Disusun oleh
Kelompok 4/ Perikanan C
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
kehendakNya-lah tugas ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai
Parasit dan Penyakit pada Ikan, seperti Cybister sp., .
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang memberikan dukungan dan bantuan secara
moral maupun material dalam proses penyelesaian ini. Ucapan terima kasih
tersebut ditujukan kepada:
1. Ibu Rosidah selaku dosen mata kuliah Parasit dan Penyakit pada Ikan dalam
membantu dan membimbing kami.
2. Orang tua kami yang telah memberikan doa dan dukungannya.
3. Teman-teman kami yang memberikan dukungannya.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami dan
pembaca. Jika masih ada kekurangan atau kesalahan kata dalam makalah ini, kami
selaku pembuat makalah meminta maaf kepada pembaca atas
ketidaknyamanannya.
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
BAB Halaman
DAFTAR ISI ..................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................... iii
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 2
1.3 Tujuan..................................................................................... 2
1.4 Manfaat .................................................................................. 3
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Culex sp................................................................................... 4
2.1.1 Morfologi Culex sp................................................................. 4
2.1.2 Siklus Hidup Culex sp............................................................. 7
2.1.3 Dampak Kerugian Culex sp..................................................... 7
2.1.4 Gejala Klinis dari Culex sp...................................................... 7
2.1.5 Cara Penanggulangan Culex sp. ............................................. 8
2.2 Cybister sp............................................................................... 8
2.2.1 Morfologi Cybister sp............................................................. 8
2.2.2 Siklus Hidup Cybister sp......................................................... 9
2.2.3 Dampak Kerugian Cybister sp................................................ 9
2.2.4 Gejala Klinis dari Cybister sp................................................. 9
2.2.5 Cara Penanggulangan Cybister sp........................................... 9
2.3 Acarus sp................................................................................. 10
2.3.1 Morfologi Acarus sp............................................................... 10
2.3.1 Siklus Hidup Acarus sp........................................................... 11
2.3.3 Dampak Kerugian Acarus sp................................................... 13
2.3.4 Gejala Klinis dari Acarus sp. .................................................. 14
2.3.5 Cara Penanggulangan Acarus sp............................................. 15
III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan ............................................................................ 16
3.2 Saran ....................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 18
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui ciri morfologi dari Culex sp., Cybister sp. dan Acarus sp.
2. Mengetahui siklus hidup dari Culex sp., Cybister sp. dan Acarus sp.
2
3. Mengetahui dampak kerugian atau penyakit pada ikan yang ditimbulkan
oleh Culex sp., Cybister sp. dan Acarus sp.
4. Mengetahui gejala klinis dari penyakit yang ditimbulkan oleh Culex sp.,
Cybister sp. dan Acarus sp.
5. Mengetahui cara penanggulangan penyakit yang ditimbulkan oleh Culex sp.,
Cybister sp. dan Acarus sp.
1.4 Manfaat
Dapat digunakan sebagai sarana informasi dalam menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai beberapa spesies penyebab penyakit pada ikan dan dengan
mengetahui karakteristik beberapa parasit penyebab penyakit tersebut kita dapat
meminimalisir terjadinya kerugian-kerugian dalam bidang budidaya contohnya
gagal panen.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
panjang dan langsing sehingga larva memposisikan diri membentuk sudut dengan
permukaan air. Siphon larva Culex sp. memiliki beberapa pasang ventral hair tuft
dan dua baris pectin teeth. Pada segmen abdomen ke-8 terdapat 1 pasang spiracle
a 7 pada ujungnya yang berfungsi sebagai lubang pernapasan yang berhubungan
dengan trakea (Soebaktiningsih, 2015).
