Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

PARASIT PENYAKIT IKAN

Disusun Oleh:
Kelompok F
Rien Azizah Mufadhilah L1B021056
Ja`ny Hanna Sabila S. LIB021058
Siti `Ainurrohmah L1B021060
Lintang Cyan Nugraheni L1B021062

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan kasih dan

karunia-Nya, sehingga Laporan Praktikum Parasit Penyakit Ikan ini dapat disusun dan diselesaikan

tepat pada waktunya. Laporan praktikum ini disusun untuk memenuhi nilai tugas pada mata kuliah

Parasit Penyakit Ikan Jurusan Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas

Jenderal Soedirman. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah dan Asisten

Praktikum yang telah memberi bimbingan sehingga laporan ini dapat disusun dengan baik.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran

dan kritik yang bersifat membangun senantiasa kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini.

Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Purwokerto, 23 November 2023

Penulis
ACARA 1
PROJECT PENGAMATAN EKTOPARASIT IKAN

I. PENDAHULUAN
Ikan Nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar yang bernilai ekonomis. Hal ini
menyebabkan banyak yang melakukan budidaya. Ikan nila mudah dibudidayakan karena memiliki
batas toleransi kualitas air yang luas. Ikan ini banyak diminati masyarakat sehingga terdapat
lonjakan permintaan setiap tahunnya. Permintaan ikan yang semakin meningkat menuntut
pengembangan dan keberlanjutan kegiatan budidaya yang seringkali menghadapi kendala. Salah
satunya masalah utama yang sering menghambat budidaya ikan adalah terjadinya serangan
penyakit. Serangan penyakit dapat menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi lambat (kekerdilan),
periode pemeliharaan lebih lama, tingginya konversi pakan, tingkat padat padat tebar yang rendah,
dan kematian sehingga mengakibatkan menurunnya atau hilangnya produksi (Sri, 2022).
Penyakit ikan adalah suatu keadaan fisik, morfologi dan fungsi yang mengalami perubahan
dari kodisi normal. Pada prinsipnya penyakit ikan menyerang melalui proses hubungan yang tidak
serasi antara kondisi lingkungan (kualitas air), kondisi inang (ikan), dan adanya patogen. Patogen
adalah organisme yang menimbulkan penyakit seperti bakteri, virus, parasit atau jamur (Sumino
dkk, 2013). Parasit adalah organisme yang hidup menyebabkan efek negatif pada inangnya.
Terdapat beberapa faktor yang memudahkan munculnya parasite stocking density, physical trauma,
selective breeding, perubahan temberature dan predator. Parasit dalam arti sempit meliputi protozoa
dan metazoa (hewan multisel berukuran kecil). Penggolongan parasit terdiri dari arthropoda, cacing,
dan protozoa (Nurcahyo, 2018).
Jenis parasit berdasarkan tempat hidupnya ada dua yaitu ektoparasit dan endoparasit.
Ektoparasit adalah parasit yang hidup pada organ bagian luar seperti kulit/lendir, sirip, dan insang.
Parasit ini menggunakan oksigen dari perairan. Parasit dari golongan endoparasit adalah parasit
yang berada di dalam tubuh ikan seperti usus, otot daging, otak, dan lain sebagainya. Organisme ini
memperoleh oksigen dari hasil metabolisme dan oksigen jaringan yang menyuplai oksigen dari
peredaran darah. Kerugian yang ditimbulkan bersifat non-lethal yang dapat menurunkan
pertumbuhan ikan (Wahyuni dkk, 2017).

II. TUJUAN
1. Mengetahui cara mengamati jenis-jenis parasit yang menginfeksi ikan
2. Mengetahui cara identifikasi parasit pada ikan

III. CARA KERJA


1. Parasit pada Permukaan Kulit Benih Ikan Air Tawar
i. Timbang ikan dan ukur panjang totalnya.
ii. Matikan ikan dengan menusuk kepala pada bagian otak, tepatnya di medulla oblongata.
iii. Amati adanya organisme yang tampak menempel pada permukaan tubuh, jika ada maka
ambil dan masukkan ke dalam petridish yang berisi larutan fisiologis. Amati morfologinya
menggunakan mikroskop dan ambil gambarnya.
iv. Letakkan setetes aquadest atau larutan fisiologis di atas slide.
v. Ambil mukus permukaan tubuh bagian kiri, baik dari kulit/sisik maupun sirip dan
homogenkan dengan aquadest di atas slide tadi. Sampel mukus dapat diambil menggunakan
pisau bedah, cover slide atau alat lainnya.
vi. Jika jumlah mukus terlalu banyak, maka bagi menjadi dua bagian di atas satu slide.
vii. Tutup dengan dengan cover slide dan amati dengan mikroskop.
viii. Catat dan buat gambar jenis parasit yang ditemukan (disarankan menggunakan kamera).
2. Parasit pada Insang Benih Ikan Air Tawar
i. Amati adanya organisme yang tampak menempel pada permukaan insang, termasuk di
rongga insang dan rongga mulut, jika ada maka ambil dan masukkan ke dalam petridish
yang berisi larutan fisiologis. Amati parasit menggunakan mikroskop dan ambil gambarnya.
ii. Ambil satu lembar insang dan letakkan di atas slide.
iii. Buatlah preparat setipis mungkin.
iv. Teteskan aquadest pada sampel dan homogenkan, kemudian tutup dengan cover slide dan
amati dengan mikroskop.
v. Catat dan ambil gambar parasit yang ditemukan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil
Tabel 1. Pengamatan Ektoparasit Ikan Air Tawar
Organ Pengamatan
No. Jenis Ikan Permukaan Gambar
Insang
Kulit (Mukus)
1. 1. Ikan Nila Trichodina sp. Trichodina
(Oreochromis sp.
niloticus)

Pada permukaan tubuh

Pada Insang

4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka diperoleh data tentang jenis
ektoparasit yang menyerang ikan nila. Pada ikan nila yang diperoleh dari pasar beji 2 teridentifikasi
Tricodina sp. Ikan nila yang digunakan praktikum memiliki panjang 16,5 cm dan berat 27,3 gram.
Berdasarkan hasil pengamatan, Tricohina sp. ditemukan pada bagian organ insang, dan
permukaan kulit (mukus). Ikan nila uji yang terinfeksi parasit memiliki ciri warna tubuh yang
kusam dan pucat dan produksi lendir yang berlebihan. Hal ini sesuai dengan Ali, dkk (2013) yang
menyatakan bahwa ikan nila yang terserang parasit Trichodina sp., menjadi lemah dengan warna
tubuh yang kusam dan pucat (tidak cerah), produksi lendir yang berlebihan yang menyebabkan
gangguan sistem pertukaran oksigen hingga penurunan daya tahan tubuh ikan kematian (Handayani,
2020). Trichodina sp., memiliki badan pipih, terkadang berbentuk piring, lonceng sedang, peristoma
bersilia, dan Adoral ciliary yang melingkar 360 derajat.

