Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PARASIT DAN PENYAKIT IKAN


PADA IKAN BAWAL (Colossoma macropomum) DAN IKAN IKAN
MAKAREL (Scomber scombrus)

Di susun oleh :

Kelompok 7/ Perikanan A

Fajar Nurul Arifah 230110180024


Fauzia Indah Shaumi 230110180046
Derin Farhatu Shiyam 230110180060

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2020
MAKALAH
PARASIT DAN PENYAKIT IKAN

PADA IKAN BAWAL (Colossoma macropomum) DAN IKAN IKAN


MAKAREL (Scomber scombrus)

Diajukan untuk memenuhi tugas Praktikum Parasit dan Penyakit Ikan

Di susun oleh :

Kelompok 7/ Perikanan A

Fajar Nurul Arifah 230110180024


Fauzia Indah Shaumi 230110180046
Derin Farhatu Shiyam 230110180060

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga dapat menyelesaikan
tugas makalah Parasit dan Penyakit Ikan “Ikan Bawal dan Ikan Mackarel” ini tepat
pada waktunya.
Shalawat serta salam tidak luput kami curahkan kepada junjungan Nabi
besar Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya, dan kita selaku umatnya
hingga akhir zaman, yang telah banyak mengubah tatanan kehidupan di dunia ini,
salah satunya dalam bidang ilmu pengetahuan.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini untuk memenuhi tugas
Praktikum pada mata kuliah Parasit dan Penyakit Ikan. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang topik makalah ini bagi para pembaca
dan juga bagi penulis. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami susun masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Hormat kami,

Penyusun

iii
DAFTAR ISI
BAB Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................
DAFTAR TABEL ........................................................................
DAFTAR GAMBAR ...................................................................
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................
1.2 Rumusani Masalah...................................................................
1.3 Tujuan .....................................................................................

II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Bawal ............................................................................ 3
2.1.1 Jenis Parasit .......................................................................... 4
2.1.2 Prevalensi .............................................................................. 7
2.1.3 Virulensi ............................................................................... 7
2.1.4 Intensitas ............................................................................... 8
2.2 Ikan Mackerel ....................................................................... 8
2.2.1 Biologi Ikan Mackerel .......................................................... 9
2.2.2 Jenis Parasit .......................................................................... 9
2.2.3 Prevalensi .............................................................................. 12
2.2.4 Virulensi ............................................................................... 13
2.2.5 Intensitas ............................................................................... 14

III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................ 15
3.2 Saran ...................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 17

iv
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


1 Ikan Bawal ......................................................................... 4
2 Trichodina sp. .................................................................... 4
3 Apiosoma sp. ...................................................................... 5
4 Vorticella sp. ...................................................................... 6
5 Chilodonella sp. ................................................................. 6
6 Ikan Mackerel ................................................................... 9
7 Callitetrarhynchus gracilis ................................................ 9
8 Anisakis sp. ................................................................................ 11
9 Lecithocladium sp. ..................................................................... 11

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Parasitologi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai organisme yang
salah satu cara hidupnya merugikan untuk organisme lain. Organisme yang hidup
sebagai parasit selama hidupnya memerlukan organisme lain sebagai tempat
hidupnya. Organisme lain itu dapat berupa tuan rumah utama. Ilmu parasitologi
juga mempelajari sifat morfologi, klasifikasi dan biologi dari hewan yang hidup
berparasit. Parasitisme merupakan salah satu bentuk hubungan antara si penumpang
tergantung pada inang dan merugikan kehidupan inang dan tanpa inang organisme
ini tidak dapat hidup, artinya inang merupakan habitat dan tempat pemberi makan
bagi organisme penumpang.
Munculnya parasit dan penyakit pada ikan harus diantisipasi. Parasit pada ikan
umumnya merupakan interaksi antara dua organisme yaitu inang/hospes dengan
parasit yang menempel atau hidup pada tubuh inangnya. Sedangkan penyakit
merupakan interaksi yang melibatkan tiga komponen pada ekosistem perairan yaitu
inang (ikan) yang lemah, patogen, dan kondisi lingkungan yang memburuk.
Habitat parasit pada inang dibagi menjadi tiga bagian yaitu ektoparasit,
endoparasit dan mesoparasit. Ektoparasit merupakan parasit yang hidup pada
permukaan tubuh inang. Endoparasit merupakan parasit yang hidup dalam tubuh
inang. Mesoparasit merupakan parasit yang menginfeksi inang dimana sebagian
dari tubuh parasit menembus sampai organ dalam tubuh inang sedangkan bagian
tubuh lainnya berada diluar. Parasit pada tubuh ikan akan menyebabkan penyakit.
Sebagian besar parasit bersifat merugikan bagi inang yang dijadikan tempat
hidupnya. Terdapat berbagai jenis parasit berdasarkan jumlah hospes nya dan
bentuk tubuhnya. Adapun contoh parasit yang ingin dibahas yaitu yang terdapat
pada Ikan Bawal dan pada Ikan Mackarel.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Aspek Biologi pada Ikan Bawal, dan Ikan Mackarel?
2. Jenis parasite apa sajakah yang menyerang Ikan Bawal dan Ikan Mackarel?

