serangga dan aneka buah.


5. BURUNG MADU SANGIHE

Burung Madu Sangihe (Aethopyga Duyvenbodei) atau Sanghir Sunbird (Elegant Sunbird).
merupakan satwa burung langka endemik Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara. Burung ini
termasuk satu diantara burung langka Indonesia yang berstatus endangered (terancam punah),
dan karena persebarannya yang terbatas di Kepulauan Sangihe dan beberapa pulau
sekitarnya, burung pemakan madu ini pernah dianggap sebagai burung paling langka di
kawasan Wallacea (Indonesia bagian tengah).

Karena populasi yang semakin menurun jumlahnya dan daerah sebaran burung ini yang
terbatas dan jumlah populasinya yang semakin menurun, maka IUCN Redlist menetapkan
Burung Madu Sangihe (Elegant Sunbird) dalam status konservasi endangered (terancam
punah). Oleh Pemerintah Indonesia, burung ini juga termasuk dalam burung yang dilindungi
berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999.

Ciri-cirinya berukuran kecil sekitar 12 cm. Burung jantan memiliki bulu bagian kepala atas
berwarna hijau metalik dan biru, sekitar telinga berwarna ungu kebiruan sedangkan bagian
punggung berwarna kekuningan, dan tunggir dan tenggorokan kuning. Burung betina bagian
atasnya berwarna zaitun kekuningan, sedangkan bagian tunggir, tenggorokan, dan bagian
bawah berwarna kuning. Paruhnya relatif panjang dan melengkung. Ukurannya yang kecil dan
gerakannya gesit sehingga terkadang sulit diamati. Burung ini sering kali di dapati sendiri atau
hidup berpasangan. Terkadang juga dalam kelompok-kelompok kecil. Suara burung ini belum
terdiskripsikan dengan pasti tapi cenderung tinggi.
Makanan utamanya adalah madu, namun selain madu burung ini juga makan serangga dan
laba-laba.

6. BURUNG ELANG BONDOL

Burung Elang Bondol (Haliastur Indus), populasi habitatnya selain di Sulawesi, juga tersebar
di seluruh Indonesia, kecuali di Jawa dan Bali jarang ditemui. Populasi habitatnya sekitar pantai
dan kepulauan di daerah tropis. Juga masih dapat ditemukan di lahan basah dan hutan dataran
rendah sampai ketinggian 2000 m di pedalaman yang jauh dari pantai.

Ciri-cirinya berukuran sedang (45 cm), berwarna putih dan coklat pirang. Burung dewasa:
kepala, leher, dan dada putih; sayap, punggung, ekor, dan perut coklat terang, kontras dengan
bulu utama yang hitam. Burung Remaja, tubuh kecoklatan dengan coretan pada dada. Warna
berubah menjadi putih keabu-abuan pada tahun kedua, dan mencapai bulu dewasa
sepenuhnya pada tahun ketiga.

Makanan utamanya bervariasi, diantaranya memakan kepiting, udang, dan ikan, memangsa
burung, anak ayam, serangga, dan mamalia kecil.

Berkembang biak dengan cara bertelur 2-4 butir, dan dierami selama 28-35 hari dengan
membuat sarang dari susunan patahan batang, ranting, rumput, daun dan sampah, di atas
bangunan atau cabang pohon yang tersembunyi dengan ketinggian 6-50 meter dari permukaan
tanah. Bila bersarang di hutan mangrove, ketinggian sarang hanya sekitar 2-8 meter.
Anak burung Elang Bondol mulai belajar terbang dan meninggalkan sarang sekitar umur 40-56
hari dan menjadi dewasa hidup mandiri dua bulan kemudian.

Original Link from : http://hariyantowijoyo.blogspot.co.id/2011/07/burung-langka-pulau-


sulawesi.html#ixzz4E54IJzig
Terimakasih, karena anda tidak menghapus sumber dan link asli artikel ini.

6 Hewan Ajaib dari Sulawesi Utara


Wahyu Setyo - detikTravel - Kamis, 20/08/2015 15:12 WIB

Index Artikel Ini Klik "Next" untuk membaca artikel selanjutnya « Prev 5 dari 7 Next »
Foto: (Sam Woods/Tropical Birding)

4. Burung Serak Sulawesi

Masih masuk dalam keluarga burung, ada Burung Serak Sulawesi yang begitu khas untuk dilihat
traveler di TN Tangkoko, Bitung. Ukuran burung ini cukup besar, mencapai 43-46 cm. Cirinya
memiliki lempeng wajah yang putih agak gelap, dengan tepi muka berwarna gelap.

Serak Sulawesi yang masuk dalam keluarga burung hantu ini memiliki nama ilmiah Tyto
rosenbergii. Status konservasinya belum begitu terancam, alias masih banyak ditemukan dengan
mudah di alam. Burung ini endemik di Sulawesi dan tidak bisa ditemukan di pulau lain di
Indonesia.
5 Hewan Endemik Khas Papua

Endemik adalah suatu istilah untuk sebutan sebuah peristiwa yang menjadi unik pada satu lokasi
geografi tertentu, seperti pulau, negara, atau zona ekologi tertentu. Untuk dapat dikatakan
endemik suatu organisme harus ditemukan hanya di suatu tempat dan tidak ditemukan di tempat
lain. Nah, kalau berbicara mengenai hewan endemik yang unik-unik di indonesia, Papua adalah
surganya.
Berikut ini ada 5 Hewan Endemik Di Papua :

1. CENDRAWASIH MERAH

Cendrawasih merah atau dalam nama ilmiahnya Paradisaea rubra adalah sejenis burung pengicau
berukuran sedang, dengan panjang sekitar 33-cm, dari marga Paradisaea. Burung ini berwarna
kuning dan coklat, dan berparuh kuning.

Burung cendrawasih merah jantan dewasa berukuran sekitar 72cm yang termasuk bulu-bulu
hiasan berwarna merah darah dengan ujung berwarna putih pada bagian sisi perutnya, bulu muka
berwarna hijau zamrud gelap dan diekornya terdapat dua buah tali yang panjang berbentuk pilin
ganda berwarna hitam. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan, dengan muka
berwarna coklat tua dan tidak punya bulu-bulu hiasan.
Endemik Cendrawasih merah hanya bisa ditemukan di hutan dataran rendah pada pulau Waigeo
dan Batanta di kabupaten Raja Ampat, provinsi Papua Barat.

Adanya Cendrawasih merah bermula dari poligami spesies. Burung jantan memikat pasangan
dengan ritual tarian yang memamerkan bulu-bulu hiasannya. Setelah kopulasi, burung jantan
meninggalkan betina dan mulai mencari pasangan yang lain. Burung betina menetaskan dan
mengasuh anak burung sendiri. Pakan burung Cendrawasih Merah terdiri dari buah-buahan dan
aneka serangga, dan seperti itulah ekosistem dari Cendrawasih merah.

2. HIU KARPET BERBINTIK

Kekayaan bawah laut Raja Ampat bersembunyi suatu spesies yang disebut “penguasa bayangan”
perairan Raja Ampat, ya itu adalah Hiu Karpet (Hemiscyllium freycineti). Hiu ini memiliki
habitat di laut dangkal dengan terumbu karang, pasir dan rumput laut yang lebat dan kondisi itu
biasanya digunakan oleh Hiu Karpet Berbintik sebagai tempat yang sangat tepat untuk
berkamuflase atau melindungi diri, atau mungkin pada saat berburu juga.

Spesies Hiu ini termasuk kategori hiu bambu atau famili Hemiscyllidae dan memiliki bentuk
yang bisa dibilang unik yang dikarenakan oleh bintik-bintik kecil yang sedikit memanjang dan
cenderung berwarna gelap pada rentang interval antara 8-9 baris di ekor dan kepalanya.

Meskipun hiu ini kelihatan kecil dan tidak berbahaya, namun para penyelam jangan pernah
meremehkan makhluk ini, karena seringkali tampak mereka memakan ikan lain yang lebih besar,
layaknya binatang predator lainnya.

3. KANGURU POHON MANTEL EMAS


Kanguru-pohon Mantel-emas atau dalam nama ilmiahnya disebut Dendrolagus pulcherrimus
ialah sejenis kanguru-pohon yang hanya bisa didapat pada hutan pegunungan pulau Irian. Jenis
binatang ini memiliki rambut-rambut halus pendek berwarna coklat muda. Leher, pipi dan
kakinya berwarna kekuningan.

