Anda di halaman 1dari 30

PEMANFAATAN EKSTRAK KUNYIT (Curcuma longa)

SEBAGAI ANTI BAKTERI UNTUK MENINGKATKAN


RESISTENSI IKAN MAS (Cyprinus carpio) TERHADAP
INFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila

PROPOSAL

Oleh:

Cindy Christine Mudeng


Nim: 16051102005

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas

penyertaanNya sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan Rencana Kerja

Penelitian yang berjudul “PEMANFAATAN EKSTRAK KUNYIT (Curcuma

longa) SEBAGAI ANTI BAKTERI UNTUK MENINGKATKAN

RESISTENSI IKAN MAS (Cyprinus carpio) TERHADAP INFEKSI

BAKTERI Aeromonas hydrophila”.B

Pada kempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr.

Ir. Reiny A. Tumbol, M.App.Sc selaku dosen MK Penulisan Imiah yang

memberikan tugas ini dan sudah membimbing penulis, memberikan bantuan dan

arahan dalam penulisan tugas ini.

Penulisan Tugas ini mungkin masih membutuhkan penyempurnaan. Oleh

karena itu kritik dan saran guna perbaikan tugas ini akan diterima dengan senang

hati. Akhir kata, semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi mereka yang

membutuhkannya.

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN
KATA PENGANTAR...................................................................... Ii
DAFTAR ISI.................................................................................... Iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................ Iv
1. PENDAHULUAN................................................................ 1
1.1 Latar Belakang................................................................ 1
1.2 Tujuan Penulisan............................................................. 3
1.3 Waktu dan Tempat.......................................................... 3
2. TINJAUAN PUSTAKA....................................................... 4
2.1 Biologis Ikan Mas 4
2.1.1 Klasifikasi.............................................................. 4
2.1.2 Morfologi............................................................... 5
2.1.3 Habitat dan Penyebaran......................................... 6
2.1.4 Pakan dan Kebiasaan Makan................................. 6
2.1.5 Perkembangbiakan................................................ 7
2.2.Bakteri Aeromonas hydrophila 8
2.2.1 Morfologi............................................................... 9
2.2.2 Habitat................................................................... 9
2.2.3 Penyakit Motile Aeromonas Septicemia (MAS)... 10
2.3 Kunyit.............................................................................. 12
2.3.1 Klasifikasi.............................................................. 13
2.3.2. Kegunaan.............................................................. 13
3. METODE PENELITIAN 15
3.1 Bahan Uji......................................................................... 15
3.1.1 Kunyit.................................................................... 15
3.1.2 Ikan Uji.................................................................. 15
3.1.3 Bakteri Uji............................................................. 15
3.1.4 Media Agar............................................................ 15
3.2 Rancangan....................................................................... 15
3.3 Pembuatan Media Agar................................................... 16
3.4 Kultur Bakteri.................................................................. 16
3.5 Penyiapan Ekstrak........................................................... 17
3.6 Uji Resistensi................................................................... 19
3.7 Prosedur Percobaan......................................................... 19
3.8 Pengumpulan Data........................................................... 20
3.9 Analisis Data................................................................... 20
4. RENCANA KERANGKA LAPORAN SKRIPSI................ 21
5. DAFTAR PUSTAKA........................................................... 22

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Teks Halaman
1. Ikan Mas (Cyprinus carpio)...................................................... 4
2. Ikan Mas yang terserang penyakit Motile Aeromonas 12
Septicamia.................................................................................
3. Kunyit (Curcuma longa)........................................................... 12
4. Bagan Alir Proses Ekstrasi........................................................ 18

iv
1. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Ikan mas atau Ikan karper (Cyprinus carpio) adalah ikan air

tawar yang bernilai ekonomis penting dan sudah tersebar luas di

Indonesia. Di Indonesia, ikan mas mulai dipelihara sekitar tahun 1920-an.

Ikan mas yang terdapat di Indonesia merupakan ikan mas yang dibawa

dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang. Selain itu "ikan mas punten" dan

"ikan mas majalaya" merupakan hasil seleksi di Indonesia. Sampai saat ini

sudah terdapat 10 ikan mas yang dapat diidentifikasi berdasarkan

karakteristik morfologisnya. Tingkat produksi ikan mas di Indonesia terus

meningkat namun ada kendala dalam produksi ikan mas yaitu penyakit.