1
2

3. Bagaimana prevalensi pada Ikan Bawal dan Ikan Mackarel?


4. Bagaimana virulensi pada Ikan Bawal dan Ikan Mackarel?
5. Bagaimana intensitas pada Ikan Bawal dan Ikan Mackarel?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Aspek Biologi pada Ikan Bawal dan Ikan Mackarel.
2. Untuk mengetahui jenis parasite apa sajakah yang menyerang pada Ikan
Bawal dan Ikan Mackarel.
3. Untuk mengetahui bagaimana prevalensi pada Ikan Bawal dan Ikan
Mackarel.
4. Untuk mengetahui bagaimana virulensi pada Ikan Bawal dan Ikan Mackarel.
5. Untuk Mengetahui bagaimana intensitas pada Ikan Bawal dan Ikan
Mackarel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Bawal


Ikan bawal bintang memang pantas dijadikan primadona untuk
dibudidayakan berkat citarasa yang enak serta kandungan gizi yang tinggi, ikan ini
menjadi incaran setiap konsumen serta pelaku bisnis. Banyak yang mencari ikan
bawal bintang untuk dikonsumsi, tidak hanya dipasar dan rumah makan, beberapa
hotel dan restoranpun ikut menyediakan masakan dengan bahan utamanya ikan
bawal bintang. Penyakit pada ikan merupakan salah satu kendala yang
menyebabkan gagalnya dalam usaha budidaya perikanan. Menurut Sarjito et al.
(2013), suatu penyakit pada ikan akan timbul jika interaksi antara inang (host),
jasad penyakit (patogen), dan lingkungan tidak seimbang. Penyakit ikan dapat
disebabkan oleh virus, bakteri, dan parasit. Indonesia yang beriklim tropis,
membuat parasit dan jamur lebih mudah berkembang. Selain itu, dengan adanya
mobilitas ikan dari satu sentral produksi ke sentral produksi lainnya yang akan
semakin mempercepat arus penyebaran parasit dan jamur.Ikan bawal bintang
merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Ikan bawal
bintang memiliki potensi besar untuk dikembangkan dan pasar yang cukup
menjanjikan, baik dalam maupun luar negeri. Beberapa negara konsumen utama
Bawal Bintang antara lain Jepang, Hongkong, China, Taiwan dan Kanada (Ashari,
et al., 2014).
Ikan bawal dalam bahasa inggris sering disebut dengan nama Pomfred..
Menurut Ahli perikanan yang bernama Saanin (1968, 1984), klasifikasi ikan bawal
adalah sebagai berikut:
Phyllum : Chordata
Classis : Actinopterygii
Ordo : Characiformes
Familia : Charasidae
Genus : Colossoma
Spesies : Colossoma macropomum

3
4

Gambar 1. Ikan Bawal


Sumber : Ecogreenpark
2.1.1. Jenis Parasit
Ektoparasit adalah parasit yang menginfeksi bagian luar atau permukaan
tubuh inang. Infeksi ektoparasit mengakibatkan kerusakan pada organ luar antara
lain kulit dan insang (Mahasri dan Kismiyati 2015).
a. Trichodina sp.
Parasit Trichodina sp. yang ditemukan menginfeksi ikan bawal bintang
berbentuk lingkaran. Di dalam tubuhnya terdapat semacam lingkaran seperti
cakram. Memiliki silia sebagi alat geraknya. Parasit ini ditemukan di permukaan
tubuh dan insang ikan bawal bintang. Parasit yang ditemukan tersebut sesuai
dengan morfologi Trichodina sp. menurut Mahasri dan Kismiyati, (2015). Bagian
frontal tubuh Trichodina sp. berbentuk lingkaran yang dikelilingi silia, di dalam
lingkaran terdapat denticle atau semacam lingkaran roda gigi. Menurut Maskur,
et al. (2014) denticle berfungsi sebagai alat penempel. Trichodina sp. biasa
menyerang ikan pada permukaan tubuh, insang dan sirip. berbentuk seperti bel
bila dari samping. Parasit ini menginfeksi ikan pada semua umur.

Gambar 2. Trichodina sp.


Sumber : Science Photo Library
5

b. Apiosoma sp.
Apiosoma sp. ditemukan menginfeksi insang dan tidak ditemukan pada
permukaan tubuh ikan bawal bintang. Bentuk tubuhnya kerucut membundar.
Bagian bawah terdapat silia yang digunakan sebagai alat gerak. Terdapat scopula
pada tubuhnya. Parasit yang ditemukan tersebut sesuai dengan morfologi
Apiosoma sp. menurut Martins et.al., (2015). Stadia dewasa Apiosoma sp.
memiliki silia. Apiosoma sp. bentuk tubuhnya kerucut dan memiliki vakuola
kontraktil. Karakteristik utama yang digunakan untuk identifikasi adalah panjang
badan dan lebar, adanya scopula, dan bentuk tubuh (Martins et.al., 2015).

Gambar 3. Apiosoma sp.


