Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TEKNIK PENANGANAN IKAN DI ATAS KAPAL

Oleh:
MUHAMMAD ZAKI HASAN
2110711310006

KEMENTERIAN PENIDIDKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun tugas makalah Teknologi
Pengolahan Hasil Perikanan ini dengan Judul makalah adalah”Teknik Penanganan
Ikan Diatas Kapal”.
Terima kasih kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Teknologi
Refrigerasi yang telah membimbing dan banyak memberikan motivasi serta
dukunganya. Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu baik
bantuan berupa moril maupun materil. Karena banyaknya dukungan makalah ini
dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan
dalam penyusunan makalah ini. Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran
yang membangun demi kesempurnaan makalah berikutnya. Penulis berharap,
semoga makalah ini dapat bermanfaat dan membangun ilmu-lmu baru bagi
siapapun yang membacanya.

Banjarbaru, Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
BAB 1. PENDAHULUAN..................................................................... 1
1.1. LatarBelakang....................................................................... 1
1.2. Tujuan.................................................................................... 2
BAB 2. METODE PENELITIAN........................................................ 3
2.1. Prosedur Kerja...................................................................... 3
BAB 3. PEMBAHASAN....................................................................... 5
3.1. Hasil dan Pembahasan........................................................ 5
3.1.1. Penanganan Ikan di Atas Kapal......................................... 5
3.2. Kesimpulan........................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ikan merupakan komoditas pangan yang sangat mudah mengalami
proseskerusakan, bahkan relative lebih cepat dibandingkan produk-produk hewani
lainnya. Keadaan ini diperburuk oleh sifat ikan yang umumnya memiliki kulit dan
tekstur halus, kadar lemak yang relative tinggi, serta kondisi suhu dan
kelembaban udara tropis yang rata-rata tinggi. Oleh karena itu, Langkah-langkah
penanganan ikan diatas kapal segera dilakukan setelah ditangkap sangat besar
pengaruhnya terhadap cepat dan lambatnya laju metabolism dalam tubuh ikan
pada periode penanganan berikutnya.
Penanganan ikan setelah penangkapan memegang peranan penting untuk
memperoleh nilai yang maksimal. Tahap penanganan ini memang menentukan
nilai jual dan proses pemanfaatan selanjutnya serta mutu produk. Namun, pada
kenyataannya penanganan ikan setelah penangkapan belum dilakukan dengan
baik. Adapun tujuan penelitian ini yaitu mengetahui teknik penangkapan diatas
kapal purse seine dengan menggunakan metode analisis kualitatif. Hasil
penelitian terkait penanganan ada beberapa tahapan yaitu dimulai dari penaikkan
ikan ke atas kapal, penanganan ikan sebelum disimpan, penyortiran ikan,
pencucian ikan, pembekuan ikan, pengemasan, penyimpanan dan pembongkaran