Sisi bawah perut berwarna lebih pucat dengan dua garis keemasan dipunggungnya. Ekor panjang
dan tidak prehensil dengan lingkaran-lingkaran terang. Penampilan Kanguru-pohon Mantel-emas
serupa dengan Kanguru-pohon Hias.

Perbedaannya adalah Kanguru-pohon Mantel-emas memiliki warna muka lebih terang atau
merah-muda, pundak keemasan, telinga putih dan berukuran lebih kecil dari Kanguru-pohon
Hias.

4. KASUARI GELAMBIR SATU

Burung kasuari ini memiliki satu gelambir. Hewan ini berbulu lebat, dan memiliki tinggi badan
sekitar 160 cm dengan berat badan 55-85 kg. Burung kasuari bergelambir satu memiliki panjang
kaki 45 cm. Kulit leher dan kepalanya tidak berbulu, panjang gelambirnya adalah sekitar 3 cm ,
yang berwarna kuning menggantung ke bawah. Burung ini tidak bersayap, hidup soliter. Hewan
ini termasuk ke dalam golongan fruktifora atau hewan pemakan buah-buahan. Burung ini
memiliki paruh dan sepasang telinga. Berkembang biak dengan cara ovipar atau bertelur.
Kasuari gelambir satu (Casuarius unappendiculatus) hidup di Indonesia dan Papua New Guinea.
Daerah sebarannya di Pulau Papua adalah di bagian Utara pulau ini dan dari sinilah nama
Inggrisnya berasal, Northern Cassowary.

5. NURI SAYAP HITAM

Nuri sayap hitam atau Nuri merah-biak, dalam nama ilmiah disebut Eos cyanogenia adalah
sejenis nuri berukuran sedang, dengan panjang sekitar 30cm, dari suku Psittacidae. Burung nuri
ini mempunyai bulu berwarna merah cerah, bercak ungu di sekitar telinga, paruh merah
kekuningan, punggung hitam dan mempunyai iris mata berwarna merah. Burung jantan dan
betina serupa.

Nuri Sayap-hitam hanya ditemukan di habitat hutan di pesisir pulau Biak dan pulau-pulau di
Teluk Cenderawasih. Spesies ini sering ditemukan dan bersarang di perkebunan kelapa.

Nah itulah Sob, tentang lima endemik yang hanya ada di Papua dengan keinstimewaannya.
Semoga yang ada di Papua bisa menjaganya agar tetap lestari ya, ya supaya keindahan alam kita
tetap utuh dengan adanya binatang endemik Papua di atas.
JENIS HEWAN YANG HAMPIR PUNAH
ASLI DARI SUMATERA UTARA
8:30 AM

Ahmadi Darma

Muntiacus montanus (Sumatran Muntjac)

Muntiacus montanus (Sumatran Muntjac)


Kijang sumatra atau Kijang gunung
Diketemukan Kijang Gunung Yang Dianggap Punah !

Kijang Gunung (Muntiacus montanus), species kijang yang tidak ditemukan dalam 100 tahun terakhir dan
dianggap telah punah ditemukan kembali di Taman Nasional Kerinci Seblat, Sumatera. Spesies langka
tersebut ditemukan kembali oleh tim Pelestarian Harimau Sumatra (PHS) dari Balai Taman Nasional
Kerinci Seblat dan Fauna dan Flora International (FFI).
"Pertama kali ditemukan pada 8 Agustus 2002 saat Montanus terjerat perangkap pemburu dan tim kami
melepaskannya," kata Perwakilan dari FFI Indonesia, Dr J Sugardjito, di Jakarta, Jumat (10/10). Dia
mengatakan spesies yang dianggap punah ini ditemukan diketinggian 2.400 meter Gunung Kerinci,
sekitar 15 kilometer dari lokasi penemuan tipe specimen yang sama yang ditemukan di daerah Sungai
Kring oleh Robinson dan Kloss pada tahun 1914.
Ia mengatakan saat melakukan ekspedisi tersebut Robinson dan Kloss hanya menemukan bukti
tengkorak dan kulitnya saja. Bukti tersebut disimpan di Raffles Museum Singapore, tapi hilang saat
evakuasi pada tahun 1942 begitu Jepang menduduki Singapura.
Untuk saat ini foto Kijang Gunung yang dimiliki oleh tim PHS dari Balai Taman Nasional Kerinci Seblat dan
FFI, merupakan satu-satunya bukti di dunia bahwa spesies tersebut masih hidup di Taman Nasional
Kerinci.
Sementara itu, menurut peneliti mamalia dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), DRB Gono
Semiadi, untuk meyakinkan ahli bahwa temuan ini merupakan Kijang Gunung yang telah punah
dibutuhkan waktu satu tahun untuk penelitian.
"Keyakinan sudah ada dari foto dan catatan dari buku-buku taksonomi, tetapi untuk bisa yakin 100
persen perlu ada pembanding yaitu tengkorak asli Kijang Gunung tersebut. Sayangnya yang di Singapura
hilang, karena itu kami coba meminjam dari pemburu yang mungkin memilikinya," ujar dia.

Menurut dia, spesimen dari kijang yang telah punah ini didapat dari Belanda pada 1930. Sedangkan
deskripsi awal dari Robinson dan Kloss bukan saja warna kulit yang lebih gelap yang berbeda dengan
jenis kijang muntjak yang biasa ditemui di Sumatra, Bangka, dan Malaysia, tetapi juga tetapi ukurannya
yang lebih kecil.
Kijang Sumatera (Muntianus montanus)

Foto yang dimiliki FFI tersebut telah diteliti oleh Peneliti Inggris Robert Timmins, Profesor Dr Colins Grove
dari Australian National University, dan DR Gono Semiadi dari LIPI (sumber: facebook Mr. Hamdan
(Dosen/Peneliti pada Universitas Sumatera Utara)

satunya adalah Turnix suscitator atrogularis di Sumatera Utara.

Kelinci Sumatera (Nesolagus netscheri)

Kelinci Sumatra (Nesolagus netscheri), juga dikenal dengan nama Kelinci Sumatra telinga pendek atau
Kelinci belang Sumatra, adalah jenis kelinci liar yang hanya dapat ditemukan dihutan tropis di
pegunungan Bukit Barisan di pulau Sumatra, Indonesia. Populasi kelinci Sumatra mengalami penurunan
yang signifikan yang diakibatkan oleh perambahan hutan yang agresif di pulau Sumatra.

Berukuran sekitar 40 cm panjangnya, kelinci Sumatra memiliki garis-garis kecoklatan, dengan ekor
berwarna merah, dan bawah perutnya berwarna putih. Biasanya tinggal di hutan dengan ketinggian 600-
1400 meter dari permukaan laut. Kelinci ini merupakan hewan nokturnal, dengan menempati bekas atau
liang hewan lain. Makanannya adalah pucuk daun muda dan tanaman yang berukuran pendek, namun
kelinci hutan yang ditangkarkan memakan biji-bijian dan buah-buahan.
Kelinci Sumatera

Pengamatan telah dilaporkan sejak tahun 1972 sebanyak 3 kali, paling baru adalah akhir Januari 2007
ketika kamera jebakan dipasang di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Kelinci sumatra atau Nesolagus
netscheri tercatat sebagai kelinci paling langka di dunia. Hewan inidinyatakan hampir punah oleh
International Union for Conservation of Nature. Sebelumnya, hewan ini pernah dikira punah hingga pada
tahun 1990-an berhasil terfoto oleh seseorang. Kelinci ini terletak pada tempat yang sangat terisolasi,
hanya terdapat di hutan-hutan Bukit Barisan, Sumatra. Karena mereka terletak di tempat yang sangat
terisolasi, informasi tentang perilaku dan habitatnya sangat minimal. Bahkan, masyarakat setempat tak
memiliki bahasa lokal untuk menyebutnya dan ada yang tak menyadari keberadaannya.

Berdasarkan informasi yang sangat minimal itu, diketahui bahwa kelinci ini aktif pada malam hari. Di
siang hari, mereka menghabiskan waktu untuk bersembunyi di dalam liang yang ditinggalkan hewan lain.
Sejauh ini, tak ada bukti bahwa mereka menggali lubangnya sendiri.

Kelinci sumatra terlihat menarik sebab memiliki warna bulu yang bermotif garis. Diperkirakan, warna bulu
tersebut dimiliki agar kelinci itu bisa menyesuaikan diri dan bersembunyi di dasar hutan hujan tropis.
Secara umum, kelinci ini memiliki bulu yang tebal dan lembut, garis-garis yang berwarna coklat kacang,
serta satu garis yang memanjang dari tengkuk hingga ekor. Ciri lainnya adalah memiliki ekor warna
merah, berbobot lebih kurang 1,5 kg, panjang sekitar 40 cm dan telinga yang lebih kecil dari kelinci
umumnya. Kelinci ini merupakan hewan nocturnal, dengan menempati bekas atau liang hewan lain.

