Anda di halaman 1dari 13

MODUL PRAKTIKUM

PENGAMATAN EKTOPARASIT

PROGRAM STUDI
BUDIDAYA PERAIRAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
2024
1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Produksi dari perikanan budidaya secara keseluruhan diproyeksikan meningkat


dengan rata-rata 4,9 % per tahun. Target tersebut antara lain didasarkan atas dasar potensi
pengembangan daerah perikanan budidaya yang memungkinkan di wilayah Indonesia.
Melihat besarnya potensi pengembangan perikanan budidaya serta didukung peluang pasar
internasional yang masih terbuka luas, maka diharapkan sumbangan produksi perikanan
budidaya semakin besar terhadap produksi nasional dan penerimaan devisa negara,
keterkaitannya dalam penyerapan angkatan, serta peningkatan kesejahteraan petani/nelayan di
Indonesia.
Untuk mencapai target produksi perikanan sesuai dengan yang diharapkan, berbagai
permasalahan menghambat upaya peningkatan produksi tersebut, antara lain kegagalan
produksi akibat serangan wabah penyakit ikan yang bersifat patogenik baik dari golongan
parasit, jamur, bakteri, dan virus.
Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang
diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu antara lain penanganan ikan, faktor pakan yang
diberikan, dan keadaan lingkungan yang kurang mendukung. Pada padat penebaran ikan
yang tinggi jika faktor lingkungan kurang menguntungkan misalnya kandungan zat asam
dalam air rendah, pakan yang diberikan kurang tepat baik jumlah maupun mutunya,
penanganan ikan kurang sempurna, maka ikan akan menderita stress. Dalam keadaan
demikian ikan akan mudah terserang oleh penyakit (Snieszko, 1973 ; Sarig, 1971).
Wabah penyakit ikan yang pertama di Indonesia terjadi pada tahun 1932 (Sachlan,
1952) yaitu ketika parasit Ichthyophthirius multifiliis menyebabkan banyak kematian pada
ikan tawes (Puntius gonionotus). Pada usaha penanggulangan beberapa bahan kimia dan
antibiotika telah banyak diteliti kegunaannya untuk pemberantasan penyakit ikan.
Cara penanganan yang kasar serta kurang memperhatikan tindak aklimatisasi setelah
pengangkutan ikan juga merupakan suatu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya kasus
wabah penyakit ikan.
Faktor lain adalah masalah konstruksi kolam atau bak yang biasanya kurang
sempurna dan tidak mendukung sanitasi air. Hal ini juga merupakan suatu faktor yang
mempercepat terjadinya wabah penyakit ikan.
2
B. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktikum Identifikasi Ektoparasit pada Ikan adalah :


1. Untuk Mengetahui tanda – tanda ikan yang sehat atau terserang penyakit.
2. Untuk mengetahui jenis parasit yang disebabkan oleh bakteri, jamur maupun
virus pada ikan nila (Orechromis mosambicus).

Manfaatnya setelah kita mengetahui jenis dan tanda-tandanya, kita bisa mencari cara
untuk menanggulanginya.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Parasit adalah hewan atau tumbuh-tumbuhan yang berada pada tubuh, insang, maupun
lendir inangnya dan mengambil manfaat dari inang tersebut. Dengan kata lain parasit hidup
dari pengorbanan inangnya. Parasit dapat berupa udang renik, protozoa, cacing, bakteri, virus,
dan jamur. Manfaat yang diambil parasit terutama adalah zat makanan dari inangnya.
Penyakit pada ikan didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat mengganggu proses
kehidupan ikan, sehingga pertumbuhan menjadi tidak normal. Secara umum penyakit
dibedakan menjadi dua kelompok yaitu penyakit infeksi dan non infeksi. Penyakit infeksi
disebabkan oleh organisme hidup seperti parasit, jamur, bakteri, dan virus dan penyakit non
infeksi disebabkan oleh faktor non hidup seperti pakan, lingkungan, keturunan dan
penanganan (Afrianto dan Liviawaty, 2003).
Berdasarkan letak penyerangannya parasit dapat dibagi menjadi dua kelompok.
Kelompok pertama disebut ektoparasit yaitu parasit yang menempel pada bagian luar tubuh
ikan dan kelompok kedua adalah endoparasit yaitu parasit yang berada dalam tubuh ikan.
Pertahanan pertama ikan terhadap serangan penyakit berada di permukaan kulit, yaitu
mukus, jaringan epitelia, insang. Mukus melapisi seluruh permukaan integumen ikan,
termasuk kulit, insang dan perut. Pada saat terjadi infeksi atau iritasi fisik dan kimiawi,
sekresi mukus meningkat. Lapisan mukus secara tetap dan teratur akan diperbarui sehingga
kotoran yang menempel di tubuh ikan juga ikut dibersihkan. Mukus ikan mengandung
lisosim, komplemen, antibody (ig M) dan protease yang berperan untuk mendegradasi dan
mengeliminer pathogen.
Insang merupakan organ penting yang sangat dibutuhkan oleh organisme perairan
sebab insang merupakan organ primer untuk pertukaran gas-gas juga berperan dalam proses
osmoregulasi. Hal ini sesuai dengan peryataan Fujaya (1999) bahwa insang pada organisme
perairan sangat dibutuhkan dalam mempertahankan kondisi tubuh dengan lingkungan agar
tetap seimbang untuk mempertahankan diri dari lingkungan.

