Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PARASIT DAN PENYAKIT IKAN


Nepa rubra, Cybister sp., dan Lethocerus sp.

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Parasit dan Penyakit Ikan

Disusun Oleh:
Kelompok 1
PERIKANAN B

Ulfah Khoirunnisa 230110160084


Shalsabila Nariswari 230110160097
Hari Nugraha 230110160103
Naufal Arrasyid 230110160112
Suci Utami Nur Azizah 230110160115
Cecep Muhammad Yusup 230110160136

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan karena atas berkat dan rahmat-Nya lah kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Parasit dan Penyakit Ikan” untuk
memenuhi tugas mata kuliah Parasit dan Penyakit Ikan. Makalah ini diharapkan
dapat memberikan pengertian lebih jauh mengenai parasit dan penyakit pada ikan.
Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen mata
kuliah Parasit dan Penyakit Ikan dan teman-teman sekalian karena telah membantu
dalam proses pengerjaan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat berguna bagi semua pihak
yang membutuhkan.

Jatinangor, Maret 2018

Kelompok 1
DAFTAR ISI

BAB Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................... ii

I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang. .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 1
1.3 Tujuan. ........................................................................................... 2
1.4 Manfaat. ......................................................................................... 2

II ISI
2.1 Pengertian ................................................................................... 6
2.2 Contoh Parasit dan Penyakit pada Ikan ...................................... 7
2.2.1 Nepa rubra .................................................................................. 9
2.2.1.a Morfologi .................................................................................. 11
2.2.1.b Klasifikasi ................................................................................. 11
2.2.1.c Siklus Hidup .............................................................................. 11
2.2.1.d Gejala dan Penanggulangan ...................................................... 11
2.2.2 Cybister sp................................................................................... 9
2.2.2.a Morfologi .................................................................................. 11
2.2.2.b Klasifikasi ................................................................................. 11
2.2.2.c Siklus Hidup .............................................................................. 11
2.2.2.d Gejala dan Penanggulangan ...................................................... 11
2.2.3 Lethocerus sp .............................................................................. 9
2.2.3.a Morfologi .................................................................................. 11
2.2.3.b Klasifikasi ................................................................................. 11
2.2.3.c Siklus Hidup .............................................................................. 11
2.2.3.d Gejala dan Penanggulangan ...................................................... 11

III PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 15
5.2 Saran ............................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit ikan adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada
ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung (Sachlan, L9761. Timbulnya
serangan penyakit ikan di kolam budidaya merupakan hubungan yang tidak serasi
pada ikan dengan kondisi lingkungan dan organisme penyakit, Penyakit pada ikan
menurut Rachmatun (1983)dapat disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut.
Pertama penyakit non infeksi. adalah penyakit yang disebabkan oleh faktor-faktor
fisika kimia air yang tidak mendukung ikan antara lain karena pH yang terlalu tinggi
atau terlalu rendah. Kekurangan oksigen dalam air, gas beracun {amoniak, belerang).
Perubahan suhu secara mendadak, kerusakan mekanis (luka-luka). Sedangkan
penyakit yang disebabkan oleh makanan yang tidak baik (Malnutrition) antara lain
kekurangan vitamin dan komposisigiziyang buruk, bahan rnakanan yang busuk dan
mengandung penyakit, dan kelainan bentuk (tubuh) karena faktor keturunan. Kedua
penyakit infeksi adalah penyakit pada ikan yang disebabkan karena adanya beberapa
faktor antara lain ; parasit (Protozoa, cacing, Ektoparasit, Endoparasit, Avertebrata),
Bakteri , jamur (Achiya sp, Oomycefes) dan virus {Hespervirus, Rabdhovlrus
carpio).
Parasit adalah hewan atau tumbuh-tumbuhan yang hidup menempel pada
organisme lain atau inangnya (Noble, 1961). Penyakit parasit suatu penyakit yang
disebabkan karena adanya altivitas organisme parasit yang bersifat patogenik.
Penyakit parasit ikan yang disebabkan agen patogenik yang sering dijumpai di
lndonesia terutama dari ektoparasit.
Parasit ikan dapat masuk ke dalam kolam selain terbawa oleh air, juga oleh
tumbuh-tumbuhan, benda-benda, binatang renik fientik nyamuk, kutu air, cladocera,
daphnia) yang lazim sebagai makanan alami ikan. Parasit ikan hanya dapat hidup
apabila di dalam perairan terdapat ikan sebagai iangnya. Agar parasit tidak menular
pada ikan sebaiknya jasad-jasad renik makanan ikan diambil dan dialirkan ke dalam
tempat lain yang tidak ada ikannya. Penyakit parasit yang menyerang ikan dalam
kolam budidaya air tawar dapat dikelompokkan menjadi2, yaitu :
1. Endoparasit , Parasit yang tergolong dalam kelompok Endoparasit antara lain
Myxobolus sp, Myxosoma sp, Thelohanelluus sp, Lyctocestus sp, Clinostomum
spec.
2. Ektoparasit, Parasit yang tergolong dalam kelompok Ektoparasit antara lain;
Lerneo cyprinacaeo, Soprolegnia sp, Trichodino sp, Trichodinella sp, Argulus sp,
GyrodoctyIus spec, DactyIogyrus spec, Ichthyophithirius multifiIis dan
Cyclochaeta spec.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dikaji pada makalah ini adalah maka dapat
diidentifikasi menjadi beberapa masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana morfologi Nepa rubra, Cybister sp., dan Lethocerus sp. ?
2. Bagaimana klasifikasi Nepa rubra, Cybister sp., dan Lethocerus sp.?
3. Bagaimana siklus hidup Nepa rubra, Cybister sp., dan Lethocerus sp. ?
4. Bagaimana gejala dan penanggualan Nepa rubra, Cybister sp., dan Lethocerus
sp. ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui Nepa rubra, Cybister sp., dan Lethocerus sp.
2. Mengetahui kalsifikasi Nepa rubra, Cybister sp., dan Lethocerus sp.
3. Mengetahui siklus hidup Nepa rubra, Cybister sp., dan Lethocerus sp.
4. Mengetahui gejala dan cara penganggulangan dari Nepa rubra, Cybister sp., dan
Lethocerus sp.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini adalah pembaca dapat mengetahui
morfologi, siklus hidup, gejala serta penganggulangannya dari spesies Nepa rubra,
Cybister sp., dan Lethocerus sp.
BAB II
ISI

2.1
2.2 Contoh Parasit Dan Penyakit
2.2.1 Nepa Rubra
2.2.1.a Morfologi Nepa rubra
Nepa rubra memiliki tubuh yang pipih berwarna coklat kehitaman, sehingga
terlihat seperti daun yang sudah mati. Kamuflase ini membantu mereka untuk
menangkap mangsanya dengan mudah. Ia memiliki tubuh yang dibagi menjadi tiga
bagian yakni bagian kepala, bagian thorax dan bagian abdomen.

Gambar 2. morfologi tubuh Nepa rubra


(Sumber :www.google.com )
Nepa rubra mempunyai dua mata faset hitam yang besar dan mulut
(proboscis) yang bertipe penusuk-penghisap dan dapat dilipat ke bagian ventral bila
beristirahat dan tegak bila sedang menghisap.
Nepa rubra memiliki ekor yang panjangnya dapat mencapai 10 mm yang
digunakan sebagai alat pernafasan. Ekor kalajengking memiliki 6 segmen dan
memiliki racun. Nepa rubra berenang ke permukaan air sehingga dapat menarik
ujung ekornya keluar dari air. Ketika ekornya keluar dari air, Nepa rubra mengambil
udara yang kemudian disimpan dalam tabung pernapasan sebelum pergi ke bawah
air lagi. Nepa rubra menggunakan ekornya mirip dengan bagaimana manusia
menggunakan snorkel. Nepa rubra dapat tinggal di bawah air selama 30 menit.
Gambar 3. morfologi tubuh Neparubra
(Sumber : www.google.com)

Nepa rubra memiliki mempunyai tiga pasang kaki. Pertama sepasang kaki
depan yang sangat kuat yang terletak tepat di depan kepala. Nepa rubra menggunakan
kaki depan untuk menangkap makanan. Pasangan kaki kedua berada di bagian depan
tubuh dan pasangan kaki ketiga adalah ada di tengah-tengah tubuh. Kedua pasang
kaki tersebut berkuku dan berambut. Pasangan kaki kedua lebih kecil dari pasangan
kaki ketiga. Nepa rubra menggunakan kaki ini untuk merangkak di tanah pada
perairan yang sangat dangkal.
Meskipun Nepa rubra hidup di air, mereka termasuk ke dalam jenis perenang
yang buruk. Tetapi mereka akan berenang apabila mereka merasa terganggu atau
terancam. Ketika berenang, sepasang kaki depan mereka akan bergerak naik turun
seperti sedang mendayung. Mereka lebih sering menempel pada tanaman air.
Panjang tubuhnya sekitar 25 mm dengan lebar berkisar antara 6-10 mm. Kepala Nepa
rubra sangat kecil dan berbentuk segitiga. Rostrum adalah bagian mulut yang
menyerupai paruh yang berfungsi untuk menghisap dan menusuk mangsanya.
Adanya rostrum ini, membuat kepala Nepa rubra berbentuk segitiga. Nepa rubra juga
memiliki antena yang sangat kecil yang berfungsi sebagai pendeteksi untuk
merasakan daerah yang gelap di sekitar air berlumpur dan daerah di sekitar tanaman
air.
Bagian tengah tubuh Nepa rubra disebut thorax . Thorax ini memiliki dua
pasang kaki yang saling terhubung. Thorax juga memiliki dua pasang sayap, bagian
atas sayap kaku dan keras sedangkan bagian bawah sayapnya tipis dan fleksibel.
Sayap bagian bawah dilipat kedalam bagian sayap atas. Meskipun Nepa rubra
memiliki sayap, kebanyakan dari mereka tidak bisa terbang karena otot-otot
sayapnya tidak berkembang. Tetapi, terkadang mereka dapat terbang rendah untuk
mencari habitat yang baru.

Gambar 4. Tubuh Nepa rubra


(Sumber : www.devianart.com)

Nepa rubra memiliki tiga pasang 'sensor tekanan' pada bagian bawah
perutnya. Sensor tekanan terlihat seperti cakram oval berwarna gelap. Sensor tekanan
ini digunakan untuk mengukur kedalaman dan mengkompensasi perubahan tekanan
air. Hal ini penting untuk Nepa rubra karena Nepa rubra tidak bisa terlalu jauh masuk
ke dalam air, Nepa rubra perlu secara teratur pergi ke permukaan untuk menghirup
udara.
2.2.1.b Klasifikasi
Berikut merupakan klasifikasi dari Nepa rubra.
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Hemiptera
Family : Nepidae
Genus : Nepa
Spesies : Nepa Linnaeus, 1758 atau Nepa rubra

2.2.1.c Siklus Hidup


Musim kawin Nepa rubra adalah sekitar bulan April hingga akhir Mei.
Setelah jantan dan betina kawin, betina akan meletakkan telur pada batang tanaman
air atau di antara ganggang di bawah permukaan air. Waktu untuk mengeluarkan satu
telur sekitar dua menit. Telur Nepa rubra memiliki tujuh rambut panjang seperti pipa
pernapasan kecil yang memasok udara untuk telurnya. Larva muncul setelah sekitar
empat minggu kemudian disebut nimfa. Nimfa terlihat seperti Nepa rubra dewasa,
bersayap tidak sempurna ketika pertama kali muncul, meskipun memiliki tubuh yang
berbulu.
Nepa rubra mengalami metamorfosis hemimetabola, yaitu pertumbuhan
bertahap dari nimfa berbagai ukuran, namun memiliki bentuk yang masih sama.
Nimfa harus melalui beberapa kali pergantian kulit atau tahap instar untuk mencapai
tahap dewasa. Nepa rubra melewati 5 instar sebelum berubah menjadi Nepa rubra
dewasa dan membutuhkan waktu sekitar 6-8 minggu untuk berubah menjadi dewasa
sepenuhnya. Ketika Nepa rubra semakin tua, Nepa rubra juga mungkin memiliki
nimfa mereka sendiri sehingga siklus kehidupan dimulai lagi.

2.2.1.d Gejala dan Penanggulangan


Menempel pada gulma atau tanaman air lain dengan menggunakan kaki
tengah dan kaki belakang. Ketika serangga, berudu, cacing, atau inang lain lewat,
Nepa rubra mendorong kaki belakangnya sehingga bagian depan tubuhnya terdorong
ke depan. Nepa rubra kemudian menggunakan kaki depannya yang kuat untuk
menangkap mangsa. Setelah mencengkeram mangsa kemudian Nepa rubra akan
menusuk mangsa tersebut dengan menggunakan rostrum. Nepa rubra memasukkan
rostrum ke tubuh mangsa dan kemudian melepaskan cairan pencernaan ke dalam
tubuh mangsa. Cairan ini merupakan cairan dari tubuh Nepa rubra yang
membantunya dalam menghisap bagian dalam tubuh mangsa. Nepa rubra menghisap
cairan tubuh mangsanya. Gejala yang ditimbulkan oleh keberadaan parasit insekta
ini yaitu, inang akan mengalami infeksi lokal disertai dengan penghambatan
penyerapan nutrisi inang sehingga mempengaruhi keaktifan dalam bergerak.
Tindakan pencegahan kehadiran Nepa rubra dapat dihidari dengan upaya
pencegahan dengan cara memasang saringan pada pintu masuk air. Saringan bisa
berupa saringan/filter dari bahan kawat halus atau kain kassa halus. Selain itu juga
dapat menggunakan ijuk. Caranya, pintu air masuk dipasang saringan yang diikat
kuat. Kemudian secara periodic saringan dibersihkan agar aliran air tetap lancar.
Pembersihan saringan dilakukan dengan mencuci bersih dengan air mengalir.
Tindakan pemberantasan atau upaya pemberantasan tidak disarankan menggunakan
insektisida karena berisiko terhadap benih ikan. Pemberantasan dianjurkan
menggunakan minyak tanah dengan cara memercikan minyak tanah ke permukaan
air sebanyak 500 cc (0,5 liter)/100 m2 luas permukaan air kolam. Nepa rubra akan
segera mati karena alat pernafasannya kemasukan minyak tanah, pintu air masuk dan
keluar ditutup. Setelah semua serangga air diperkirakan mati, pintu air keluar dibuka
dan aliran air baru dimasukkan sehingga terjadi peggantian air kolam.

2.2.2 Cybister sp
2.2.2.a Morfologi
Tubuh Cybister memanjang sepintas mirip lipan atau kelabang, badan
cybister terdiri dari 9 ruas dan ekor 2 ruas, Panjang tubuh cybister kurang lebih 1,3 –
2,5 cm, yang dewasa kadang bisa mencapai 3 cm, Perbandingan panjang total badan
dengan lebar total bagian perutnya sekitar 7 : 1, Warna tubuh kuning kecokelatan
dan ada juga yang kehijauan. Cybister memiliki 3 pasang kaki beruas-ruas, memiliki
1 pasang gigi taring yang sangat beracun tepat di bagian ujung kepala, memiliki 2
pasang antena di kepala, memiliki satu pasang mata tepat di kiri-kanan kepala.
2.2.2.b Klasifikasi
Berikut merupakan klasifikasi dari Cybister sp.
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Coleoptera
Family : Dytiscidae
Genus : Cybister
Spesies : Cybister sp.

2.2.2.c Siklus Hidup


Cybister berkembang biak secara seksual dengan mengalami metamorphosis
lengkap. Siklus hidup Cybister meliputi empat tahapan, yaitu telur – larva – pupa –
Cybister dewasa. Kebanyakan spesies menghasilkan satu generasi per tahun.
Beberapa spesies hidup hingga 2-3 tahun sebagai Cybister dewasa.
Gambar . Siklus Hidup Cybister sp
(Sumber : lifeinfreshwater.net)

Betina bertelur di berbagai objek yang terendam oleh air. Famili Dystiscidae
menyimpan telur-telurnya pada batang tanaman air. Baik larva maupun Cybister
dewasa merupakan hewan akuatik. Larva muda menetas dalam beberapa minggu dan
mendapatkan oksigen dengan cara difusi melalui seluruh permukaan tubuh.

Gambar . Cybister lateralimarginalis dewasa


(Sumber : lifeinfreshwater.net)

2.2.2.d Gejala dan Penanggulangan


Cybister, sering disebut dengan istilah “ucrit” atau larva cybister bekerja
dengan menjepit badan inang dengan taring hingga mengalami kerusakan jaringan
eksodermal pada inangnya. Hal tersebut menyebabkan beberapa gejala seperti terjadi
infeksi yang mematikan karena adanya kerusakan fisik pada jaringan permukaan
tubuh inang.
Tindakan penanggulangan hama ini salah satunya dengan menghindari
pemakaian pupuk organic yang berlebihan, karena larva cybister sangat menyukai
lingkungan yang mengandung bahan organik yang melimpah, serta dengan
membersihkan kolam secara rutin.

2.2.3 Lethocerus sp
2.2.3.a Morfologi
Lethocerus sp merupakan jenis serangga air dengan ukuran tubuh besar,
penyebarannya di daerah tropis dan subtropis, secara morfologi bentuk tubuhnya
besar dengan panjangnya bisa mencapai 4 inci, tubuh berbentuk pipih, oval, dan kaki
depan yang melengkung tajam seperti sabit. Memiliki bentuk mulut seperti jarum,
memiliki abdomen dan sayap. Lethocerus sp menyerang mangsanya dengan
menggunakan paruh/capitnya yang mampu menimbulkan gigitan yang menyakitkan
(sengatan), dan mencengkram dengan kaki depan nya. Serangga ini biasanya
memangsa ikan kecil, katak, berudu, burung kecil, dan organisme lain.

2.2.3.b Klasifikasi
Berikut merupakan klasifikasi dari Lethocerus americanus.
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Hemiptera
Family : Belostomatidae
Genus : Lethocerus
Spesies : Lethocerus americanus

2.2.3.c Siklus Hidup


Siklus hidup Lethocerus americanus atau biasa disebut serangga air raksasa
melibatkan metamorfosis sederhana yang terdiri dari tiga stadia, yaitu telur – nimfa
– imago. Perubahan telur menjadi nimfa membutuhkan waktu sekitar dua minggu
setelah diletakkan. Kemudian nimfa berubah menjadi Lethocerus dewasa dalam
waktu satu sampai dua bulan. Lethocerus americanus dewasa hidup sekitar satu
tahun. Nimfa muda akan melepaskan eksoskeleton mereka agar menyerupai
Lethocerus americanus dewasa.
Gambar . Lethocerus americanus jantan setelah fertilisasi
(Sumber : en.wikipedia.org)

Selama musim semi dan awal musim panas, telur diletakkan di dekat air atau
melekat pada tanaman air, batu, daun, atau cabang yang busuk. Telur Lethocerus
americanus berwarna abu-abu kecoklatan, dengan panjang 4-5 mm, serta diletakkan
berbaris. Biasanya ditemukan 100 telur yang menetas dalam waktu sekitar dua
minggu. Setelah musim dingin Lethocerus americanus dewasa hidup di dalam
lumpur atau pinggir danau.

2.2.3.d Gejala dan Penanggulangan


Lethoceros sp., merupakan predator ikan dari ordo Hemiptera kelas Insekta
yang berbahaya bagi ikan. Lethoceros disebut juga kepinding air. Lethoceros
menyerang ikan dan krustacea kecil. Parasit ini bekerja dengan menyerang dan
melekat pada inang, serta melukai bagian kulit pada ikan sehingga karakteristik fisik
terutama pada sisik ikan terlihat seperti mengelupas dan robek. Dalam
penanggulangannya digunakan filter pada inlet kolam serta dilakukan pengeringan
kolam apabila hama sudah terlanjur menyebar.
Adapun penanggulangan Pengobatan dilakukan dengan menggunakan
Dipterex atau Sumition 50EC dengan dosis 1cc/meter kubik air Atau dengan
merendam ikan yang sakit selama 10 menit dalam larutan formalin dengan dosis 250
mg formalin dalam 100 liter air. Perendaman di ulang tiga kali selama tiga hari Untuk
memberantas mata rantai penyakit, rendam juga akuarium dalam larutan Tetracyclin
dengan dosis 250 mg Tetracyclin : 250 liter air sekurangnya 5 jam. Ulangi tiga kali
dalam tiga hari
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bedasarkan hasil pembahasan diatas mengenai Nepa rubra, Cybister sp., dan
Lethocerus sp. dapat disimpulkan

3.2 Saran
Saran kedepannya semoga dengan ditulisnya makalah ini pembaca bisa
mengaplikasikan isi dari pembahasan diatas dan juga dapat digunakan dalam
kegiatan budidaya ikan, karena bisa mencegah parasit dan penyakit untuk datang.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2003. National Biodiversity Network Species Dictionary. (online).


www.nhm.ac.uk/nbn/ (Diakses pada 3 Maret 2018).
Gambale, et al. 2014. Anuran Larvae as Prey and Hosts of Invertebrates in
Neotropical Aquatic Habitats. Brazil: Revista Chilena de Historia Natural a
SpringerOpen Journal, 87:31.
Global Biodiversity Information Facility. 2018. Nepa rubra in Belgian Species
List.Denmark.(Diakses pada www.gbif.org/species/100419497/verbatim
tanggal 3 Maret 2018 pukul 11.00 WIB)
Harmsky, Jan. Tidak diketahui. Water Beetles Coleoptera. (online).
lifeinfreshwater.net/water-beetles-coleoptera/. (Diakses pada 3 Maret 2018)
Helena, et al. 2015. Montana Species in the Family: Giant Water Bugs
(Belostomatidae). Montanas’s Official State Website. (Diakses pada:
http://fieldguide.mt.gov/displaySpecies.aspx?family=Belostomatidae
tanggal 3 Maret 2018 pukul 14.00 WIB)
Hidayat, I. R. 2000. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Universitas Brawijaya. Usaha
Nasional. Semarang.
Hui, Kawai. 2010. Reproduction. (online).
bioweb.uwlax.edu/bio203/2010/hui_ka/reproduction.html. (Diakses pada 3 Maret
2018)
Pracaya. 2004. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rioardi. 2009. Ordo-Ordo Serangga. http://rioardi.wordpress.com.
www.researchgate.net/publication/280096416_Review_of_Mothocya_Costa
_in_Hope_1851_Crustacea_Isopoda_Cymothoidae_from_southern_Africa_
with_the_description_of_a_new_species
aquaticbiosystems.biomedcentral.com/articles/10.1186/2046-9063-8-22.
McLeod, Robin. 2005. Species Lethocerus americanus – Giant Water Bug. Iowa
State University. Department of Entomology. (online).
https://bugguide.net/node/view/13708. (Diakses pada 3 Maret 2018)
Wildscreen Arkive. Water Scorpion (Nepa cinerea). (online). www.arkive.org/water-
scorpion/nepa-cinerea/image-A22222.html. (Diakses pada 3 Maret 2018)

Anda mungkin juga menyukai