Anda di halaman 1dari 7

2.

5 Identifikasi Penyakit Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mendeteksi tanda-tanda serangan dan mengidentifikasi secepat mungkin penyebabnya. Secara garis besar tanda-tanda ikan yang terserang penyakit adalah: 1. Ikan terlihat pasif,lemah dan kehilangan keseimbangan tubuhnya sehingga cenderung mengapung dipermukaan air 2. Nafsu makan menurun, ikan mengalami kesulitan untuk bernafas (mangapmangap) 3. Tubuh ikan tidak licin lagi karena selaput lender pada kulitnya habis 4. Terjadi pendarahan terutama didada, perut dan pangkal sirip. Pendarahan ini menunjukkan bahwa tingkat serangan penyakit sudah tinggi. 5. Sisik rontok dan rusak serta sirip punggung, dada dan ekor mengalami rusak

6. Insang mengalami kerusakan dan apabila bagian perutnya dibelah akan terlihat bagian organ hatinya berwarna kekuning-kuningan (Aprianto, 1992). 2.3 Identifikasi Parasit Penyakit yang disebabkan oleh parasit terdiri dari protozoa dan metazoa. Protozoa bersifat parasitik terhadap ikan dan jumlahnya lebih dari 2000 jenis. tempo yang relatif singkat.Secara umum gejala ikan yang terserang protozoa adalah ikan tampak pucat, nafsu makan kurang, gerakan lambat dan sering menggososk-gosokkan tubuhnya ada dinding kolam, pada infeksi lanjut ikan megap-megap dan meloncatloncat ke permukaan air untuk mengambil oksigen dan adanya bercak-bercak putih pada permukaan tubuh ikan.Parasit dari golongan metazoa antara lain Monogenetic trematod (golongan cacing), cestoda, nematoda, Cepopoda (Argulus sp., Lernaea sp.) dan golongan Isopoda. Organ yang menjadi target serangan parasit ini adalah insang. Penularan terjadi secara horisontal terutama pada saat cacing dalam fase berenang bebas yang sangat infektif. Secara umum gejala dari serangan metazoa adalah ikan tampak lemah tidak nafsu makan, pertumbuhan lambat tingkah laku dan berenang tidak normal disertai produksi lendir yang berlebihan, insang tampak pucat dan membengkak sehingga overculum terbuka, ikan sulit bernafas seperti gejala kekurangan oksigen, peradangan pada kulit akan mengakibatkan ikan menggosogosok badannya pada benda sekitar, badan kemerahan disekitar lokasi penempelan parasit, dan pada infeksi berat parasit ini kadang dapat terlihat dengan mata telanjang pada permukaan kulit ikaN(Irianto,2005).

Anonim, 2009. Parasit Protozoa pada Ikan.http://www.crawler.com/parasit+protozoa+pada+ikan.html. Diakses tanggal 28 Desember 2010. Aprianto, 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kansius. Jakarta Gunadi,2008.http://agromedia.net/Perikanan/Budi-Daya-Ikan-Mas-Secara-Intensif/Detailedproduct-flyer.html. Akses 28 Desember 2010. Kabata. 1985. Parasit and Disease of Fish Cultured in Tropics. Taylor and Francis. London Khairuman, 2005. Budi Daya Ikan Mas Secara Intensif .AgroMedia Pustaka. Jakarta. Rochdianto, 2005. Analisis Finansial Usaha Pembenihan Ikan Karper (Cyprinus carpio Linn) Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali. Skripsi S1 FE, Universitas Tabanan Rokhmani, 2002. Beberapa Parasit pada Budidaya Ikan Gurami di Kabupaten Banyumas. Sains Akuatik. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.UMP Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 3. Diakses Darihttp://ftp.lipi.go.id/pub/Buku_Sekolah_Elektronik/SMK/Kelas%20XII/Kelas%20XII_smk_budidaya_ikan_gusrina.pdf . Pada Tanggal 17 Mei 2009. Heckmann, R. (2003), Other Ectoparasites Infesting Fish; Copepods, Branchiurans, Isopods, Mites and Bivalves, Aquaculture Magazine, USA.
Fujaya, Y. 1999. Fisiologi Ikan. Jurusan Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar

Sachlan, M. 1952. Notes on parasites of freshwater fishes in Indonesia. Contrib. Inl. Fish.Res. Stat. No. 2. 1 - 60. Sarig, S. 1971. Diseases of Warmwater Fishes. TFH Publ., Neptune City, New Jersey. Sukadi, F., 2004. Kebijakan pengendalian hama dan penyakit ikan dalam mendukung akselerasi pengembangan perikanan budidaya. Disampaikan pada Seminar Nasional Penyakit Ikan dan Udang IV di Univ. Jenderal Soedirman, Purwokerto, 18 19 Mei 2004.
Supriyadi, H. dan P. Taufik. 1983. Penelitian pendahuluan immunisasi ikan dengan cara vaksinasi. Bull. Pen. PD .4 (1): 34 -36. Supriyadi, H. 1986. The susceptibility of various fish species to infection by the bacterium Aeromonas hydrophila. p. 241 - 242. In J.L. Maclean, L.B. Dizon and L.V. Hosillos (eds) The first Asian Fisheries Forum. Asian Fisheries Society, Manila, Philippines.

Takashima, F dan Hibiya, T. 1995. Fish Histologi Normal and Parthological Features of Second Edition. Kadausha. Tokyo.Talunga, J. 2007. Tingkat Infeksi dan Patologi Parasit Monogenea (Cleiododiscus sp) pada Insang Benih Ikan Patin (Pangasius pangasius). Skripsi. Universitas Hasanuddin Walker, Peter. (2005), Problematic Parasites, Department of Animal Ecology and Ecophysiology Radboud University Nijmegen, Netherlands

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin 27 Desember 2010 di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Mataram 3.2 Alat dan Bahan Praktikum 3.2.1 alat-alat Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum adalah kaca pembesar,kaca preparat, kaca penutup, pipet tetes, mikroskop, pinset ,gunting, penggaris, bak preparat, timbangan 3.2.2 bahan-bahan Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah ikan karper dan aquades 3.3 Cara Kerja Adapun cara kerja yang dilakukan dalah :

1. 2. 3. 4. a. b. 5 a. b. c. 6 a. b.

Disiapkan ikan karper yang masih hidup sebanyak 5 ekor Diamati tingkah laku ikan karper saat berenang Diamati warna tubuh dan di ukur panjang tubuh serta ditimbang berat ikan karper Dilakukan pengamatan pada bagian luar tubuh yaitu Diamati seluruh permukaan tubuh ikan yang sudah di bunuh untuk mendeteksi parasit yang ada dipermukaan tubuh ikan Digambar parasit yang ditemukan dan dicatat tempat parasit ditemukan Dilakukan pengamatan pada lendir yaitu Diambil lendir tubuh dengan menggunakan kaca penutup kemudian diletakkan lender pada kaca preparat Diteteskan satu tetes akuades pada kaca preparat Diamati dibawah mikroskop dan di gambar parasit yang berhasil ditemukan Dilakukan pengamatan pada insang dan sirip ikan karper yaitu Dipotong bagian insang dan sirip dengan gunting kemudian diletakkan diatas preparat dan ditetesi dengan akuades Diamati dibawah mikroskop kemudian digambar parasit yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Morfologi dan tingkah laku No Sampel Jenis ikan ikan 1 1 Karper 2 2 Karper 3 3 Karper 4 4 Karper 5 5 Karper Sampel ikan 1 2 3 4 5

