Anda di halaman 1dari 20

Laporan Hama Dan Penyakit 01

IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA IKAN SECARA


MAKROSKOPIK DAN MIKROSKOPIK

Oleh:

Nama : Intan Humaira

Nim : 1911102010087

M.Kuliah : Hama dan penyakit ikan 01

Kelompok : 4

Asisten : Ari Kurniawan

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
MARET, 2022
KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan

rahmat dan hidayah-Nya, sholawat dan salam kepada Rasulullah SAW

sehingga saya dapat menyelesaikan laporan Praktikum Hama dan Penyakit

yang dilakukan di laboratorium Nutrisi Ikan Fakultas Kelautan dan

Perikanan. Saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada kakak/abang

asisten yaitu bang Ari Kurniawan yang telah membimbing saya dalam

pembuatan laporan ini dan juga telah memberikan ilmu pengetahuan

mengenai hama dan penyakit ikan.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini jauh dari kata

sempurna dan tidak luput dari segala kekurangan dan kesalahan. Oleh karena

itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

kesempurnaan laporan Praktikum hama dan penyakit ikan ini di kemudian

hari.

Banda Aceh,Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2 Tujuan .............................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 2
BAB III METODOLOGI KERJA....................................................................... 4
3.1 Waktu dan Tempat .........................................................................................4
3.2 Alat dan bahan ................................................................................................4
3.3 Metode Praktikum ..........................................................................................4
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 5
4.1 Hasil pengamatan ...........................................................................................5
4.2 Pembahasan ....................................................................................................5
BAB V KESIMPULAN ...................................................................................... 11
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................11
5.2 saran..............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 12
LAMPIRAN ......................................................................................................... 14

ii
DAFTAR GAMBAR

gambar 1 ikan lele yang sakit ....................................................................................... 6


gambar 2 Aphanomyces sp ........................................................................................ 10
gambar 3 tisu .............................................................................................................. 14
gambar 4 Alat Bedah dan nampan ............................................................................. 14
gambar 5 Alkohol ....................................................................................................... 14
gambar 6 pengamatan mikroskopis............................................................................ 15
gambar 7 bagian-bagian yang diamati ....................................................................... 15
gambar 8 proses pembedahan .................................................................................... 15
gambar 9 sampel ikan lele .......................................................................................... 16
gambar 10 Mikroskop cahaya binokuler .................................................................... 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Parasit adalah hewan atau tumbuh-tumbuhan yang berada pada tubuh,

insang, maupun lendir inangnya dan mengambil manfaat dari inang tersebut.

Dengan kata lain parasit hidupdari pengorbanan inangnya. Parasit dapat berupa

udang renik, protozoa, cacing, bakteri, virus,dan jamur. Manfaat yang diambil

parasit terutama adalah zat makanan dari inangnya.

Berdasarkan letak penyerangannya parasit dapat dibagi menjadi dua kelo

mpok. Kelompok pertama disebut ektoparasit yaitu parasit yang menempel pada

bagian luar tubuh ikan dan kelompok kedua adalah endoparasit yaitu parasit

yang berada dalam tubuh ikan. Endoparasit yang mungkin menginfeksi ikan air

tawar adalah dari golongan Metazoa. Parasit dari golongan Metazoa yang

mungkin menginfeksi ikan air tawar adalah filum Plathyhelminthes,

Nemathelminthes dan Acanthocephala.

Makroskopik yaitu pengamatan secara fisik melalui mata secara

langsung tanpa menggunakan alat apapun. Sedangkan untuk mikroskopik adalah

pengamatan secara tidak langsung yakni harus menggunakan alat mikroskop

untuk mengamati sampel, pada praktikum kali ini untuk pengamatan

mikroskopik menggunakan alat mikroskop cahaya binokuler.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui jenis

parasit/virus/jamur/bakteri yang menginfeksi ikan yang sedang kita amati.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Parasit adalah organisme yang hidup pada tubuh organisme lain dan

umumnya menimbulkan dampak negatif pada organisme yang ditempatinya.

serangan parasit dapat menyebabkan kerugian secara ekonomis. Dampak negatif

ekonomis parasit pada ikan antara lain pengurangan berat ikan dan terjadinya

perubahan morfologi ikan (Akbar 2011).

Infeksi parasit merupakan salah satu faktor penghambat dalam budidaya

ikan. Berdasarkan letak organ yang terinfeksi oleh parasit, parasit terbagi menjadi

dua yaitu ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang terdapat pada

bagian luar tubuh ikan atau di bagian yang masih mendapat udara dari luar.

Ektoparasit menyerang kulit,sirip dan insang ikan. Sedangkan endoparasit adalah

parasit yang hidupnya di dalam tubuh inang, misalnya di dalam alat pencernaan,

peredaran darah atau organ dalam lainnya (Riko et al., 2012).

Organisme penyebab penyakit pada ikan sangatlah beragam, salah satunya

adalah ektoparasit. Ektoparasit ini menginfeksi sirip,sisik,operkulum dan insang

ikan. Beberapa faktor yang berperan terhadap serangan penyakit pada ikan adalah

kepadatan ikan yang dibudidayakan, budidaya secara monokultur, stress, faktor

biotik dan abiotik yaitu faktor fisika dan kimia air serta berbagai organisme patogen

(Purwaningsih 2013).

Serangan parasit membuat ikan kehilangan nafsu makan, kemudian

perlahan-lahan lemas dan berujung kematian. Parasit pada ikan dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu ektoparasit dan endoparasit. Endoparasit yaitu parasit yang

2
hidup pada organ dalam tubuh seperti hati, limfa, otak, sistem pencernaan, sirkulasi

darah, rongga perut, otot daging dan jaringan tubuh lainnya. Kepadatan ikan yang

tinggi menyebabkan ikan mudah stress sehingga mudah terserang penyakit.

Kualitas air yang buruk, pemberian pakan yang berlebih dan perubahan iklim

merupakan faktor penyebab timbulnya parasit (Mutiara Putri dkk 2019).

Jenis endoparasit yang sering dijumpai pada ikan adalah cacing. Cacing

merupakan parasitik yang memiliki dampak besar bagi kesehatan hewan dan

manusia. Cacing parasitik di dalam tubuh ikan akan menyebabkan penurunan

produksi dan bobot badan ikan, serta dapat menurunkan ketahanan tubuh ikan

terhadap penyakit-penyakit lain (Rahayu et al., 2013).

3
BAB III
METODOLOGI KERJA

3.1 Waktu dan Tempat


Pelaksanaan praktikum dilaksanakan pada tanggal 6 april 2022 hari

rabu pada pukul 12.00 s/d selesai di laboratorium Nutrisi Ikan Fakultas

Kelautan dan Perikanan.

3.2 Alat dan bahan


Tabel 1. Alat

No Nama Alat Fungsi


1 Alat Bedah Untuk membedah ikan
2 Nampan Untuk sebagai tempat sampel
3 Alkohol Sebagai cairan yang akan diberikan ke
sampel untuk lebih memudahkan melihat
sampel melalui mikroskop
4 Tisu Untuk membersihkan meja praktikum dan
alat-alat praktikum
5 Kaca preparat Untuk meletakkan sampel yang ingin
diamati

tabel 2. Bahan

No Nama Bahan Fungsi


1 Ikan lele (Clarias sp) Bahan sampel

3.3 Metode Praktikum


Mengambil data dengan mengamati sampel secara makroskopik dan

mikroskopik dengan menggunakan mikroskop cahaya binokuler.

4
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan


Hasil pengamatan pada praktikum kai ini adalah sebagai berikut.

tabel 3. Pengamatan makroskopis

Parameter Ikan segar Ikan tidak segar

Kenampakan Cerah,terang,mengkilat, tak berlendir Suram, Kusam,berlendir

Mata Menonjol Keluar Cekung, masuk kedalam


rongga mata
Mulut Terkatup Terbuka

Sisik Melekat Kuat Mudah Dilepaskan

Insang Merah Cerah Merah gelap

Daging Kenyal,lentur Tidak kenyal, lunak

Anus Merah Jambu, pucat Merah,menonjol Keluar

Bau Segar, normal seperti rumput laut Busuk, bau asam

Lain-lain Tenggelam dalam air Terapung dalam air

tabel 4. Pengamatan Mikroskopis

Parasit Bagian terinfeksi


Aphanomyces sp Pada bagian tubuh dan sirip

4.2 Pembahasan
Keberhasilan suatu usaha budidaya ikan tidak terlepas dari masalah penyakit

dan parasit ikan. Meskipun jarang terjadi pada kolam-kolam yang terawat dengan

baik, wabah penyakit dan parasit yang menyerang ikan dapat menimbulkan kerugian

besar bagi petani ikan karena sering menyebabkan kematian ikan secara massal.

Adapun organisme penyebab penyakit yang biasa menyerang ikan umumnya berasal

dari golongan jamur, bakteri, virus, parasit dan hewan invertebrata lainnya

(Yuliartati, 2011).

5
Penyakit akibat infeksi parasit menjadi ancaman utama keberhasilan

akuakultur, pemeliharaan ikan dalam jumlah besar dan padat tebar tinggi pada area

yang terbatas, menyebabkan kondisi lingkungan tersebut sangat mendukung

perkembangan dan penyebaran penyakit infeksi. Kondisi kolam dengan padat tebar

tinggi akan menyebabkan ikan mudah stress sehingga sangat mudah diserang

penyakit terutama parasit. Semakin tinggi tingkat kepadatan, maka semakin besar

kemungkinan gesekan yang dapat terjadi antara ikan yang dapat menularkan parasit

secara langsung atau menimbulkan luka yang dapat menjadi sasaran organisme

pathogen (Anshary, 2010).

Kerugian akibat infeksi ektoparasit memang tidak sebesar kerugian akibat

infeksi organisme patogen lain seperti virus dan bakteri, namun infestasi ektoparasit

dapat menjadi salah satu faktor predisposisi bagi infeksi organisme patogen yang

lebih berbahaya. Kerugian non lethal lain dapat berupa kerusakan organ luar yaitu

kulit dan insang, pertumbuhan lambat dan penurunan nilai jual (Fidyandini et al.,

2012).

Pada praktikum kali ini sampel yang digunakan yaitu ikan lele (Clarias sp)

dimana ikan lele ini untuk secara fisiknya terlihat seperti luka-luka dari bagian

kepala hingga ekornya. Adapun Klasifikasi dari ikan lele sangkuriang ini sebagai

berikut (saanin, 1968,1984) sebagai berikut :

gambar 1 ikan lele yang sakit

6
 Kingdom : Animalia

 Filum : Chordata

 Classis : Pisces

 Sub classis : Teleostei

 Ordo : Ostariophusi

 Subordo : Siluridae

 Famili : Clariidae

 Genus : Clarias

 Spesies : Clarias sp

Adapun faktor yang mempengaruhi ikan terserang penyakit yaitu:

1. Inang

2. Lingkungan

3. Patogen

Pada inang, penyakit yang menyerang inang biasanya endoparasit yang

mana akan menyerang bagian organ dalma tubuh ikan seperti hati,limfa,alat

pencernaan, jaringan tubuh dan lain-lain. jika sudah terserang sistem imun pada ikan

akan juga menurun dan menyebabkan ikan lebih mudah terkena penyakit lainnya

seperti jamur dan lainnya. Pada lingkungan, lingkungan kemungkinan tercemar dan

menyebabkan ikan mudah terserang penyakit karena kualitas air bagi ikan sangatlah

penting seperti suhunya,pH,salinitas dan kekeruhan. Faktor genetik juga yang

menyebabkan tubuh ikan lemah, yang misalnya benih ikan tersebut berasal dari

induk ikan yang tidak unggul.

Parasit merupakan hewan renik yang hidup pada organisme lain yang berbeda

spesiesnya, selain mendapatkan perlindungan juga memperoleh makanan untuk


7
kelangsungan hidupnya (Prasetya, 2013). Parasit adalah organisme yang hidup baik

di luar maupun di dalam tubuh hewan yang untuk kelangsungan hidupnya

mendapatkan perlindungan dan memperoleh makanan dari inang serta bersifat

merugikan inangnya. Menurut Purbomartono et al., (2010), parasit dapat dibedakan

menjadi dua yaitu ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang hidup

pada organ bagian luar organisme yang ditumpanginya. Organ luar yang sering

terinfeksi adalah sirip, insang dan kulit. Insang yang terinfeksi biasanya berwama

pucat dan produksi lendimya berlebihan. Sedangkan endoparasit yaitu parasit yang

hidup pada organ dalam tubuh ikan seperti hati, limpha, otak, dan dalam sistem

pencemaan, sirkulasi darah, pernafasan, dalam rongga perut, otot, daging dan

jaringan tubuh lain.

Ektoparasit adalah parasit yang hidup pada permukaan luar tubuh inang atau

di dalam liang-liang kulit. Menurut Silsilia (2000) menyebutkan ektoparasit

menginveksi inangnya pada bagian yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan

nutrien untuk kelangsungan hidupnya. Selanjutnya Alifuddin et al. (2002)

menyatakan bahawa parasit dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan bahkan

kematian, sehingga menyebabkan penurunan produksi dan kualitas ikan yang

mengakibatkan kerugian ekonomi bagi pembudidayanya. Menurut Arnott et al.

(2000) bahwa umumnya ektoparasit pada ikan adalah golongan crustacea, cacing

(trematoda, nematoda dan cestoda) dan protozoa. Ektoparasit ini menginfeksi sirip,

sisik, operkulum dan insang ikan.

Endoparasit yaitu parasit yang hidup pada organ dalam tubuh seperti hati,

limfa, otak, sistem pencernaan, sirkulasi darah, rongga perut, otot daging dan

jaringan tubuh lainnya. Penyakit endoparasit tidak mudah dideteksi dengan cepat

8
karena penyakit ini terdapat di dalam tubuh sehingga perlu dilakukan pembedahan

untuk dapat mengidentifikasi jenis endoparasit yang terdapat di dalam tubuh ikan.

Plumb (1994) dalam Sarjito dan Desrina (2005) mengemukakan bahwa kegagalan

domestikasi terutama untuk calon induk karena cacing endoparasit sering terjadi.

Oleh sebab itu, sebelum suatu jenis ikan dibudidayakan perlu diketahui penyakit

yang menginfeksi ikan tersebut agar tidak terjadi penularan pada saat dibudidayakan.

Praktikum ini dibagi pengamatannya menjadi dua yaitu pengamatan

makroskopis yang mana diamati secara langsung dengan mata sedangkan

pengamatan mikroskopis secara tidak langsung dimana menggunakan mikroskop

cahaya binokuler untuk mengamati sampel. Pada pengamatan makroskopis

didapatkan hasil pada mata tidak terinfeksi sedangkan bagian tubuh dari kepala

selain mata sampai ekor itu terinfeksi penyakit.

Pada pengamatan mikroskopis dengan menggunakan alat mikroskop cahaya

binokuler dibagi sampel yang ingin diamati yaitu insang, sirip punggung, sirip perut,

sirip ekor, sirip anus dan sirip dada. Didapatkan hasil bahwa penyakit yang

menginfeksi ikan lele tersebut yaitu Aphanomyces sp yaitu Salah satu ciri parasit

cendawan ini adalah menghasilkan kantung spora lebih dari satu dan keluar dari

tengah (samping) hifa, sedangkan cirri saprofitik hanya menghasilkan satu kantung

spora yang keluar dari bagian terminal (ujung hifa). Cendawan ini merupakan

penyebab utama penyakit EUS (ulceratif epizootic syndrome) pada ikan.

9
gambar 2 Aphanomyces sp
Gejala klinis dari EUS antara lain bercak putih pada daging bawah kutikula

(terlihat jelas di bawah mikroskop), dan pada beberapa kasus timbul warna

kecoklatan pada kutikula atau otot. Infeksi berawal dari adanya bintik merah pada

permukaan tubuh. Hilang nafsu makan, warna tubuh gelap, berenang ke permukaan

dan hiperaktif. Bintik merah berkembang menjadi luka/borok yang berwarna merah

cerah dan/atau merah kecoklatan.

Pengobatan dapat dilakukan dengan cara merendam ikan dalam larutan

kalium permanganat (PK) dosis 1 gram/100 L air selama 90 menit, Malachite Green

Oxalat (MGO) dosis 0,15 mg/l selama 24 jam, formalin 100-200 ml/m3 air selama 1-

3 jam, garam dapur 10.000 mg/l selama 20 menit, atau Methylene Blue 10-20 mg/l

selama 24 jam.

10
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan praktikum ini yaitu:

1. Berdasarkan letak penyerangannya parasit dapat dibagi menjadi dua

kelompok. Kelompok pertama disebut ektoparasit yaitu parasit yang

menempel pada bagian luar tubuh ikan dan kelompok kedua adalah

endoparasit yaitu parasit yang berada dalam tubuh ikan.

2. Endoparasit yaitu parasit yang hidup pada organ dalam tubuh seperti

hati, limfa, otak, sistem pencernaan, sirkulasi darah, rongga perut, otot

daging dan jaringan tubuh lainnya.

3. Endoparasit yaitu parasit yang hidup pada organ dalam tubuh ikan

seperti hati, limpha, otak, dan dalam sistem pencemaan, sirkulasi

darah, pernafasan, dalam rongga perut, otot, daging dan jaringan

tubuh lain.

4. Aphanomyces sp yaitu Salah satu ciri parasit cendawan ini adalah

menghasilkan kantung spora lebih dari satu dan keluar dari tengah

(samping) hifa, sedangkan cirri saprofitik hanya menghasilkan satu

kantung spora yang keluar dari bagian terminal (ujung hifa).

5. Gejala klinis dari EUS antara lain bercak putih pada daging bawah

kutikula (terlihat jelas di bawah mikroskop), dan pada beberapa kasus

timbul warna kecoklatan pada kutikula atau otot.

5.2 saran
Semoga kedepannya untuk alat-alat di laboratorium cukup saat untuk

melakukan praktikum.

11
DAFTAR PUSTAKA
Akbar junius.2011.identifikasi parasit pada ikan betok (Anahas testudieus), Journal

of Bioscientieae. 8 (2) : 36-45

Anshary, H. 2010. Infeksi dan patologi Parasit Actinocleidus sp. (Monogenea) pada

Insang Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Jurnal Perikanan, 12(2):79-85

Fidyandini, H. P., & Subekti, S. (2012). Identifikasi dan Prevalensi Ektoparasit pada

Ikan Bandeng (Chanos chanos) yang Dipelihara Di Karamba Jaring Apung

Upbl Situbondo Dan Di Tambak Desa Bangunrejo Kecamatan Jabon

Sidoarjo Identification And Prevalence Of Ectoparasites On. Journal of

Marine and Coastal Science, 1(2), 91-112

Mutiara Putri , Nabila Azmi Fauziah , Verra Heryana Agustin (2019)

IDENTIFIKASI ENDOPARASIT DAN EKTOPARASIT IKAN HIAS AIR

TAWAR DI PASAR IKAN SASANA MINA MAGELANG.PROSIDING

SEMINAR NASIONAL MIPA 2019 Universitas Tidar.

Purwaningsih, I. 2013. Identifikasi Ektoparasit Protozoa pada Benih Ikan Mas

(Cyprinus carpio Linnaeus. 1758) di Unit Kerja Budidaya Air Tawar

(UKBAT) Cangkringan Sleman DIY. Skripsi. Program Studi Biologi

Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Rahayu, F. D., D. R. Ekastuti, R. Tiuria. 2013. Infestasi cacing parsitik pada insang

ikan mujair (Oreochromis mossambicus). Acta Veterinaria Indonesia,

1(1):8-14.

Riko, Y.A., Rosidah dan Titin Herawati. 2012. Intensitas dan Prevalensi Ektoparasit

Pada Ikan bandeng (Chanos chanos) Dalam Karamba Jaring Apung (KJA)

12
di Waduk Cirata Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. J Perik dan Kel. 3 (4):231-241.

Yuliartati, E. 2011. Tingkat Serangan Ektoparasit Pada Ikan Patin (Pangasius

djambal) Pada Beberapa Pembudidaya Ikan Di Kota Makassar. [Skripsi].

Universitas Hassanudin. Makassar

13
LAMPIRAN

gambar 3 tisu

gambar 4 Alat Bedah dan nampan

gambar 5 Alkohol

14
gambar 6 pengamatan mikroskopis

gambar 7 bagian-bagian yang diamati

gambar 8 proses pembedahan

15
gambar 9 sampel ikan lele

gambar 10 Mikroskop cahaya binokuler

16

Anda mungkin juga menyukai