Gambar 2. Parasit Tricohina sp.


Gambar 1. Parasit Tricohina sp.
(Wardani, 2021)
(Dokumentasi pribadi, 2023)

Infeksi Trichodina sp. lebih tinggi pada kolam yang tenang, tergenang, dan tidak berarus.
Adanya kandungan oksigen dan kepadatan bakteri juga berperan dalam intensitas dan prevelensi
parasite ini (Sitorus, 2018). Selain itu juga dipengaruhi oleh ukuran tubuh dan umur ikan. Menurut
Rustikawati dkk (2004) dalam Anisa dkk (2016), serangan ektoparasit pada ikan akan menurun
sejalan dengan bertambahnya umur dan ukuran ikan. Semakin besar ukuran ikan maka sistem
ketahanan tubuh ikan akan semakin baik. Kondisi ketahanan tubuh ikan yang berukuran benih
masih lemah dan sangat rentan terhadap perubahan lingkungan sehingga lebih mudah terserang
parasit. Zheila (2013) menyatakan bahwa Trichodina sp. mempunyai peran penting dalam proses
budidaya ikan karena parasit ini menurunkan daya tahan tubuh ikan jika infeksi Trichodina sp.
tinggi. Selain itu, Trichodina sp. dapat menyebabkan terjadinya infeksi sekunder. Kerusakan pada
permukaan ikan yang diakibatkan oleh Trichodina sp. dapat memunculkan infeksi sekunder seperti
bakteri dan pathogen lainnya.
Usaha pengendalian dengan mempertahankan suhu air lebih dari 29 oC dan memindahkan
ikan yang terinfeksi parasit ke air yang bebas parasit sebanyak 2-3 kali. Cara pengobatan
perendaman dalam larutan garam 30 ppm dan larutan asam asetat dengan perbandingan 1:500 atau
larutan formalin sebanyak 15 ppm. Selain itu, dapat dilakukan menggunakan larutan kupri sulfat
(CuSO4) dengan dosis 0,5-1,0 ppm selama 5-7 hari, criflavin pada dosis 0,6 ppm selam 24 jam dan
diulang setiap dua hari sekali.

V. KESIMPULAN
1. Cata mengetahui jenis-jenis parasit yang menginfeksi ikan adalah mengamati
cara mengamati tanda-tanda luar pada permukaan tubuh, insang, sirip, dan
operkulum ikan serta ciri morfologinya.
2. Cara identifikasi parasit pada ikan adalah melakukan pencocokkan hasil yang diperoleh
dengan gambar dan data yang ada pada Literatur/Buku Panduan Identifikasi Parasit.
ACARA 2
PENGAMATAN FUNGI PATOGEN PADA IKAN NILA PADA PASAR BEJI

I. PENDAHULUAN
Prospek budidaya ikan nila sangat menjanjikan, karena ikan nila memiliki angka peminat pasar yang
tinggi dan harga jual cukup tinggi (Susilawati dkk, 2022). Keberhasilan kegiatan budidaya salah satunya
dipengaruhi oleh aspek pengendalian hama dan penyakit ikan, baik penyakit yang bersifat infeksi maupun
penyakit non infeksi. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi disebabkan oleh infeksi pathogen berupa
bakteri, virus, protozoa, jamur, maupun parasit. Sedangkan penyakit non infeksi diantaranya disebabkan oleh
pakan, lingkungan, genetika (Lesmana dkk, 2021).
Infeksi fungi pada ikan biasanya menjadi infeksi penyerang sekunder (Lesmana dkk, 2021). Penyakit
akibat jamur bersifat infeksi sekunder karena jamur tidak menyerang ikan dalam kondisi sehat, melainkan
menyerang ikan yang sudah terluka atau lemah (Natalia dkk, 2019). Luka di kulit ikan akan menjadi titik
masuk spesifik bagi bakteri dan virus yang kemudian menjadi tempat infeksi jamur (Fradina dkk, 2023).
Kondisi lingkungan yang kurang baik dan kurangnya asupan nutrisi ikan juga menjadi faktor presdiposisi
infeksi jamur pada ikan (Khairyah dkk, 2012). Ikan yang terinfeksi jamur, bagian kulit yang terinfeksi akan
terlihat terdapat gumpalan putih seperti kapas. Gumpalan kapas ini biasa menempel pada telur atau luka pada
bagian eksternal ikan (Andreas, 2016).
Infeksi jamur akan cepat menular kepada ikan lain yang berada dalam satu kolam. Sehingga
penyebarannya semakin cepat dan berpotensi kerugian yang cukup besar bagi pembudidaya (Andreas, 2016).
Penyebaran jamur dapat melalui kista spora yang terbawa kotoran ikan atau akibat kanibalisme ikan yang
terjangkit jamur ini (Khairyah dkk, 2012). Kasus infeksi jamur ini dapat menimbulkan kematian massal
seperti yang terjadi di Banyumas yang menyerang ikan gourami (Khumaidi dan Hidayat 2018). Ikan nila
juga termasuk dalam jenis ikan budidaya yang sering terinfeksi jamur, sehingga perlu dilakukannya adanya
isolasi dan identifikasi jamur penyebab penyakit dalam wilayah budidaya ikan nila untuk dapat
memonitoring parasite dan hama pada ikan budidaya (Lesmana dkk, 2021).
II. TUJUAN
1. Mengetahui cara mengambil sampel fungi dari ikan nila Pasar Beji.
2. Mengetahui cara identifikasi fungi pada sampel ikan nila dari Pasar Beji menggunakan
karakteristik morfologi.