Asal Lingsar Lingsar Lingsar Lingsar Lingsar

Berat 0,5 ons 0,5 ons 0,7 ons 0,2 ons 0,5 ons

Panjang 16 cm 14,5 cm 15 cm 8,5 cm 14,5 cm

Warna Cerah Cerah Cerah Abu-abu Hitam

Tingkah laku ikan Pasif, gerakan lemah,pernafasan lemah Aktif bergerak, pernafasan lancar Tidak ada mata, gerakan oleng,menguap-nguap,menuju permukaan Menguap-nguap, menuju permukaan,gerakan oleng Gerakan oleng, menuju permukaan,mangap-mangap

Pemeriksaan penyakit Uji lab. Ikan 1 Ikan 2 Lender Tiadak Tiadak ada ada Sisik Tidak Tidak ada ada Sirip Tidak Tidak ada ada

Ikan 3 Tiadak ada Tidak ada Ada

Ikan 4 Tiadak ada Tidak ada Tiadak ada

Ikan 5 Tiadak ada Tidak ada Tiadak ada

hasil 1

ket Tidak terdapat parasit

Thelohanellus pyriformis

Insang Usus Hati Jantung

Tidak ada Tidak ada Tidak da Tidak ada

Tidak ada Tidak ada Tidak da Tidak ada

Tidak ada Tiadak ada Tiadak ada Tiadak ada

Ada Tiadak ada Tiadak ada Tiadak ada

Tiadak ada Tiadak ada Tiadak ada Tiadak ada

1 -

Trichodina sp

Hasil pengamatan parasit no Nama parasit gambar 1 Thelolahanellus pyriformis

Inang/organ Sirip dubur

ket

Trichodina sp

Insang

4.2 Pembahasan Pengamatan pada parasit pada praktikum ini dilakukan pada 5 sampel ikan yang diperoleh dari BBI Lingsar dengan ukuran tidak lebih dari 10 cm. hal ini dikarena pada ukuran ini ikan sangat mudah sekali terserang oleh penyakit, baik yang disebabkan oleh bakteri, virus ataupun parasit. Pengidentifikasian ini dilakukan dengan mata telanjang dengan pengamatan secara fisik bagian luar tubuh dan mengamati tingkah laku yang ditunjukkan oleh ikan. Dari kelima ikan karper dengan ukuran dan berat yang berbeda-beda tingkah laku yang ditunjukkan berbeda-beda ikan 1 pergarakan lemah dan juga pernapasan lemah, begitu juga pada ikan 3,4 dan 5 menunjukkan tingkah laku yang sama yaitu pergerakannya oleng,

mulut mangap-mangap,dan menuju kepermukaan.pada ikan 2 terlihat sangat segar. Dari pengamatan tingkah laku tersebut terbukti dari semua ikan yang telah dibunuh dan diamati secara mikroskopis pada bagian sirif,insang,lender,jantung,hati dan usus. Pada ikan ikan 3 dan 4 ditemukan adanya parasit yna menyerang yaitu jenis protozoa masing masing pada ikan 3 ditemukan pada sirip dubur dan ikan 4 pada insang. Pengendalian parasit dapat dilakukan dengan memutuskan siklus hidupnya dan penggunaan bahan kimia. Adapun parasit pada ikan 3 adalah Trichodina sp . Hal ini dimungkinkan karena kondisi kualitas air yang buruk baik di kolam maupun dari sumbernya, seperti suhu yang tidak optimal dan DO yang rendah. Selain kualitas air yang kurang baik, dapat juga disebabkan karena tingkat kepadatan ikan yang relatif tinggi sehingga proses persinggungan ikan lebih banyak terjadi dan penyebaran Trichodina sp. bisa menjadi lebih cepat. Selain itu, Trichodina sp. tumbuh dengan baik pada kolam-kolam dangkal dan menggenang terutama pada tempattempat pemijahan dan pembibitan (Rokhmani. 2002). Ikan yang terinfeksi oleh parasit ini menunjukkan tingkah laku yang aneh, terjadi perubahan warna pada kulit ikan, penurunan berat badan, pada sirip dan insang ikan sering mengalami kerusakan. Parasit ini pada umumnya menimbulkan kematian pada benih-benih ikan (Kabata. 1985). Sedangkan parasit yang menyerang ikan 4 adalahThelohanellus pyriformis. Berikut penjelasan mengenai parasit yang menyerang ikan karper dari BBI Lingsar adalah: 4.2.1 Trichodina sp. Taxoniomi Trichodina sp. adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phylum : Protozoa Subphylum : Ciliophora Kelas : Hypsostomata Ordo : Mobilina Family : Trichodinidae Genus : Trichodina Spesies : Trichodina sp. Morfologi Penyakit yang disebabkan oleh parasit Trichodina sp. disebut Trichodiniasis atau penyakit gatal. Bentuk parasit ini bundar seperti topi atau berbentuk setengah bola yang berukuran kurang lebih 50 mikron. Dengan bantuan mikroskop, parasit ini terlihat berbentuk lingkaran transparan dengan sejumlah silia yang menempel di sekeliling lingkaran.Mulut di bagian ventral, mulut dilengkapi dengan zat chitine yang melingkari mulut, alat chitine seperti jangkar Pada tubuh bagian bawah terdapat lingkaran pelekat untuk melekatkan dirinya ke tubuh inang. Parasit ini menempel di bagian kulit, sirip dan insang. Semua jenis ikan air tawar dapat tersernag penyakit ini.