yang ke semuanya itu bertujuan untuk menjaga mutu ikan agar tetap bagus dan
harga jualnya tinggi.
Penanganan ikan di atas kapal harus baik dan benar agar di peroleh hasil
yang semaksimal mungkin. Keberhasilan penanganan ikan di atas kapal dapat di
pengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya alat penanganan, media pendingin,
teknik penanganan, dan keterampilan pekerja. Pemakaian alat - alat penanganan
yang lengkap dan baik dalam arti dapat memperkecil kerusakan fisik, kimia,
mikrobiologi dan biokimia akan memberikan hasil yang maksimal. Media
pendingin yang memberikan hasil yang baik adalah media pendingin yang dapat
memperlambat proses biokimia dan pertumbuhan mikroba dalam daging ikan
(Munandar et al., 2005). Sarana yang mendukung penanganan hasil tangkapan
diatas kapal adalah palka dan cold storage dan wadah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik penanganan ikan di atas
kapal purse seine mengingat penanganan ikan setelah penangkapan memegang
peranan penting untuk memperoleh nilai yang maksimal. Perlakuan penanganan
sangat penting dan mutlak diterapkan saat sebelum penangkapan, saat
penangkapan, pengangkutan dan distribusi, pengolahan, pemasaran serta
pengiriman. Penanganan ikan di kapal pada dasarnya terdiri dari empat tahap
yaitu, penanganan saat ikan ditangkap dan diangkat di atas kapal, saat
penyimpanan dalam palka, selama transportasi atau distribusi, pembongkaran,
dan pengangkutan di darat. Penanganan ikan setelah penangkapan memegang
peranan penting untuk memperoleh nilai yang maksimal. Tahap penanganan ini
memang menentukan nilai jual dan proses pemanfaatan selanjutnya serta mutu
produk. Namun, pada kenyataannya penanganan ikan setelah penangkapan
belum dilakukan dengan baik. Hal ini ditunjukan dengan masih tingginya tingkat
susut panen (posthaverst losses), yaitu diperkirakan sekitar 27% (Ditjen P2HP,
2015).
Teknik penangkapan dan cara mati ikan merupakan faktor utama yang
memengaruhi laju kecepatan perubahan biokimiawi dalam tubuh ikan. Ikan yang
langsung dibunuh pada saat penangkapan akan mempunyai laju kecepatan rigor
mortis yang lebih lambat daripada ikan yang tidak langsung mati pada saat
penangkapan (terjerat dan meronta-ronta dalam jaring penangkap terlebih dahulu).
Rigor mortis adalah kondisi ketika jaringan otot ikan tidak mampu lagi
mempertahankan fleksibilitasnya (kekenyalannya) karena terjadinya penurunan
proses metabolisme dalam tubuh ikan. Ukuran tubuh dan tinggi rendahnya suhu
penyimpanan ikan segar juga akan memengaruhi laju kecepatan perubahan
biokimiawi dalam tubuh ikan tersebut. Semakin besar ukuran tubuh dan semakin
rendah suhu penyimpanan, semakin rendah laju kecepatan fase rigor mortis ikan.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini :
a. Menambah pengetahuan mengenai Teknik Penanganan Ikan di atas kapal
b. Mengetahui apa saja Teknik Penanganan Ikan di atas kapal
c. Diharapkan dapat memberikan wawasan atau ilmu untuk membuat Teknik
Penanganan Ikan dengan lebih efisien.
BAB 2. METODE PENELITIAN