III. CARA KERJA


Pengambilan sampel fungi dan identifikasi karakteristik fungi dilakukan dengan penyiapan alat
bahan yang diperlukanterlebih dahulu. Alat yang dibutuhkan antara lain mikroskop, larutan pewarna
lactophenol, slide, dan cover slide. Bahan yang diperlukan berupa ikan yang terinfeksi fungi. Ikan yang
terinfeksi fungsi diamati dan didokumentasikan, terutama pada lokasi fungi yang ada di permukaan tubuh
ikan. Fungi yang menempel kemudian diamati morfologinya secara langsung menggunakan mikroskop. Cara
pengamatannya yaitu fungsi fungi dari permukaan tubuh ikan diambil dan diletakkan diatas slide. Lapisan
fungi pada slide dibuat setipis mungkin. Slide kemudian ditetesi aquades dan diamati menggunakan
mikroskop. Hasil di mikroskop didokumentasikan dan kemudian di identifikasi jenis funginya. Apabila
sudah didokumentasikan dan diamati langkah selanjutnya yaitu pengamatan fungi melalui kultivasi. Caranya
yaitu dengan sampel fungi dari ikan dibiakkan pada media agar dalam petridish. Media tersebut kemudian di
inkubasikan pada suhu ruang selama 1-2 hari. Setelah itu pertumbuhan koloni fungi diamati morfologi
koloninya. Sampel fungi kemudian diambil dengan kawat ose dan diletakkan setipis mungkin di permukaan
preparate. Apabila sudah selesai kemudian ditetesi lactophenol blue di atas permukaan kaca preparate. Lalu
cover glass diletakkan di atas sampel dengan posisi menghadap bawah. Hasil di mikroskop
didokumentasikan dan kemudian di identifikasi jenis funginya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


IV.1 Hasil
Hasil identifikasi dan pengamatan yang dilakukan pada ikan nila yang diperoleh dari pasar beji
memberikan hasil sebagai berikut.

Tabel 2. Hasil Pengamatan Morfologi Fungi


Koloni Mikroskopis
Je Bera Tem
Wa War
nis t dan pat Inku
Wa Teks rna Koni na IV.2 Pemb
Ik Panj Mem basi Tepi Bentuk Hifa
rna tur Hif dia Koni ahasa
an ang beli
a dia
Ika 27,3 Pasar 4x24 Puti Bers Filame Filame Tida Puti Tida - n
n gr Ikan jam h erat ntous ntous k h k ada
Nil dan Beji Bers
a 11,8 2 erat
cm
Ikan nila sampel uji diperoleh dari pasar ikan beji dengan berat 27,3 gram dan panjang 11,8 cm.
Ikan nila yang kami uji sudah terinfeksi jamur karena bagian yang terinfeksi memiliki ciri gumpalan
serabut putih mirip kapas, yang kami temukan di bagian depan sirip punggung ikan. Jamur terlihat
menempel pada permukaan kulit yang sudah luka atau mengalami lesi. Hasil ini sesuai dengan yang
diungkapkan Andreas (2016) bahwa adanya benang halus menyerupai kapas yang menempel pada
telur atau luka pada bagian eksternal ikan seperti perubahan warna sirip ikan dan tubuh menjadi merah
merupakan gejala klinis infeksi jamur.
Pengamatan mikroskop pada sampel jamur pada ikan yang dilakukan tidak terlihat adanya
konidium, berwarna putih, tumbuh dipermukaan kulit dibagian depan sirip punggung. Bagain ikan
yang terkena jamur tertutupi oleh benang putih halus yang menyerupai kapas. Memiliki hifa yang
berbentuk transparan dan tidak memiliki sekat pemisah. Ciri pengamatan mikroskop ini identik
dengan Saprolegnia sp. yang sesuai dingungkapkan oleh Lesmana dkk (2021), yang menyatakan
bahwa serangan jamur Saprolegnia sp. umumnya luka akan tertutupi oleh kumpulan miselium jamur
yang menyerupai gumpalan benang halus yang bentuknya mirip kapas. Saprolegnia merupakan jamur
yang mempunyai hifa panjang tidak septual, memiliki bentuk seperti benang halus dan berwarna putih,
berbentuk transparan (hialin) dan tidak memilki sekat pemisah (septa) tetapi bercabang banyak
menjadi miselium(Fradina dkk, 2023)
Pengamatan mikroskopis dengan mikroskop pada jamur yang tumbuh dalam media PDA
memiliki ciri berwarna putih, hifa transparan, tidak bersekat, panjang dan ramping. Ciri mikroskopis
ini identik dengan struktur jamur Saprolegnia sp. Karakteristik ini diperkuat oleh Fradina dkk (2023),
yang menyatakan bahwa Saprolegnia sp. menghasilkan hifa panjang berbentuk benang halus
berwarna putih, memiliki hifa transparan (hialin) dan tidak memiliki sekat (septa) tetapi bercabang
banyak menjadi miselium.
Hasil mikroskopis pada ikan sampel langsung dengan hasil isolasi di media PDA memberikan
hasil yang mengarah ke jenis infeksi jamur Saprolegnia sp. Jamur pada sampel ikan langsung yang
diamati dalam mikroskop memiliki hifa lebih pendek dari jamur kultur dan misellium tidak begitu
terlihat. Kemungkinan besar saat pengambilan sampel hifa terpotong dan hanya terambil Sebagian
kecil sampelnya saja. Hifa yang terbentuk dalam media lebih panjang dan membentuk percabangan
(misellium). Hasil pada kedua sampel ini identic dengan ciri hifa transparan dan tidak bersekat yang
mengarah ke Saprolegnia sp.
Jamur saprolegnia sp menginfeksi ikan pada suhu air dingin sehingga biasa dikenal dengan jamur
air dingin (Fradina dkk, 2023). Cara untuk mengendalikan pertumbuhan Saprolegnia sp yaitu dengan
meningkatkan salinitas secara perlahan hingga dosis optimum 15 ppt (Kurniawan dkk, 2015),
menggunakan obat-obatan kimia (malachite green, formalin, hydrogen peroxide), pemberian ekstrak
daun sirih (Kusdarwati dkk, 2013). Selain itu upaya pengendalian Saprolegnia sp. dapat dilakukan
dengan menjaga kualitas air tetap stabil utamanya indikator suhu (Lesmana dkk, 2021).

