Anda di halaman 1dari 3

Nama : Olyani Halawa

NIM : 4182220009
Kelas : PSB A 2018
Mata kuliah : Praktikum Ekologi Tropika

Tugas Paper
Ekosistem Mangrove Dan Peranannya
Sebagai Habitat Berbagai Fauna Aquatik

Hutan mangrove merupakan formasi dari tumbuhan yang spesifik dan umumnya dijumpai
tumbuh dan berkembang dikawasan pesisir. Hutan mangrove terdapat disepanjang garis pantai di kawan
tropis dan menjadi pendukung berbagai jasa ekosistem, termasuk produksi perikanan dan siklus unsur
hara. Ada beberapa defisini dari kata mangrove salah satunya ialah SAENGER et al. (1986) memberikan
pengertian bahwa hutan mangrove adalah sebagai suatu formasi hutan yang dipengaruhi oleh adanya
pasang-surut air laut, dengan keadaan tanah yang anaerobic.
Terkait dengan beberapa definisi, yang paling penting dipahami adalah bahwa jenis tumbuhan
mangrove mampu tumbuh dan berkembang pada lingkungan pesisir yang berkadar garam sangat ekstrim,
jenuh air, kondisi tanah yang kurang stabil dan anaerob. Dengan kondisi seperti ini, mangrove mampu
mengembangkan mekanisme yang memungkinkan secara aktif untuk mengeluarkan garam dari jaringan.
Daya adaptasi dari tumbuhan mangrove ialah dengan cara mengembangkan sistem akar nafas untuk
memperoleh oksigen dan sistem perakaran yang hidup pada substrat yang anaerobic.
Di Indinesia, hutan mangrove tumbuh dan tersebar diseluruh nusantara, mulai dari Pulau
Sumatera sampai dengan Pulau Irian. Menurut DARSIDI (1982), Luas hutan mangrove diperkirakan 4,25
juta hektar, Sedangkan menurut GIESEN (1993), luas hutan mangrove pada tahun 1993 diperkirakan
sekitar 2,49 juta hektar. Dari seluruh hutan mangrove yang ada di Indonesia tersebut, ditemukan sekitar
202 jenis tumbuhan yang hidup pada hutan mangrove yakni meliputi 89 jenis pohon, 5 jenis palm, 19
jenis pemanjat, 44 jenis tema, 44 jenis epifit, dan 1 jenis paku-pakuan. Namun SAENGER et al
menyatakan bahwa ada 60 jenis tumbuhan mangrove diseluruh dunia.
Sebagai daerah peralihan antara laut dan daratan, hutan mangrove mempunyai gradient sifat
lingkungan yang sangat ekstrim. Pasang-surut air laut menyebabkan terjadinya faktor lingkungan yang
besar terutama suhu dan salinitas. Oleh sebab itu, hanya ada beberapa tumbuuhan yang memiliki daya
adaptasi atau daya toleransi yang tinggi terhadap daerah yang ekstrim tersebut. Walupun habitat hutang
mangrove bersifat khusu, namun masing-masing jenis tumbuhan memiliki kisaran ekologi sendiri,
sehingga kondisi seperti ini menyebabkan terbentuknya berbagai macam komunitas dan bahkan zonasi/
permintakatan. Terjadinya permintakatan berkaitan dengan beberapa faktor, yaitu tupe tanah, keterbukaan
areal mangrove dari hempasan ombak, salinitas, dan pengaruh pasang-surut. Selain tipe tanah, kondisi
garam atau salinitas pada substrat yang mempunyai pengaruh terhadap sebaran dan terjadinya
permintakatan. Disamping faktor-faktor tersebut, pasang surut-air juga mempunyai pengaruh terhadap
jenis tumbuhan mangrove yang tumbuhan pada sautu daerah.
Ekosistem hutan mangrove menggambarkan adanya hubungan yang erat antara sekumpulan
vegetasi dengan geomorfologi yang ditetapkan sebagai habitat. Fenomena yang muncul dikawasan pantai
