Di susun oleh :
Kelompok 7/ Perikanan A
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2020
MAKALAH
PARASIT DAN PENYAKIT IKAN
Di susun oleh :
Kelompok 7/ Perikanan A
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga dapat menyelesaikan
tugas makalah Parasit dan Penyakit Ikan “Ikan Bawal dan Ikan Mackarel” ini tepat
pada waktunya.
Shalawat serta salam tidak luput kami curahkan kepada junjungan Nabi
besar Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya, dan kita selaku umatnya
hingga akhir zaman, yang telah banyak mengubah tatanan kehidupan di dunia ini,
salah satunya dalam bidang ilmu pengetahuan.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini untuk memenuhi tugas
Praktikum pada mata kuliah Parasit dan Penyakit Ikan. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang topik makalah ini bagi para pembaca
dan juga bagi penulis. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami susun masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Hormat kami,
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
BAB Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................
DAFTAR TABEL ........................................................................
DAFTAR GAMBAR ...................................................................
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................
1.2 Rumusani Masalah...................................................................
1.3 Tujuan .....................................................................................
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Bawal ............................................................................ 3
2.1.1 Jenis Parasit .......................................................................... 4
2.1.2 Prevalensi .............................................................................. 7
2.1.3 Virulensi ............................................................................... 7
2.1.4 Intensitas ............................................................................... 8
2.2 Ikan Mackerel ....................................................................... 8
2.2.1 Biologi Ikan Mackerel .......................................................... 9
2.2.2 Jenis Parasit .......................................................................... 9
2.2.3 Prevalensi .............................................................................. 12
2.2.4 Virulensi ............................................................................... 13
2.2.5 Intensitas ............................................................................... 14
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................ 15
3.2 Saran ...................................................................................... 16
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Aspek Biologi pada Ikan Bawal dan Ikan Mackarel.
2. Untuk mengetahui jenis parasite apa sajakah yang menyerang pada Ikan
Bawal dan Ikan Mackarel.
3. Untuk mengetahui bagaimana prevalensi pada Ikan Bawal dan Ikan
Mackarel.
4. Untuk mengetahui bagaimana virulensi pada Ikan Bawal dan Ikan Mackarel.
5. Untuk Mengetahui bagaimana intensitas pada Ikan Bawal dan Ikan
Mackarel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
b. Apiosoma sp.
Apiosoma sp. ditemukan menginfeksi insang dan tidak ditemukan pada
permukaan tubuh ikan bawal bintang. Bentuk tubuhnya kerucut membundar.
Bagian bawah terdapat silia yang digunakan sebagai alat gerak. Terdapat scopula
pada tubuhnya. Parasit yang ditemukan tersebut sesuai dengan morfologi
Apiosoma sp. menurut Martins et.al., (2015). Stadia dewasa Apiosoma sp.
memiliki silia. Apiosoma sp. bentuk tubuhnya kerucut dan memiliki vakuola
kontraktil. Karakteristik utama yang digunakan untuk identifikasi adalah panjang
badan dan lebar, adanya scopula, dan bentuk tubuh (Martins et.al., 2015).
c. Vorticella sp.
Parasit yang ditemukan selanjutnya berbentuk seperti lonceng. Warna
tubuhnya kekuningan atau kehijauan. Memiliki tangkai panjang yang berbentuk
pipih dan silindris. Memiliki silia pada ujung atas tubuhnya. Ditemukan
menginfeksi permukaan tubuh dan insang ikan bawal bintang, namun hanya
sedikit yang ditemukan pada permukaan tubuh inang. Parasit ini terlihat hidup
berkoloni. Parasit yang ditemukan sesuai dengan morfologi Vorticella sp. menurut
Irvansyah, et al. (2012). Parasit ini hidup secara berkoloni. Sel berwarna
kekuningan atau kehijauan. Menempel pada inangnya dengan myoneme. Tangkai
pipih dan silindris, peristome besar dan bersilia. Memiliki makronukleus dan
mikronukleus. Zooid berbentuk seperti lonceng terbalik yang terdiri dari tangkai
6
peristomial berbentuk seperti bunga yang bersilia, vakuola kontraktil dan vakuola
makanan (Irvansyah, et al. 2012).
d. Chilodonella sp.
Ektoparasi yang ditemukan selanjutnya berbentuk oval. Silia terdapat pada
seluruh permukaan tubuhnya. Chilodonella sp. lebih banyak menyerang bagian
kulit, sirip dan insang. Hal ini sesuai pendapat Mahasri dan Kismiyati (2015)
parasit Chilodonella sp. berbentuk oval seperti jantung. Makronukleus oval dan
mikronukleus membundar. Permukaan tubuhnya ditutupi silia yang digunakan
sebagai alat geraknya. Parasit ini tidak memiliki inang yang spesifik (Jabal, et al.
2015).
2.1.2. Prevalensi
Penghitungan prevalensi ektoparasit yang telah di diperoleh dapat di hitung
menggunakan rumus Kabata (1985) dibawah ini :
Nilai prevalensi pada ikan bawal bintang sebesar 4,4 % dan tergolong
kedalam kriteria infeksi kadang, penggolongan katagori infeksi berdasarkan pada
tingkat prevalensi ikan terserang parasit sesuai yang tercantum dalam Williams dan
Williams (1996). Pada penelitian sebelumnya oleh Madhi et al. (2015), menemukan
spesies Camallanus singhi pada ikan Trachinotus ovatus yang menginfeksi organ
anus dengan tingkat prevalensi yang juga rendah yaitu 1,96 %. Nilai yang rendah
juga ditemukan pada penelitian Tamba et al. (2012) dari total 35 sampel ikan selar
bentong (Selar crumenophthalmus) hanya 1 sampel ikan yang terinfeksi 1 jenis
cacing Camallanus. Dapat disimpulkan bahwa cacing Camallanus merupakan
cacing yang hidupnya soliter, hanya menginvasi satu jenis inang dan jumlah
kelimpahan dialam yang juga sedikit.
2.1.3 Virulensi
Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii Lacepede, 1801) menjadi salah
satu komoditas perikanan laut yang banyak dibudidayakan karena memiliki nilai
ekonomis menguntungkan. Ikan bawal bintang memiliki rasa daging yang enak,
dan memiliki sedikit tulang. Ikan ini berbentuk pipih, ekornya bercagak,
mempunyai sisik yang halus, dan warna tubuhnya perak keabu-abuan (Febrianti et
al, 2016). Namun, budidaya ikan ini terdapat kendala seperti serangan penyakit
yang dapat mengganggu kegiatan budidaya dan menurunkan tingkat produksi ikan
tersebut. Bakteri merupkan penyebab terbesar ikan tersebut terinfekis penyakit
(Bachère, 2003). Salah satunya adalah serangan vibriosis. Vibriosis adalah bakteri
patogen yang menyerang hampir semua jenis ikan laut (Krishnika & Ramasamy,
2014).
Vaksinasi merupakan alternatif lain dalam pengendalian penyakit pada ikan
bawal bintang. Vaksinasi tersebut perlu mengetahui pemanfaatan vaksinvibrio
8
b. Anisakis sp.
Nematoda Anisakis milik keluarga Anisakidae sering ditemukan pada ikan
laut, dan hidup dalam inang di berbagai tingkat trofik rantai makanan (Lymbery
dan Cheah 2007). Siklus hidup mereka melibatkan krustasea kecil sebagai inang
perantara, ikan dan cephalopoda sebagai paratenik inang, dan mamalia laut sebagai
inang akhir. Manusia menjadi inang yang tidak sengaja menjadi larva Anisakis
biasanya sebagai akibat dari mengkonsumsi ikan mentah yang terinfeksi atau ikan
yang dimasak tidak sempurna (Audicana et al. 2003; Ivanovic et al. 2017). Anisakis
infeksi pada manusia menyebabkan gastrointestinal akut infeksi dengan beberapa
gejala seperti sakit perut, diare, mual dan muntah, suatu kondisi yang dikenal
sebagai anisakiasis (Ivanovic et al. 2017; Bao et al. 2018). Kehadiran larva Anisakis
dalam produk perikanan telah dampak pada industri perikanan komersial karena
pengurangan kualitas produk, penampilan estetika dan nilai ekonomi (Aspholm
1995; Molnar et al. 2006).
Di selain dampak negatif terhadap kesehatan dan ekonomi, terjadinya
anisakis dapat digunakan sebagai tag biologis dalam berbagai studi ekologi.
Penggunaan parasit sebagai indikator biologis berbagai spesies ikan dan sefalopoda
meningkat dengan cepat setelah pedoman yang tepat dan metodologi
dikembangkan (MacKenzie 1987; Williams et al. 1992; MacKenzie dan Abaunza
1998). Spesies Anisakis telah digunakan untuk mengidentifikasi aspek ekologi dan
sejarah alam berbagai spesies inang. Variasi dalam tingkat prevalensi dan infeksi
Anisakis larva telah digunakan sebagai tag biologis untuk stok atau studi populasi
seperti untuk memperkirakan tingkat pertumbuhan, pola migrasi dan kebiasaan
makan spesies inang (Williams et al. 1992; Konishi dan Sakurai 2002).
Dari berbagai jenis parasit yang telah digunakan untuk stok studi, genus
Anisakis, yang telah secara genetik diidentifikasi ke tingkat spesies menggunakan
penanda allozyme, telah memberikan informasi yang berguna untuk studi stok di
pendekatan multidisiplin (Mattiucci et al. 2007). Untuk contoh, terjadinya Anisakis
spp. dan lain-lain makroparasit tampaknya menjadi tag biologis penting untuk
identifikasi stok bluemouth rockfish, Helicolenus dactylopterus (Sequeira et al.
2010)
11
c. Lecithocladium sp.
Parasit digenean sering terjadi dan dapat menyebabkan saluran pencernaan
histopatologi pada ikan laut (Kabata 1985; Chambers et al. 2001). Itu kelompok
digenean dari keluarga Hemiuridae, termasuk genus Lecithocladium, biasanya
dominan di saluran pencernaan ikan laut karena keluarga memiliki distribusi yang
sangat luas di seluruh dunia (Cribb et al. 2002). Penelitian tentang cacing Parasit
pada ikan Indonesia terbatas. Indaryanto et al. (2014) menemukan empat spesies
parasit cacing (Lecithocladium angustiovum, Lecitochirium sp., Prodistomum
orientalis dan Anisakis typica) dalam makarel pendek Indonesia (Rastrelliger
brachysoma dan Rastrelliger kanagurta) dikumpulkan dari dua lokasi. Genera
Lecithocladium termasuk setidaknya 83 spesies yang ditentukan, dan banyak dari
mereka serupa. Informasi tentang L. angustiovum atau Lecithocladium genus tidak
tersedia secara luas; identifikasi spesies belum didefinisikan dengan jelas, yang
menjelaskan banyak spesies serupa (Madhavi & Lakshmi 2011). L. angustiovum
telah dilaporkan sering menginfeksi ikan Keluarga Scombridae (Yamaguti 1953;
Bray 1990).
2.2.3 Prevalensi
Penghitungan prevalensi ektoparasit yang telah di diperoleh dapat di hitung
menggunakan rumus Kabata (1985) dibawah ini :
2.2.4 Virulensi
Menurut penelitian Srinivasan dan Saranraj (2017), mikroorganisme
ditemukan di semua permukaan (kulit dan insang) dan usus ikan hidup atau ikan
segar. Jumlah total mikroorganisme sangat bervariasi, Lindsay dan Harrish (2010)
menetapkan 102-107 yang normal kuman / cm2 pada permukaan kulit. Insang dan
usus bersamaan, mengandung antara 103 dan 109 kuman / g. Banyak organisme
ditemukan pada ikan dari air hangat yang tercemar. Berbagai perbedaan spesies
bakteri dapat ditemukan di permukaan tubuh ikan (Kraft, 1992; Saranraj et al.,
2012; Kanchana et al., 2015). Lebih dari 80% mikroorganisme ditemukan di hewan
tangkapan air di daerah beriklim sedang belahan bumi utara adalah basil Gram
negatif yang termasuk dalam genera: Pseudomonas, Aeromonas, Moraxella,
Acinetobacter, Flavobacterium dan Vibrio. Tidak seperti binatang laut, ikan air
tawar sering ditemukan bakteri family Enterobacteriaceae dan genus Aeromonas.
Daging moluska terkontaminasi oleh sejumlah besar mikroorganisme (104 - 106 /
g), terutama saat itu datang ke hewan yang ditangkap di perairan hangat. Dominan
mikroflora terdiri dari bakteri Gram negatif (Vibrio sp., Pseudomonas sp.,
Acinetobacter sp., Moraxella sp., Flavobacterium sp. dan Cytophaga sp.) (Lassuy
2014).
Bakteri floras yang diisolasi dari ikan berubah oleh ikan habitat perairan
ikan dan bervariasi dengan faktor-faktor tersebut sebagai salinitas habitat dan beban
bakteri di air (Nishihara et al., 2008). Laporan di Populasi actinomycetes juga
dilaporkan oleh Sahu et al. (2008) dan Vanaja Kumar (2015). Lima berbeda Bakteri
diisolasi dari ikan tengiri India (Rastrelliger kanagurta) dengan metode Pour plate.
Berdasarkan pada teknik pewarnaan, pelapisan selektif uji sedang dan biokimia,
isolat bakteri adalah diidentifikasi sebagai Vibrio cholerae, Pseudomonas
fluoresensi, Salmonella typhi, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
Berdasarkan pewarnaan dan koloni kapas yang dilakukan Sarinivasan dan
Saranraj (2015) laktofenol berwarna biru morfologi pada agar Sabourauds dextrose,
mereka diidentifikasi sebagai, Aspergillus niger, Aspergillus flavus dan Fusarium
oxysporum. Karakteristik jamur diisolasi dari ikan tenggiri India (Rastrelliger
kanagurta). Dalam studi Nishihara et al. (2008), sampel ikan adalah permukaan
14
didesinfeksi diinkubasi pada suhu kamar hingga 14 hari tanpa suplemen semua
media, dan selanjutnya diperiksa untuk pertumbuhan jamur dan ragi. Yang paling
cetakan umum yang diisolasi adalah Botrytis cinerea, Rhizopus stolonifer,
Alterneria alternata, Penicillium chrysogenum, Cladosporium sp., Fusarium
oxysporum diikuti oleh isolat ragi seperti Candida sp. Itu jamur memanjakan paling
umum adalah Alternaria alternata dan Cladosporium sp. dan kurang umum isolat
jamur adalah Penicillium sp., Trichoderma sp., Geotrichum sp. dan Rhizopus sp.
2.2.5 Intensitas
Penghitungan intensitas ektoparasit yang telah di diperoleh di hitung
menggunakan rumus Kabata (1985) dibawah ini :
3.1 Kesimpulan
Ikan bawal bintang memang pantas dijadikan primadona untuk
dibudidayakan berkat citarasa yang enak serta kandungan gizi yang tinggi, ikan ini
menjadi incaran setiap konsumen serta pelaku bisnis.
Ektoparasit adalah parasit yang menginfeksi bagian luar atau permukaan
tubuh inang. Infeksi ektoparasit mengakibatkan kerusakan pada organ luar antara
lain kulit dan insang (Mahasri dan Kismiyati 2015).
Ada beberapa jenis parasite yang menyerang ikan bawal diantaranya
1. Trichodina sp
Parasit Trichodina sp. yang ditemukan menginfeksi ikan bawal bintang
berbentuk lingkaran
2. Apiosoma sp
Apiosoma sp. ditemukan menginfeksi insang dan tidak ditemukan pada
permukaan tubuh ikan bawal bintang. Bentuk tubuhnya kerucut membundar
3. Vorticella sp.
Parasit yang ditemukan selanjutnya berbentuk seperti lonceng. Warna
tubuhnya kekuningan atau kehijauan.
4. Vorticella sp.
Parasit yang ditemukan selanjutnya berbentuk seperti lonceng. Warna
tubuhnya kekuningan atau kehijauan.
5. Chilodonella sp.
Ektoparasi yang ditemukan selanjutnya berbentuk oval. Silia terdapat pada
seluruh permukaan tubuhnya.
15
16
1. Callitetrarhynchus gracilis
sering ditemukan dalam jumlah besar di rongga tubuh. Parasit ini tidak
membangkitkan selera makan ikan, tetapi tidak membahayakan
manusia.
2. Anisakis sp
Anisakidae sering ditemukan pada ikan laut, dan hidup dalam inang di
berbagai tingkat trofik rantai makanan
3. Lecithocladium sp.
dapat menyebabkan saluran pencernaan histopatologi pada ikan laut
(Kabata 1985; Chambers et al. 2001).
3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun sangat menyadari akan tidak
kesempurnaan makalah ini, baik dari segi penulisan, sumber materi, serta informasi
tentang materi yang disusun ini. Oleh karena itu kami mengharapkan segala bentuk
masukan. Dan dibutuhkan kajian lebih lanjut tentang materi parasite dan penyakit
ikan ini agar makalah yang kami susun dapat lebih baik
16
DAFTAR PUSTAKA
17
18
Martins, M.L., Lucas C., Natalia M. and Santiago B. de Padua. Protozoan Infections
in Farmed Fish from Brazil: Diagnosis and Pathogenesis. Braz. J. Vat.
Parasitol. 24 (1).
Maskur, Mukti S.R., Taukhid, Angela M.L., Desy S., Nurzain, Dewi R.M., Andi R.,
Trinita D.S., dan Titik I.. 2014. Buku Saku Pengendalian Hama dan
Penyakit Ikan. Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Mountfort, D. O., J. Campbell and K. D. Clements. 2002. Hindgut fermentation in
three species of marine herbivores. Applied Environmental Microbiology, 68:
1374 - 1380.
Nishihara, M., M. Kamata, T. Koyama and K. Yazawa. 2008. New phospholipase
A1-producing bacteria from a Marine Fish. Marine Biotechnology, 10: 382
- 387.
Saranraj, P and M. Geetha. 2012. Microbial spoilage of Bakery products and its
control by preservatives. International Journal of Pharmaceutical and
Biological Archives, 3 (1): 204 - 214. 17.
Saranraj, P., D. Stella and D. Reetha. 2012. Microbial spoilage of vegetables and
its control measures: A Review. International Journal of Natural Product
Science, 2 (2): 1 -12.
Sarjito., Prayitno, S.B., Haditomo, A.H.C. 2013. Buku Pengantar Parasit dan
Penyakit Ikan. Universitas Diponegoro. Semarang-Indonesia.
Srinivasan. T dan Saranraj. P. 2017. Isolation and Identification of Spoilage
Causing Microorganism in an Indian Mackerel Fish (Rastrelliger
kanagurta). International Journal of Advanced Research in Biological
Science. Vol. 4(7) : 1-7 ISSN: 2348-8069. Department of Microbiolgy,
Hindustan College of Art and Science, Padur, Kelambakk. India.
Tamba M. F., Damriyasa I M., Suratma N. A., Theisen S., 2012. Prevalensi Dan
Distribusi Cacing Pada Berbagai Organ Ikan Selar Bentong. Indonesia
Medicus Veterinus.Vol. 1. No.4
21
Williams, E. H., and L.B.William, 1996. Parasites of Offshore Big Game Fishes of
Puerto Rico an The Western Atlantic. Department of Marine Science and
Department of Biology University of Puerto Rico. 320 p.