Sumber : www.youtube.com

c. Vorticella sp.
Parasit yang ditemukan selanjutnya berbentuk seperti lonceng. Warna
tubuhnya kekuningan atau kehijauan. Memiliki tangkai panjang yang berbentuk
pipih dan silindris. Memiliki silia pada ujung atas tubuhnya. Ditemukan
menginfeksi permukaan tubuh dan insang ikan bawal bintang, namun hanya
sedikit yang ditemukan pada permukaan tubuh inang. Parasit ini terlihat hidup
berkoloni. Parasit yang ditemukan sesuai dengan morfologi Vorticella sp. menurut
Irvansyah, et al. (2012). Parasit ini hidup secara berkoloni. Sel berwarna
kekuningan atau kehijauan. Menempel pada inangnya dengan myoneme. Tangkai
pipih dan silindris, peristome besar dan bersilia. Memiliki makronukleus dan
mikronukleus. Zooid berbentuk seperti lonceng terbalik yang terdiri dari tangkai
6

peristomial berbentuk seperti bunga yang bersilia, vakuola kontraktil dan vakuola
makanan (Irvansyah, et al. 2012).

Gambar 4. Vorticella sp.


Sumber : Pinterest

d. Chilodonella sp.
Ektoparasi yang ditemukan selanjutnya berbentuk oval. Silia terdapat pada
seluruh permukaan tubuhnya. Chilodonella sp. lebih banyak menyerang bagian
kulit, sirip dan insang. Hal ini sesuai pendapat Mahasri dan Kismiyati (2015)
parasit Chilodonella sp. berbentuk oval seperti jantung. Makronukleus oval dan
mikronukleus membundar. Permukaan tubuhnya ditutupi silia yang digunakan
sebagai alat geraknya. Parasit ini tidak memiliki inang yang spesifik (Jabal, et al.
2015).

Gambar 5. Chilodonella sp.


Sumber : http://fqtarakan.blogspot.com/
7

2.1.2. Prevalensi
Penghitungan prevalensi ektoparasit yang telah di diperoleh dapat di hitung
menggunakan rumus Kabata (1985) dibawah ini :

∑ ikan yang terserang parasit


Prevalensi = 𝑥100%
∑ikan yang diperiksa

Nilai prevalensi pada ikan bawal bintang sebesar 4,4 % dan tergolong
kedalam kriteria infeksi kadang, penggolongan katagori infeksi berdasarkan pada
tingkat prevalensi ikan terserang parasit sesuai yang tercantum dalam Williams dan
Williams (1996). Pada penelitian sebelumnya oleh Madhi et al. (2015), menemukan
spesies Camallanus singhi pada ikan Trachinotus ovatus yang menginfeksi organ
anus dengan tingkat prevalensi yang juga rendah yaitu 1,96 %. Nilai yang rendah
juga ditemukan pada penelitian Tamba et al. (2012) dari total 35 sampel ikan selar
bentong (Selar crumenophthalmus) hanya 1 sampel ikan yang terinfeksi 1 jenis
cacing Camallanus. Dapat disimpulkan bahwa cacing Camallanus merupakan
cacing yang hidupnya soliter, hanya menginvasi satu jenis inang dan jumlah
kelimpahan dialam yang juga sedikit.

2.1.3 Virulensi
Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii Lacepede, 1801) menjadi salah
satu komoditas perikanan laut yang banyak dibudidayakan karena memiliki nilai
ekonomis menguntungkan. Ikan bawal bintang memiliki rasa daging yang enak,
dan memiliki sedikit tulang. Ikan ini berbentuk pipih, ekornya bercagak,
mempunyai sisik yang halus, dan warna tubuhnya perak keabu-abuan (Febrianti et
al, 2016). Namun, budidaya ikan ini terdapat kendala seperti serangan penyakit
yang dapat mengganggu kegiatan budidaya dan menurunkan tingkat produksi ikan
tersebut. Bakteri merupkan penyebab terbesar ikan tersebut terinfekis penyakit
(Bachère, 2003). Salah satunya adalah serangan vibriosis. Vibriosis adalah bakteri
patogen yang menyerang hampir semua jenis ikan laut (Krishnika & Ramasamy,
2014).
Vaksinasi merupakan alternatif lain dalam pengendalian penyakit pada ikan
bawal bintang. Vaksinasi tersebut perlu mengetahui pemanfaatan vaksinvibrio
8

bivalen dengan menggunakan campuran bakteri Vibrio parahaemolyticus dan


Vibrio vulnificus untuk mencegah serangan vibriosis dengan metode perendaman
pada ikan bawal bintang.
Pemberian vaksin vibrio bivalen Vibrio parahaemolyticus dan Vibrio
vulnificus mampu meningkatkan respon imun spesifik dan non spesifik ikan bawal
bintang (Trachinotus blocii) berupa total leukosit, laju fagositosis, indeks
fagositosis dan titer antibodi yang bermanfaat mencegah infeksi Vibrio
parahaemolyticus dan Vibrio vulnificus
2.1.4 Intensitas
Penghitungan intensitas ektoparasit yang telah di diperoleh di hitung
menggunakan rumus Kabata (1985) dibawah ini :

∑ parasit yang ditemukan


Intensitas = ∑ ikan yang terinfeksi

Intensitas dihitung berdasarkan jumlah genus parasit yang ditemukan


sejenis pada saat pengamatan, ∑ parasit yang ditemukan adalah jumlah keseluruhan
dari genus atau jenis yang terdapat pada lendir tubuh dan insang ikan bawal bintang,
yang terinvasi, kemudian dijumlahkan hasil parasit yang ditemukan kemudian
dibagi dengan jumlah ikan yang terinvasi.