Makananannya adalah pucuk daun muda dan tanaman yang berukuran pendek, namun kelinci hutan
yang ditangkarkan memakan biji-bijian dan buah-buahan. Kelinci ini tidak mencari makan seperti hewan
lainnya yang berkeliling wilayah tertentu. Mereka memilih untuk hanya berada di daerah sekitar liangnya
dan memakan tanaman apa saja yang ada di sana. Tentang reproduksinya, belum ada dat

Cairina scutulata (Mentok Rimba)


Mentok Rimba ( Cairina scutulata ) kerabat dekat entok yang terancam punah ada di Sumatera
Utara (IUCN Red List Category & Criteria: Endangered A2cd+3cd+4cd;C2a(i) ver 3.1), Mentok Rimba
atau dalam nama ilmiahnya Cairina scutulata adalah sejenis burung dari keluarga bebek (suku Anatidae).
Spesies ini termasuk salah satu burung air yang paling langka dan terancam punah di dunia. Mentok
Rimba juga dikenal dengan beberapa nama sepertiSerati, Mentok Hutan, Bebek Hutan atau Angsa Hutan.
Dalam bahasa Inggris spesies ini dikenal sebagai White-winged Wood Duck.

Berbentuk mirip dengan mentok peliharaan (Cairina moschata), Mentok Rimba memiliki panjang tubuh
(dari paruh hingga ke ujung ekor) sekitar 75 cm.

Tubuh umumnya berwarna gelap atau kehitaman, dengan sisi bawah sayap (ketika terbang) berwarna
putih. Kepala dan leher putih, kadang-kadang dengan bintik-bintik kehitaman. Paruh dan kaki kekuningan
atau jingga kusam. Tidak seperti mentok peliharaan, tak ada lingkaran merah di sekeliling mata.

Mentok Rimba

Pada masa lalu, Mentok Rimba hidup tersebar luas mulai dari India timur laut, Bangladesh, Asia
Tenggara, Sumatra hingga Jawa. Pada tahun 2002 populasinya di seluruh dunia tinggal lagi 800 ekor;
dengan sekitar 200 ekor menyebar di Laos, Thailand, Vietnam dan Kamboja, sekitar 150 ekor di Sumatra,
terutama di Taman Nasional Way Kambas, dan 450 ekor di India, Bangladesh dan Myanmar. Di sumatera
utara, mentok rimba dapat di jumpai di Rawa Pesisir Pantai Barat Tapanuli Selatan.

AYAM KINANTAN
Ayam Kinantan

AYAM KINANTAN

Ayam Kukuak Balenggek (AKB) sebenarnya adalah ayam lokal (buras) asli Sumatera Barat yang pada
awalnya ditemukan dibeberapa desa di Kecamatan Payung Sekaki dan Tigo Lurah (antara lain; Simanau,
Simiso Batu Bajanjang, Garabak Data, Rangkiang, Muaro dan Rangkiang Luluih) Kabupaten Solok. Konon
ceritanya, ayam kukuak balenggek berasal dari keturunan ayam kinantan milik Cindua Mato yang
mengawini ayam hutam di Bukit Sirayuah Kecamatan Payung Sekaki dan berkembang biak hingga
sekarang.

Secara sepintas ayam kukuak balenggek hampir sama dengan ayam lokal (ayam buras) biasa, namun
ciri-ciri utama dari ayam ini adalah suaranya yang merdu terutama untuk jantan, dimana suara kokoknya
yang panjang dan bertingkat-tingkat (balenggek) 6 sampai dengan 15 tingkat kokoknya.

Keterbatasan “Plasma Nutfah” ayam ini, akibat semakin banyaknya yang dijual keluar daerah
menyebabkan populasinya semakin menurun, bahkan jumlah kokok yang panjang (banyak lenggek)
makin jarang terdengar di daerah asalnya karena berpindah tangan kepada penggemarnya di kota-kota.
Semakin hari akibat kelangkaannya, harga pererkornya lebih tinggi, sehingga merupakan potensi yang
perlu digarap melalui penangkarannya.

Ayam kukuak balenggek ini telah mendunia karena pada tahun 1981 seorang insinyur Belanda membawa
sepasang ayam ini ke negara Belanda, karena dia terkesan dengan suaranya yang merdu dan indah.
Pada tahun 1994 seorang pejabat kita memberikan cindera mata kepada Pangeran akishinonomiya
Fumihito dari Jepang, beliau sangat terkesan sekali dengan keanggunan ayam ini sehingga beliau
memerintahkan beberapa materinya harus memiliki ayam ini. Yang lebih menariknya dari ayam kokok
balenggek ini adalah pada waktu-waktu tertentu diadakan "Lomba Ayam Kukuak Balenggek" yang
memperlombakan kemampuan dan kemerduan suaranya. (dikutif dari facebook Bang Hamdan/Dosen
Universitas Sumatera Utara)

Kodok Sumatera (Duttaphrynus sumatranus) Amfibi Paling Langka


Posted on 11 November 2015 by alamendah

Bisa dibilang Kodok Sumatera atau Duttaphrynus sumatranus (Peters, 1871) adalah amfibi
(amphibi) paling langka di Indonesia. Bersama dengan Kodok Merah (Leptophryne cruentata)
dan Kodok Pohon Ungaran (Philautus jacobsoni), Kodok Sumatera, menyandang status
Critically Endangered dari IUCN Red List.
Bukan itu saja, ketiganya sempat menjadi ‘kodok mitos’ yang sejak ditemukan pertama kali
kemudian tidak pernah dijumpai kembali. Sejak dideskrisikan pertama kali pada tahun 1871,
Kodok Sumatera atau Sumatra Toad (Duttaphrynus sumatranus) baru dapat dijumpai kembali
pada 2001 silam. Selama 141 tahun, kodok yang merupakan hewan endemik pulau Sumatera ini
menjadi mitos.

Dalam bahasa Inggris Kodok Sumatera disebut sebagai Sumatera Toad. Nama latin hewan dari
famili Bufonidae ini adalah Duttaphrynus sumatranus (Peters, 1871) yang memiliki nama
sinonim Bufo sumatranus Peters, 1871.

Setelah seratus tahun lebih menjadi ‘kodok mitos’, baru pada tahun 2001 Kodok Sumatera
ditemukan kembali. Diketahui kodok endemik ini hanya mendiami daerah ‘Lubuk Selasih’ di
sekitar Gunung Talang di perbatasan tiga kabupaten, Padang Pariaman, Solok dan Pesisir
Selatan, provinsi Sumatera Barat. Mendiami tepian sungai di hutan sekunder pada ketinggian
sekitar 1000 meter dpl. Berbagai survei yang dilakukan pada daerah berketinggian di atas 1.260
meter dpl dan di bawah 800 meter dpl, gagal menemukan spesies langka ini. Wajar jika
kemudian tidak banyak yang dapat diketahui tentang perilaku hewan langka ini.

Daerah Sebaran Kodok Sumatera (Duttaphrynus sumatranus). Gambar: IUCN Red List
Kodok Berut (Duttaphrynus melanostictus) salah satu kerabat Kodok Sumatera. Gambar:
commons.wikimedia.org

Daerah sebarannya sangat sempit. Diperkirakan luasnya kurang dari 100 km persegi. Di tambah
dengan ancaman berupa kerusakan habitat dan alih fungsi lahan menjadi lahan pertanian serta
pendangkalan sungai diduga berpengaruh besar pada tingkat keterancaman kodok endemik
Indonesia ini. Sehingga IUCN Red List kemudian memasukkan Kodok Sumatera (Duttaphrynus
sumatranus) menjadi salah satu dari tiga amphibi Indonesia dengan status Critically Endangered
(Sangat Terancam Punah). Sedangkan jumlah populasi kodok ini sendiri tidak diketahui sampai
sekarang.

Indonesia menjadi salah satu pusat populasi amfibi dunia. Sedikitnya 392 spesies amfibi hidup di
Indonesia. dari jumlah tersebut 176 diantaranya merupakan amfibi endemik Indonesia yang tidak
ditemukan di negara lain. Sayangnya 32 spesies diantaranya terancam kepunahan. 20 spesies
masuk dalam daftar Vulnerable, 9 spesies masuk daftar Endangered (Terancam), dan 3 spesies
terdaftar sebagai Critically Endangered (Sangat Terancam). Ketiga amphibi tersebut adalah
Kodok Pohon Ungaran (Philautus jacobsoni), Kodok Merah (Leptophryne cruentata), dan
Kodok Sumatera (Duttaphrynus sumatranus). Baca : Kondisi Amfibi di Indonesia.

Klasifikasi Ilmiah Kodok Sumatera. Kerajaan: Animalia. Filum: Chordata. Kelas: Amphibia.
Ordo: Anura; Famili: Bufonidae. Genus: Duttaphrynus. Spesies: Duttaphrynus sumatranus
(Peters, 1871).
9. Sikatan Aceh
Burung sikatan aceh (Cyornis ruckii) merupakan burung sikatan endemik Pulau Sumatera
terlangka. Jenis burung penghuni hutan dataran rendah ini sebenarnya dianggap telah punah
lantaran sejak ditemukan pertama kali oleh M Ruck pada tahun 1917 dan 1918, burung ini
hampir tidak pernah lagi ditemukan. Karena selama lebih dari seratus tahun tidak pernah
ditemukan kembali, IUCN mengganjarnya dengan status sangat terancam punah atau kritis.

Indonesia memang memiliki sejagad kekayaan jenis burung. Namun bersamaan dengan itu
tingginya ancaman terhadap mereka membuat sebagian diantaranya harus berada diujung
kepunahan. Tanpa adanya kesadaran pada setiap anak bangsa dibumi nusantara ini niscaya
ribuan burung nan eksotik ini mampu bertahan. Mereka adalah anugerah tuhan yang patut kita
jaga, bukan kita musnahkan dengan tangan kita. (Rexa17)

Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus)


Badak Jawa adalah salah satu spesies satwa terlangka di dunia yang perkiraan jumlah
populasinya tak lebih dari 60 individu di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), dan sekitar
delapan individu di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam. Badak Jawa adalah spesies badak yang
paling langka diantara lima spesies badak yang ada di dunia dan termasuk dalam Daftar Merah
badan konservasi dunia IUCN, yaitu dalam kategori sangat terancam atau critically endangered.

Badak diyakini telah ada sejak jaman tertier (65 juta tahun yang lalu). Seperti halnya Dinosaurus
yang telah punah, Badak pada 60 juta tahun yang lalu memiliki 30 jenis banyak mengalami
kepunahan. Saat ini hanya tersisa 5 spesies Badak, 2 spesies diantaranya terdapat di Indonesia

Jawa Tengah-Kepodang
Kepodang adalah burung berkicau (Passeriformes) yang mempunyai bulu yang indah dan juga
terkenal sebagai burung pesolek yang selalu tampil cantik, rapi, dan bersih termasuk dalam
membuat sarang. Kepodang merupakan salah satu jenis burung yang sulit dibedakan antara
jantan dan betinanya berdasarkan bentuk fisiknya. Burung kepodang termasuk jenis burung
kurungan karena dibeli oleh masyarakat sebagai penghias rumah, oleh karenanya burung ini
masuk dalam komoditas perdagangan yang membuat populasinya semakin kecil.

Jawa Tengah-Kepodang (sumber: kicau.tk,uniknya.com)

Burung kepodang berasal dari daratan China dan penyebarannya mulai dari India, Asia
Tenggara, kepulauan Philipina, termasuk Indonesia yang meliputi Sumatera, Jawa, Bali,
Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara. Burung ini hidup di hutan-hutan terutama di daerah
tropis dan sedikit di daerah sub tropis dan biasanya hidup berpasangan. Di pulau Jawa dan Bali
burung kepodang sering disebut dengan kepodang emas.
Burung kepodang berukuran relatif sedang, panjang mulai ujung ekor hingga paruh berkisar 25
cm. Burung ini berwarna hitam dan kuning dengan strip hitam melewati mata dan tengkuk, bulu
terbang sebagian besar hitam. Tubuh bagian bawah keputih-putihan dengan burik hitam, iris
merah, bentuk paruh meruncing dan sedikit melengkung ke bawah, ukuran panjang paruh kurang
lebih 3 cm, kaki hitam. Burung ini menghuni hutan terbuka, hutan mangrove, hutan pantai, di
tempat-tempat tersebut dapat dikenali dengan kepakan sayapnya yang kuat, perlahan, mencolok
& terbangnya menggelombang.

Buaya di Indonesia, Ciri dan Macam Jenisnya


Posted on 21 Mei 2010 by alamendah

Indonesia memiliki 7 (tujuh) spesies (jenis) buaya dari seluruh spesies buaya yang ada di
dunia. Macam spesies (jenis) buaya di Indonesia antara lain buaya muara (Crocodylus porosus),
buaya siam atau buaya air tawar (Crocodylus siamensis), buaya irian (Crocodylus
novaeguineae), buaya kalimantan (Crocodylus raninus), buaya mindoro (Crocodylus
mindorensis), buaya senyulong (Tomistoma schlegelii), dan buaya sahul (Crocodylus
novaeguineae).

Buaya merupakan nama Indonesia untuk menyebut berbagai jenis reptil dari famili (suku)
Crocodylidae. Selain disebut buaya, reptil ini juga dikenal dengan nama yang berbeda di
beberapa daerah di Indonesia seperti buhaya (Sunda dan Banjar), baya atau bajul (Jawa), bekikok
(Betawi), bekatak, atau buaya katak (buaya bertubuh kecil gemuk), senyulong, buaya jolong-
jolong (Melayu). Dalam bahasa Inggris buaya disebut crocodile.

Buaya merupakan hewan purba yang hanya mengalami sedikit perubahan evolusi semenjak
zaman dinosaurus. Boleh dikatakan, buaya yang ada saat ini dengan yang ada pada zaman
dinosaurus dulu relatif tidak berubah.

Mengenal Ciri Buaya. Berbagai macam jenis (spesies) buaya termasuk spesies buaya di
Indonesia memiliki ciri-ciri yang hampir sama. Pada umumnya buaya mempunyai habitat di
perairan air tawar seperti danau, rawa dan sungai, namun ada pula yang hidup di air payau
seperti buaya muara.

Buaya merupakan pemangsa penyergap yang menunggu mangsanya mendekat lalu


menerkamnya tiba-tiba. Mangsa buaya meliputi ikan, burung, dan beberapa mamalia.

Selain mampu bergerak dengan cepat dan tiba-tiba buaya mempunyai kemampuan
mencengkeram yang kuat pada rahang mulutnya. Tekanan gigitan rahang buaya dipercaya
sebagai yang terkuat. Tetapi anehnya, otot-otot yang berfungsi untuk membuka mulut buaya
sangat lemah. Buaya terbukti tidak mampu membuka mulutnya dari lakban yang dililitkan
beberapa kali saja.

Mengenal Macam Jenis Buaya Indonesia. Buaya di Indonesia terdiri atas 7 jenis. Jenis
(spesies) tersebut antara lain:

 Buaya muara (Crocodylus porosus)


Buaya muara jenis yang paling sering ditemukan di Indonesia

Buaya muara merupakan spesies buaya yang terbesar, terpanjang dan terganas di antara jenis-
jenis buaya lainnya di dunia. Buaya muara juga memiliki habitat persebaran yang sangat luas,
bahkan terluas dibandingkan spesies buaya lainnya. Buaya muara dapat ditemukan mulai dari
Teluk Benggala (India, Sri Langka, dan Bangladesh) hingga Kepulauan Fiji. Indonesia menjadi
habitat terfavorit bagi buaya muara selain Australia.

 Buaya siam atau buaya air tawar (Crocodylus siamensis)

Buaya siam, masuk daftar Critically Endangered (Kritis)

Buaya Siam diperkirakan berasal dari Siam. Buaya siam selain di Indonesia dapat dijumpai pula
di Thailand, Vietnam, Malaysia, Laos, dan Kamboja. Di Indonesia, buaya siam hanya terdapat di
Jawa dan Kalimantan.

 Buaya irian (Crocodylus novaeguineae)

Buaya irian hanya terdapat di pulau Irian (Indonesia dan Papua Nugini). Bentuk tubuh buaya
yang hidup di air tawar ini menyerupai buaya muara hanya berukuran lebih kecil dan berwarna
lebih hitam.

 Buaya kalimantan (Crocodylus raninus)

Buaya kalimantan mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan buaya muara. Lantaran itu buaya yang
hanya dapat ditemui di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan ini statusnya masih menjadi
perdebatan para ahli.
 Buaya mindoro (Crocodylus mindorensis)

Buaya mindoro, Critically Endangered

Buaya mindoro semula termasuk anak jenis (subspesies) dari buaya irian (Crocodylus
novaeguineae) tapi kini buaya ini di anggap sebagai jenis tersendiri. Buaya mindoro di Indonesia
dapat ditemukan di Sulawesi bagian timur dan tenggara.

 Buaya senyulong (Tomistoma schlegelii)

Buaya senyulong, mulutnya lebih sempit

Buaya senyulong tersebar di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Yang membedakan buaya
senyulong dengan jenis buaya lainnya adalah moncongnya yang relatif sempit.

 Buaya sahul (Crocodylus novaeguineae)

Buaya sahul sebenarnya sama atau masih dianggap satu jenis dengan buaya irian. Namun oleh
beberapa ahli taksonomi buaya sahul yang hanya tersebar di Papua bagian selatan ini diusulkan
untuk menjadi spesies tersendiri.

Konservasi Buaya. Empat jenis buaya yang ada di Indonesia, yakni buaya irian (Crocodylus
novaeguineae), buaya muara (C. porosus), buaya siam (C. siamensis), dan buaya sinyulong
(Tomistoma schlegelii) merupakan satwa yang dilindungi oleh undang-undang berdasarkan
Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Jenis-jenis Tumbuhan
dan Satwa yang Dilindungi.

Buaya siam dan buaya mindoro merupakan buaya yang mulai langka dan dimasukkan dalam
status konservasi Critically Endangered (Critis) oleh IUCN Redlist. Buaya senyulong
dimasukkan dalam status konservasi Terancam Punah (Endangered). Sedangkan spesies buaya
lainnya seperti buaya muara dan buaya irian didaftar dalam status konservasi berisiko rendah
(Least Concern).

Semoga saja jenis-jenis buaya di Indonesia ini masih terus mampu bertahan dari kepunahan
sehingga anak cucu kita kelak masih mengenal macam jenis buaya di Indonesia ini. Tidak hanya
sekedar buaya darat saja.

Rusa Bawean, Pelari Ulung yang Semakin Kritis


Posted on 24 Desember 2009 by alamendah

Rusa Bawean (bahasa latinnya Axis kuhlii), merupakan satwa endemik pulau Bawean (Kab.
Gresik, Jawa Timur) yang populasinya semakin langka dan terancam kepunahan. Oleh IUCN
Redlist, Rusa Bawean, yang merupakan satu diantara 4 jenis (spesies) Rusa yang dimiliki
Indonesia ini, dikategorikan dalam “Kritis” (CR; Critiscally Endangered) atau “sangat terancam
kepunahan”. Spesies Rusa Bawean ini juga terdaftar pada CITES sebagai appendix I. Dalam
bahasa inggris disebut sebagai Bawean Deer.

Ciri-ciri dan Habitat Rusa Bawean. Rusa Bawean memiliki tubuh yang relatif lebih kecil
dibandingkan Rusa jenis lainnya. Rusa Bawean (Axis kuhlii) mempunyai tinggi tubuh antara 60-
70 cm dan panjang tubuh antara 105-115 cm. Rusa endemik Pulau Bawean ini mempunyai bobot
antara 15-25 kg untuk rusa betina dan 19-30 kg untuk rusa jantan.

Selain tubuhnya yang mungil, ciri khas lainnya adalah memiliki ekor sepanjang 20 cm yang
berwarna coklat dan keputihan pada lipatan ekor bagian dalam. Tubuhnya yang mungil ini
menjadikan Rusa Bawean lincah dan menjadi pelari yang ulung.
Warna bulunya sama dengan kebanyakan rusa, cokelat kemerahan kecuali pada leher dan mata
yang berwarna putih terang. Bulu pada Rusa Bawean anak-anak memiliki totol-totol tetapi
seiring bertambahnya umur, noktah ini akan hilang dengan sendirinya.

Sebagaimana rusa lainnya, Rusa Bawean jantan memiliki tanduk (ranggah) yang mulai tumbuh
ketika berusia delapan bulan. Tanduk (ranggah) tumbuh bercabang tiga hingga rusa berusia 30
bulan. Ranggah rusa ini tidak langsung menjadi tanduk tetap tetapi mengalami proses patah
tanggal untuk digantikan ranggah yang baru. Baru ketika rusa berusia 7 tahun, ranggah (tanduk
rusa) ini menjadi tanduk tetap dan tidak patah tanggal kembali.

Rusa Bawean merupakan nokturnal, lebih sering aktif di sepanjang malam. Dan mempunyai
habitat di semak-semak pada hutan sekunder yang berada pada ketinggian hingga 500 mdpl.
Mereka sangat hati-hati, dan muncul untuk menghindari kontak dengan orang-orang; di mana
aktivitas manusia berat, rusa menghabiskan hari di hutan di lereng-lereng curam yang tidak dapat
diakses oleh penebang kayu jati.

Rusa Bawean (Axis kuhlii) mempunyai masa kehamilan antara 225-230 hari dan melahirkan satu
anak tunggal (jarang terjadi kelahiran kembar). Kebanyakan kelahiran terjadi antara bulan
Februari hingga Juni.

Populasi dan Konservasi Rusa Bawean (Axis kuhlii). Di habitat aslinya, Rusa Bawean
semakin terancam kepunahan. Pada akhir 2008, peneliti LIPI menyebutkan jumlah populasi rusa
bawean yang berkisar 400-600 ekor. Sedang menurut IUCN, satwa endemik yang mulai langka
ini diperkirakan berjumlah sekitar 250-300 ekor yang tersisa di habitat asli (2006).

Karena populasinya yang sangat


kecil dan kurang dari 250 ekor spesies dewasa, IUCN Redlist sejak tahun 2008 memasukkan
Rusa Bawean dalam kategori “Kritis” (CR; Critiscally Endangered) atau “sangat terancam
kepunahan”. Selain itu CITES juga mengategorikan spesies bernama latin Axis kuhlii ini sebagai
“Appendix I”
Semakin langka dan berkurangnya populasi Rusa Bawean (Axis kuhlii) dikarenakan
berkurangnya habitat Rusa Bawean yang semula hutan alami berubah menjadi hutan jati yang
memiliki sedikit semak-semak. Ini berakibat pada berkurangnya sumber makanan.

Penurunan jumlah populasi ini mendorong berbagai usaha konservasi diantaranya pembentukan
Suaka Margasatwa Pulau Bawean seluas 3.831,6 ha sejak tahun 1979. Selain itu untuk
menghindari kepunahan sejak tahun 2000 telah diupayakan suatu usaha penangkaran Rusa
Bawean (Axis kuhlii).

Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mammalia; Ordo:


Artiodactyla; Upaordo: Ruminantia; Famili: Cervidae; Upafamili: Cervinae; Genus: Axis;
Spesies: Axis kuhlii. Nama binomial: Axis kuhlii (Müller, 1840)

Landak jawa
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Landak jawa

Status konservasi

Risiko Rendah (IUCN 3.1)[1]

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia

Filum: Chordata
Kelas: Mammalia

Ordo: Rodentia

Famili: Hystricidae

Genus: Hystrix

Upagenus: Acanthion

Spesies: H. javanica

Nama binomial

Hystrix javanica
(F. Cuvier, 1823)

Landak jawa (Hystrix javanica) adalah jenis hewan pengerat dari suku Hystricidae.

Landak jawa.

Landak jawa adalah hewan endemik dari Indonesia. Meskipun tidak terdaftar sebagai hewan
yang terancam eksistensinya di alam oleh IUCN, landak jawa diburu orang karena di beberapa
tempat merusak tanaman budidaya. Daging landak juga dibuat sate di beberapa tempat.

Landak Jawa banyak ditemukan di hutan, dataran rendah, kaki bukit, dan area pertanian. Pakan
landak Jawa dapat berupa rumput, daun, ranting, akar, buah-buahan, sayur-sayuran bahkan
landak juga dapat mengunyah tanduk rusa untuk memenuhi kebutuhan mineral dalam tubuhnya.
Ciri-ciri fisik yang khas pada landak Jawa adalah tubuhnya yang diselimuti rambut halus (seperti
rambut pada mamalia lain), rambut peraba, dan duri. Rambut halus dan duri terdapat di seluruh
bagian tubuh landak, kecuali pada bagian hidung, mulut, daun telinga, dan telapak kaki. Fungsi
dari rambut halus adalah sebagai pelindung dari cuaca panas maupun dingin, membantu
mengatur proses homeostatis tubuh, dan sebagai reseptor sensoris. Rambut peraba berwarna
hitam dan putih terdapat di bawah hidung dan di sekitar pipi landak. Rambut peraba merupakan
rambut khusus yang tumbuh dari folikel hipodermis. Folikel-folikel tersebut dikelilingi oleh saraf
yang responsif terhadap rangsangan mekanik seperti sentuhan atau gerakan.

Pada bagian kepala, tubuh dan ekor ditutupi oleh duri yang tebal dan kaku yang panjangnya
dapat mencapai 20 cm. Duri tersebut berwarna kecoklatan atau kehitaman, seringkali terdapat
band putih pada duri landak. Setiap duri yang ada pada tubuh landak tertanam di dalam kulit.
Duri melekat pada otot yang berfungsi sebagai penarik duri tersebut ke atas (penegang) ketika
ada ancaman yang mendekat.

Duri-duri pertahanan landak akan ditegangkan ketika landak merasa terancam oleh predator.
Landak mampu menghempaskan duri-duri pertahanannya ke tubuh predator ketika predator
mendekati landak. Duri-duri pertahanan tersebut dapat terlepas dan menancap pada tubuh
predator. Duri-duri yang hilang tersebut akan diganti dengan duri-duri yang baru. Duri-duri baru
ini akan tetap berada atau tertanam di dalam kulit sampai tumbuh sempurna. Pertumbuhan duri
baru akan sama dengan proses pertumbuhan rambut pada umumnya.

Beruang Madu, Maskot Kota Balikpapan


Posted on Mei 31, 2008 by Aldy Iseng

Kingdom: Animalia

Phylum: Chordata

Class: Mammalia

Order: Carnivora

Family: Ursidae

Genus: Helarctos
Horsfield 1825

Species: H. malayanus
Beruang madu memakan kadal, burung, dan mamalia kecil lainnya, juga memakan buah-buahan, telur,
dan rayap. Beruang madu juga memakan sarang lebah, serangga, akar-akaran, cocoa dan kelapa.

Beruang madu tidak berhibernasi seperti beruang lainnya, sehingga ia dapat berreproduksi sepanjang
tahun. Beruang madu mengandung selama 96 hari, dan menyusu selama 18 bulan. Mencapai
kematangan seksual setelah berumur 3-4 tahun, dan hidup selama sekitar 28 tahun.

Rusa Sambar Hewan Buruan yang Tak Terperhatikan


Posted on Desember 18, 2008 by Aldy Iseng

Scientific classification

Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Class: Mammalia
Order: Artiodactyla
Suborder: Ruminantia
Family: Cervidae
Subfamily: Cervinae
Genus: Cervus
Species: C. unicolor
Rusa Sambar atau Sambar India (disebut juga rusa sambur,
Binomial name
sambhur, Tamil: Kadaththi man), adalah jenis rusa besar
Cervus unicolor yang umum berhabitat di Asia. Spesies yang umum
(Kerr, 1792) memiliki ciri khas tubuh yang besar dengan warna bulu
kecoklatan, tungkai kaki depan dan belakang sama panjang, memiliki tanduk cabang tiga dan gigi taring
pada rahang atasnya. Sambar dapat tumbuh setinggi 102 cm – 160 cm sampai bahu dengan berat
sekitar 546 kg. Sambar umumnya berhabitat di hutan dan bergantung pada tanaman semak atau
rerumputan sampai ketinggian 3.000 meter di atas permukaan laut. Mereka umumnya hidup dalam
kelompok dengan anggota 5 – 6 anggota. Rusa Sambar (Cervus unicolor syn. Cervus aristotelis) mendiami
sebagian besar Asia Selatan dengan batas sampai wilayah Himalaya. Selain itu dapat pula ditemukan di
hutan tropis Burma, Thailand, Indocina, the Semenanjung Malaya), Cina Selatan (termasuk Hainan),
Taiwan, serta di pulau Sumatra dan Kalimantan di Indonesia.

Gajah Kecil Khas Kalimantan


Posted on Januari 9, 2009 by Aldy Iseng

Borneo Elephant
Scientific classification

Kingdom: Animalia

Phylum: Chordata

Class: Mammalia

Order: Proboscidea

Family: Elephantidae

Genus: Elephas

Species: E. maximus

Subspecies: E. m. borneensis Gajah khas Kalimantan ini merupakan gajah terkecil dari semua jenis
gajah. Tinggi jantan dewasa 1,7 – 2,6 m, sedangkan betina 1,5 – 2,2
Trinomial name m. Sebagian besar jantan dewasa memiliki gading sepanjang 0,5 – 1,7
m, sedangkan betina dewasa sebagian besar tidak meiliki gading atau
Elephas maximus borneensis gadingnya sangat pendek dan tidak menonjol keluar bibir. Bentuk
Deraniyagala, 1950 tubhnya khas dengan belalai panjang, pada umumnya berwarna
coklat abu-abu, tapi lebih pucat jika kering, dan lebih kehitaman jika
basah. Tubuh anakan tertutup rambut keras berwarna hitam.

Di Kalimantan gajah ini hanya terdapat di Sungai Sugut di timur laut Sabah dan Sungai Sembakung di
Kalimantan Timur bagian utara. Gajah ini hidup di hutan dipetrocarpaceae, dan kadang memasuki hutan
rawa dan hutan nipah untuk mencari makan. Binatang ini dilaporkan melewati dan makan di kebun atau
perkebunan.

Kucing Hutan
Posted on April 2, 2009 by Aldy Iseng

Leopard Cat

Scientific classification

Kingdom: Animalia

Phylum: Chordata
Class: Mammalia

Order: Carnivora

Family: Felidae

Genus: Prionailurus

Species: P. bengalensis

Ukuran Kucing Hutan sama seperti kucing domestik, tetapi ada perbedaan regional yang pantas dipertimbangkan: di
(dalam) Indonesia rata-rata ukuran adalah 45 cm, ditambah 20 cm panjang ekor, 60 cm/40 cm di daerah Amur.
Tinggi bahunya adalah 41 cm dan beratnya 4.5-6.8 kg, sama dengan kucing domestik. Warna bulunya variatif,
kuning di selatan, tetapi abu-abu-silver di utara. Bulunya halus dan pendek. Warna khas kuning kecoklatan dengan
belang-belang hitam dari bagian kepala sampai tengkuk, lainnya bertotol-totol hitam. Makanannya berupa binatang
kecil seperti tikus, bajing, burung, tupai, marmot, kadal, kancil, kelelawar, dan kelinci.

Berhabitat di hutan primer dan sekunder dengan ketinggian 1.500 m. Kadang-kadang dijumpai di dekat
perkampungan. Dapat ditemukan di Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Ba

Bangau Besar Bangau Tongtong


Posted on Maret 1, 2009 by Aldy Iseng

Lasser Adjutant
Scientific classification

Kingdom: Animalia

Phylum: Chordata

Class: Aves

Order: Ciconiiformes

Family: Ciconiidae

Genus: Leptoptilos

Species: L. javanicus

Binomial name

Leptoptilos javanicus
Horsfield, 1821

Merupakan burung bangau yang besar dari ciconiidae. Dapat ditemukan di Kalimantan, Sumatra, Jawa
dan Bali, berhabitat di sawah, danau, mangrove dan padang rummput tergenang. Panjang tubuh ± 110
cm, mudah dikenali, warna bulu hitam dan putih, dengan paruh besar dan lebar. Punggung, sayap dan
ekor hitam. Kepala lebar, bagian kepala yang tidak berbuluberwarna merah muda. Pada mahkota
terdapatbulu-bulu halus berwarna putih. Iris berwarna abu-abu kebiruan, paruh abu-abu dan kaki coklat
gelap.

Makanan utamanya katak, dan serangga, juga memakan burung muda, kadal, tikus. Bangau ini
terkadang juga memakan bangkai.

Tupai merah
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Tupai merah
Status konservasi

Risiko Rendah (IUCN 3.1)[1]

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Mammalia

Ordo: Scandentia

Famili: Tupaiidae

Genus: Tupaia

Spesies: T. splendidula

Nama binomial

Tupaia splendidula
Gray, 1865
Wilayah habitat Tupai merah

Tupai merah (Latin: Tupaia splendidula) adalah tupai berwarna coklat-merah tua pada
punggungnya, dan merah kehitam-hitaman pada permukaan perutnya.[2][1]

Deskripsi

Ciri fisik tupai merah, pada bahu terdapat garis kuning pendek.[2] Tupai ini memilik panjang
badan dengan kepala sekitar 15,5 cm, sedangkan ekornya memiliki panjang 13,6 cm.[2] Ekornya
berwarna lebih gelap (merah kehitaman) daripada warna badannya.[3] Kepalanya cukup besar,
nyaris berdiameter sama dengan badannya.[3] Daun telinganya melingkar pendek, berbentuk
menyerupai kulit kerang, lebih cembung daripada telinga manusia. Telapak kaki depan (tangan)
dan telapak kaki belakang, serta pergelangannya tidak banyak bulunya, menunjukkan kukunya
dengan jelas.[3] Sekilas nampak seperti ciri tupaia speciosa, namun perbedaannya pada bentuk
kepalanya yang lancip lebih mirip dengan tupaia tana.[3]

Sifat-sifat tupai merah ini diduga tidak jauh beda dari jenis tupai yang lain.[2] Tupai ini mendiami
pepohonan hutan dataran rendah di Kalimantan, Bunguran, Pulau Natuna bagian utara, Pulau
Anambas, dan Pulau Karimata.[2] Banyak juga ditemukan di Malaysia.[1] Tupai merah memiliki
populasi yang tinggal sedikit karena biasanya diburu dengan menangkapnya di malam hari
dengan jebakan tertentu.[1]

Capung jarum
Capung jarum menjadi salah satu indikator air bersih. Predator paling mengerikan di kerajaan
hewan ini kini tercancam punah karena karena polusi dan perburuan para kolektor.

Dewi Cholidatul

Seekor capung bersembunyi di balik daun sebatang pohon yang menjulang di sekitar aliran
sungai yang terdapat di kaki Gunung Sahendaruman di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi
Utara. Matanya yang seperti memakai kacamata awas memperhatikan lalat buah yang terbang di
sekitar buah busuk di atas tanah. Sayapnya tegak, agar tak menimbulkan bunyi dan gerakan.

Melihat calon mangsanya lengah, satwa bernama latin Protosticta rozendalorum itu langsung
melesat dan menukik. Mulutnya segera menjulur dan melumat mangsanya tanpa harus mendarat
di bumi.

Satwa yang sudah ada sejak jaman dinosaurus ini selalu memukau dari warnanya yang indah dan
beragam. Satwa bertubuh jenjang dan ramping seperti jarum ini termasuk serangga terbang yang
canggih. Mereka bisa melayang-layang di udara, menyelam di air, terbang mundur dan terbalik,
berputar 360 derajat dengan tiga kali kepakan sayap.

Ia memegang predikat serangga dengan rekor terbang tercepat. Capung mampu terbang dengan
gerakan sayap yang dinamis dan dengan kecepatan rata-rata 30-60 km/jam. Beberapa jenis lain
bahkan mampu terbang hingga 90km/jam. Satwa inilah yang mengilhami Igor Sikorsky saat
membuat helikopter.

Di balik penampilan “ramah”nya, satwa mungil yang banyak disukai oleh manusia ini ternyata
merupakan predator udara yang sangat rakus. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh tim
ilmuwan Universitas Rutgers di Amerika Serikat menunjukkan, capung menjadi pemburu yang
paling brutal sekaligus efektif dalam kerajaan hewan. Satwa ini mampu menangkap nyaris
seluruh mangsanya dengan tingkat keberhasilan mencapai 95 persen. Bahkan capung kerap
memakan mangsanya sembari tetap terbang, tanpa perlu repot hinggap ke daun atau ranting
pohon.

“Capung akan merobek-robek tubuh mangsanya dan terus mengunyahnya sampai berbentuk
gumpalan sebelum akhirnya mereka menelannya,” kata seorang profesor emeritus entomologi di
Rutgers, Michael L. Mei.

Selera makan capung bisa dibilang tak berujung. Ia mampu menyantap habis 30 ekor lalat buah
secara berturutan. Sejumlah penelitian menyebutkan tentang fitur kunci otak, mata, dan sayap
capung yang memungkinkan serangga itu memburu mangsanya tanpa ragu. Kapasitas sistem
saraf serangga itu hampir sama seperti manusia, terutama untuk perhatian selektif. Artinya,
capung mampu fokus pada mangsa tunggal yang disasar, meski mangsa itu terbang di tengah
gerombolan serangga lain yang beterbangan. “Capung akan terus makan selama masih ada
makanan,” kata peneliti biomekanik di Universitas Harvard, Stacey Combes.

Sementara, teknik berburu milik capung berbeda dengan yang dilakukan oleh predator
kebanyakan. “Capung datang dari arah yang tidak disadari oleh mangsanya.”

Habitat satwa yang masuk dalam ordo Odonata ini tersebar luas mulai dari sepanjang aliran air,
kolam, rawa, hutan, sawah, hingga pekarangan rumah. Ia bahkan bisa ditemui di pantai ataupun
daerah dengan ketinggian 3.000 meter di atas permukaan laut.
Siklus hidupnya pun tak bisa lepas dari air. Capung dewasa menaruh telurnya di air. Telur itu
kemudian menetas menjadi nimfa yang akan tetap tinggal dalam air. Mereka baru akan terbang
setelah menjadi capung dewasa, meskipun dipastikan tak akan jauh dari aliran air.

Namun, capung tak hidup di sembarang perairan. Capung hanya hidup di air bersih. Satwa purba
ini berperan penting dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. Ia dijadikan sebagai
indikator air bersih dan lingkungan yang sehat. Sebelum menjadi capung dewasa, capung hidup
sebagai serangga air selama beberapa bulan hingga tahun.

Saat menjadi larva, capung juga memangsa jentik-jentik nyamuk sehingga dapat mengurangi
populasi nyamuk. Ia bahkan menjadi sahabat petani, karena menjadi predator alami hama yang
mengganggu tanaman padi. Selain itu, capung juga menjadi sumber makan bagi hewan-hewan
perairan lain seperti burung, ikan, katak, atau kumbang air.

Berbagai bentuk pencemaran dan polusi telah merusak habitat capung. Populasi capung banyak
berkurang begitu pula jenisnya. Beberapa catatan ilmiah juga mencatat beberapa species dari
keluarga Odonata terancam punah, tak terkecuali si capung jarum dari Kepulauan Sangihe.

Organisasi Internasional berbasis lingkungan, IUCN bahkan mengkategorikan keluarga


Platystictidae ini dalam status terancam punah (critically endangered), sejak 2009. Spesies yang
hanya terbatas di pulau Sangihe ini kian terdesak oleh berbagai perubahan fungsi hutan menjadi
areal persawahan yang sebenarnya tak cocok bagi komunitas satwa ini. Di gunung
Sahendaruman, habitat hidup satwa ini hanya tersisa tak lebih dari 10 km².

Binturung
Binturung (Arctictis binturong) adalah sejenis musang bertubuh besar, anggota suku
Viverridae. Beberapa dialek Melayu menyebutnya binturong, menturung atau menturun. Dalam
bahasa Inggris, hewan ini disebut Binturong, Malay Civet Cat, Asian Bearcat, Palawan Bearcat,
atau secara ringkas Bearcat. Barangkali karena karnivora berbulu hitam lebat ini bertampang
mirip beruang yang berekor panjang, sementara juga berkumis lebat dan panjang seperti kucing.
Paus Biru
Paus biru (Balaenoptera musculus) adalah mamalia laut yang masuk kedalam subordo paus
biru. Panjangnya mencapai lebih dari 33 meter dan memiliki massa 181 ton metrik atau lebih.
Binatang ini dipercaya sebagai hewan terbesar yang pernah ada.

Media Penyuluhan Perikanan - Spesies ini merupakan anggota dari suku Adryanichthydae
yang dideskripsi oleh Prof. Dr. MC Wilhelm Weber dan Prof. Dr. Lieven Ferdinand de Beaufort
pada tahun 1922. Spesies in mempunyai beberapa kesamaan dengan kerabatnya A ooporus.

Klasifikasi:

1. Filum : Chordata
2. Kelas : Teleostei (Pisces)
3. Bangsa : Cyprinodontiformes
4. Suku : Adryanichthydae
5. Marga : Adrianichthys
6. Spesies : Adrianichthys poptae (Weber & de Beaufort 1922).

Morfologi
Tubuhnya gilig memanjang, sisik di sisi tubuhnya sekitar 75-85. Sama halnya dengan A.
ooporus, rahang atas dan bawahnya hampir sama panjangnya. Diameter mata jelas terllihat lebih
kecil dari panjang moncongnya,yaitu sekitar 33-35 % dari panjang kepala. Semua sirip
ditubuhnya berupa jari-jari lemah, sirip punggung terdiri dari 11-13, sirip anal berkisar 24-27.
Panjang total maksimal mencapai 17,1 cm. Telur melekat ditubuh, diantara sirip perut.
Habitat dan Penyebaran
Habitat berupa Danau air tawar, pH sekitar 7,5 – 8,5, suhu sekitar 24°C - 29°C. Penyebarannya
hanya dijumpai di Danau Poso, Sulawesi.

Status :
Belum dilindungi Undang – Undang – RI; IUCN Red List Status: Critically Endangered (CR)
(A1ae).

Ancaman:
Berupa perdagangan, karena termasuk komoditi perdagangan ikan hias.

Saran:
Jenis ini endemik dan hanya di danau Poso, perlu segera ditetapkan status perlindungan baik
habitat maupun spesies tersebut, selain endemik spesies ini sebarannya terbatas dan terancam
punah di habitatnya

Sumber : Ubaidillah, Rosichon. dkk. 2013. BIOTA PERAIRAN TERANCAM PUNAH DI


INDONESIA - Prioritas Perlindungan. Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan. Ditjen
Kelautan, Pesisir, dan Pulau – Pulau Kecil. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta

2. Tupai berkantong (Petaurus)

Tupai berkantong ini mempunyai ukuran yang sangat kecil yaitu sekitar 400 mm saja dan
keunikan dari hewan ini yaitu mempunyai mata yang tebal dengan pandangan yang sangat tajam.
5. Mambruk (Gonna Victorial)

Habitat asli dari burung ini yaitu di daerah dataran rendah, di rawa-rawa, di hutan sagu, dan
paling banyak di temukan di bagian utara pulau Irian, ukuran burung ini tergolong pada ukuran
yang besar dengan bulu-bulu yang indah dan menawan.

Ternyata ada juga burung beracun di Bumi ini, konon katanya burung beracun ini hanya ada

satu jenis di dunia yang bernama Hooded Pitohui. Burung Hooded Pitohui ditemukan di ujung
timur indonesia Papua dan Papua Nugini, pertahanan mereka terhadap pemangsa yang

walaupun sederhana tapi menakjubkan adalah mereka beracun.

Peta Penyebaran terdapat di Pulau Papua (indonesia) dan Papua Newe Guinea (PNG)

Spesies ini sering dikenal dengan nama kadal blutong (blue tongue, karena memiliki lidah
berwarna biru), kadal panama/panana. Spesies ini merupakan anggota familia Scincidae (skink
lizard) dengan genus yang mempunyai anggota beberapa spesies diantaranya T. gigas sendiri, T.
scincoides, T. rugosa, T. occipitalis, dll. Dilihat dari familianya, hewan ini mempunyai familia
dengan karakter pada umumnya memiliki ciri morfologi sisik sikloid yang berukuran relative besar
dengan permukaan kesat kering, sisik kepala memiliki lempeng yang termodifikasi menjadi sisik
dengan nama tersendiri. Kadal panana disebut juga bluetongue yang artinya lidah biru. Ia memiliki lidah
yang bewarna biru. hewan ini termasuk ke dalam ordo reptil. Kadal ini termasuk golongan omnivora
yaitu pemakan daging dan tumbuhan. Kadal ini bereproduksi dengan cara ovovivivar ( bertelur dan
beranak ). Kadal Panana banyak ditemukan didaratan Australia terkecuali jenis Tiliquas Gigas yang
terdapat disebagian daerah pulau Indonesia. Kadal Panana / Bluetongue berhabitat diiklim tropis dan
sub-tropis. Motif kulit reptil yang satu ini seperti ular dan Ia tidak berbisa tidak seperti ular kobra, dan
reptil lainnya yang memiliki bisa. Kadal tersebut juga mengganti kulitnya setiap 1 bulan sekali atau
lebih dari satu bulan. Kadal Panana pun suka bersembunyi di lubang batang kayu yang sudah mati
dan dia juga suka bersembunyi di pasir.

Tingkahlaku si lidah biru

perlu kalian ketahui, bahwa


lidah biru di antara spesies yang paling cerdas dari pada kadal
yang lainnya. Misalnya, mereka dapat mengenali suara, mengenali orang, dan kami sudah
benar-benar hampir sepenuhnya terdapat di Irian Jaya. Dia tidak pernah buang air besar dalam
terarium nya. Mereka hidup lebih lama daripada kadal lainnya, biasanya hidup lebih lama
bahkan anjing dan kucing. Rentang hidup rata-rata mereka adalah sekitar 20 tahun dengan
laporan dari mereka hidup sampai 30 tahun di penangkaran. Mereka menyenangkan
untuk berinteraksi dengan manusia, menyenangkan untuk memegang, menyenangkan
untuk mengambil tempat, dan jika Anda membawa mereka di depan umum. Kadal
panana berkembangbiak dan mengeluarkan telurnya 5 hingga 15 butir dalam waktu satu
tahun,
Sanca hijau adalah sejenis ular Sanca pohon yang ditemukan di Pulau Papua beserta kepulauan
sekitarnya dan Semenanjung Tanjung York di Australia.

Daftar isi

 1 Deskripsi
 2 Habitat
 3 Konservasi
 4 Referensi
 5 Bacaan lanjut
 6 Pranala luar

Deskripsi

Sanca hijau dicirikan dengan tubuhnya yang relatif langsing. Ekornya yang relatif panjang
terhitung sekitar 14% dari panjang total hewan ini. Kepala hewan ini besar dan bisa dengan jelas
dibedakan dari lehernya. Hewan ini memiliki moncong yang besar dan lancip. Penampang tubuh
hewan ini berbentuk segitiga dengan tulang belakang yang menonjol. Hewan ini biasanya
mencapai panjang total 1,5-1,8 meter (4,9-5,9 kaki) namun betina berukuran besar panjangnya
bisa mencapai 2 m (6.6 ft). Ukuran hewan ini juga bervariasi berdasarkan daerah asalnya. Berat
hewan ini sangat bergantung pada status nutrisinya. Jantan bisa mencapai berat sekitar 1,1-1,4 kg
(2,4-3,1 pon), sementara betina bisa mencapai 1.6 kg (3.5 lb). Spesimen yang lebih besar dari
biasanya seberat 2.2 kg (4.9 lb) merupakan betina, sebagaimana kebanyakan ular lainnya dimana
ukuran betina sedikit lebih besar dan berat daripada jantan.

Seekor sanca hijau berbintik sedang beristirahat; menunjukkan moncong lancipnya yang khas.

Habitat

Habitat utama hewan ini adalah hutan hujan, semak belukar dan pepohonan.

Burung pitohui sebenarnya memiliki suara yang indah. Tetapi karena pada permukaan kulit dan
bulu-bulunya terdapat racun, maka orang-orang jarang atau tidak berani menangkapnya. Kalau
pun dijual, siapa yang mau membeli burung beracun? He.. he.. he.., rupanya inilah cara alami
meredam aksi perburuan burung-burung di hutan. Faktanya, populasi burung pitohui di alam liar
relatif aman.

Pitohui terdiri atas enam spesies, yang semuanya berada dalam genus Pitohui, dan
keluarga Pachycphalidae. Mereka merupakan burung endemik di Tanah Papua, baik di Provinsi
Papua dan Papua Barat (Indonesia) maupun negeri tetangga, Papua Nugini Sebagian spesies
juga ditemukan di Kepulauan Aru.

Berikut ini enam spesies burung pitohui :

1. Variable pitohui (Pitohui kirhocephalus)


2. Hooded pitohui (Pitohui dichrous)
3. White-bellied pitohui (Pitohui incertus)
4. Rusty pitohui (Pitohui ferrugineus)
5. Crested pitohui (Pitohui cristatus)
6. Black pitohui (Pitohui nigrescens)

Keenam spesies tersebut sama-sama beracun. Yang pertama kali diidentifikasi sebagai burung
beracun adalah hooded pitohui, diikuti variable pitohui dan rusty pitohui.

BURUNG HOODED PITOHUI memiliki warna-warna yang lebih cerah daripada spesies
lainnya. Seperti binatang beracun lainnya, pitohui juga memancarkan bau busuk.

Burung ini juga sering menggunakan racunnya untuk menjaga telur-telur dari mangsa binatang
predator, yaitu dengan cara menggesekan racun yang berada di tubuhnya pada telur-telurnya.

Anda mungkin juga menyukai