V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan uraian diatas adalah:
1. Pengambilan fungi pada sampel ikan nila dilakukan dengan pemgambilan jamur pada ikan langsung atau
media agar dengan diambil setipis mungkin menggunakan ose atau solatip yang kemudian diletakkan di
object glass dan ditetesi akuades (pada ikan langsung) dan lactophenol blue (pada media agar).
Kemudian fungi pada object glass diamati dengan menggunaan mikroskop dan didokumentasikan.
2. Identifikasi penyakit jamur dalam ikan nila (Oreochomis niloticus) yang diperoleh dari pasar ikan beji,
purwokerto positif terinfeksi jamur Saprolegnia sp. Gejala klinis yang menandakan adanya gumpalan
benang putih pada depan sirip punggung serta hasil mikroskopis berupa terbentuknya hifa transparan, tak
bersekat, panjang dan tipis. Penanganan ikan nila yang terinfeksi Saprolegnia sp. yaitu dengan cara
menjaga kualitas air utamanya suhu, meningkatkan kadar salinitas, dan pemberian obat-obatan kimia.
ACARA 3
PENGAMATAN JENIS PARASIT METAZOAN PADA IKAN KAKAP MERAH
JETIS, CILACAP
I. PENDAHULUAN
Ikan laut merupakan spesies ikan yang hidup di air laut dengan salinitas >29 ppt. Ikan laut memiliki
penyesuaian diri terhadap lingkungan yang memiliki kadar garam yang lebih tinggi dibandingkan kadar
garam dalam cairan tubuhnya (Yoga, 2023). Ikan air laut adalah bahan pangan yang banyak dikonsumsi oleh
masyarakat, terutama di Indonesia yang memiliki beragam jenis ikan air laut. Tingginya tingkat konsumsi
ikan air laut, perlu diperhatikan kesehatan ikan dalam kegiatan budidayanya dan penyortiran untuk penjualan
di pasar. Ikan yang tidak sehat tentu akan menjadi sarang berkembangbiaknya berbagai macam bakteri dan
parasite. Ikan air laut yang akan dikonsumsi oleh manusia lebih baik terbebas dari penyakit yang bisa
menularkan ke manusia (Wulandari, 2022).
Parasit merupakan salah satu organisme yang menyebabkan kematian pada ikan. Parasit yang
menginfeksi ikan akan merusak organ tubuh ikan dan membuat sistem metabolisme tubuh ikan terganggu.
Hal ini mempengaruhi terhadap pertumbuhan ikan bahkan bisa menyebabkan kematian pada ikan (Tuwitri
dkk, 2020). Salah satu jenis parasit yang menyerang pada ikan air laut yaitu anisakidae. Anisakidae adalah
penyebab terjadinya penyakit anisakiasis yang bersifat zoonis (menyebabkan penyakit pada manusia dan
sebaliknya). Penyakit anisakiasis disebabkan oleh cacing Anisakis sp. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa ikan air laut yang sering terdapat cacing ini yaitu ikan kakap merah ( Lutjanus argentimaculatus)
(Fiqhi, 2020).
Infeksi parasit akan menimbulkan gejala klinis berupa kelainan pada tubuh ikan dan organ lainnya
yang biasanya dapat dikenali secara langsung hanya dengan mata telanjang dan mengamati ikan secara
seksama. Ikan yang terinfeksi juga menunjukkan kelainan tingkah laku (Wirawan, 2018). Selain itu, parasit
juga mempengaruhi kondisi kesehatan ikan sehinga menjadi lebih sensitif terhadap perubahan lingkungan
dan patogen lain seperti bakteri dan jamur. Oleh karena itu, pengendalian parasit perlu dilakukan melalui
identifikasi dan inventarisasi yang berperan dalam pengembangan strategi pengendalian parasit.

II. TUJUAN
1. Mengetahui cara identifikasi parasit metazoan pada ikan air laut.
2. Mengetahui jenis parasit metazoan

III. CARA KERJA


Ikan Kakap Merah yang akan digunakan pengamatan diambil dan ditimbang beratnya. Panjang ikan
diukur lalu dicatat. Ikan diletakkan pada baki plastik lalu parasit yang terlihat pada seluruh permukaan tubuh,
di dalam rongga mulut, insang, dan rongga insang ikan diamati. Parasit yang ditemukan pada ikan diambil
dan dimasukkan ke dalam petridish berisi larutan fisiologis. Selanjutnya ikan dibedah untuk diamati parasite
pada rongga perut dan organ-organ yang ada di dalamnya. Parasit metazoan yang ditemukan lalu dipisahkan
dari jaringan ikan ataupun pengotor lainnya. Parasit yang ditemukan lalu dicatat dan difoto untuk
diidentifikasi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil identifikasi dan pengamatan yang dilakukan pada ikan nila yang diperoleh dari pasar beji
memberikan hasil sebagai berikut.
Tabel 3. Pengamatan Parasit Metazoan Ikan Air Laut
Berat
Tempat
N Jenis dan
Gambar Ikan Membe Bagia Jenis
o Ikan Panjan Dokumentasi
li n Parasit
g Ikan
1. Ikan 178,7 Pasar Organ Anisak
Kakap 9 Jetis, dalam is sp.
Merah gram Cilacap perut
dan (Usus
27,15 )
cm

Pada Mikroskop

Pandangan fisik

Dokumentasi pribadi Figure 1. Parasit Anisakis sp. (Bahari,


2016)

4.2 Pembahasan
Pada Ikan Kakap Merah (Lutjanus argentimaculatus) ditemukan parasit Anisakis sp. Parasit
Anisakis sp. merupakan golongan nematoda yang mempunyai warna putih dengan panjang antara 10-
29 mm dan berukuran besar adanya tiga bibir yang mengelilingi mulutnya. Berdasarkan praktikum
yang telah dilakukan, ditemukan sebanyak 10 parasit metazoan Anisakis sp. di dalam rongga perut
ikan kakap merah. Keberadaan Anisakis sp. dalam tubuh ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah umur, panjang ikan dan letak geografik (Muttaqin dan Abdulgani, 2013). Selain itu,
faktor utama yang menjadi penyebab ditemukannya cacing Anisakis sp. di dalam saluran pencernaan
ikan kakap merah yaitu dari pakan yang dikonsumsi (Ulkhaq, 2019). Ikan kakap merah termasuk
golongan ikan karnivora yang memakan detritus, ikan ikan kecil, kepiting, udang, dan lainnya yang
mengandung telur atau larva Anisakis sp. (Rapi, 2022). Gejala klinis yang sering dialami ikan adanya
luka-luka pada usus yang terinfeksi, pembengkakan, dan berkurang absorsi makanan pada saluran
pencernaan (Meltia, 2021). Cara pencegahan dan pengobatan Anisakis sp. pada ikan antara lain
meminimalkan terjadinya stress pada ikan, menyediakan tempat karantina ikan dan lingkungan yang
optimal (Ulkhaq, 2019).