4
Polutan adalah zat atau substansi yang mencemari lingkungan. Air limbah detergen
termasuk polutan karena didalamnya terdapat zat yang disebut ABS. Jenis deterjen yang
banyak digunakan di rumah tangga sebagai bahan pencuci pakaian adalah deterjen anti noda.
Deterjen jenis ini mengandung ABS (alkyl benzene sulphonate) yang merupakan deterjen
tergolong keras. Deterjen tersebut sukar dirusak oleh mikroorganisme (nonbiodegradable)
sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan (Rubiatadji, 1993). Lingkungan
perairan yang tercemar limbah deterjen kategori keras ini dalamkonsentrasi tinggi akan
mengancam dan membahayakan kehidupan biota airdan manusia yang mengkonsumsi biota
tersebut.

Tabel 1.1. Tanda-tanda ikan segar dan ikan yang sudah tidak segar
Parameter Ikan Segar Ikan Tidak segar
Kenampakan Cerah, terang, mengkilat, tak Suram, kusam, berlendir
berlendir
Mata Menonjol keluar Cekung, masuk kedalam rongga mata
Mulut Terkatup Terbuka
Sisik Melekat kuat Mudah dilepaskan
Insang Merah cerah Merah gelap
Daging Kenyal, lentur Tidak kenyal, lunak
Anus Merah jambu, pucat Merah, menonjol keluar
Bau Segar, normal seperti rumput laut Busuk, bau asam
Lain-lain Tenggelam dalam air Terapung diatas air

5
BAB III
METODOLOGI

A. Tempat dan Waktu

Praktikum Identifikasi Ektoparasit pada Ikan di laksanakan pada hari Selasa


tanggal 19 Maret 2024 dan bertempat di Laboratorium Fapetrik.

B. Alat dan Bahan

1. Alat : 2. Bahan :

 Dissecting set Ikan Nila (Oreochromis niloticus)


 Mikroskop
 Timbangan
 Penggaris
 Nampan
 Gunting
 Pisau

C. Metode Praktikum

Metode yang digunakan pada praktikum Identifikasi Ektoparasit pada Ikan


adalah metode pengamatan secara langsung pada objek dengan menggunakan
mikroskop.
D. Prosedur Kerja

Pertama yang dilakukan menyiapkan ikan yang akan diamati, menyiapkan alat
dan bahan yang akan digunakan dan meletakkan ikan tersebut di atas nampan.
Langkah selanjutnya adalah :
1) Pengukuran Tubuh
Sebelum diperiksa, ikan diukur bobot dan panjangnya.
Bobot
Cara mengukur bobot ikan dilakukan dengan menimbang ikan yang dinyatakan
dalam gram.

6
Gambar 3.1. Menimbang bobot ikan
Panjang = Panjang Ideal

Gambar 3.2. Cara pengukuran panjang ikan


Keterangan :
 Pt = Panjang total
 1–2 = panjang tubuh
 1–3 = panjang ante-dorsal
 1–8 = panjang kepala
 4–5 = tinggi tubuh maksimum
 6–7 = tinggi tubuh minimum

a. Cara mengukur panjang total


Cara mengukur panjang total ikan dilakukan dengan mengukur jarak antara
ujung mulut sampai dengan ujung sirip ekor menggunakan penggaris yang
dinyatakan dalam satuan centimeter.

7
Gambar 3.3. Panjang total ikan

b. Cara mengukur panjang tubuh


Cara mengukur panjang tubuh dilakukan dengan mengukur jarak antara ujung
mulut sampai dengan pangkal ekor yang dinyatakan dalam satuan centimeter.
Tinggi
Cara mengukur tinggi badan ikan dilakukan dengan mengukur garis tegak
lurus dari dasar perut sampai ke punggung dengan menggunakan mistar yang
dinyatakan dalam satuan centimeter.

Gambar 3.4. Mengukur tinggi ikan


2) Pengamatan organ luar = pemeriksaan klinis
Melihat dan mengamati penampilan ikan secara menyeluruh terutama penampilan
fisik, mata, insang, adanya lendir, dan sebagainya.
a. Mata
Ikan di baringkan didalam nampan dengan posisi kepala di kiri, kemudian kita
perhatikan matanya mengarah ke atas atau kebawah.

8
Gambar 3.5. Pengamatan organ luar
b. Sirip
Pada sirip kita amati keadaan sirip ikan mulai dari sirip punggung, sirip dada, sirip
perut, sirip ekor, dan sirip anus apakah gerifis atau mengerucut.

c. Luka
Lihat/periksa permukaan tubuh ikan dengan teliti, apakah terdapat penyakit makro
yang terlihat oleh mata biasa atau dengan bantuan kaca pembesar.
d. Benjolan
Memperhatikan seluruh bagian tubuh ikan untuk melihat benjolan yang terdapat
pada tubuh ikan.
e. Warna
Memperhatikan warna ikan yang sedang praktikan amati.

3) Pemeriksaan parasit ikan


Ikan dimatikan dengan memotong bagian belakang kepala. Parasit yang ditemukan
pada tubuh ikan diamati dengan menggunakan mikroskop.
a. Sirip
Sirip ikan bagian punggung, dada, perut, dubur/anus dan ekor semua di gunting,
diletakkan di atas object glass kemudian diperiksa dibawah mikroskop.

9
Gambar 3.6. Bagian sirip – sirip ikan dan insang yang akan diteliti
di bawah mikroskop
b. Lendir
Lendir ikan di kerok dari arah atas kebawah dan dioleskan di atas object glass,
kemudian diperiksa juga dibawah mikroskop.

Gambar 3.7. Pengambilan lendir ikan


c. Insang
Insang ikan di gunting dan di ambil 1 lapis kemudian diletakkan diatas object glass
untuk diamati di bawah mikroskop.

10
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

A. Hasil

1. Sampel 1 …………………………………….

No. Organ Parasit yang Gambar Keterangan


Pengamatan ditemukan
1.

2.

11
3.

12
13

Anda mungkin juga menyukai