2.2 Ikan Mackarel


Ikan makarel adalah ikan pelagis, kawanan yang banyak didistribusikan di
wilayah pasifik Indo-Barat (Mukeshkumar 2014). Sembilan puluh persen dari
produksi makarel dunia disumbangkan oleh India dan ikannya berasal dari
permintaan domestik yang besar dikonsumsi baik dalam kondisi segar maupun
olahan (Abdussamad 2010). Ikan Makarel terutama terdiri dari 3 spesies,
Rastrelliger kanagurta, (mackerel India), Rastrelliger brachysoma, (makarel
berbadan pendek) dan Rastrelliger faughuni (Island mackarel). Ikan makarel India
ditemukan mendiami perairan dangkal tempat air permukaan suhu sekitar 17°C
(Koch 2010) dan salah satu perikanan penting laut, pelagis neretik dari negara.
9

2.2.1 Biologi Ikan Macakrel


Ikan makarel berwarna biru cerah sampai abu-abu gelap di sepanjang
punggung dan sayap mereka dan memudar menjadi biru-abu-abu keperakan di
perut. Ikan makarel Spanyol memiliki skor garis vertikal sempit di sisinya. Ikan
Makarel Spanyol adalah yang terbesar dari semua tenggiri Australia, tumbuh sekitar
200 cm dan hingga 70 kg. Berikut merupakan klasifikasi Ikan Makarel:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Family : Scombridae
Genus : Scomberomorus
Spesies : S. commerson

Gambar 6. Ikan Makarel


Sumber : dictio.id

2.2.2 Jenis Parasit


a. Callitetrarhynchus gracilis
Seperti kebanyakan ikan, ikan makarel Spanyol terinfeksi oleh berbagai
parasit. Parasit spektakular adalah kista dari larva cestode trypanorhynch
Callitetrarhynchus gracilis, sering ditemukan dalam jumlah besar di rongga tubuh.
Parasit ini tidak membangkitkan selera makan ikan, tetapi tidak membahayakan
manusia.

Gambar 7 . Callitetrarhynchus gracilis


Sumber :
10

b. Anisakis sp.
Nematoda Anisakis milik keluarga Anisakidae sering ditemukan pada ikan
laut, dan hidup dalam inang di berbagai tingkat trofik rantai makanan (Lymbery
dan Cheah 2007). Siklus hidup mereka melibatkan krustasea kecil sebagai inang
perantara, ikan dan cephalopoda sebagai paratenik inang, dan mamalia laut sebagai
inang akhir. Manusia menjadi inang yang tidak sengaja menjadi larva Anisakis
biasanya sebagai akibat dari mengkonsumsi ikan mentah yang terinfeksi atau ikan
yang dimasak tidak sempurna (Audicana et al. 2003; Ivanovic et al. 2017). Anisakis
infeksi pada manusia menyebabkan gastrointestinal akut infeksi dengan beberapa
gejala seperti sakit perut, diare, mual dan muntah, suatu kondisi yang dikenal
sebagai anisakiasis (Ivanovic et al. 2017; Bao et al. 2018). Kehadiran larva Anisakis
dalam produk perikanan telah dampak pada industri perikanan komersial karena
pengurangan kualitas produk, penampilan estetika dan nilai ekonomi (Aspholm
1995; Molnar et al. 2006).
Di selain dampak negatif terhadap kesehatan dan ekonomi, terjadinya
anisakis dapat digunakan sebagai tag biologis dalam berbagai studi ekologi.
Penggunaan parasit sebagai indikator biologis berbagai spesies ikan dan sefalopoda
meningkat dengan cepat setelah pedoman yang tepat dan metodologi
dikembangkan (MacKenzie 1987; Williams et al. 1992; MacKenzie dan Abaunza
1998). Spesies Anisakis telah digunakan untuk mengidentifikasi aspek ekologi dan
sejarah alam berbagai spesies inang. Variasi dalam tingkat prevalensi dan infeksi
Anisakis larva telah digunakan sebagai tag biologis untuk stok atau studi populasi
seperti untuk memperkirakan tingkat pertumbuhan, pola migrasi dan kebiasaan
makan spesies inang (Williams et al. 1992; Konishi dan Sakurai 2002).
Dari berbagai jenis parasit yang telah digunakan untuk stok studi, genus
Anisakis, yang telah secara genetik diidentifikasi ke tingkat spesies menggunakan
penanda allozyme, telah memberikan informasi yang berguna untuk studi stok di
pendekatan multidisiplin (Mattiucci et al. 2007). Untuk contoh, terjadinya Anisakis
spp. dan lain-lain makroparasit tampaknya menjadi tag biologis penting untuk
identifikasi stok bluemouth rockfish, Helicolenus dactylopterus (Sequeira et al.
2010)
11

Gambar 8. Anisakis sp.