V. KESIMPULAN
1. Cara mengidentifikasi parasit metazoan pada air laut yaitu diamati ciri-ciri dari parasit, lalu
mencari pada referensi yang tepat sesuai ciri-ciri yang diamati.
2. Jenis parasit metazoan yang ditemukan pada ikan kakap merah yaitu Anisakis sp. Ciri-ciri dari
parasit Anisakis sp. yaitu warna putih dengan panjang antara 10-29 mm dan berukuran besar
adanya tiga bibir yang mengelilingi mulutnya.
ACARA 4
PENGAMATAN PENYAKIT BAKTERIAL PADA IKAN NILA PASAR BEJI 2

I. PENDAHULUAN
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) adalah komditas ikan budidaya air tawar yang memiliki peluang
besar untuk usaha budidaya perikanan. Di antara ikan air tawar yang umum dibudidayakan, ikan nila
mempunyai beberapa keunggulan salah satunya ialah kemampuan adaptasinya yang unggul (Hasan dkk,
2020). Keunggulan ikan nila dalam beradaptasi dapat terjadi apabila ada keselarasan kualitas benih dengan
faktor eksternal dan faktor internal budidaya dalam proses pertumbuhan ikan. Faktor eksternal biasanya
meliputi parameter kualitas air, kualitas dan kuantitas pakan, umur dan kualitas air pemeliharaan. Sedangkan
faktor internal mencakup umur ikan, kemampuan memanfaatkan pakan, garis keturunan dan ketahanan
terhadap penyakit (Mulyani dkk, 2020).
Permasalahan yang kerap muncul dalam usaha budidaya dan mampu mengakibatkan kerugian besar
bagi pembudidaya adalah munculnya penyakit pada ikan (Azhar dkk, 2022). Kondisi lingkungan yang buruk,
inang yang lemah dan adanya mikroorganisme pathogen menjadi faktor munculnya penyakit. Pathogen
bakterial mampu menyebabkan kematian hingga 50%-100% (Sinubu dkk, 2022). Hal ini dapat di maknai
bahwa perlu dilakukan identifikasi dan penanganan pada kolam budidaya yang terdapat spesies terinfeksi
(Ashari dkk, 2014). Ikan yang terserang penyakit biasanya dapat ditandai dengan munculnya tanda-tanda
fisik yang terjadi akibat infeksi bakteri (Azhar dkk, 2022).
Jenis penyakit bakterial yang umum menyerang ikan air tawar diantaranya ialah Aeromonas
hydrophilla dan Pseudomonas flurescens. Kedua penyakit bakterial ini akan menyerang budidaya ikan hias
akibat pertumbuhannya yang cepat dan menyebabkan tingkat budidaya menjadi intensif (Buda dkk, 2023).
Aeromonas hydrophilla dan Pseudomonas flurescens merupakan bakteri yang menyebabkan perubahan pada
histopatologi organ seperti ginjal, hati dan limpa (Mahendra dkk, 2021). Kedua pathogen ini dapat
menyebabkan kerugian besar bagi pembudidaya apabila tidak dilakukan pencegahan terhadap ikan-ikan yang
terinfeksi (Fransira, 2023).

II. TUJUAN
1. Mengetahui gejala pada ikan yang terinfeksi bakteri pathogen
2. Mengetahui isolat bakteri yang menyebabkan penyakit

III. CARA KERJA


Pengamatan pada ikan dilakukan terhadap gejala penyakit eksternal kemudian hasilnya dicatat
sebagai hasil pengamatan. Ikan yang telah selesai Ikan yang telah selesai diamati kemudian dimatikan dan
dilakukan biopsi pada ikan. Selanjutnya, dilakukan pengamatan terhadap gejala penyakit internal ikan dan
hasilnya di catat. Kemudian lakukan inokulasi bakteri dari organ dalam (hati dan ginjal) atau luka di
permukaan tubuh ikan pada media TSA. Media TSA yang sudah di inokulasi bakteri kemudian di inkubasi
selama 18-24 jam. Kegiatan dilanjutkan dengan dilakukannya 3. Pengamatan koloni-koloni yang tumbuh
dilakukan dilanjutkan dengan pengambilan sampel guna dimurnikan dengan media TSA baru. Media TSA di
inkubasi kembali selama 18-24 jam. Terakhir, dilakukan pengamatan gram KOH.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil
Hasil yang diperoleh dari proses inokulasi pada media TSA dapat dilihat pada gambar 1. Hasil
menunjukkan bahwa koloni bakteri pada organ hati lebih banyak dibandingkan dengan koloni bakteri
pada ginjal

Gambar 1. Hasil pada media TSA


Kemudian, hasil proses inokulasi pada media GSP dapat dilihat pada gambar 2. Hasil
menunjukkan bahwa hanya terdapat 1 koloni pada ginjal dengan warna merah.

Gambar 2. Hasil pada media GSP


Selanjutnya, pengamatan morfologi koloni yang diperoleh pada media TSA dan GSP disajikan
dalam tabel 1-3 sebagai hasil pengamatan morfologi koloni bakteri.
Tabel 4. Ikan yang digunakan dalam pengamatan bakteri
Jenis Ikan Berat dan Panjang Gambar Ikan Tempat membeli
Ikan
Ikan Nila Berat : 29,2 gram Pasar Ikan Beji 2
Panjang : 11,5 cm

Tabel 5. Hasil Morfologi Bakteri pada Media TSA


Morfologi Bakteri Gram
Isolas
i Inkubasi KOH
Bentuk Tepi Elevasi Warna Ukuran
3%
Rhizoid Undulate Crateriform Krem Besar
Ginjal 24 jam Circular Entire Convex Putih Sedang +
Irregular Undulate Convex Putih susu Besar
Circular Entire Umbonate Krem Besar
Irregular Undulate Umbonate Putih Sedang
Circular Entire Flat Putih Kecil
Hati 24 jam +
benig
Circular Undulate Flat Putih Besar
Irregular Undulate Umbonate Krem Sedang
Irregular Entire Flat Putih Kecil

Tabel 6. Hasil Morfologi Bakteri pada Media GSP


Morfologi Bakteri Gram
Isolasi Inkubasi KOH
Bentuk Tepi Elevasi Warna Ukuran 3%
Ginjal 2x24 jam Irregular Undulate Umbonate Merah Sedang +