2.1. Prosedur Kerja


Penelitian ini dilakukan untuk mengamati sistem penanganan ikan
cakalang dari mulai ditangkap, penanganan di atas kapal hingga didaratkan serta
mutu ikan secara organoleptik. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan cara
observasi dan wawancara berdasarkan studi kasus teknik penanganan ikan oleh
nelayan pole and line sesaat setelah ditangkap sampai di pusat pendaratan ikan.
Penelitian aspek penanganan ikan cakalang dibatasi pada penanganan sesaat
setelah ikan di atas kapal sampai pada lokasi pendaratan ikan. Wawancara
dilakukan pada 25 nelayan yang merupakan ABK pada kapal pole and line.
Pengambilan data primer dilakukan melalui score sheet dan penelitian kesegaran
ikan mulai di atas kapal sejak ikan mati sampai di tempat pendaratan ikan. Selain
itu juga dilakukan penelitian terkait cara perlakuan hasil tangkapan antara lain
penerapan pencucian, sortasi dan penirisan hasil tangkapan, penggunaan es serta
metode penyimpanan hasil tangkapan di palka pendinginan mulai dari di atas
kapal sampai di pusat pendaratan ikan. Data sekunder berasal dari instansi
pemerintah dan penelitian yang telah dipublikasi.

Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari dua jenis data,
yaitu data primer (data yang diperoleh secara langsung dalam penelitian
ini berupa data mengamatan dan pengukuran di lapangan, hasil uji
organoleptik) dan data sekunder (data lainnya yang dijadikan data
pendukung untuk pencapaian tujuan dari penelitian ini). Dimana dalam
penelitian ini pengambilan data dengan teknik observasi di lapangan
terhadap objek penelitian yang berupa ikan hasil tangkapan kapal purse
sine yang didaratkan di PPI Birea dengan wawancara terhadap nelayan
dan petugas PPI Birea sebagai narasumber yang memberikan informasi
dalam penelitian.
Analisis ini digunakan untuk menganalisa konstruksi palka,
serta metode penyimpanan di dalamnya. General arrangement
berpengaruh pada penentuan dan pengaturan tata ruang palka pada saat
pembuatan kapal. Sementara itu, metode penyimpanan hasil tangkapan
didalam palka dipengaruhi oleh jenis dan ukuran ikan, metode
penanganan,lama penyimpanan, dan jumlah hasil tangkapan yang

disimpan (Fyson, 1985).


Penanganan Ikan Hasil Tangkapan di Atas Kapal Purse Seine
pada KM. Asia Jaya AR 03 Juwana Pati Jawa Tengah yaitu menggunakan
analisis kualitatif. Analisis kualitatif ini digunakan dengan
mendeskripsikan tentang teknik penanganan ikan di atas kapal purse seine
serta menyajikan data dalam bentuk tabel dan grafik berdasarkan data
yang diperoleh dari pelaksanaan kegiatan tersebut.
BAB 3. PEMBAHASAN

3.1. Hasil dan Pembahasan

Menurut Pujianto et al., (2013), salah satu alat tangkap yang dapat
digunakan dan memiliki prospek yang baik bagi perikanan tangkap adalah purse
seine. Hal ini dikarenakan secara teknis purse seine dapat memperoleh hasil
tangkapan lebih banyak dalam sekali operasi penangkapan dibanding alat
tangkap lain. Proses penanganan ikan hasil tangkapan diatas kapal bertujuan
untuk menjaga mutu atau kualitas ikan (memperlama pembusukan) agar tetap
baik hingga ikan dipasarkan. Saat ini penanganan yang dianggap baik adalah
dengan penerapan rantai dingin, yaitu mengusahakan agar ikan tetap dingin
(suhu rendah).

3.1.1. Penanganan Ikan di Atas Kapal


Teknik penanganan ikan di atas kapal dimulai dari penaikan ikan ke atas
kapal, penyortiran, pencucian, pembekuan, pengemasan, hingga penyimpanan
ikan didalam palka.
a. Penaikan Ikan ke Atas Kapal

Teknik penaikan ikan ke atas kapal yaitu dengan menggunakan serok yang
diangkat oleh power block. Ikan yang telah terkumpul kedalam serok langsung
dinaikkan menggunakan power block yang ditarik oleh gardan. Kemudian serok
diarahkan/ditarik ke bagian tengah dek kapal lalu diturunkan dan dilepas tali
pengaitnya. Setelah itu ikan dituang ke atas dek kiri kapal ataupun palka
sementara.
Jika hasil tangkapan banyak maka ikan dimasukkan kedalam palka
sementara (0°C). Hal ini bertujuan untuk menjaga kualitas ikan karena mutu ikan
akan menurun jika terlalu lama berada pada suhu yang tinggi. Keterlambatan
pengangkatan ikan ke atas dek juga dikatakan oleh Murniyati dan Sunarman
(2000) bahwa akan mempercepat proses pembusukan ikan. Sedangkan jika hasil
tangkapan sedikit maka ikan langsung dituang pada dek kiri kapal untuk
selanjutnya dilakukan proses sortir dan pencucian.
b. Penanganan Ikan Sebelum Disimpan
Sebelum ikan disimpan pada palka penyimpanan, dilakukan beberapa
proses atau tahap agar ikan yang disimpan terpisah berdasarkan jenis dan
ukurannya serta
ikan tersebut memiliki kualitas yang baik. Tahap penanganan yang dimaksud
yaitu terdiri dari penyortiran, pencucian, pendinginan/ pembekuan, dan
pengemasan.
c. Penyortiran Ikan
Menurut Junianto (2003), sortasi adalah proses pemilihan dan pemisahan
ikan berdasarkan jenis, ukuran, dan kualitasnya. Namun pada KM. Asia Jaya AR
03, proses sortir yang dilakukan umumnya hanya berdasarkan jenis dan
kualitasnya saja tidak dengan ukurannya karena ukuran setiap jenis ikan yang
berhasil tertangkap relatif sama. Penyortiran dilakukan dengan cara ikan dipilah
lalu disimpan kedalam basket untuk kemudian dicuci. Ikan yang rusak serta yang
tidak menjadi target penangkapan (tidak laku dipasaran) dibuang.