adalah terjadinya proses pengendapan sendimen dan kolonisasi oleh tumbuhan mangrove dari jenis
Rhizophora stylosa yang dikenal sebagai jenis pioner, sehingga memungkinkan bertambahnya luas areal
hutan mangrove. Ekosistem merupakan ekosistem peralihan antara darat dan laut yang dikenal memiliki
fungsi sanagt besar. Secara ekologis mangrove memiliki fungsi yang sanagt penting dalam memainkan
peranan sebagai mata rantai makanan disuatu perairan, yang dapat menumpang kehidupan berbagai jenis
ikan, udang dan moluska. Hutan mangrove tidak hanya melengkapi pangan bagi biota aquatic tetapi juga
dapat menciptakan suasana iklim menjadi kondusif bagi biota aquatic, serta memiliki kontribusi terhadap
keseimbangan siklus biologi disuatu perairan.
Hutan mangrove memiliki peranan sebagai pelindung kawasan pesisir dari hempasan angina, arus
dan ombak dari laut, serta berperan juga sebagai benteng dari pengaruh banjir dari daratan. Tipe
perakaran beberapa jenis tumbuhan mangrove juga mampu mengendapkan lumpur sehingga
memungkinkan terjadinya perluasan areal hutan mangrove. Perakaran mangrove juga mampu berperan
sebagai perangkap sendimen dan sekaligus megendapkan sendimen yang berarti dapat melindungi
ekosistem padang lamun dan terumbu karang dari bahaya pelumpuran.
Hutan mangrove memiliki penghuni yaitu fauna aquatic yang saat ini masih sangat kurang di
Indonesia, dan jika ada orientasinyapun bukan pada aspek ekologinya akan tetapi penekanannya
cenderung pada aspek taksonominya. Fenomena yang terjadi pada hutan mangrove dicirikan dengan
adanya zonasi aatu permintakatan oleh jenis tumbuhan yang dominan, maka fauna penghuni hutan
mangrove memperlihatkan adanya permintakatan. Sifat fauna pada umumnya sangat dinamis sehingga
adanya batasan zonasi yang terjadi pada fauna penghuni mangrove yang kurang jelas. Penyebaran fauna
penghuni hutan mangrove memiliki 2 cara penyebaran yaitu, Penyebaran secara vertical dan penyebaran
secara horizontal. Penyebaran secara vertical umumnya dilakukan oleh jenis fauna yang hidupnya
menempel atau melekat pada akar, cabang, maupun batang pada mangrove misalnya Nerita albicilla.
Sedangkan, Penyebaran secara horizontal biasanya ditemukan pada jenis fauna yang hidup pada substrat,
maupun yang tergolong Infauna, yaitu fauna yang hidup dalam lubang atau substrat, dan epifauna, yaitu
fauna yang hidup bebas diatas substrat.
Jenis moluska juga termasuk dalam penghuni hutan mangrove yang memiliki peranan yang besar
dalam kaitannya denga rantai makanan dikawasan mangrove, karena selain sebagai pemangsa detritus,
maluska juga berperan merobek atau memperkecil serasah yang baru jatuh. Perilaku dari beberapa
maluska dalam emmecah aatu menghancurkan serasah mangrove untuk dimakan, namun disisi lain sangat
besar artinya dalam mempercepat proses dekomposisi srasah yang dilakukan mekroorganisme akan lebih
cepat.

Sumber:
Jurnal : http://oseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_xxvi(4)13-23.pdf

Web Beta :
https://www.cifor.org/knowledge/publication/3773/?
gclid=Cj0KCQjwn7j2BRDrARIsAHJkxmy1vYNz1E1pfo9zp2Pdd3-
gb2EoI5bnSCql042kF0wvaEtBnxpXC0oaApsAEALw_wcB

Anda mungkin juga menyukai