Siklus hidup Berkembang biak dengan cara membelah biner. Siklus hidupnya dimulai dari stadium dewasa yang berkembang dalam kulit atau jaringan epitel insang dari inang. Setelah fase makan Selesai parasit ini akan memecahkan epitel tadi dan keluar dari inangnya untuk membentuk kista. Larva-larva kista akan menempel pada tumbuhan atau objek lain di perairan kemudian membelah hingga 10 kali yang menghasilkan 100-2000 sel bulat. Sel-sel tersebut akan menghasilkan enzim hyaluronidase. Enzim tersebut untuk memecahkan kista sehingga sel muda (tomit) yang dihasilkan dapat berenang bebas dan mendapatkan inang baru. Tomit itu motil dan bersifat infektif 4 hari dan akan mati jika dalam waktu 24 jam tidak menemukan inang yang baru.

Gejala-gejala yang ditimbulkan Gejala yang ditimbulkan akibat serangan parasit ini pada umumnya adalah terdapat bintil-bintil putih terutama di bagian kepala dan punggung, nafsu makan ikan hilang, ikan menjadi sangat lemah, produksi lender bertambah sehingga tubuh ikan tampak mengkilat, pada tubuh bagian luar sering dijumpai pendarahan, warna tubuh ikan kusam, sering terlihat menggosok tubuhnya pada dasar atau dinding kolam serta benda-benda keras lain di sekitarnya dan kerusakan pada kulit sering disertai infeksi sekunder maksudnya dengan rusaknya kulit akibat parasit tadi maka akan memberikan peluang bagi organisme pathogen lainnya nseperti virus, bakteri, atau jamur untuk menyerang. Penyebarannya Trichodina sp. termasuk parasit obligat yaitu selama hidupnya berfungsi sebagai parasit dan tidak melepaskan diri dari inangnya (ikan). Penyerangannya dengan cara menempel pada lapisan lendir bagian kulit ikan dan akan menghisap sel darah merah dan sel pigmen pada kulit ikan Penularannya terjadi melalui kontak langsung antara ikan yang sehat dengan ikan yang telah terjangkiti parasit. Penanganannya Untuk mencegah timbulnya penyakit ini dapat dilakukan melakukan penebaran yang tidak tinggi atau padat tebar yang optimum, air yang masuk ke dalam kolam harus dilakukan penyaringan terlebih dahulu dan menjaga kebersihan sarana budidaya. Sedangkan ikan air tawar yang terserang penyakit ini dapat diobati dengan melakukan perendaman ke dalam larutan formalin 40 ppm selama 24 jam atau 150-200 ppm selama 15 menit. Biasanya juga menggunakan campuran malachite green 0.1 ppm dengan 25 ppm larutan formalin untuk perendaman yang diulang 3 kali selama 2 minggu atau dapat juga direndam dalam larutan garam 30 ppm, larutan asam asetat 1:500, atau formalin 15 ppm. 4.2.2 Thelohanellus pyriformis Taksonomi thelohanellus pyriformis adalah : Kingdom : Animalia Phylum : Protozoa Subphylum : Myxozoa Kelas : Sporozoa Subkelas : Myxosporea Ordo : Cnidosporodia Subordo : Myxosporidia Family : Myxobolidae Genus :Thelohanellus Spesies : Thelohanellus sp.(Anonim,2009). Morfologi Penyakit yang disebabakan oleh parasit Thelohanellus sp. disebut penyakit Mixosporeasis. Penyakit ini sangat berbahaya, sebab dapat mengakibatkan kematian hingga 80% Parasit ini berbentuk lonjong, berwarna transparan dan terdapat bulatan kecil di bagian tengah. Spora parasit ini terdiri dari 2 valve yang dibatasi oleh sebuah suture. Pada valve terdapat 1 kapsul polar. Spora parasit ini mempunyai cangkang, kapsul polar dan sporoplasm. Di dalam kapsul polar terdapat filament polar (Anonim, 2009). Siklus hidup Siklus hidup parasit Thelohanellus sp. belum diketahui dengan pasti. Jika bisul pecah, spora yang ada di dalamnya menyebar seperti plankton. Spora mempunyai ukuran 1020 mikro, sehingga sering tertelan oleh ikan. Dalam usus ikan spora akan melepaskan sejenis anak panah yang terkait dengan semacam benang halus ke polar atau ujung kapsulnya. Jika