Hal yang harus diperhatikan pada saat penyortiran yaitu waktu, kecakapan
kerja, serta keselamatan Anak Buah Kapal. Waktu penyortiran dilakukan pada
malam/pagi hari (suhu relatif rendah) atau sesegera mungkin ketika ikan disimpan
pada dek kiri kapal. Kecakapan kerja meliputi kecepatan dan ketelitian Anak
Buah Kapal dalam menyortir ikan karena mutu dan harga ikan akan menurun jika
tidak segera diinginkan serta dipisahkan berdasarkan jenisnya. Terkadang ketika
disortir ikan diinjak dan ditindis oleh basket yang berisi ikan sehingga tesktur
tubuh ikan rusak/sobek. Keselamatan kerja juga harus diperhatikan dengan baik
karena biasanya hasil tangkapan dapat berupa hewan laut berbahaya seperti ular
laut yang mengandung bisa beracun.

d. Pencucian Ikan

Ikan dicuci menggunakan air laut bersih yang dialirkan melalui selang.
Pencucian dilakukan dengan cara ikan disemprot menggunakan air laut sambil
ikan digoyang - goyangkan hingga ikan bersih. Hal ini bertujuan membersihkan
ikan dari sisik dan darah sebelum dibekukan. Kebersihan ikan juga berpengaruh
terhadap harga jual ikan dipasaran karena jika ikan yang dipasarkan masih
mengandung darah maka harga ikan tersebut akan menurun dari harga aslinya.

Pencucian menurut Junianto (2003) yaitu proses menyingkirkan sisa-sisa


darah dan beberapa bakteri dari kulit. Hal itu yang menjadi tujuan utama agar
kualitas ikan dapat dipertahankan. Selain itu, pencucian menyingkirkan beberapa
lapisan lendir dari ikan, yang menjadi media perkembangbiakan yang baik bagi
bakteri selama penyimpanan. air sisa pencucian selalu dialirkan keluar kapal.

e. Pembekuan Ikan
Setelah ikan bersih kemudian disusun kedalam nampan. Ikan yang disusun
kedalam nampan yaitu ikan yang berukuran kecil atau ukurannya tidak melebihi
kapasitas nampan. Nampan disusun secara menumpuk sebelum dimasukan
kedalam freezer. Dalam hal ini ikan disusun secara rapi agar tidak tertindis waktu
nampan ditumpuk.

Ikan yang telah disusun pada nampan kemudian dimasukan kedalam


freezzer dan disusun pada rak-rak berupa pipa evaporator. Untuk jenis ikan besar,
pembekuannya dilakukan dengan cara menggantungnya menggunakan besi
berbentuk S pada dinding freezzer. Lama pembekuan ikan berlangsung selama
18 - 24 jam. Ikan diketahui telah beku/siap dikemas jika suhu freezzer berkisar
antara - 25°C hingga -26°C.

Proses pembekuan ikan yang diterapkan pada KM. Asia Jaya AR 03


berlangsung selama 18 - 24 jam hingga suhu freezzer mencapai -25°C. Suhu
tersebut sudah sangat optimal, hal ini juga dinyatakan oleh Sumardi (2000) yaitu
pembekuan yang baik dilakukan pada suhu kira-kira -170C atau lebih rendah lagi.
Pada suhu tersebut pertumbuhan bakteri sama sekali berhenti. Anak Buah Kapal
yang bertugas untuk memasukan ikan ke dalam freezzer dilengkapi dengan
pakaian khusus berupa jaket tebal, topi kupluk, serta masker untuk menghindari
kedinginan serta keracunan akibat banyaknya amoniak yang terhirup. Selama
pembekuan, pintu freezzer selalu ditutup agar menghindari meningkat kembalinya
suhu pada ruangan akibat masuknya suhu luar ruangan. Menurut Prasetyo (2016)
Ikan yang dibekukan dengan freezzer dapat bertahan lebih lama jika
dibandingkan dengan ikan yang hanya didinginkan dengan es, sehingga hal ini
membuat kualitas hasil tangkapan ikan yang dibekukan lebih baik daripada ikan
yang didinginkan dengan es.
Pembekuan dan penyimpanan beku adalah cara terbaik untuk penyimpanan
ikan jangka panjang. Proses pembekuan berfungsi untuk menghambat aktivitas
bakteri dan aktivitas enzim pada ikan. Penyimpanan beku adalah proses dengan
cara panas dicegah berhubungan dengan ikan beku melalui cara mempertahankan
ikan yang sudah dibekukan pada suhu penyimpanan ikan -18oC atau lebih rendah.
Apabila proses pengolahan dan pembekuan dilakukan dengan baik dan
bahan mentahnya masih segar, dapat dihasilkan ikan beku yang baik yang jika
dicairkan (thawing) keadaannya masih mendekati sifat-sifat ikan segar. Proses
thawing adalah istilah untuk proses pencairan kembali ikan beku.
Selama proses pembekuan berlangsung, akan terjadi pemindahan panas dari
tubuh ikan yang bersuhu lebih tinggi ke refrigerant yang bersuhu rendah sehingga
air dalam tubuh ikan akan berubah bentuk menjadi kristal es. Berdasarkan
urutannya, proses pembekuan ikan akan dimulai dari luar menuju bagian dalam
tubuh.
Proses refrigerasi umumnya terdiri atas tiga tahap. Tahap pertama adalah
tahap pendinginan, yaitu penurunan suhu dari suhu tubuh ikan menjadi 10 oC.
Tahap kedua adalah tahap penahanan panas. Pada tahap ini, suhu menurun
menjadi sekitar 7oC dan berlangsung sangat lambat. Tahap ketiga adalah tahap
pembekuan, yaitu penurunan suhu sampai lebih rendah dari -20oC.
Pada pembekuan komersial dikenal dua penggolongan, yaitu pembekuan
lambat (slow freezing) dan pembekuan cepat (quick freezing). Pembekuan lambat
(slow freezing) membekukan suatu bahan dengan laju pergerakan permukaan
beku sekitar 0,2 cm/jam. Pembekuan cepat bisa dikelompokkan menjadi berikut
ini.
1. Quick freezing dengan laju pergerakan permukaan beku sekitar 0,5-3
cm/jam. Quick frezing bisa dilakukan dengan menggunakan air blast dan
plate freezers.
2. Rapid freezing dengan laju pergerakan permukaan beku sekitar 5-10 cm/jam.
Batasan dari pembekuan cepat adalah suatu tingkatan proses dengan
membekukan ikan pada suhu 0 sampai -5oC dalam waktu tidak lebih dari dua jam.
Adapun keuntungan pembekuan cepat adalah mencegah pembusukan oleh bakteri,
mempertinggi produktivitas, memungkinkan pemakaian freezer yang maksimum,
dan menghasilkan produk yang terkemas seragam. Cara pembekuan lambat secara
umum hasilnya tidak sebaik cara pembekuan cepat sehingga jarang dipraktikkan
secara komersial. Beberapa metode yang sering digunakan dalam pembekuan
sebagai berikut.
1. Sharp freezing, yaitu produk yang dibekukan diletakkan di atas rak yang
terbuat dari pipa-pipa dingin. Pembekuan ini berlangsung lambat dan teknik
ini tidak dianjurkan, kecuali untuk produk yang dikemas dalam wadah kecil.
2. Air blast freezing, yaitu produk yang dibekukan diletakkan dalam ruangan
tertutup dan udara dingin ditiupkan di dalamnya dengan blower yang kuat.
Proses ini berlangsung cepat.
3. Contact plate freezing, yaitu membekukan produk di antara rak-rak yang
direfrigerasi dan proses ini berlangsung cepat
4. Immersion freezing, yaitu membekukan produk dalam air (larutan garam)
yang direfrigerasi. Pembekuan berlangsung cepat dan sering dipraktikkan di
kapal penangkap tuna dan udang.
5. Cryogenic freezing, yaitu membekukan produk dengan menyemprotkan
bahan cryogen, misalnya karbon dioksida dan nitrogen cair (Gambar 1.9).
Pembekuan berlangsung cepat.