IV.2. Pembahasan
Sampel ikan nila yang digunakan pada praktikum ini mempunyai ciri-ciri pola renang yang
abnormal. Gejala klinis lainnya berupa sekresi lendir yang berlebihan dan luka pada permukaan tubuh
ikan serta ditandai dengan adanya kerusakan pada sirip ikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Tohamy
dkk (2023), yang menyatakan bahwa ikan yang terinfeksi penyakit bakterial akan memperlihatkan
hemoragi, sekresi lendir berlebihan, dan sirip yang robek. Dalam literatur lain juga disebutkan bahwa
ikan yang terserang penyakit bakterial mempunyai gejala berupa pendarahan pada insang, perut yang
membesar, penurunan nafsu makan, abnormalitas pola renang, terdapat luka pada permukaan tubuh
dan pembengkakam serta kerusakan pada organ dalam ikan seperti ginjal, limpa, dan hati ketika di
belah (Napitulu, 2016).
Hasil yang diperoleh setelah inkubasi selama 1x24 jam ialah perolehan 4 koloni bakteri pada
isolasi ginjal dan 6 koloni bakteri pada isolasi Hati. Koloni pada ginjal mempunyai morfologi dengan
bentuk dominan irregular, rhizoid dan circular. Tepinya berupa undulate dan entire dengan elevasi
dominan convex disusul dengan cratericform dan raised. Koloni bakteri pada ginjal menunjukkan
warna dominan krem hingga putih susu. Adapun ukurannya berkisar sedang hingga besar. Hasil isolasi
bakteri pada hati menunjukkan jumlah koloni lebih banyak dengan ragam bentuknya berupa circular
dan irregular. Tepian koloninya berupa undulate dan entire, elevasi pada hati seimbang antara
umbonate dan flat. Rentang warna yang di tunjukan pada koloni bakteri pada isolasi hati juga
berentang antara krem hingga putih susu dengan ukuran yang lebih seragam dari besar, sedang dan
kecil. Hal ini sesuai dengan pendapat Suryati dkk (2021), yang menyatakan bahwa isolat bakteri yang
ditenukan pada organ ginjal umumnya berbentuk bundar, berwarna krem dengan tepian rata dan
elevasinya cembung.
Perbandingan bakteri positif dan negatif dilakukan dengan uji gram KOH. Berdasarkan hasil yang
tertera pada tabel 1. hasil yang di dapat secara keseluruhan merupakan bakteri positif. Bakteri positif
adalah bakteri yang tidak menghasilkan lendir saat proses uji gram dengan penetesan KOH 3%
(Listiowati dkk, 2023). Pertumbuhan bakteri ini didukung dengan penggunaan media kultur berupa
Trypticase Soy Agar (TSA) yang umum dimanfaatkan sebagai media tumbuh bakteri gram negatif dan
positif (Hasan dkk, 2022). Struktur dinding sel yang tebal menjadi alasan bakteri gram negatif
memiliki toleransi yang lebih tinggi dibanding bakteri gram negatif sehingga tumbuh lebih banyak
(Lestari, 2016).
Koloni bakteri yang berhasil tumbuh pada media GSP (Glutamate Starch Phenol) menunjukkan
ciri morfologi dengan bentuk irregular, tepi undulate, elevasi umbonate dengan warna merah dan
berukuran sedang. Berdasarkan ciri morfologi ini identik dengan bakteri Pseudomonas. Hal ini sesuai
dengan referensi yang digunakan di mana disebutkan bahwa GSP merupakan media selektif untuk
menumbuhkan kelompok bakteri Pseudomonas dan Aeromonas. Hal ini diperkuat dengan ciri-ciri
bahwa kelompok bakteri pesudomonas akan berwarna merah sedangkan kelompok bakteri aeromonas
akan berwarna kuning (Asril dan Lisafitri, 2020). Hasil uji gram koloni bakteri pada media GSP
menunjukkan hasil positif. Hal ini berbanding terbalik dengan literatur yang digunakan dimana
disebutkan bahwa bakteri Pseudomonas adalah golongan bakteri gram negatif. Perbedaan hasil ini
mungkin dapat terjadi dan perlu dilakukan pengamatan mikroskopis serta pewarnaan gram terhadap
koloni bakteri yang ditemukan. Pewarnaan gram terhadap koloni ini akan memperlihatkan warna yang
bisa menjadi pembanding tambahan guna mementukan uji gram pada koloni yang ditemukan
(Rahmadian dkk, 2018).
Koloni bakteri yang berhasil tumbuh pada media GSP (Glutamate Starch Phenol) menunjukkan
ciri morfologi dengan bentuk irregular, tepi undulate, elevasi umbonate dengan warna merah dan
berukuran sedang. Berdasarkan ciri morfologi ini identik dengan bakteri Pseudomonas. Hal ini sesuai
dengan referensi yang digunakan di mana disebutkan bahwa GSP merupakan media selektif untuk
menumbuhkan kelompok bakteri Pseudomonas dan Aeromonas. Hal ini diperkuat dengan ciri-ciri
bahwa kelompok bakteri Pesudomonas akan berwarna merah sedangkan kelompok bakteri Aeromonas
akan berwarna kuning (Asril dan Lisafitri, 2020). Hasil uji gram koloni bakteri pada media GSP
menunjukkan hasil positif. Hal ini berbanding terbalik dengan referensi yang digunakan di mana
disebutkan bahwa bakteri Pseudomonas adalah golongan bakteri gram negatif. Perbedaan hasil ini
mungkin dapat terjadi dan perlu dilakukan pengamatan mikroskopis serta pewarnaan gram terhadap
koloni bakteri yang ditemukan. Pewarnaan gram terhadap koloni ini akan memperlihatkan warna yang
bisa menjadi pembanding tambahan guna menentukan uji gram pada koloni yang ditemukan
(Rahmadian dkk, 2018).