Sumber : Sciencealert.com

c. Lecithocladium sp.
Parasit digenean sering terjadi dan dapat menyebabkan saluran pencernaan
histopatologi pada ikan laut (Kabata 1985; Chambers et al. 2001). Itu kelompok
digenean dari keluarga Hemiuridae, termasuk genus Lecithocladium, biasanya
dominan di saluran pencernaan ikan laut karena keluarga memiliki distribusi yang
sangat luas di seluruh dunia (Cribb et al. 2002). Penelitian tentang cacing Parasit
pada ikan Indonesia terbatas. Indaryanto et al. (2014) menemukan empat spesies
parasit cacing (Lecithocladium angustiovum, Lecitochirium sp., Prodistomum
orientalis dan Anisakis typica) dalam makarel pendek Indonesia (Rastrelliger
brachysoma dan Rastrelliger kanagurta) dikumpulkan dari dua lokasi. Genera
Lecithocladium termasuk setidaknya 83 spesies yang ditentukan, dan banyak dari
mereka serupa. Informasi tentang L. angustiovum atau Lecithocladium genus tidak
tersedia secara luas; identifikasi spesies belum didefinisikan dengan jelas, yang
menjelaskan banyak spesies serupa (Madhavi & Lakshmi 2011). L. angustiovum
telah dilaporkan sering menginfeksi ikan Keluarga Scombridae (Yamaguti 1953;
Bray 1990).

Gambar 9 . Lecithocladium sp.


12

2.2.3 Prevalensi
Penghitungan prevalensi ektoparasit yang telah di diperoleh dapat di hitung
menggunakan rumus Kabata (1985) dibawah ini :

∑ ikan yang terserang parasit


Prevalensi = 𝑥100%
∑ikan yang diperiksa

Menurut penelitian Indaryanto F. R et al., (2015) Parasit cacing yang


teerdapat pada R. brachysoma didominasi oleh L. angustiovum, dengan 1365
individu (96,47%) dari total 1.415 parasit individu. Di antara 160 ikan yang
diperiksa, 124 ikan (77,50%) terinfeksi oleh parasit, dan intensitasnya dari infeksi
berkisar dari 1 hingga 69 parasit per ikan. Selain itu, L. angustiovum menginfeksi
lima keluarga perciform di IndoWest Pacific, dengan Carangidae (47%) dan
Scombridae (44%) menjadi yang terbanyak. keluarga yang sering dilaporkan.
Makarel India, Rastrelliger kanagurta, memiliki proporsi besar (37%) dari parasit
yang tercatat (Bray 1990). Parasitisme ikan Studi di India menunjukkan bahwa L.
angustiovum dalam R. kanagurta dikumpulkan dari Pantai Visakhapatnam terjadi
dengan prevalensi 88,5% (Madhavi & Lakshmi 2011). Di Ghana, spesies parasit ini
ditemukan di inang yang berbeda, termasuk Upeneus prayensis (Mullidae),
Trachinotus glaucus dan Trachinotus goreensis (Fischthal & Thomas 1971).
Parasit L. angustiovum sering ditemukan di perut dan usus (Yamaguti 1953;
Fischthal & Thomas 1971; Bray 1990). Dalam penelitian Indaryanto F. R et al.,
(2015) parasit L. angustiovum ditemukan di perut, dengan kejadian 87,33%, dan di
usus, dengan 12,67% kejadian; Temuan ini mirip dengan hasil sebelumnya. Sebuah
studi tentang distribusi spesies digenean lain, Genarchopsis dasus (Hemiuridae
keluarga), di Channa punctatus dari Distrik Mymensingh di Bangladesh (72,8%)
melaporkan bahwa parasit ditemukan di 6,6% dari bagian anterior, 9,0% bagian
tengah dan 11,6% bagian posterior usus (Chandra et al. 2011). Digeneans mungkin
menyebabkan sedikit atau tidak ada patologi terbuka di saluran cerna saluran ikan
(Kabata 1985) karena digenean biasanya kecil (biasanya 1-2 mm), seluler (tidak
membuat bekas makan permanen) dan tidak memberi makan secara mendalam pada
jaringan inang (mis., sedikit darah yang dicerna) (Chambers et al. 2001).
13

2.2.4 Virulensi
Menurut penelitian Srinivasan dan Saranraj (2017), mikroorganisme
ditemukan di semua permukaan (kulit dan insang) dan usus ikan hidup atau ikan
segar. Jumlah total mikroorganisme sangat bervariasi, Lindsay dan Harrish (2010)
menetapkan 102-107 yang normal kuman / cm2 pada permukaan kulit. Insang dan
usus bersamaan, mengandung antara 103 dan 109 kuman / g. Banyak organisme
ditemukan pada ikan dari air hangat yang tercemar. Berbagai perbedaan spesies
bakteri dapat ditemukan di permukaan tubuh ikan (Kraft, 1992; Saranraj et al.,
2012; Kanchana et al., 2015). Lebih dari 80% mikroorganisme ditemukan di hewan
tangkapan air di daerah beriklim sedang belahan bumi utara adalah basil Gram
negatif yang termasuk dalam genera: Pseudomonas, Aeromonas, Moraxella,
Acinetobacter, Flavobacterium dan Vibrio. Tidak seperti binatang laut, ikan air
tawar sering ditemukan bakteri family Enterobacteriaceae dan genus Aeromonas.
Daging moluska terkontaminasi oleh sejumlah besar mikroorganisme (104 - 106 /
g), terutama saat itu datang ke hewan yang ditangkap di perairan hangat. Dominan
mikroflora terdiri dari bakteri Gram negatif (Vibrio sp., Pseudomonas sp.,
Acinetobacter sp., Moraxella sp., Flavobacterium sp. dan Cytophaga sp.) (Lassuy
2014).
Bakteri floras yang diisolasi dari ikan berubah oleh ikan habitat perairan
ikan dan bervariasi dengan faktor-faktor tersebut sebagai salinitas habitat dan beban
bakteri di air (Nishihara et al., 2008). Laporan di Populasi actinomycetes juga
dilaporkan oleh Sahu et al. (2008) dan Vanaja Kumar (2015). Lima berbeda Bakteri
diisolasi dari ikan tengiri India (Rastrelliger kanagurta) dengan metode Pour plate.
Berdasarkan pada teknik pewarnaan, pelapisan selektif uji sedang dan biokimia,
isolat bakteri adalah diidentifikasi sebagai Vibrio cholerae, Pseudomonas
fluoresensi, Salmonella typhi, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
Berdasarkan pewarnaan dan koloni kapas yang dilakukan Sarinivasan dan
Saranraj (2015) laktofenol berwarna biru morfologi pada agar Sabourauds dextrose,
mereka diidentifikasi sebagai, Aspergillus niger, Aspergillus flavus dan Fusarium
oxysporum. Karakteristik jamur diisolasi dari ikan tenggiri India (Rastrelliger
kanagurta). Dalam studi Nishihara et al. (2008), sampel ikan adalah permukaan
14

didesinfeksi diinkubasi pada suhu kamar hingga 14 hari tanpa suplemen semua
media, dan selanjutnya diperiksa untuk pertumbuhan jamur dan ragi. Yang paling
cetakan umum yang diisolasi adalah Botrytis cinerea, Rhizopus stolonifer,
Alterneria alternata, Penicillium chrysogenum, Cladosporium sp., Fusarium
oxysporum diikuti oleh isolat ragi seperti Candida sp. Itu jamur memanjakan paling
umum adalah Alternaria alternata dan Cladosporium sp. dan kurang umum isolat
jamur adalah Penicillium sp., Trichoderma sp., Geotrichum sp. dan Rhizopus sp.

2.2.5 Intensitas
Penghitungan intensitas ektoparasit yang telah di diperoleh di hitung
menggunakan rumus Kabata (1985) dibawah ini :

∑ parasit yang ditemukan


Intensitas = ∑ ikan yang terinfeksi

Intensitas dihitung berdasarkan jumlah genus parasit yang ditemukan


sejenis pada saat pengamatan, ∑ parasit yang ditemukan adalah jumlah keseluruhan
dari genus atau jenis yang terdapat pada lendir tubuh dan insang ikan bawal bintang,
yang terinvasi, kemudian dijumlahkan hasil parasit yang ditemukan kemudian
dibagi dengan jumlah ikan yang terinvasi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ikan bawal bintang memang pantas dijadikan primadona untuk
dibudidayakan berkat citarasa yang enak serta kandungan gizi yang tinggi, ikan ini
menjadi incaran setiap konsumen serta pelaku bisnis.
Ektoparasit adalah parasit yang menginfeksi bagian luar atau permukaan
tubuh inang. Infeksi ektoparasit mengakibatkan kerusakan pada organ luar antara
lain kulit dan insang (Mahasri dan Kismiyati 2015).
Ada beberapa jenis parasite yang menyerang ikan bawal diantaranya
1. Trichodina sp
Parasit Trichodina sp. yang ditemukan menginfeksi ikan bawal bintang
berbentuk lingkaran
2. Apiosoma sp
Apiosoma sp. ditemukan menginfeksi insang dan tidak ditemukan pada
permukaan tubuh ikan bawal bintang. Bentuk tubuhnya kerucut membundar
3. Vorticella sp.
Parasit yang ditemukan selanjutnya berbentuk seperti lonceng. Warna
tubuhnya kekuningan atau kehijauan.
4. Vorticella sp.
Parasit yang ditemukan selanjutnya berbentuk seperti lonceng. Warna
tubuhnya kekuningan atau kehijauan.
5. Chilodonella sp.
Ektoparasi yang ditemukan selanjutnya berbentuk oval. Silia terdapat pada
seluruh permukaan tubuhnya.

Prevalensi pada ikan bawal dan ikan mackerel :


Penghitungan prevalensi ektoparasit yang telah di diperoleh dapat di hitung
menggunakan rumus Kabata (1985) dibawah ini :

∑ ikan yang terserang parasit


Prevalensi = 𝑥100%
∑ikan yang diperiksa

15
16

Intensitas pada ikan bawal dan ikan mackerel :

Penghitungan intensitas ektoparasit yang telah di diperoleh di hitung


menggunakan rumus Kabata (1985) dibawah ini :

∑ parasit yang ditemukan


Intensitas = ∑ ikan yang terinfeksi

Ikan makarel berwarna biru cerah sampai abu-abu gelap di sepanjang


punggung dan sayap mereka dan memudar menjadi biru-abu-abu keperakan di
perut. Ikan makarel Spanyol memiliki skor garis vertikal sempit di sisinya. Ikan
Makarel Spanyol adalah yang terbesar dari semua tenggiri Australia

Jenis parasite pada ikan makarel yaitu :

1. Callitetrarhynchus gracilis
sering ditemukan dalam jumlah besar di rongga tubuh. Parasit ini tidak
membangkitkan selera makan ikan, tetapi tidak membahayakan
manusia.
2. Anisakis sp
Anisakidae sering ditemukan pada ikan laut, dan hidup dalam inang di
berbagai tingkat trofik rantai makanan
3. Lecithocladium sp.
dapat menyebabkan saluran pencernaan histopatologi pada ikan laut
(Kabata 1985; Chambers et al. 2001).

3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun sangat menyadari akan tidak
kesempurnaan makalah ini, baik dari segi penulisan, sumber materi, serta informasi
tentang materi yang disusun ini. Oleh karena itu kami mengharapkan segala bentuk
masukan. Dan dibutuhkan kajian lebih lanjut tentang materi parasite dan penyakit
ikan ini agar makalah yang kami susun dapat lebih baik

16
DAFTAR PUSTAKA

Arthur J R and Lumanlan M S. (1997). Checklist of the parasites of fishes of the


Philippines. FAO Fisheries Technical Paper, no. 369. Rome: Food and
Agriculture Organization (FAO).
Ashari, S.A. Rusliadi, Putra, I., 2015. Growth and Survival Silver Pompano
(Trachinotus blochii, Lacepede 1801) with Diferent Stocking Density are
Maintained in Floating Net Chages. Aquaculture. 2(1): 1-10.
Bachère, E. (2003). Anti-infectious immune effectors in marine invertebrates:
potential tools for disease control in larviculture. Aquaculture (227): 427–438.
Barber A, Hoare D and Krause J. (2000). Effects of parasites on fish behaviour: A
review and evolutionary. Reviews in Fish Biology and Fisheries 10(2): 131–
165.
Blair D and Barker S C. (1993). Affinities of the Gyliauchenidae: Utility of the 18S
rRNA gene for phylogenetic inference in the Digenea (Platyhelminthes).
International Journal for Parasitology 23(4): 527–532.
Bray R A. (1990). Hemiuridae (Digenea) from marine fishes of the Southern Indian
Ocean: Dinurinae, Elytrophallinae, Glomericirrinae and Plerurinae.
Systematic Parasitology 17(3): 183–217.
Bush A O, Lafferty K D, Lotz J M and Shostak A W. (1997). Parasitology meets
ecology on its own terms: Margolis et al. revisited. Journal of Parasitology
83(4): 575–583.
Bremner, H. A and J. A. Statham. 1983. Spoilage of vaccum packed chill stored sea
lops with added Lactobacilli. Food Technology, 35: 284 - 287.
Castro, J., J. Cleveland and K. Montgomery. 2008. Gut characteristics and
assimilation efficiencies in two species of herbivorous dam shellfishes.
Marine Biology, 142: 35 - 44.
Chambers C B, Carlisle M S, Dove A D M and Cribb T H. (2001). A description of
Lecithocladium invisorn.sp. (Digenea: Hemiuridae) and the pathology
associated with two species of Hemiuridae in Acanthurid fish. Parasitology
Research 87(8): 666–673.

17
18

Chandra K J, Hasan M and Basak S S. (2011). Prevalence of Genarchopsis dasus


(Digenea: Hemiuridae) in Channa punctatus of Mymensingh. The
Bangladesh Veterinarian 28(1): 47–54.
Cribb T H, Chisholm L A and Bray R A. (2002). Invited review diversity in the
Monogenea and Digenea: Does lifestyle matter. International Journal for
Parasitology 32(3): 321–328.
Darwina, M., D. Kanchana and P. Saranraj. 2012. Biocontrol efficacy of various
preservatives against food borne pathogens in poultry chicken. Novus
International Journal of Biotechnology and Biosciences, 1 (1): 1 - 13.
Febrianti, H., Sukarti, K., & Pebrianto, C. A. (2016). Pengaruh Perbedaan Sumber
Asam Lemak Pada Pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan Bawal Bintang
(Trachinotus blochii, Lecepede). Jurnal Aquawarman, 2(1), 24-33.
Fischthal J H and Thomas J D. (1971). Some Hemiurid trematodes of marine fishes
from Ghana. The Helminthological Society of Washington 38(2): 181–189.
Ghazali A F, Abidin D H Z, Nor S A M and Nalm D M. (2012). Genetic
variation of Indian mackerel (Rastrelliger kanagurta) (Cuvier, 1816) of Sabah
water based on mitochondrial D-loop region: A preliminary study. Asian
Journal of Biology and Biotechnology 1(1): 1–10.
Gibson D I. (1996). Trematoa. In L Margolis and Z Kabata (eds.). Guide to the
parasites of fishes of Canada part IV. Ottawa: NRC research Press.
Gibson D I and Bray R A. (1986). The Hemiuridae (Digenea) of fishes from the
North-east
Geetha, M., P. Saranraj, S. Magalakshmi and D. Reetha. 2012. Screening of
Pectinase producing bacteria and fungi for its pectinolytic activity using fruit
wastes. International Journal of Biochemistry and Biotech Sciences, 1(1): 30
- 42. Atlantic. Bulletin British Museum Natural History (Zoology) 51(1): 1–
125.
Imai H, Cheng J H, Hamasaki K and Numachi K. (2004). Identification of four
mud crab species (genus Scylla) using ITS-1 and 16S rDNA markers. Aquatic
Living Resources 17(1): 31–34.
19

Indaryanto F R, Wardiatno Y and Tiuria R. (2014). Community structure of


helminth parasites of mackerel (Rastrelliger spp.) from Banten Bay and
Pelabuhan Ratu Bay. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia 19(1): 1–8.
Irvansyah, M.Y., Nurlita A, dan Gunanti M. 2012. Identifikasi dan Intensitas
Ektoparasit pada Kepiting Bakau (Scylla serrata) Stadia Kepiting Muda di
Pertambakan Kepiting, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo. JURNAL
SAINS DAN SENI ITS. 1(1).
Jabal, A.R., Umi C. dan Risa T. 2015. Protozoa Parasitik pada Ikan Sidat (Anguilla
spp.) Asal Danau Lindu, Sulawesi Tengah. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia.
20 (2): 103 - 107.
Kanchana, D., P. Saranraj and R. Kavitha. 2015. Isolation and characterization of
some Spoiled Yellow Goat Fish (Sulphureus cuvier L.). World Journal of Fish
and Marine Sciences, 7 (4): 243 – 246. 9.
Kabata, Z. 1985. Parasites and Diseases of Fish Cultured in the Tropics. Great
Britain by Taylor & Francis Ltd.
Lafferty K D. 2008. Ecosystem consequences of fish parasites. Journal of Fish
Biology 73(9): 2083–2093.
Lassuy, D. R. 2014. Diet, intestinal morphology and nitrogen assimilation
efficiency in the dam shelfish, tegastes lividus, in Guam. Environmental
Biology and Toxicology, 10: 181 - 193. 10.
Lindsay, G. J. H and J. E. Harrish. 2010. Carboxy methyl cellulose activity in the
digestive tracts of fish. Journal of Fish Biology, 16: 219 - 233. 11.
Madhi, Y. El, Darif T., Hassouni T., Lamri D., Belghyti D., Elkharrim Kh., Chiahou
B., Barkia H., Lamrioui D., Halouani H. El., 2015. Helminths Parasites of
Pompano, Trachinotus ovatus (L,1758), from The Harbourof Cap Water or
Ras El Ma (Mediterranean Coast of Morocco). International Journal of
Agricultural Science Research. Vol. 4. No. 4.
Mahasri, G dan Kismiyati. 2015. Buku Ajar Parasit dan Penyakit Ikan I (Ilmu
Penyakit Protozoa pada Ikan dan Udang). Fakultas Perikanan dan
Kelautan.Universitas Airlangga. Surabaya.
20

Martins, M.L., Lucas C., Natalia M. and Santiago B. de Padua. Protozoan Infections
in Farmed Fish from Brazil: Diagnosis and Pathogenesis. Braz. J. Vat.
Parasitol. 24 (1).
Maskur, Mukti S.R., Taukhid, Angela M.L., Desy S., Nurzain, Dewi R.M., Andi R.,
Trinita D.S., dan Titik I.. 2014. Buku Saku Pengendalian Hama dan
Penyakit Ikan. Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan, Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Mountfort, D. O., J. Campbell and K. D. Clements. 2002. Hindgut fermentation in
three species of marine herbivores. Applied Environmental Microbiology, 68:
1374 - 1380.
Nishihara, M., M. Kamata, T. Koyama and K. Yazawa. 2008. New phospholipase
A1-producing bacteria from a Marine Fish. Marine Biotechnology, 10: 382
- 387.
Saranraj, P and M. Geetha. 2012. Microbial spoilage of Bakery products and its
control by preservatives. International Journal of Pharmaceutical and
Biological Archives, 3 (1): 204 - 214. 17.
Saranraj, P., D. Stella and D. Reetha. 2012. Microbial spoilage of vegetables and
its control measures: A Review. International Journal of Natural Product
Science, 2 (2): 1 -12.
Sarjito., Prayitno, S.B., Haditomo, A.H.C. 2013. Buku Pengantar Parasit dan
Penyakit Ikan. Universitas Diponegoro. Semarang-Indonesia.
Srinivasan. T dan Saranraj. P. 2017. Isolation and Identification of Spoilage
Causing Microorganism in an Indian Mackerel Fish (Rastrelliger
kanagurta). International Journal of Advanced Research in Biological
Science. Vol. 4(7) : 1-7 ISSN: 2348-8069. Department of Microbiolgy,
Hindustan College of Art and Science, Padur, Kelambakk. India.
Tamba M. F., Damriyasa I M., Suratma N. A., Theisen S., 2012. Prevalensi Dan
Distribusi Cacing Pada Berbagai Organ Ikan Selar Bentong. Indonesia
Medicus Veterinus.Vol. 1. No.4
21

Williams, E. H., and L.B.William, 1996. Parasites of Offshore Big Game Fishes of
Puerto Rico an The Western Atlantic. Department of Marine Science and
Department of Biology University of Puerto Rico. 320 p.

Anda mungkin juga menyukai