f. Pengemasan
Pengemasan dilakukan menggunakan plastik LDPE (Low Density
Polyethylene) berukuran 80×50 Cm. Jenis plastik ini dipakai karena sifatnya yang
elastis serta baik digunakan untuk mengemas bahan makanan. Ikan yang telah
dibekukan kemudian dikeluarkan dari dalam freezzer untuk dikemas. Ikan beku
pada nampan dilepaskan lalu dimasukkan kedalam palka.

Dalam pengemasan, terdapat penandaan pada ikatan plastik agar mudah


membedakan jenis ikan. Tali hanya digunakan pada kemasan ikan Layang dan
Layang Benggol saja karena 2 jenis ikan ini agak sulit dibedakan ketika beku.
Sedangkan pada jenis ikan lainnya, kemasan plastik diikat secara langsung
karena mudah untuk membedakannya. Hal ini bertujuan untuk memperlancar/
mempercepat dalam bekerja.

g. Penyimpanan
Ikan yang telah dikemas langsung dimasukan ke dalam palka dan disusun.
Penyusunan ikan dilakukan secara bertumpuk dimulai dari dasar palka hingga
penuh. Untuk jenis ikan berekonomis tinggi, palka yang digunakan terpisah
dengan ikan berekonomis rendah agar memudahkan pada saat
pembongkaran/pendistribusian. Suhu palka saat penyimpanan dijaga pada kisaran
- 20°C.
h. Pembongkaran/Pendistribusian Ikan
Hasil tangkapan yang telah ditampung/disimpan pada palka kemudian
didistribusikan ke darat untuk dijual. Adapun pendistrbusian ini dilakukan dengan
2 cara yaitu dengan menggunakan kapal penampung sebagai sarana
pengangkut ikan dari laut ke darat ataupun secara langsung membongkarnya di
pelabuhan Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
i. Pemasaran
Ikan hasil tangkapan dipasarkan secara lelang pada TPI Bajomulyo unit II.
Biasanya para pembeli merupakan pengusaha lokal disekitaran Pulau Jawa. Ikan
yang telah dibeli kemudian diangkut menggunakan mobil box dan didistribusikan
ke berbagai tempat. Ada yang dipasarkan secara langsung pada pasar lokal
ataupun mengolahnya menjadi produk perikanan. Dalam pendistribusiannya
selalu diterapkan sistem rantai dingin untuk mempertahankan mutu ikan.

3.2. Kesimpulan
Teknik penanganan ikan di atas kapal meliputi penaikan ikan ke atas
kapal, penyortiran jenis ikan, pencucian ikan, pembekuan, pengemasan, hingga
menyimpanan ikan di dalam palka.
Pembekuan dan penyimpanan beku adalah cara terbaik untuk
penyimpanan ikan jangka panjang. Apabila proses pengolahan dan pembekuan
dilakukan dengan baik dan bahan mentahnya masih segar, dapat dihasilkan ikan
beku yang baik yang jila dicairkan (thawing) keadaannya masih mendekati sifat-
sifat ikan segar.
Proses pendinginan yang umum diberikan pada hasil perikanan, yaitu
pendinginan dengan es curai, chilled fresh water (CFW), refrigerated fresh water
(RFW), chilled sea water (CSW), refrigerated sea water (RSW), chilled brine
(CB), dan refrigerated brine (RB). Cara penyimpanan ikan di dalam palka antara
lain shelfing, bulking, dan boxing.