anak panah ini dapat mencapai dinding usus, spora akan bergantung pada dinding usus. Selanjutnya dinding spora akan larut dan keluarlah binatang yang dapat bergerak seperti amuba. Hewan ini akan masuk ke saluran darah dan menyabar ke seluruh tubuh untuk membentuk bintil atau bisul baru yang siap menyebarkan spora. Penyebaran spora ini dapat terjadi jika akan mati atau melalui luka pada tubuh ikan. Gejala Gejala yang ditimbulkan akibat serangan parasit ini pada umumnya adalah nafsu makan hilang, bergerak sambil menggosok-gosokkan badannya ke benda-banda keras, dapat menyebabkan penyakit bisul yang berwarna putih seperti kista terdapat di bawah kulit dengan diameter 1-2 mm terutama pada ikan Tawes dan Mas. Pada sekitar punggung ikan terjadi pembengkakan seperti bisul dan apabila bagian yang membengkak tersebut pecah akan mengeluarkan cairan keruh berwarna kemerahan seperti nanah. Penanganannya Hingga kini belum ditemukan bahan kimia ynag efektif untuk memberantas penyakit ini. Namun, pencegahannya dapat dilakukan dengan system filter air budidaya dan penundaan masa tebar. Kolam yang terserang penyakit ini dapat didesinfeksi dengan melakukan pengeringan dan pengapuran menggunakan kapur CaO sebanyak 25 kg/ha dan dibiarkan selama 1 minggu hingga kering untuk membunuh parasit yang ada. Ikan yang telah terserang penyakit Mixosporeasis sebaiknya dimusnahkan dengan cara mengubur atau membakarnya(Anonim,2009)

BAB V KESINPULAN Adapun kesimpulan yang dapat di ambil adalah Parasit yang terdapat pada ikan karper adalah Trihodina sp dan Thelohanelus pyriformis Untuk parasit Trihodina sp di temukan pada jantung ikan sedangkan untuk Thelohanelus pyriformispada sirip dubur Tigkah laku ikan yang terserang parasit ini adalah pergerakan yang tidak normal dan warna tubuh yang buram,adanya penarahan bagian tubuh Terserangnya parasit pada ikan dikarenakan kualitas air yang buruk serta kapadatan yang tinggi dalam pemeliharaannya

1. 2. 3. 4.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai