Oleh :
NIM : 4182220009
JURUSAN BIOLOGI
2019
Judul : Pengamatan Hewan Yang Termasuk Kelas Mamalia Di
Taman Hewan Pematang Siantar
Tinjauan Teoritis :
Taman Hewan Pematang Siantar merupakan peninggalan dari zaman Kolonial Belanda,
dan didirikan pada tanggal 27 Nopember 1936. Setelah berakhirnya kekuasaan Kolonial Belanda
selanjutnya Taman Hewan Pematang Siantar dikelola oleh Pemerintah Kotamadya Pematang
Siantar. Taman hewan merupakan tempat berbagai jenis satwa dikumpulkan, dipelihara, dan
diperagakan untuk umum dan berfungsi sebagai sarana rekreasi alam sehat, dalam mendidik dan
mengembangkan budaya masyarakat untuk memelihara keseimbangan dan kelestarian
lingkungan hidup.
Taman Hewan Pematang Siantar termasuk ke dalam taman rekreasi. Taman rekreasi
dapat diartikan sebagai kawasan khusus, biasanya tertutup sehingga untuk memasukinya perlu
membayar tanda masuk, tempat para pengunjung bisa bersantai dan menghibur diri dengan
memanfaatkan beranekaragam fasilitas: hiburan, perunjukan, pameran, permainan, restoran, dan
toko-toko cendera mata. Kelengkapan taman ini bisa berwujud gejala-gejala alam (hutan,
kawasan gunung, kebun binatang) dapat pula hasilhasil ciptaan manusia dalam berbagai bentuk
yang memberikan kesegaran jasmani dan rohani para pengunjungnya. Taman Hewan Pematang
Siantar terletak di Jalan Gunung Simanuk-manuk kelurahan Timbang Galung dan terletak di
pusat kota. Jika, ditinjau dari sudut pandang ekonomis, tentunya posisi ini sangat strategis,
karena terletak di pusat kegiatan kota Pematang Siantar serta mudah dijangkau dari berbagai
sudut kota. Ketika dikelola oleh pemerintah setempat banyak terjadi perubahan terhadap taman
hewan itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya jumlah binatang, kondisinya yang
terawat, kebersihan yang terjaga, kenaikan jumlah pengunjung, serta mulai dilengkapinya
berbagai fasilitas, seperti taman bermain.
Taman Hewan Pematang Siantar (THPS) merupakan salah satu objek wisata yang telah
dikenal oleh masyarakat luas. Daerah ini merupakan salah satu fasilitas konservasi eks-situ yang
banyak diminati oleh masyarakat, baik masyarakat yang ada di Kota Pematang Siantar maupun
dari luar Kota Pematang Siantar. THPS merupakan taman satwa yang artinya tempat atau wadah
dengan fungsi utama eks-situ yang melakukan usaha perawatan dan penangkaran berbagai jenis
satwa dalam rangka membentuk dan mengembangkan habitat baru sebagai sarana perlindungan
dan pelestarian alam yang dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu, pengetahuan, dan teknologi
serta untuk sarana rekreasi alam yang sehat.
THPS merupakan salah satu lembaga konservasi yang ada di Sumatera Utara, yang
bergerak dibidang pemanfaatan fauna dengan menjaga keberlangsungan spesies yang ada di
dalamnya. THPS menjunjung tinggi nilai konservasi dan menjadi ikon penting dalam pariwisata
di Sumatera Utara, khususnya di Kota Pematang Siantar. Objek wisata THPS mempunyai dua
fungsi khusus yaitu ruang terbuka hijau sebagai sarana rekreasi dan strategi konservasi secara
terpadu untuk melindungi satwa terancam punah. Objek ini memiliki nilai lingkungan secara
ekonomi yang dapat digunakan sebagai usaha pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan,
selain itu harus melayani konsumen secara optimal (Banjarnahor, 2011).
Taman Hewan Pematang Siantar sebagai sebuah Lembaga Konservasi sampai saat ini
mengkonservasi beragam jenis satwa yang terdiri dari koleksi Mamalia sebanyak 201 ekor dari
51 spesies, koleksi Aves 455 ekor dari 113 spesies, dan koleksi Reptil 59 ekor dari 19 spesies.