Pada pembekuan komersial, dikenal dua penggolongan, yaitu pembekuan


lambat (slow freezing) dan pembekuan cepat (quick freezing). Pembekuan cepat
adalah suatu tingkatan proses dengan membekukan ikan pada suhu 0 sampai -5oC
dalam waktu tidak lebih dari dua jam.

DAFTAR PUSTAKA

Adawyah R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Jakarta (ID): Bumi Aksara.
Akande G, Diei-Ouadi Y. 2010. Post-Harvest Losses in Small-scale Fisheries-
Case Studies in Five sub-Saharan African Countries. Rome: FAO
Fisheries and Aquaculture Tech.
Amos. 2007. Analysis of quality deterioration at critical steps/points in fish
handling in Uganda and Iceland and suggestions for improvement.
Final Project 2007. UNUFisheries Training Programme Uganda.
Andersen UB, Thomassen MS, Rora AMB. 1995. Texture properties of farmed
Atlantic salmon (Salmo salar): Influence of storage time on ice and
smelt age. In: Andersen, U.B (ed.). Measurements of texture
quality in farmed Atlantic salmon (Salmo salar) and Rainbow trout
(Oncorhynchus mykiss) (III). [Doctor Scientiarum Thesis].
Norway (Eur): Agricultural University of Norway.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2006. Uji Organoleptik Ikan Segar. SNI 01-
2346-2006. Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional.
Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. 2015. Pemasaran
Hasil Tangkapan. Jakarta: Ditjen P2HP.
Junianto. 2003. Teknik Penganan Ikan.Yogjakarta : Swadaya
Metusalach, Kasmiati, Fahrul, Jaya I. 2014. Pengaruh cara penangkapan, fasilitas
penanganan dan cara penanganan ikan terhadap kualitas ikan yang
dihasilkan. Jurnal IPTEKS PSP 1(1): 40-52.
Munandar A, Nurjannah, Nurimala. 2009. Kemunduran mutu ikan nila
(Oreochromis niloticus) pada penyimpanan suhu rendah dengan
perlakuan cara kematian dan penyiangan. Jurnal Teknologi
Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 12(2): 88-101.
Murniyati AS, Sunarman. 2000. Pendinginan Pembekuan dan Pengawetan Ikan.
Yogjakarta : Kanisius.
Pujianto, Hery Boesono, Dian Wijayanto. 2013. Feasibility Study Analysis
Financial Aspect to Marine Fisheries Business of Mini Purse
Seine With Net Different Size in PPI Ujungbatu Jepara Regency.
Journal of Fisheries Resources Utilization Management and
Technology. Volume 2, Nomor 2, Hal.125-126.
Prasetyo et al. 2016. Analisis Usaha Perikanan Tangkap Kapal Purse Seine
Berpendingin Freezer Dibandingkan Dengan Es di Pelabuhan
Perikanan Pantai (PPP) Bajomulyo, Juwana, Kabupaten Pati.
Journal of Fisheries Resources Utilization Management and
Technology Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, Hlm 67-77.
Rahmawan Agus. 2013. Kajian Usaha Penangkapan Ikan Menggunakan Jaring
Lingkar (Mini Purse Seine) dan Strategi Pengembangannya di
Kota Jayapura. Tesis. Universitas Terbuka.
Sumardi JA. 2000. Ikan Segar Mutu dan Cara Pananganan (review) Teknologi
Hasil Perikanan. Malang : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya.
Susanto E, Agustini TW, Swastawati F, Surti T, Fahmi AS, Albar MF, Nafis MK.
2011. Pemanfaatan bahan alami untuk memperpanjang umur
simpan ikan kembung (Rastrelliger neglectus). Jurnal Perikanan.
13(2): 60-69.

Anda mungkin juga menyukai