V. KESIMPULAN
Uraian hasil dan pembahasan yang telah dijabarkan di atas dapat disimpulkan bahwa ikan nila
(Oreochromis niloticus) yang di dapatkan dari Pasar Ikan Beji 2 mempunyai gejala berupa sekresi lendir
yang berlebihan dan luka pada permukaan tubuh ikan serta ditandai dengan adanya kerusakan pada sirip
ikan. Gejala klinis yang ada pada pada ikan kemudian diamati dengan melakukan inkubasi dengan rentang
1x24 jam hingga 2x24 jam pada media TSA dan GSP yang selanjutnya dilakukan uji gram KOH 3%.
Berdasarkan kegiatan tersebut dan hasil pertumbuhan koloni yang didapat melalui media selektif GSP
dengan hasil koloni berwarna merah, maka dapat disimpulkan bahwa ikan nila yang digunakan positif
terinfeksi oleh penyakit bakterial yakni Pseudomonas.
DAFTAR PUSTAKA

Ali.S.K., Koniyo. Y., dan Mulis. 2013. Identifikasi Ektoparasit Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di
Danau Limboto Provinsi Gorontalo. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 1(3): 114 -125.
Andreas, M. S. 2016. Identifikasi dan Pravelensi Jamur Pada Ikan Gurami (Osphoronemus gourami) di
Pasar Modern Surabaya. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga. Surabaya.
95 hlm.
Anisah, N., Rokhmani, R., & Riwidiharso, E. 2017. Intensitas dan variasi morfometrik Trichodina sp. pada
benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lacepede) pendederan yang dijual di pasar ikan
Purwonegoro Kabupaten Banjarnegara. Majalah Ilmiah Biologi BIOSFERA: A Scientific
Journal, 33(3): 134-141.
Ashari, C., Tumbol, R A., Kolopita, M. E. 2014. Diagnosa Penyakit Bakterial Pada Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) yang Dibudidaya Pada Jaring Tancap di Danau Tandono. Budidaya Perairan, 2(3): 24-30.
Asril, M Dan Lisafitri Y. 2020. Isolasi Bakteri Pelarut Fosfat Genus Pseudomonas Dari Tanah Masam Bekas
Areal Perkebunan Karet Di Kawasan Institut Teknologi Sumatera. Jurnal Teknologi Lingkungan,
21(1): 40-48.
Asril, M dan Lisafitri Y. 2020.Isolasi Bakteri Pelarut Fosfat Genus Pseudomonas Dari Tanah Masam Bekas
Areal Perkebunan Karet Di Kawasan Institut Teknologi Sumatera. Jurnal Teknologi Lingkungan.
21(1):40-48.
Azhar, F., Scabra, Ar., Lestari, Dp. 2022. Penanggulangan Penyakit Bakterial Pada Ikan Nila Menggunakan
Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle L.) di Desa Gontoran Lombok Barat. Jurnal Pepadu, 3(2): 287-291.
Bahri, S. 2016. Prevalensi Dan Intensitas Cacing Anisakis sp. Pada Ikan Tongkol (Euthynnus Affinis) Di Tpi
Ujong Baroh Kecamtan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Doctoral Dissertation, Universitas
Teuku Umar Meulaboh.
Buda, Sn., Koniyo, Y., Lamadi, A. 2023. Efektivitas Ekstrak Buah Belimbing Wuluh (Averhoa Blimbi L)
Dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Aeromonas Hydrophila pada Ikan Mas (Cyprinus carpio).
Jurnal Ilmiah Multidisiplin, 2(2): 376-382.
Fiqhi, M. Imaduddin. 2020. Studi Morphometri dan Ultrastruktur Parasit Metazoan pada Ikan Kakap
Merah (Lutjanus campechanus) di Perairan Jawa Timur. Skripsi. UNAIR.
Fradina, Intan Trixzi, Husain Latuconsina, and Nurul Jadid Mubarakati. 2023. “Identifikasi Jamur Pada
Benih Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Identification Fungi of Nile Tilapia (Oreochromis Niloticus)
Seeds.” Journal of Science and Technology, 5(1): 14–21.
Fransira, I., Yanuhar, U., Maftuch. 2023. Pengaruh Ekstrak Eleutherine Palmifolia terhadap Kelulushidupan
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Terinfeksi Pseudomonas Fluorescens. Jurnal Ilmiah Bahari
Papadak, 4(1): 293-297.
Handayani, L. 2020. Identifikasi dan prevalensi ektoparasit pada ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang
dipelihara di keramba jaring apung. Jurnal Ilmu Hewani Tropika (Journal of Tropical Animal
Science), 9(1): 35-42.
Hasan, H., Afifa, N., Maulana, I., Elihami, E., & Aminullah, A. 2020. Budidaya Ikan Nila Pada Kolam
Tanah. Maspul Journal of Community Empowerment, 2(2): 24-33.
Khairyah, Ummu, Rahayu Kusdarwati, and Kismiyati. 2012. “Identifikasi Dan Prevalensi Jamur Pada Ikan
Gurami (Osphronemus Gouramy) Di Desa Ngrajek, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa
Tengah.” Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan, 5(2): 1–7.
Khumaidi, Achmad, and Aris Hidayat. 2018. “Identifikasi Penyebab Kematian Massal Ikan Gurami
(Osphronemus Gouramy) Di Sentra Budidaya Ikan Gurami, Desa Beji, Kecamatan Kedung Banteng,
Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.” Journal of Aquaculture Science, 3(2): 145–53.
Kurniawan, Dayu, Dwi, Suryanto, and Riri Ezraneti. 2015. “Pengendalian Saprolegnia Sp. Pada Ikan Nila
(Oreochromis Niloticus) Dengan Salinitas Air Yang Berbeda.” Jurnal Aquacoastmarine, 1(1): 1–9.
Kusdarwati, Rahayu, Pustika Murtintias, dan Dewa Ketut Meles. 2013. “Uji Aktivitas Antifungi Ekstrak
Daun Sirih (Piper Betle L) Terhadap Saprolegnia Sp Secara In Vitro.” Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9): 1689–99.
Lesmana, Indra, Nur Arlia Yusnita, and Andri Hendrizal. 2021. “Isolasi Dan Identifikasi Jamur Penyebab
Penyakit Pada Benih Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Dan Ikan Lele (Clarias Gariepinus) Isolation
and Identification of Disease-Causing Fungi in Tilapia (Oreochromis Niloticus) and Catfish (Clarias
Gariepinus) Seed.” Berkala Perikanan Terubuk, 49: 767–74.
https://terubuk.ejournal.unri.ac.id/index.php/JT.
Lestari, Y., Ardiningsih, P., & Nurlina. 2016. Aktivitas Antibakteri Gram positif dan Negatif dari Ekstrak dan