- Pupa
Pupa berbentuk notasi koma apabila dilihat dari lateral. Kepala dan thorax
bersatu menjadi cephalothorax dengan abdomen melengkung. Pada bagian dorsal
cephalothorax terdapat 1 pasang bentukan seperti terompet yang disebut breathing
tube dan 1 pasang palmate hair. Pupa merupakan stadium yang tidak makan
namun bergerak aktif secara jerky movement. Setelah 2-3 hari sebagai pupa,
permukaan dorsal cephalothorax akan pecah dan nyamuk dewasa muncul melalui
slit yang berbentuk seperti huruf T. Setelah sayapnya mengeras, nyamuk jantan
5
- Dewasa
Nyamuk Culex sp. dewasa memiliki tubuh langsing dengan tiga bagian:
kepala, thorax dan abdomen. Kepala nyamuk Culex sp. berbentuk bulat oval atau
spheric, memiliki 1 proboscis, dan 2 palpus sensorik. Proboscis nyamuk Culex
sp. terdiri dari labrum, mandibula, hipopharinx, maxilla, dan labium. Kepala
nyamuk memiliki 1 pasang mata holoptic untuk nyamuk jantan dan mata
dichoptic untuk nyamuk betina serta 1 pasang antena yang terdiri dari 15 segmen.
Antena nyamuk jantan berambut lebat (plumose) dan antena nyamuk betina
berambut jarang (pylose). Pada stadium dewasa palpus nyamuk jantan setinggi
proboscis dan ujungnya tidak menebal. Nyamuk betina mempunyai palpus yang
lebih pendek darpada proboscis-nya. Nyamuk Culex sp. memiliki tipe mulut
piercing and sucking (Soebaktiningsih, 2015).
Thorax terdiri dari 3 segmen yaitu prothorax, mesothorax dan metathorax.
Pada masing-masing segmen terdapat 1 pasang kaki. Tiap segmen kaki terdiri
dari coxa, trochanter, femur, tibia dan tarsus yang terdiri dari 5 segmen diakhiri
dengan claw atau cakar (Soebaktiningsih, 2015). Bentuk scutelum sederhana
seperti bulan sabit. Sepasang sayap keluar dari mesothorax, yang ukurannya lebih
besar dari segmen lainnya. Sepasang sayap kedua berubah menjadi alat
keseimbangan yang disebut halter keluar dari mesothorax. Sayap merupakan
pelebaran ke lateral dari tergum, terdiri dari bagian membraneus dan bagian yang
mirip pipa yang berhubungan dengan haemocoele dari thorax dan berisi
haemolymph, trachea dan serat saraf. Pada bagian pinggir sayap ditumbuhi sisik-
sisik sayap yang berkelompok membentuk gambaran belang-belang hitam dan
putih dengan bagian ujung sisik sayap melengkung (Gandahusada, 1998).
6
Abdomen terdiri dari 10 segmen, tiap segmen abdomen terdiri dari tergum dan
sternum. Abdomen berisi traktus sirkulatorius, traktus digestivus, traktus
nervosus dan traktus reproduksi (Soebaktiningsih, 2015).
2.1.2 Siklus Hidup Culex sp.
Nyamuk Culex sp. merupakan Arthropoda dengan tipe holometabolous
metamorphose (Soebaktiningsih, 2015) dengan 4 stadium dalam siklus hidup
yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa. Tiga tahap pertama perkembangbiakan
nyamuk berada di air selama 5-14 hari, tergantung pada suhu lingkungan (CDC,
2015). Setelah berkembang melalui 4 tahapan atau instar, larva bermetamorfosis
menjadi pupa. Pada akhir setiap instar, larva akan melepaskan eksoskeleton atau
kulit untuk memungkinkan pertumbuhan pada stadium lebih lanjut (CDC, 2015).
Siklus hidup nyamuk Culex sp. dari telur sampai dewasa umumnya antara
13-16 hari. Nyamuk mulai menghisap darah pada 2 hari setelah muncul dari pupa
dan bertelur 2-5 hari kemudian. Waktu yang dibutuhkan dari munculnya nyamuk
dewasa sampai bertelur yang pertama berkisar antara 4-8 hari, sedang peletakan
telur berikutnya terjadi paling cepat 2 hari dan paling lama 5 hari setelah
menghisap darah. Nyamuk generasi baru akan muncul setiap 15 hari sekali.
Nyamuk jantan maupun betina dapat bertahan hidup sekitar 25 hari, 50% nyamuk
jantan hidup lebih dari 13 hari dan nyamuk betina dapat hidup lebih dari 12 hari
(CDC, 2015).
7
Nyamuk ini banyak terdapat pada genangan air kotor (comberan, got, parit,
dll). Nyamuk culex sp. lebih menyukai meletakkan telurnya pada genangan air
berpolutan tinggi, berkembangbiak di air keruh dan lebih menyukai genangan air
yang sudah lama daripada genangan air yang baru. Aktif menggigit pada malam
hari. Tempat yang gelap, sejuk, dan lembab merupakan tempat yang disukai
untuk beristirahat. Nyamuk betina dewasa menggigit dengan abdomen terletak
sejajar dengan permukaan induk yang sedang digigit.
Gangguan yang ditimbulkan oleh nyamuk selain dapat menularkan penyakit
juga dapat sangat mengganggu dengan dengungan dan gigitannya sehingga bagi
orang-orang tertentu dapat menimbulkan phobi (entomophobia) serta dapat
menyebabkan dermatitis dan urticaria. Gejala terkena dermatitis yaitu kulit
memerah, kulit bersisik, dan juga menimbulkan gatal-gatal. Sedangkan yang
terkena urticaria akan menimbulkan kulit yang melepuh.
8
2.2.2 Siklus Hidup Cybister sp.
Cybistar berkembangbiak secara seksual yang disebut paurometabola.
Paurometabola merupakan tipe metamorphosis tidak sempurna yang terdiri dari 3
stadia yaitu telur, nimfa, dan imago.
9
5. Hindari penebaran benih ikan pada kolam yang sudah di genangi air lebih
dari satu minggu.
10
d. Opistosoma
Opistosoma merupakan bagian posterior dari tubuh tungau yang terdiri dari
organ sekresi dan organ genital.
e. Idiosoma
Bagian posterior (idiosoma) diasumsikan berfungsi secara paralel seperti
halnya pada serangga umumnya, yaitu fungsi abdomen, thoraks, dan sebagian
fungsi dari kepala. Di bagian ini merupakan bagian yang keras dari tubuhnya,
artinya mempunyai selubung yang mengandung keratin yang tebal sehingga
menjadi lapisan pelindung yang baik. Bentuk, ukuran dan ornamen / gambaran
dari bagian idiosoma ini sangat bervariasi, dan ini menjadi ciri yang penting
dalam identifikasi. T1, T2, T3, T4 = tungkai ke-1 hingga ke-4.
Pada stadium nimfa dan dewasa kaki berjumlah 4 pasang, sedangkan jumlah
kaki pada stadium larva adalah 3 pasang. Pasangan kaki terakhir (bagian
posterior) muncul pada saat stadium nimfa instar pertama. Kaki umumnya terbagi
dalam 7 segmen: coxa, trochanter, femur, genu, tibia, tarsus dan apotele. Di
bagian apotele terdapat bagian yang kompleks, yaitu adanya 1 pasang cakar
menyerupai empodium. Kaki pertama biasanya berfungsi sebagai ambulatory,
yang dicirikan memanjang dan membentuk seperti antenna yang berfungsi sebagai
organ sensoris. Pada beberapa kelompok mites/ tungau pasangan kaki pertama
bermodifikasi sebagai penangkap mangsa. Pada kaki biasanya dilengkapi rambut
sensoris dan ciri ini sangat penting dalam identifikasi sampai ke tingkat jenis.
11
2. Fase larva
Setelah 3-4 hari telur menetas menjadi larva. Larva tungau hidup dan
makan selama 4 hari kemudian beristirahat selama 24 jam. Selama masa
istirahat tersebut terjadi pergantian kulit (molting) menuju tahap berikutnya.
Tahap pertama atau larva hanya memiliki enam kaki. Namun, ketika mereka
memasuki tahap nimfa, mereka memiliki delapan kaki seperti orang dewasa
(Bennet 2003).
3. Fase nimfa
Pada tahap ini bentuk tungau air sudah seperti bentuk dewasanya dengan 4
pasang kaki. Bentuk nimfa ini terdiri dari dua fase yaitu protonimfa dan
deutonimfa. Masing-masing fase nimfa makan selama 3-5 hari, istirahat,
kemudian molting menuju tahap berikutnya.
4. Fase dewasa
Acarus dewasa berukuran ± 0,4 mm, berwarna putih-krem atau kecoklatan
dan dapat dilihat oleh mata telanjang atau kaca pembesar. Tungau dewasa
dapat hidup dan mencapai umur 2 bulan. Pada tungau dewasa, setelah
kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati,
12
Di dalam terowongan ini tungau betina akan bertelur sebanyak 2-3 butir
setiap hari. Seekor tungau betina akan bertelur sebanyak 40-50 butir semasa
siklus hidupnya.
13
Untuk mengamati perubahan abnormalitas pada ikan yang terserang suatu
parasit dapat dilihat melalui gejala klinis tingkah laku ikan yang berupa
perubahan pola renang, perubahan pada anatomi organ luar dan adanya
perubahan pada organ dalam baik berupa perubahan pola warna, bentuk maupun
konsistensinya (Hardi 2015).
Perubahan pola renang dapat digunakan sebagai diteksi awal terjadinya
serangan patogen, karena pengamatan parameter ini relatif mudah yaitu
pengamatan secara langsung. Beberapa perubahan pola renang yang biasa diamati
untuk mengetahui adanya serangan parasit berupa perpindahan badan (lemah atau
agresif) dan cara berenang (berulang, berputar dan tidak beraturan). Saat Acarus
sp. meyerang ikan pada kulit, ikan akan terlihat menggesek-gesekan badannya ke
dasar kolam atau objek lain. Jika sudah parah biasanya ikan berdiam dan tidak
mau makan, akibatnya ikan akan kekurangan nutrisi sehingga pertumbuhannya
lambat dan sistem ketahanan tubuhnya (immunitas) semakin menurun. Selain itu,
terjadi perubahan anatomi organ luar seperti terdapat bintik merah pada sisik atau
permukaan kulitnya
14
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari makalah mengenai parasit dan penyakit
ikan spesies culex sp., cybister sp., dan acarus sp. sebagai berikut.
1. Parasit merupajkan organisme yang hidup pada tubuh organisme laim dan
umumnya menimbulkan efek negatif pada organisme yang disinggahinya.
2. Culex sp. merupakan parasite berbentuk nyamuk merupakan Arthropoda
dengan tipe holometabolous metamorphose (Soebaktiningsih 2015) dengan 4
stadium dalam siklus hidup yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa. Nyamuk ini
banyak terdapat pada genangan air kotor (comberan, got, parit, dll).
Gangguan yang ditimbulkan oleh parasit ini dalah penularan penyakit
3. Cybister adalah parasit sejenis kumbang air yang saat stadia larva merupakan
predator bagi benih ikan, pada stadia larva cybister disebut ucrit atau water
tiger (eartforce). berkembangbiak secara seksual yang disebut paurometabola.
Paurometabola merupakan tipe metamorphosis tidak sempurna yang terdiri
dari 3 stadia yaitu telur, nimfa, dan imago. Parasit ini memberikan keruskan
pada tubuh ikan berupa robekan sehingga dapat menurunkan produksi.
4. Acarus sp. merpakan parasite yang tubuhnya tubuh tersusun oleh 2 bagian,
yaitu gnathosoma dan idiosoma. Otak dan mata terdapat dibagian
gnathosoma, sedangkan organ-organ untuk gerak, saraf dan kopulasi terdapat
di bagian posterior (idiosoma). Parasit jenis Acarus sp. memiliki organ
penyerang yang bisa menyebabkan kerusakan mekanik pada tubuh ikan
sehingga memudahkan parasit dan pathogen lain menginfeksi tubuh ikan
tersebut. Selain itu apabila parasit/mikroorganisme dapat menembus
perlindungan fisik dari ikan yang tak lain adalah sisik dan kulit maka akan
menimbulkan reaksi peradangan.
3.2 Saran
Terhadap akibat dari gangguan parasit terhadap kelangsungan hidup ikan,
maka perlu dilakukan usaha pencegahan dan pengendalian penyakitnya. Maka
dari itu, sangat diperlukan suatu pengetahuan tentang kehidupan organisme parasit
yang bersangkutan selengkapnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
18