Jumlah keseluruhan satwa koleksi yang dikonservasi di dalam THPS totalnya mencapai
sebanyak 715 ekor yang terdiri dari 183 spesies. Sampai saat ini jumlah koleksi yang terdapat di
THPS terus bertambah karena THPS memiliki kebijakan konservasi dan penangkaran satwa
yang dapat terbilang sukses. THPS dalam menjalankan peranannya sebagai lembaga konservasi
sudah memiliki kemampuan yang mandiri dalam melestarikan satwa dan berhasil dalam
menangkar satwa yang termasuk langka seperti Siamang, Harimau Putih dan Harimau Sumatera.
Selain itu THPS juga kerap menerima sumbangan hewan yang ditangkap oleh masyarakat atau
hewan hasil buruan dan peliharaan warga. Diantaranya THPS pernah menerima buaya pemangsa
manusia yang tertangkap warga di Kabupaten Labuhan Batu.
Taman Hewan Pematangsiantar juga memiliki beberapa koleksi yang terbilang unik dan
tiada duanya di Indonesia, seperti keberadaan seekor Buaya yang dipercaya merupakan Buaya
Darat tertua yang berhasil bertahan hidup dalam asuhan manusia dalam Kebun Binatang. Buaya
Sinyulong (false gharial) yang telah berumur 76 tahun terhitung pada tahun 2012 tersebut sudah
ditampung di Taman Hewan Pematangsiantar sejak berdirinya kebun binatang tersebut di tahun
1936. Selain keberadaan Buaya Tertua dalam penangkaran, THPS juga memiliki koleksi unik
berupa Liger yang murni merupakan hasil penangkaran sendiri oleh THPS, sekaligus menjadikan
THPS merupakan satu-satunya kebun binatang di Indonesia yang sukses dalam menangkar
Liger, Mamalia Karnivora yang berjenis kucing besar hasil Perkawinan Silang antara Singa
dengan Harimau.
Kelompok mammalia semuanya menghasilkan susu sebagai makanan anaknya. Susu
dihasilkan oleh kelenjar (mammae) yang terdapat di daerah perut atau dada. Mammalia disebut
juga hewan menyusui karena menyusui anaknya.Selain memiliki kelenjar susu, Mammalia juga
berambut serta memiliki tiga tulang telinga tengah.Ketiga ciri ini tidak dimiliki oleh vertebrata
lainnya. Pada paus dan lumba-lumba, rambut ada pada tahap tertentu perkembangan
embrionya.Rambut mammalia tersusun dari protein yang disebut keratin.Rambut mammalia
berfungsi tertentu, yaitu sebagai insulasi yang memperlambat pertukaran panas dengan
lingkungan, segabai indera peraba antara lain pada kumis,sebagai pelindung dari gesekan
maupun sinar matahari, sebagai penyamar ata pertahanan untuk melindungi dari mangsa, dan
sebagai penciri kelamin. Tiga tulang telinga tengah yang dimiliki mammalia terdiri atas tulang
martil, tulang landasan, dan tulang sanggurdi.Ketiga tulang tengah berperan dalam pendengaran,
yaitu meneruskan getaran suara dari membran timpani (gendang telinga) ke telinga dalam.
a. Rusa Tutul
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Artiodactyla
Famili : Cervidae
Genus : Axis
Ciri-ciri :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Hystricidae
Genus : Trichys
Ciri-ciri :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Carnivora
Famili : Felidae
Genus : Phantera
Harimau Sumatra mempunyai warna paling gelap diantara semua subspesies harimau
lainnya
Pola hitamnya berukuran lebar dan jaraknya rapat
Harimau Sumatra jantan memiliki panjang rata-rata 92 inci
Berat 300 pound dan tinggi dari jantan dewasa dapat mencapai 60cm
Betinanya rata-rata memiliki panjang 78 inci
Harimau ini diketahui menyudutkan mangsanya ke air
Mereka berburu di malam hari. Umumnya celeng dan rusa, dan terkadang unggas atau
ikan
Harimau Sumatra dapat berbiak kapan saja. Masa kehamilan adalah sekitar 103 hari.
Harimau betina melahirkan 2 atau 3 ekor anak harimau sekaligus, dan paling banyak 6
ekor
d. Beruang
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Carnivora
Famili : Ursidae
Genus : Helarctos
Ciri-ciri :
Beruang memiliki ekor kecil, indra penciuman dan pendengaran yang ulung
lima kuku per telapak tangan yang tak dapat ditarik masuk, serta bulu yang panjang, lebat
dan kasar.
cakar yang lebar, moncong yang panjang, dan telinga bundar
Pengelihatan beruang hampir sama dengan pengelihatan manusia
dapat berlari mencapai kecepatan 50 km/jam (30 mph). Beruang juga dapat bergerak
dengan fleksibel dan lincah.
Bulu beruang panjang dan kasar.
jantan lebih besar daripada betina
e. Siamang
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Primata
Famili : Hylobatidae
Genus : Symphalangus
Ciri-ciri :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Artyodaktila
Famili : Camelidae
Genus :Camelus
Deskripsi :
Spesies hewan berkuku genap dari genus Camelus (satu berpunuk tunggal - Camelus
dromedarius, satu lagi berpunuk ganda - Camelus bactrianus) yang hidup ditemukan di
wilayah kering dan gurun di Asia dan Afrika Utara.
Rata-rata umur harapan hidup unta adalah antara 30 sampai 50 tahun.Domestikasi unta
oleh manusia telah dimulai sejak kurang lebih 5.000 tahun yang lalu. Pemanfaatan unta
antara lain untuk diambil susu (yang memiliki nilai nutrisi lebih tinggi dari pada susu
sapi) serta dagingnya, dan juga digunakan sebagai hewan pekerja.
Unta hidup di padang pasir yang memiliki range temperatur udara yang mampu
membunuh mayoritas makhluk hidup. Selain itu, mereka mampu untuk tidak makan dan
minum selama beberapa hari.
Tubuh unta dapat bertahan hingga pada suhu 41 derajat celcius. Lebih dari itu, unta mulai
berkeringat. Penguapan dari keringat yang terjadi hanya pada kulitnya, bukan pada
rambutnya. Dengan cara pendinginan yang efisien itu, unta mampu menghemat air cukup
banyak.
Unta mampu bertahan dengan kehilangan massa sekitar 20%-25% selama berkeringat.
Mayoritas makhluk hidup hanya mampu bertahan hingga kehilangan massa sekitar 3%-
4% sebelum terjadi gagal jantung akibat mengentalnya darah. Meski unta kehilangan
banyak cairan tubuh, darahnya tetap terhidrasi, hingga batas 25% tercapai.
g. Musang Luwak
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Carnivora
Famili : Viverridae
Genus :Paradoxurus
Deskripsi :
Musang luwak adalah hewan menyusu (mamalia) yang termasuk suku musang dan
garangan (Viverridae)
Nama ilmiahnya adalah Paradoxurus hermaphroditus dan di Malaysia dikenal sebagai
musang pulut.
Hewan ini juga dipanggil dengan berbagai sebutan lain seperti musang (nama umum,
Betawi), careuh (Sunda), luak atau luwak (Jawa), serta common palm civet, common
musang, house musang atau toddy cat dalam bahasa Inggris.
Musang bertubuh sedang, dengan panjang total sekitar 90 cm (termasuk ekor, sekitar 40
cm atau kurang). Abu-abu kecoklatan dengan ekor hitam-coklat mulus.
Sisi atas tubuh abu-abu kecoklatan, dengan variasi dari warna tengguli (coklat merah tua)
sampai kehijauan. Jalur di punggung lebih gelap, biasanya berupa tiga atau lima garis
gelap yang tidak begitu jelas dan terputus-putus, atau membentuk deretan bintik-bintik
besar. Sisi samping dan bagian perut lebih pucat. Terdapat beberapa bintik samar di
sebelah menyebelah tubuhnya.
Wajah, kaki dan ekor coklat gelap sampai hitam. Dahi dan sisi samping wajah hingga di
bawah telinga berwarna keputih-putihan, seperti beruban. Satu garis hitam samar-samar
lewat di tengah dahi, dari arah hidung ke atas kepala.
DAFTAR PUSTAKA
Banjarnahor, L.E. 2011. Pengelolaan Orangutan (Pongo abelii) secara Ex-Situ, di Kebun
Binatang Medan dan Taman Hewan Pematang Siantar. Skripsi Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Taman Hewan Pematang Siantar. 2015. Data Kunjungan Tahunan Ke Taman Hewan Pematang
Siantar.