Fraksi Daun Nipah (Nypa fruticanswurmb). Jkk, 5(4): 1–8.
Listiowati, E., Syakuri, H., Ekasanti, A., Nugrayani, D., Wisudyanti, D., Oktavia, R. 2023. Kelimpahan
Bakteri Saluran Pencernaan Ikan Nilem (Osteochilus vittatus) yang Diberi Pakan Dengan
Suplementasi Garam (NaCl). Jurnal Perikanan Pantura, 6(2): 373-381.
Mahendra, R., Nainggolan, A., Rahmatia, F. 2021. Efektivitas Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum sp.) Dalam
Menghambat Pertumbuhan Bakteri Aeromonas Salmonicida Secara In Vitro. Jurnal Ilmiah Satya
Minabahari, 7(1): 56-62.
Meltia, D. (2021). Profil Endoparasit pada Ikan Gabus (Channa striata) Berdasarkan Kondisi
Habitatnya (Doctoral dissertation, UIN AR-RANIRY).
Mulyani, S., Jamal, Bf., Indrawati, E., Suryanti., Budi, S., Musada, Z., Asiah, Nur., Maulana, Z. 2022.
Keberlanjutan Pengelolaan Budidaya Ikan Nila Dan Ikan Gabus. Chakti Pustaka Indonesia, Makassar.
Muttaqin, Z., & Abdulgani, N. 2013. Prevalensi dan derajat infeksi Anisakis sp. pada saluran pencernaan
ikan kakap merah (Lutjanus malabaricus) di Tempat Pelelangan Ikan Brondong Lamongan. Jurnal
Sains dan Seni ITS, 2(1): 30-33.
Napitupulu, R.A., Suryanto, D., &Desrita, D. 2016. Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Potensial Patogen Pada
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Kolam Budidaya Patumbak. Jurnal Aquacoastmarine, 15(1): 1-
10.
Natalia, Christin; Henni Syawal; Morina Riauwaty Siregar. 2019. “Identifikasi Jamur Pada Ikan Komet
(Carrasius Auratus) Dengan Metode Konvensional Dan Pcr (Polymerase Chain Reaction).” Fakultas
Perikanan Dan Kelautan Universitas Riau Pekanbaru, 1(1): 1–7.
Nurcahyo, W. 2018. Parasit pada ikan. UGM PRESS.
Rahmadian, Ca., Ismail., Abrar, M., Erina., Rastina., Fahrimal, Y. 2018. Isolasi Dan Identifikasi Bakteri
Pseudomonas sp. Pada Ikan Asin di Tempat Pelelangan Ikan Labuhan haji Aceh Selatan. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Veteriner, 2(4): 492-502.
Rapi, N. L., Hidayani, M. T., Djumanto, D., Murwantoko, M., & Alifia, F. 2022. Food Habits of Red Snapper
Lutjanus malabaricus in Pinrang Waters. Jurnal Agrikan (Agribisnis Perikanan), 15(1): 329-333.
Sinubu, Wv., Tumbol, Ra., Undap, Sl., Manoppo, H., Kreckhoff, Rl. 2022. Identifikasi Bakteri Patogen
Aeromonas sp. Pada Ikan nila (Oreochromis niloticus) di desa Matungkas, Kecamatan Dimembe,
Kabupaten Minahasa Utara. Budidaya Perairan, 10(2): 109-120.
Sitorus, H. 2018. Hubungan Tingkat Keasaman, Amoniak dan Nitrit dengan Prevalensi Parasit pada Ikan
Kerapu Lumpur (Epinephelus tauvina).
Sri, P. M. S. 2022. Analisis Tingkat Infeksi Parasit Pada Ikan Baronang Emas (Siganus guttatus Bloch,
1787) Pada Berbagai Sistem Budidaya. Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin.
Suryati, S., Mulyati, M., & Rusli, R. 2021. Isolasi Dan Karakterisasi Bakteri Pada Ikan Nila (Oreochromis
Niloticus) Dari Laboratorium Pembenihan Ikan Air Tawar Jurusan Teknologi Budidaya Perikanan
Politani Pangkep. In Prosiding Seminar Nasional Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan
(Vol. 2, Pp. 261-267).
Susilawati, Susilawati, Slamet Tarno, Agus Setiawan, Sarmila Sarmila, Farid Mudlofar, Sri Warastuti, Rizal
Akbar Hutagalung, and Hylda Khaiarah Putri. 2022. “A Teknik Budidaya Ikan Nila (Oreochromis
Niloticus) Monosex Sebagai Alternatif Dalam Meningkatkan Produktifitas Pembudidayan Ikan Pada
Keramba Jaring Apung Di Dusun Buntut Limbung Desa Muara Baru Kec. Sungai Raya Kab. Kubu
Raya.” Kapuas, 2 (1): 12–19.
Tohamy, H. G., E. S. M. E. Manakhly, F. A. S.Mohamed Dan R. G. Massoud. 2015. Pathological Evaluation
of Experimental Pseudomonas Fluorescensinfection In Nile Tilapia. World Journal of Fish and
Marine Sciences, 7(6): 450-457.
Tuwitri, Rani, Riko I., andri K. 2020. Identifikasi Parasit pada Ikan Lele (Clarias sp.) di Kolam Budidaya
Ikan Kabupaten Bangka. Juenal Teknologi Perikanan dan Kelautan, 11(2): 189-198.
Ulkhaq, M. F., Budi, D. S., Kenconojati, H., & Azhar, M. H. 2019. Insidensi dan derajat infeksi anisakiasis
pada ikan hasil tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur. Jurnal
Veteriner, 20(1): 101-108.
Wahyuni, S., Hendri, A., & Erlita, E. 2017. Identifikasi Parasit Pada Ikan Air Tawar di Balai Benih Ikan
Babah Krueng Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya. Jurnal Akuakultura Universitas Teuku
Umar, 1(1).
Wardani, F. A. 2021. Deteksi Trichodina sp. Pada Budidaya Ikan Nila (Oreochormis niloticus) di Kecamatan
Sayang-Sayang Kota Mataram. Mandalika Veterinary Journal, 1(1): 17-22.
Wirawan, I. K. A., Suryani, S. A. M. P., & Arya, I. W. 2018. Diagnosa, analisis dan identifikasi parasit yang
menyerang ikan nila (Oreochromis niloticus) pada Kawasan Budidaya Ikan Di Subak “Baru”
Tabanan. Gema Agro, 23(1): 63-78.
Wulandari, Riska. 2022. Gambaran Parasit Pada Ikan Laut yang Dijual di Dermaga Bom Kalianda dan di
Pasar Inpres Kalianda Tahun 2022. Karya Tulis Ilmiah. Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.
Yoga, Ida B. G. K. 2023. Perhitungan Beban Pendinginan Showcase Chiller Untuk Ikan Laut Dengan
Kapasitas 50 kg. Proyek Akhir. Poilteknik Negeri Bali.
Zheila, P. R. N. 2013. Prevalensi dan Intensitas Trichodina sp. pada Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
di Desa Tambakrejo, Kecamtan Pacitan, Kabupaten Pacitan. PAPER. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Surabaya. pp 1-11.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai