Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FISIOLOGI HEWAN

PERMASALAHAN FISIOLOGI PADA HEWAN VERTEBRATA (PISCES)

DISUSUN OLEH :
BETHANY LUSIA ADRIANA LATUHERU
20150014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN ARTHA WACANA
KUPANG
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karuniaNya
sehinga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Permasalahan Fisiologi Pada Hewan
Vertebrata (Pisces)” dengan baik.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah masih jauh dari kata sempurna. Untuk
itu, saya sangat mengharapkan kritikan dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Demikian
saya sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Kupang, 24 Mei 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................................... 1
BAB II. PEMBAHASAN................................................................................................................................ 2
A. Permasalahan Fisiologi pada pisces seperti virus, bakteri, dan parasit .......................... 2
BAB III. PENUTUP ……............................................................................................................................... 6
A. Kesimpulan.................................................................................................................... 6
B. Saran ............................................................................................................................. 6
Daftar Pustaka ............................................................................................................................................ 7

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Vertebrata merupakan sekelompok hewan yang memiliki tulang belakang.dalam
sistem klasifikasi, vertebrata merupakan subfilum dan filum chordate. Tulang belakang
berasal dari perkembangan sumbu penyokong tubuh primer atau notokorda (korda
dorsalis). Notokorda vertebrata hanya ada pada masa embrionik, setelah dewasa akan
mengalami penulangan menjadi sistem penyokong tubuh sekunder,yaitu tulang belakang
(vertebrae).Dalam sistem klasifikasi, vertebrata merupakan subfilum dari filum chordate.
Pisces (Ikan) merupakan salah satu jenis hewan vertebrata yang bersifat poikilotermis
(berdarah dingin), memiliki ciri khas pada tulang belakang, insang (operculum) dan
siripnya serta bergantung pada air tempatnya tinggal sebagai medium kehidupannya.
Ikan adalah kelompok hewan vertebrata yang hidup di air yang memiliki insang dan
memiliki sirip. Sirip merupakan alat gerak ikan yang terbagi menjadi dua macam, yaitu
sirip median (tidak berpasangan) dan sirip lateral (berpasangan). Sirip median terletak di
garis tengah tubuh umumnya pada bagian atas berupa sirip dorsal (Pinna dorsalis), bagian
bawah berupa sirip anal (Pinna analis) dan ujung posterior berupa sirip ekor (Pinna
caudalis). Sedangkan sirip lateral adalah sirip dada (Pinna pectorales) dan sirip perut
(Pinna abdominales). Ikan air tawar memiliki banyak spesies atau jenis. Pada awalnya
ikan dapat hidup dan tersebar di berbagai perairan air tawar misalnya di sungai-sungai,
rawa-rawa dan danau pada air tawar.
Ikan memiliki kemampuan di dalam air untuk bergerak dengan menggunakan sirip
untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak bergantung pada arus atau
gerakan air yang disebabkan oleh arah angin. Dari keseluruhan vertebrata sekitar 50.000
jenis hewan, ikan merupakan kelompok dengan jenis atau spesies terbanyak berkisar
25.988 jenis. Jenis ikan yang ada di bumi sebagian besarnya ada dilaut karena perairan
laut (air asin) lebih besar daripada air tawar.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka rumusan masalah pada
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1
 Permasalahan fisiologi pada pisces seperti virus, bakteri, dan parasit.
C. Tujuan
Untuk mengetahui permasalahan fisiologi pada pisces seperti virus, bakteri,dan parasit.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Permasalahan Fisiologi Pada Pisces


Penyakit adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan terhadap ikan dapat disebabkan oleh
organisme lain, pakan maupun kondisi lingkungan yang kurang menunjang kehidupan lain.
Dengan demikian, timbulnya serangan penyakit ikan di kolam merupakan hasil interaksi yang
tidak serasi antara ikan, kondisi lingkungan dan organisme penyakit. Interaksi yang tidak
serasi ini telah menyebabkan stres pada ikan sehingga mekanisme pertahanan diri dari yang
dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya mudah diserang penyakit (Lukistyowati dan Morina,
2005). Penyakit dapat diartikan sebagai organisme yang hidup dan berkembang dalam tubuh
ikan, sehingga organ tubuh ikan terganggu, akan terganggu pula seluruh jaringan tubuh ikan
(Gusrina, 2008). Penyakit pada ikan dapat di sebabkan oleh agen infeksi seperti
parasit,bakteri,jamur, dan virus serta agen non infeksi seperti kualitas pakan yang buruk dan
kondisi lingkungan yang tidak sesuai dengan kehidupan ikan.
Penyakit ikan dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat menimbulkan
gangguan suatu fungsi atau struktur dari alat tubuh, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pada prinsipnya penyakit yang menyerang ikan tidak datang begitu saja, melainkan
melalui proses hubungan tiga faktor, yaitu kondisi lingkungan (kondisi dalam air), kondisi
inang (ikan), dan adanya jasad patogen (jasad penyakit). Dengan demikian, timbulnya
serangan penyakit itu merupakan hasil interaksi yang tidak serasi ini menyebabkan stres pada
ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang memilikinya menjadi lemah dan akhirnya
mudah diserang penyakit.
Hal yang sering menyebabkan terjadinya penyakit yang disebabkan oleh organisme
parasit adalah terjadinya infeksi sekunder. Tubuh ikan dapat terluka karena gesekan dengan
benda keras, jika terlambat mengobatinya maka tubuh ikan dapat mengalami infeksi skunder
karena serangan organisme parasit. Infeksi sekunder yang disebabkan oleh organisme parasit
terbukti telah menimbulkan banyak kematian pada ikan

3
1. Parasit Argulus Sp Pada Ikan
Parasit argulus sp adalah salah satu organisme parasit yang menyerang pada bagian
permukaan tubuh dan bertindak sebagai ektoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang hidup di
luar tubuh inangnya. Parasit ini menginfestasi ikan pada bagian sirip,permukaan tubuh, dan
insang.
Penularan penyakit dan parasit dapat terjadi melalui beberapa mekanisme, antara lain
melalui kontak langsung antara ikan sakit dan ikan sehat, bangkai ikan sakit maupun melalui
air, penularan ini biasanya terjadi dalam satu kolam budidaya. Mekanisme penularan lainnya
adalah melalui peralatan dan melalui pemindahan ikan dari daerah wabah dan ke daerah yang
bukan wabah (Sunarto, 2005).
Pada ikan terinfeksi ektoparasit akan menampakkan perubahan spesifik seperti bintil-
bintil atau luka dari yang kecil hingga yang besar, perubahan warna kulit ikan dan lain-lain.
Hal yang penting diamati adalah perubahan bentuk tubuh dan organ luar pada ikan, misalnya
insang menonjol dari dalam operkulum, operkulum tidak menutup, mata buta, ada kala di
dalam mata ikan terdapat parasit yang menempel dan lain-lain.leh bakteri atau jamur.
 Gejala ikan terkena parasit argulus adalah sebagai berikut:
 Kulit ikan luka dan kemerahan
 Ikan tampak gelisah
 Ikan menggosok badannya ke benda keras
 Kehilangan nafsu makan
 Warna kulit ikan tampak memucat

Gambar 1. Parasit argulus Pada Ikan


 Pencegahan Ikan Terkena Parasit Argulus

4
Pencegahan parasit argulus di lakukan dengan menerapkan biosekuriti (upaya mencegah
kuman penyakit tidak tertular) untuk meminimalkan penularan penyakit ke kolam lain. Ikan
yang baru masuk ke dalam kolam hendaknya di periksa dan di ambil sampelnya untuk
mengurangi penularan pada ikan. Ketika terjadi serangan argulus, penanganan di lakukan
secara cepat. Sumber air harus di evaluasi ada tidaknya telur dari parasit argulus.
1. Bakteri Aeromonas Hdydrophila Pada Ikan
Hadiroseyani ,(2005) menyatakan gejala klinis ikan yang terserang bakteri Aeromonas
hydrophila yaitu radang (inflamasi) dengan ciri pembengkakan pada bekas suntikan. Gejala
tersebut berlanjut dengan haemoragi (pendarahan) yang di cirikan dengan keluarnya darah
pada kulit dan nekrosis merupakan gejala yang di tandai dengan terlihatnya daging rusak dan
membusuk. Selain itu Mangunwardoyo, (2010) menambahkan bahwa pada beberapa jenis
ikan sering di temukan tanda klinis seperti pembengkakan pada perut ikan dan berisi cairan
dan ciri-ciri serangan penyakit ini adalah adanya bercak merah pada kulit, insang dan organ
bagian dalam ikan, (Tambunan, 2011).
 Gejala ikan terkena bakteri Aeromonas hydrophila adalah sebagai berikut :
1. Ikan kehilangan nafsu makan
2. Terdapat luka-luka pada permukaan tubuh ikan,dan terkadang mengeluarkan darah
apabila sudah parah
3. Pendarahan pada insang ikan
4. Perut membesar berisi cairan
5. Sisik mulai lepas satu persatu
6. Sirip ekor rusak dan berkurang

Gambar 2. Bakteri Aeromonas Hdydrophila pada ikan

5
 Pencegahan Ikan Terkena Bakteri Aeromonas Hdydrophila
Pencegahan ikan terkena bakteri aeromonas hdydrophila bisa di lakukan dengan
mengurangi stres pada ikan dengan perlakuan yang tepat seperti menyediakan tempat
karantina ikan dan lingkungan yang sesuai dengan kehidupan ikan dan selalu menjaga
kualitas air.
2. Virus KHV Pada Ikan
Koi Herpes Virus (KHV) merupakan virus yang menyebabkan kematian massal pada
ikan.Penyakit ini dapat menyerang berbagai ukuran ikan mulai larva hingga induk, biasanya
terjadi pada kisaran suhu 18-28oC dan dapat menyebabkan kematian 80-100%. Gejala ikan
sakit yang paling sering ditemukan adanya luka pada insang,sisik, ginjal, limfa, jantung, dan
sistem gastrointestinal (Ilouze,2006).
Secara visual pada bagian eksternal tubuh, adanya warna sisik yang gelap dan nekrosis
insang yang akut dan hemoragik pada dasar sirip punggung, sirip dada, dan sirip anus.
Sedangkan secara histologi terdapat perubahan pada insang berupa kehilangan lamela
(Pikarsky,2004).
Gejala khas penyakit KHV dapat di lihat dari kerusakan yang terjadi pada insang yang di
awali dengan memucatnya warna insang dan selanjutnya terjadi kerusakan pada lembaran
insang. Pada kasus serangan yang parah, insang akan mengalami pendarahan.

 Gejala ikan terkena koi herpes virus (KHV) adalah sebagai berikut :
 Mata terlihat cekung
 Nafsu makan menurun
 Produksi lendir berlebihan diikuti dengan munculnya luka seperti melepuh di sekujur
badan akibat infeksi bakteri

6
Gambar 3. Virus KHV Pada Ikan

 Pencegahan Ikan Terkena Virus KHV


Pencegahan pada ikan yang terkena virus KHV dapat dilakukan dengan cara, jangan
memasukan ikan ke kolam tanpa proses karantina yang cukup kemudian ikan yang terkena
virus KHV dapat di berikan vitamin c dan bawang putih yang di campur ke dalam pakan ikan
dan selalu menjaga kebersihan kolam.

7
tBAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan tersbut dapat di simpulkan bahwa penyakit pada ikan dapat di
sebabkan oleh agen infeksi seperti parasit,bakteri,jamur, dan virus serta agen non infeksi
seperti kualitas pakan yang buruk dan kondisi lingkungan yang tidak sesuai dengan
kehidupan ikan.
Parasit adalah organisme yang hidup pada tubuh organisme lain dan menimbulkan
kerugian pada inangnya. Salah satu jenis parasit yang sering menginfestasi dalam ikan
adalah parasit argulus, yang merupakan salah satu ektoparasit obligat dari kelas branchiura.
Parasit ini menginfestasi ikan pada bagian sirip,permukaan tubuh, dan insang.
B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan sehingga di
harapkan kepada pembaca untuk dapat memberikan saran dan kritikan untuk kesempurnaan
makalah ini.

8
DAFTAR PUSTAKA

Dianti, L., Prayitno, S. B., & Ariyati, R. W. (2013). Ketahanan nonspesifik ikan mas (Cyprinus carpio) yang
direndam ekstrak daun jeruju (Acanthus ilicifolius) terhadap infeksi bakteri Aeromonas
hydrophila. Journal of aquaculture management and technology, 63-71.
Hadiroseyani, Y., Alifuddin, M., & Supriyadi, H. (2005). Potential of Chromolaena odorata Leaf as A Cure
of Aeromonas hydrophila on Giant Gouramy (Osphronemus gouramy). Jurnal Akuakultur
Indonesia, 4(2), 139-144.
Haryani, A., Grandiosa, R., Buwono, I. D., & Santika, A. (2012). Uji efektivitas daun pepaya (Carica
Papaya) untuk pengobatan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan mas koki (Carassius
auratus). Jurnal Perikanan Kelautan, 3(3).
Ilouze, M., Dishon, A., & Kotler, M. (2006) Characterization of novel virus causing lethal disease in carp
and koi. Microbiology and Moleculer Reviews, p. 147-156.
Jasmanindar, Y. (2011). Prevalensi Parasit dan Penyakit Ikan Air Tawar yang Dibudidaya di Kota/kabupaten
Kupang. Bionatura, 13(1), 218224.
Lukistyowaty I. & Morina R. (2005). Analisa Penyakit Ikan. UNRI-Press. Pekanbaru. 120 halaman
Mangunwardoyo, W., R. Ismayasari dan E. Riani. (2010). Uji Patogenitas dan Vierulensi Aeromonas
hydrophila Stanier pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus Lin,) Melalui Postulat Koch.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. J. Ristek Akuakultur, 5(2): 245
– 25.
Novita, H., & Koesharyani, I. (2016). Diagnosa Koi Herpes Virus (KHV) Dengan Teknik Polymerase Chain
Reaction Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio) Dengan Nested Timidine Kinase. Jurnal Riset
Akuakultur, 4(2), 233-240.

9
Pikarsky, E., Ronen, A., Abramowitz, J., Levavi-sivan, B., Hutoran, M., Shapira, Y., Steinitz,
M., Perelberg, A., Soffer, D., & Kotler, M..(2004). Pathologenesis of acute viraldisease
induced in fish by carp interstitialnephritis and gill necrosis virus. J. Virol.,78: 9,544-9,551.
Sarjito, S., Prayitno, S. B., & Haditomo, A. H. (2013). Pengantar Parasit dan Penyakit Ikan.
Sunarto, A. (2005). Epidemiologi Penyakit Koi Herpes Virus (KHV) di Indonesia. Pusat Riset Perikanan
budidaya. Jakarta.
Tambunan, J. E., G. Mahasri dan K. Setiawan. (2011). Infestasi Ektoparasit Lernaea Sebagai Faktor
Pemicu Munculnya Infeksi Bakteri Aeromonas pada Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio L.).
Jurnal penelitian. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga. Surabaya. 2011. 15
hlm.
Yusnita E,(2017). Jenis-jenis ikan (pisces) di danau Purieh di desa Pematang Berangan Kabupaten Rokan
Hulu (Ductoral Dissertation, Universitas Pasir Pengaraian)

10

Anda mungkin juga menyukai