Penyakit yang sering berkembang dalam budidaya ikan mas

(Cyprinus carpio) di Indonesia adalah penyakit bercak merah atau Motile

Aeromonas Septicemia (MAS) yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas

hydrophila. Penularannya sangat cepat dan dapat berlangsung melalui

perantara air, kontak badan, kontak dengan peralatan tercemar atau

penyebaran secara horizontal yaitu karena pemindahan ikan yang telah

terinfeksi A.hydrophila dari satu tempat ke tempat lainnya (Ghufron dan

Kordi, 2004). A.Hydrophila tumbuh optimal pada suhu 25-32ºC. Serangan

bakteri A. hydrophila biasanya muncul pada peralihan musim pada saat

musim hujan lalu musim panas atau sebaliknya. Ketika peralihan musim

terjadi di situ akan terjadi perubahan lingkungan yang akan menyebabkan

ikan stres dan itu akan menurunkan daya tahan tubuh ikan sehingga

bakteri A.hydrophilia mudah menyerang. Di Indonesia sangat rentang

1
dengan penyakit Motile Aeromonas Septicemia (MAS) karena merupakan

negara tropis yang hanya memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan

musim penghujan, di Indonesia juga sering terjadi peralihan musim secara

tiba-tiba dan sudah tidak bisa di prediksi.

Upaya pencegahan dan pengobatan yang sering dilakukan pada

ikan yang sakit dengan menggunakan obat-obatan kimia seperti pemberian

antibiotik, malachite green, formalin dan hidrogen peroxida. Namun,

penggunaan bahan kimia cenderung tidak ramah lingkungan dan ada yang

bersifat karsinogenik. Seiring dengan adanya kecenderungan yang

memperhatikan masalah keamanan pangan dan lingkungan maka

diharapkan adanya metode pencegahan penyakit bakterial yang bersifat

aman bagi pembudidaya, ramah lingkungan dan murah melalui

pemanfaatan tanaman herbal.

Beberapa jenis tanaman diketahui memiliki senyawa aktif yang

berfungsi sebagai anti bakteri, salah satunya adalah tanaman kunyit.

Ekstrak kunyit mengandung senyawa aktif yang telah terbukti efektif pada

beberapa jenis mikroba. Menurut Syamsudin (1994), kunyit merupakan

salah satu bahan alami yang bersifat menghambat bakteri dan jamur.

Kunyit memiliki banyak manfaat antara lain anti bakteri (membunuh

bakteri E. coli, P. mirabilis, S. thypii, V. cholera). Kunyit mampu

membunuh mikroba penyebab tuberkulose, dipteri, typhoid, dan disentri.

2
1.2.Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengaruh ekstrak kunyit (Curcuma domestica)

terhadap kelangsungan hidup ikan mas yang terinfeksi bakteri A.

Hydrophila

2. Menentukan dosis ekstrak kunyit yang efektif dalam

memberantas penyakit yang disebabkan oleh bakteri A.Hydrophila

1.3.Waktu dan Tempat

Penelitian akan dilakukan selama 4 bulan yaitu pada Bulan Mei-

Agustus tahun 2018. Kegiatan pemeliharaan ikan di Laboratorium Nutrisi

dan Teknologi Pakan Ikan (NTPI) di Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Universitas Sam Ratulangi. Sedangkan prosedur penelitian

dikerjakan di Laboratorium Patologi dan Klinik Penyakit Ikan FPIK

UNSRAT.

3
2. TINJAUAN PUSKATAKA

2.1.Biologis Ikan Mas

Ikan mas termasuk golongan ikan yang aktif bila dilihat dari sifat

makan ikan tersebut, karena ikan mas akan bergerak cepat ke arah pakan

dan dengan cepat pula menangkap pakan. Ikan mas lebih agresif lagi bila

dalam kepadatan tinggi. Meski agresif, tetapi bila sudah kenyang ikan mas

akan masuk ke dalam air (Khairuman, 2008).

2.1.1. Klasifikasi

Klasifikasi Ikan Mas (Cyprinus carpio), menurut Linnaeus (1758)

sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Cyprinniformes

Famili : Cyprinidae

Genus : Cyprinus

Spesies : C.carpio

Gambar 1. Ikan Mas (Cyprinus carpio). Sumber : http://memancing.info.com

dalam scribd.com

4
2.1.2. Morfologi

Ikan Mas memiliki ciri morfologi dengan bentuk badan

memanjang dan memipih tegak (compressed). Mulut terletak di ujung

tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil), serta memiliki dua

pasang sungut di bagian anterior mulut tetapi kadang-kadang satu pasang

sungut tidak berfungsi. Selain itu di dalam mulut terdapat gigi

kerongkongan (pharyngeal teeth) yang terdiri dari tiga baris gigi geraham.

Ikan mas memiliki sirip punggung (dorsal), sirip perut (ventral), sirip

dubur (anal), dan sirip ekor. Sirip punggung berbentuk memanjang terletak

di bagian atas permukaan tubuh dan berseberangan dengan permukaan

sirip perut bagian belakang sirip punggung. Pada bagian belakang sirip

punggung memiliki jari-jari keras, sedangkan pada bagian akhir berbentuk

gerigi. Sirip dubur ikan mas pada bagian belakang juga memiliki jari-jari

keras, sedangkan pada bagian akhir berbentuk gerigi seperti sirip

punggung. Sirip ekor berbentuk cagak dan berukuran cukup besar dengan

tipe sisik berbentuk lingkaran yang terletak beraturan. Hampir seluruh

bagian tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik, kecuali beberapa varietas yang

memiliki sedikit sisik. Sisik ikan mas berukuran relative besar dan

digolongkan ke dalam sisik tipe lingkaran (sikloid). Gurat sisi atau garis

rusuk (linea lateralis) ikan mas berada di pertengahan tubuh dengan posisi

melintang dari tutup insang sampai keujung belakang pangkal ekor

(Khairuman, 2008).

5
2.1.3. Habitat dan Penyebaran

Ikan mas merupakan ikan yang berasal dari daratan Asia dan telah

lama dibudidayakan sebagai ikan konsumsi oleh bangsa Cina sejak 400

tahun sebelum masehi. Penyebarannya merata di daratan Asia juga Eropa

dan sebagian Amerika utara, serta Australia. Ikan mas dapat hidup baik di

daerah dengan ketinggian 150- 600 meter di atas pemukaan air laut (dpl)

dan pada suhu 25-30ºC dan akan mengalami penurunan pertumbuhan bila

suhu lingkungan lebih rendah. Pertumbuhan akan menurun dengan cepat

di bawah suhu 13°C dan akan berhenti makan apabila suhu berada di

bawah 5 °C . Habitat ikan mas meliputi sungai berarus tenang sampai

berarus sedang dan di area danau dangkal. Terkadang ikan mas dapat

ditemukan pada perairan payau atau muara sungai yang bersalinitas (kadar

garam) 25-30 ‰. Perairan yang terdapat banyak di tempati ikan mas yaitu

bagian-bagian sungai yang terlindungi pepohonan rindang dan pada tepi

sungai dengan reruntuhan pohon yang tumbang (Khairuman, 2008).

2.1.4. Pakan dan Kebiasaan Makan

Mas tergolong ikan pemakan segala atau omnivora sehingga bisa

mengkonsumsi makanan berupa hewan atau tumbuhan. Karena itulah, ikan

ini sangat mudah dibudidayakan. Fase larva, sekitar umur 5 hari, ikan ini

dapat memakan organisme renik berupa plankton hewani, maupun nabati

(Djarijah, 2005). Fase benih dimulai dari ukuran 2 cm. Ikan ini dapat

memakan jasad hewan atau tumbuhan yang hidup di dasar perairan. Jasad

yang biasanya dimakan adalah Chironomidae, Olighochaeta, Tubificidae,

Epimidae, Trichopthera, dan Mollusca. Makanan tersebut disedot bersama

6
lumpurnya, diambil yang dapat dimanfaatkannya, lalu sampah dikeluarkan

lagi melalui mulut.

2.1.5. Perkembangbiakan

Siklus hidup ikan mas dimulai dari perkembangan di dalam gonad

(ovarium pada ikan betina yang menghasilkan telur dan testis pada ikan

jantan yang menghasilkan sperma. Sebenarnya pemijahan ikan mas dapat

terjadi sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim. Namun, di

habitat aslinya, ikan mas sering memijah pada awal musim hujan, karena

adanya rangsangan dari aroma tanah kering yang tergenang air. Secara

alami, pemijahan terjadi pada tengah malam sampai akhir fajar. Menjelang

memijah, induk-induk ikan mas aktif mencari tempat yang rimbun, seperti

tanaman air atau rerumputan yang menutupi permukaan air. Substrat inilah

yang nantinya akan digunakan sebagai tempat menempel telur sekaligus

membantu perangsangan ketika terjadi pemijahan.

Sifat telur ikan mas adalah menempel pada substrat. Telur ikan

mas berbentuk bulat, berwarna bening, berdiameter 1,5-1,8 mm, dan

berbobot 0,17-0,20 mg. Ukuran telur bervariasi, tergantung dari umur dan

ukuran atau bobot induk. Embrio akan tumbuh di dalam telur yang telah

dibuahi oleh spermatozoa. Antara 2-3 hari kemudian, telur-telur akan

menetas dan tumbuh menjadi larva. Larva ikan mas mempunyai kantong

kuning telur yang berukuran relatif besar sebagai cadangan makanan bagi

larva. Kantong kuning telur tersebut akan habis dalam waktu 2-4 hari.

Larva ikan mas bersifat menempel dan bergerak vertikal. Ukuran larva

antara 0,5-0,6 mm dan bobotnya antara 18–20 mg. Larva berubah

7
menjadi kebul (larva stadia akhir) dalam waktu 4-5 hari. Pada stadia kebul

ini, ikan mas memerlukan pasokan makanan dari luar untuk menunjang

kehidupannya. Pakan alami kebul terutama berasal dari zooplankton,

seperti rotifera, moina, dan daphnia. Kebutuhan pakan alami untuk kebul

dalam satu hari sekitar 60-70% dari bobotnya. Setelah 2-3 minggu, kebul

tumbuh menjadi burayak yang berukuran 1–3 cm dan bobotnya 0,1-0,5

gram. Antara 2-3 minggu kemudian burayak tumbuh

menjadi putihan (benih yang siap untuk didederkan) yang berukuran 3-

5 cm dan bobotnya 0,5-2,5 gram. Putihan tersebut akan tumbuh terus.

Setelah tiga bulan berubah menjadi gelondongan yang bobot per ekornya

sekitar 100 gram. Gelondongan akan tumbuh terus menjadi induk. Setelah

enam bulan dipelihara, bobot induk ikan jantan bisa mencapai 500 gram.

Sementara itu, induk betinanya bisa mencapai bobot 1,5 kg setelah

berumur 15 bulan. Induk-induk ikan mas tersebut mempunyai kebiasaan

mengaduk-aduk dasar perairan atau dasar kolam untuk mencari makanan.

2.2. Bakteri Aeromonas hydrophila

Klasifikasi A. hydrophila menurut Holt et al. (1994) adalah sebagai

berikut:

Phylum : Protophyta

Classis : Schizomycetes

Ordo : Pseudanonadeles

Family : Vibrionaceae

Genus : Aeromonas

Spesies : Aeromonas hydrophila

8
2.2.1. Morfologi

Ada tiga spesies utama bakteri Aeromonas, antara lain A. punctata,

A. liquiefacieus, dan A. hydrophila (Afrianto & Liviawaty, 2009). Bakteri

A. hydrophila memiliki ciri utama yaitu berbentuk seperti batang yang

berukuran 1 – 4 x 0,4 – 1 mikron, bersifat Gram negatif, fakultatif aerobik

(dapat hidup dengan atau tanpa oksigen), tidak mempunyai spora, dan

bersifat motil (bergerak aktif) karena mempunyai satu flagel yang keluar

dari salah satu kutubnya, serta hidup pada suhu 15 – 30ºC (Kordi, 2004).

Bakteri ini juga resisten terhadap chlorine serta suhu yang dingin (faktanya

A.hydrophila dapat bertahan hidup dalam temperatur rendah ± 4 ºC), tetapi

setidaknya hanya dalam waktu 1 bulan. Sebagian besar bakteri A.

hydrophila mampu tumbuh dan berkembang biak pada suhu 37ºC dan

tetap motil pada suhu tersebut. Disamping itu, pada kisaran pH 4,7-11

bakteri ini masih dapat tumbuh. Perkembang biakan bakteri ini dapat

dilakukan secara aseksual yaitu dengan memanjangkan sel diikuti dengan

pembelahan inti atau pembelahan biner. Waktu yang diperlukan untuk

pembelahan satu sel menjadi dua sel bakteri ±10 menit (Laili, 2007).

2.2.2. Habitat

Bakteri A. hydrophila dapat hidup di air tawar, air laut maupun air

payau. Pada umumnya bakteri ini hidup pada air tawar yang mengandung

bahan organik tinggi. Bakteri ini juga diakui sebagai patogen dari hewan

akuatik yang berdarah dingin. Di daerah tropik dan sub tropik, pendarahan

pada organ dalam pada ikan yang disebabkan oleh bakteri A. hydrophila

pada umumnya muncul pada musim panas (kemarau) karena pada saat itu

9
konsentrasi bahan organik tinggi dalam kolam air. Pada ikan, bakteri ini

banyak ditemukan di bagian insang, kulit, hati, dan ginjal. Ada pula yang

berpendapat bakteri ini dapat hidup pada saluran pencernaan (Irianto,

2005).

2.2.3. Penyakit Motile Aeromonas Septicemia (MAS)

Bakteri A.hydrophila merupakan bakteri patogen oprotunistik yang

selalu ada di air terutama pada spesies ikan air tawar (Robert, 1993 dalam

Aditya, 2016). A.Hydrophila tumbuh optimal pada suhu 25-32ºC.

Serangan bakteri ini dapat mengakibatkan gejala penyakit hemorogi

septisemia di sebut juga (Motile Aeromonas Septicaemia) MAS yang

mempunyai ciri antara lain luka di permukaan tubuh, luka di insang, ulser,

abses, exophtalmia, dan perut asites (Austin dan Austin, 1987 dalam

Aditya, 2016). Keberadaan bakteri ini sangat berpengaruh terhadap

budidaya ikan air tawar karena sering menimbulkan wabah penyakit

dengan tingkat kematian yang tinggi yaitu 80- 100% dalam kurun waktu

yang relatif singkat (1-2 minggu) (Irianto, 2005 dalam Nani, 2014).

Serangan bakteri ini bersifat laten (berkepanjangan) sehinga tidak

memperlihatkan gejala penyakit meskipun telah dijumpai pada tubuh ikan.

Serangan bakteri ini baru terlihat apabila ketahanan tubuh ikan menurun

akibat stress yang disebabkan oleh penurunan kualitas air, kekurangan

pakan, atau penanganan ikan yang kurang baik. Penularan bakteri ini dapat

berlangsung melalui air, kontak badan, kontak dengan peralatan yang telah

tercemar atau karena pemindahan ikan yang telak terinfeksi A. hydrophila

dari satu tempat ke tempat lain (Kordi, 2004 dalam Nani, 2014).

10
Ikan yang terserang bakteri A. hydrophila menunjukkan gejala-

gejala berupa : warna tubuh ikan menjadi gelap, kemampuan berenang

menurun, mata agak menonjol dan rusak, sisik terkuak, siripnya rusak,

insang berwarna merah keputihan sehingga rusak, ikan terlihat mangap-

mangap di permukaan air, kulit menjadi kasat dan timbul pendarahan yang

diikuti luka borok, perut ikan kembung (dropsi), dan apabila dilakukan

pembedahan maka akan terlihat pendarahan pada hati, ginjal, dan limpa

(Kordi, 2004 dalam Nani, 2014).

Bakteri A.hydrophila menyebabkan infeksi ke seluruh tubuh ikan

disertai dengan pendarahan pada organ dalam tubuh. Bakteri ini dapat

menyebar secara cepat, penyebaran yang tinggi, sehingga dapat

menyebabkan kematian benih sampai 90% (Kabatah, 1985). Penyakit yang

ditimbulkan oleh serangan A.hydrophila adalah penyakit bercak merah

pada permukaan tubuh, kulit meradang yang diakhiri dengan luka seperti

bisul. Ikan yang terinfeksi ini biasanya akan mati dalam waktu satu

minggu (Dana dan Angka, 1990 dalam Aditya, 2016). Hal yang sama juga

dinyatakan oleh Austin et al. (1996) bahwa penyakit yang ditimbulkan

oleh A.Hydrophila adalah busuknya sirip dan ekor, haemoragic

septicamia, pengelupasan sisik dan pendarahan pada bagian insang dan

anus, mata menonjol, dan abdomen membengkak.

Gejala internal yang m uncul adalah pendarahan pada ginjal atau

limpa, bintil merah pada otot daging. Usus tidak berisi makanan tapi berisi

cairan kuning, dan rongga mulut dipenuhi cairan kuning. Namun gejala

eksternal akibat penyakit tersebut adalah adanya ulser (Bisul) yang

11
berbentuk bulat atau tidak teratur dan berwarna merah keabu-abuan, mata

membengkat dan menonjol (Munanjat & Budianan, 2003 dalam Aditya,

2016)

Gambar 2. Ikan Mas (Cyprinus carpio) yang terserang penyakit Motile

Aeromonas Septicemia (MAS). Sumber : http://medialuhkan.blogspot.co.id

2.3.Kunyit

Kunyit atau kunir, (Curcuma longa), adalah termasuk salah satu

tanaman rempah-rempah dan obat asli dari wilayah Asia Tenggara.

Tanaman ini keudian mengalami penyebaranan ke daerah Malaysia,

Indonesia, Australia bahkan Afrika. Hampir setiap orang Indonesia dan

India serta bangsa Asia umumnya pernah mengonsumsi tanaman rempah

ini, baik sebai pelengkap bumbu masakan, jamu atau untuk menjaga

kesehatan dan kecantikan. Kunyit tergolong dalam kelompok jahe-

jahean, Zingiberaceae.

Gambar 3. Kunyit (Curcuma longa). Sumber :https://id.wikipedia.org/wiki/Kunyit

12
2.3.1. Klasifikasi

Kingdom: Plantae

Subkingdom: Tracheobionta

Superdivisi: Spermatophyta

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Liliopsida

Subkelas: Zingiberidae

Ordo: Zingiberales

Famili: Zingiberaceae

Genus: Curcuma
Spesies:Curcuma longa
2.3.2. Kegunaan
Kunyit adalah rempah-rempah yang biasa digunakan dalam masakan

di negara-negara Asia. Kunyit sering digunakan sebagai bumbu dalam

masakan sejenis gulai, dan juga digunakan untuk memberi warna kuning

pada masakan, atau sebagai pengawet .(H.Tokawa et.al). Produk farmasi

berbahan baku kunyit, mampu bersaing dengan berbagai obat paten,

misalnya untuk peradangan sendi (arthritis-rheumatoid) atau osteo-arthritis

berbahan aktif natrium deklofenak, piroksikam, dan fenil butason dengan

harga yang relatif mahal atau suplemen makanan (Vitamin-plus) dalam

bentuk kapsul. Produk bahan jadi dari ekstrak kunyit berupa suplemen

makanan dalam bentuk kapsul (Vitamin-plus) pasar dan industrinya sudah

berkembang. Suplemen makanan dibuat dari bahan baku ekstrak kunyit

13
dengan bahan tambahan Vitamin B1, B2, B6, B12, Vitamin

E, Lesitin, Amprotab, Mg-stearat, Nepagin dan Kolidon 90.

Kunyit juga digunakan sebagai obat anti gatal, anti septik dan anti

kejang serta mengurangi pembengkakan selaput lendir mulut. Kunyit

dikonsumsi dalam bentuk perasan yang disebut filtrat, juga diminum

sebagai ekstrak atau digunakan sebagai salep untuk mengobati bengkak

dan terkilir. Kunyit juga berkhasiat untuk menyembuhkan hidung yang

tersumbat, caranya dengan membakar kunyit dan menghirupnya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayati, E

(2002) secara in vitro, membuktikan bahwa senyawa aktif dalam rimpang

kunyit mampu menghambat pertumbuhan jamur, virus, dan bakteri baik

Gram positif maupun Gram negatif, seperti E.coli dan Staphylococcus

aureus, karena kunyit mengandung berbagai senyawa diantaranya adalah

kurkumin dan minyak atsiri (Said, 2001). Senyawa sesquiterpen dalam

minyak atsiri kunyit merupakan turunan dari senyawa terpen seperti

alkohol yang bersifat bakterisida dengan merusak struktur tersier protein

bakteri atau denaturasi protein (Tarwiyah, 2001). Sedangkan kurkumin

adalah suatu senyawa fenolik. Turunan fenol ini akan berinteraksi dengan

dinding sel bakteri, selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke dalam sel

bakteri, sehingga menyebabkan presipitasi dan denaturasi protein,

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri. sedangkan aktivitas

antibakteri curcumin dengan cara menghambat proliferasi sel bakteri.

14
3. METODE PENELITIAN

3.1.Bahan Uji

3.1.1. Kunyit

Bahan uji berupa kunyit yang dibeli dari pasar. Kunyit in akan

digunakan sebagai perlakuan dan diberikan pada ikan dengan cara

mencampurkannya terlebih dahulu ke dalam pelet kormesil.

3.1.2. Ikan Uji

Dalam penelitian ini ikan uji yang digunakan adalah ikan mas

sebanyak 225 ekor dengan berat awal rata-rata 25,50g/ekor yang diambil

dari Balai Pengembangan dan Pembinaan Pembudidayaan Ikan (BP3I)

Tateli. Ikan yang diperoleh dimasukan dalam kantong plastik dan diberi

oksigen untuk selanjutnya diangkut ke Laboratorium Patologi dan Klinik

Penyakit Ikan.

3.1.3. Bakteri Uji

Bakteri yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah bakteri

A.hydrophila yang diambil dari Balai Besar Budidaya Air Tawar Tatelu.

3.1.4. Media Agar

Media agar yang akan digunakan untuk kultur dan perbanyakan

bakteri adalah TSA (Trypticase soy agar) yang akan dibeli dari Sigma-

Aldrich

3.2. Rancangan

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak

Lengkap (RAL). Dengan 4 perlakuan yaitu perbedaan ekstrak dosis, dan 3

ulangan. Sehingga terdapat 12 satuan percobaan.

15
3.3. Pembuatan Media Agar

Media agar dibuat sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan

media tersebut. Caranya, pertama-tama TSA ditimbang sebanyak 10 gram

kemudian dilarutkan dalam 250ml akuades dalam botol Durant. Media

kemudian dimasak di atas lampu bunsen sambil digoyang-goyang/aduk

supaya media agar tercampur dan masak secara merata. Setelah mendidih

medidih media diangkat dan dimasukan ke dalam autoclave untuk

disterilkan pada temperature 121ºC selama 15 menit. Pada saat yang

bersamaan peralatan lain yang akan digunakan seperti cawan petri, kawat

ose, tabung reaksi juga dimasukan untuk disterilkan. Setelah sterilisasi

media agar dikeluarkan dan diletakan dalam liminar flow untuk

didinginkan sampai tidak terdapat uap air lagi dan dditutup dengan selotip

untuk mencegah terjadinya kontaminasi.

3.4. Kultur Bakteri

Beberapa tahap dilakukan sebelum teknik kultur atau penanaman

bakteri (inokulasi):

1. Ruang tempat penanaman bakteri harus bersih dan keadaanya harus

steril agar tidak terjadi kesalahan dalam pengamatan penelitian atau

percobaan dalam laboratorium.

2. Inokulasi dilakukan dalam sebuah Laminari Flow steril yang

dilengkapi dengan penghisap udara dan sinar ultraviolet menyala

dalam waktu 15-20 menit sebelum mengerjakan inokulasi.

16
3. Ujung kawat inokulasi dibuat dari platina atau nikel ujungnya boleh

lurus juga boleh berupa kolongan yang diameternya 3mm.

4. Dalam melakukan penanaman atau inokulasi bakteri, kawat ose

terlebih dahulu dipijarkan dalam api nyala Bunsen, sedangkan sisa

tangkai cukup dilewatkan nyala api,stelah dingin, kembali kawat ose

disentuhkan dalam nyala api Bunsen

Biakan bakteri Aeromona hydrophila diambil sebanyak 2 ose dari stok

petri bakteri yang diperoleh dari Balai Budidaya Air Tawar Tatelu

Minahasa Utara, diinokulasi dengan metode gores zigzag dengan

kawat jarum ose steril yang telah dipijarkan dalam api Bunsen

dilakukan pada media Trypticase soy agar (TSA) padat bentuk

lempeng yang telah dibuat, selanjutnya diinkubasi pada inkubator

dengan suhu 37ºC selama 24 jam.

3.5. Penyiapan Ekstrak

Proses penyiapan ekstrak dimulai dengan cara pertama-tama kunyit yang

baru dibawah dari pasar dicuci bersih, ditiriskan. Ekstrasi dilakukan

dengan cara maserasi dengan dua jenis bahan pelarut yaity alkohol 70%

dan alkohol 95%. Dalam proses ini kunyit ditimbang masing-masih

sebanyak 40 gram, dihaluskan dengan menggunakan blender kemudian

dimasukan ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 100ml pelarut.

Penetapan dosis 40 gram didasarkan pada studi pendahuluan. Dalam studi

pendahuluan tersebut didapatkan bahwa aktifitas antimikroba ekstrak

kunyit sebanyak 10 gram dalam 100ml pelarut di kategorikan sedang.

Campuran bahan pelarut dan simplisia tersebut diletakan dalam laminar

17
flow untuk proses perendaman (maserasi) dimana proses ini berlangsung

selama 24 jam dalam suhu ruang. Selanjutnya ekstrak disaring dengan

kertas saring whatman dan hasil saringan dipekatkan menggunakan alat

rotaryevaporator.

BAHAN UJI KUNYIT

DI BERSIHKAN

DI HALUSKAN

MASERA

ALKOHOL 95%

PENYARINGAN

EKSTRAK

PEMEKATAN

EKSTRAK PEKAT

Gambar 4. Bagan Alir Proses Ekstrasi

18
3.6. Uji Resistensi

Uji resistensi menggunakan ekstrak pekat kunyit dengan pelarut 95%

diencerkan secaara bertingkat (two-fold dilution) untuk mendapatkan

kosentrasi yang akan di uji cobakan. Kosentrasi yang digunakan sebagai

perlakuan adalah A:0, B:5mg/ml, C:10mg/ml, D: 20mg/ml. Dosis

perlakuan perlakuan ini ditetapkan berdasarkan uji pendahuluan. Uji

tantang dilakukan dengan cara menyuntikan ikan secara intraperitoneal

(IP) dengan larutan bakteri mengandung 5x107 cfu/ml sebanyak 0,2

ml/ikan.

3.7. Prosedur Percobaan

Ikan uji dimasukan kedalam 15 buah loyang dengan kepadatan

masing-masing 15ekor. Sebelum pelaksanaan penelitian ikan

diaklimatisasi terlebih dahulu selama satu minggu agar ikan dapat

beradaptasi dengan kondisi lingkungan hidup baru dan agar kita dapat

melihat ikan mana yang menunjukan kelainan seperti cacat, sakit, ada

luka, dsb sehingga kita dapat menyingkirkan ikan itu terlebih dahulu

sebelum mulai penelitian. Dalam proses aklimatisasi setiap akuarium

dilengkapi dengan aerator. Ikan diberi pakan pellet dengan dosis 3%

perhari dan diberikan 2 kali perhari yaitu pukul 07.00 dan 16.00. untuk

menjaga agar kualitas air tetap baik maka dilakukan penggantian air

sebanyak 30% setiap 2 hari sekali tergantung pada kondisi air.

Setelah proses aklimatisasi selesai, kepadatan ikan diatur menjadi

10 ekor perwadah percobaan (loyang). Selanjutnya ikan disuntikan dengan

ekstrak kunyit sesuai dosis yang di uji cobakan sebanyak 3 kali dengan

19
interval waktu 3 hari. 3 hari sesudah penyuntikan ketiga (hari ke 9) ikan di

uji tantang dengan injeksi bakteri Aeromonas hydrophila. Pengamatan

mortalitas ikan di lakukan selama 10 hari sesudah uji tantang. Selama

percobaan berlangsung kualitas air akan dikontrol agar tetap baik dengan

cara melakukan penyimpanan atau penggantian air apabila kondisi air

sudah tidak baik.

3.8. Pengumpulan Data

Data yang akan dikumpulkan adalah tingkat kelangsungan hidup

yang dicapai 10 hari setelah uji tantang. Kelangsungan hidup diukur

dengan formula menurut Effendie, 1979.

SR(%)= Nt/Nox x 100

Keterangan :

SR : Kelangsungan hidup (%)

Nt : Jumlah ikan hidup pada akhir penelitian

No : Jumlah ikan hidup pada awal penelitian

3.9. Analisis Data

Data kelangsungan hidup diperoleh dari setiap perlakuan akan

dinyatakan dalam nilai rata-rata ± Stdv. Respon perlakuan terhadap

kelangsungan hidup ikan uji dianalisis menggunakan uji ragam (ANOVA)

sedangkan untuk menguji perbedaan respon antar perlakuan digunakan uji

lanjut Duncan. Analisis data menggunakan program SPSS 24 for

Windows.

20
4. RENCANA KERANGKA LAPORAN SKRIPSI

RINGKASAN
KATA PENGANTAR
UCAPAN TERIMA KASIH
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1.2.Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.2.1. Tujuan Penelitian
1.2.2. Manfaat Penelitian
1.3.Tempat dan Waktu
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Biologi Ikan Mas
2.1.1. Klasifikasi
2.1.2. Morfologi
2.1.3. Habitat dan Penyebaran
2.1.4. Pakan dan Kebiasaan Makan
2.1.5. Perkembangbiakan
2.2.Bakteri Aeromonas hydrophila
2.2.1. Morfologi
2.2.2. Habitat
2.2.3. Penyakit Motile Aeromonas Septocamia (MAS)
2.3.Kunyit
2.3.1. Klasifikasi
2.3.2. Kegunaan
3. Metode Penelitian
3.1.Bahan uji
3.1.1. Kunyit
3.1.2. Ikan uji

21
3.1.3. Bakteri uji
3.1.4. Media agar
3.2.Rancangan
3.3.Pembuatan Media Agar
3.4.Kultur Bakteri
3.5.Penyiapan Ekstrak
3.6.Uji Resistensi
3.7.Prosedur Percobaan
3.8.Pengumpulan Data
3.9.Analisis Data
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
5.2.Saran
6. DAFTAR PUSTAKA
7. LAMPIRAN

22
5. DAFTAR PUSTAKA

Afriyanto, E. Dan E.Liviawaty. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan.


Yogyakarta : Kanisius dalam Pratiwi R.A, FKIP, UMP, 2017. Hal 4.
Dari: http://repository.ump.ac.id/4012/3/BAB%20II.pdf
Austin, B dan D.A. Austin. 1996. Bacterial Fish Pathogens Disease of Farmed and
Wild Fish. Edisi Kelima. Springe. London. Dalam Yanuar A.P. 2016.
Pembuatan Vaksin dan Penggunaannya untuk Pencegahan Penyakit
Motile Aeromonas (MAS) Pada Sidat (Anguilla marmorata). FPIK.
Universitas Sam Ratulangi. Hal: 12.
Dana dan S.Angka. 1990. Masalah Penyakit dan Bakteri pada Ikan Air Tawar
Serta Penanggulangannya. Proceeding Seminar Nasional II. Penyakit
Ikan dan Udang, Balai Perikanan Air Tawar. Hal 10-23 dalam Yanuar.
A.P. 2016. Pembuatan Vaksin dan Penggunaannya untuk Pencegahan
Penyakit Motile Aeromonas (MAS) Pada Sidat (Anguilla marmorata).
FPIK. Universitas Sam Ratulangi. Hal: 12.
Ghufron, M dan H. Kordi, 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan.
Rineka Cipta dan Bina Andiaksara, Jakarta (9) 126-136. Dalam
Karmila, U. 2017. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikan
UNSYIAH volume 2, Nomor 1: 150-157.
Hold, J.G, N.R Kneg dan PHA. dalam Trinayanti, N. 2014. Uji Efektifitas Ekstrak
Kunyit. FKIP. UMP. Dari :
http://repository.ump.ac.id/6172/3/BAB%20II.pdf
Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Yogyakarta. dalam dalam Trinayanti, N.
2014. Uji Efektifitas Ekstrak Kunyit. FKIP. UMP. Dari :
http://repository.ump.ac.id/6172/3/BAB%20II.pdf
Khairuman, Sudenda D., dan B. Gunandi. 2008. Budidaya Ikan Mas Secara
Intensif. Jakarta : PT. Rineka Cipta. dalam Pratiwi. A.R. 2017.
Indentifikasi Ektoparasit Protozoa. FKP. UMD. dari :
http://repository.ump.ac.id/4012/3/BAB%20II.pdf
Kordi, G. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Jakarta. PT Rineka
Cipta dan PT Bima Adiaksara. dalam Trinayanti, N. 2014. Uji

23
Efektifitas Ekstrak Kunyit. FKIP.UMP.hal:6 Dari :
http://repository.ump.ac.id/6172/3/BAB%20II.pdf
Mones, R.A. 2008. Gambaran Darah Pada Ikan Mas (Cyprinus Carpio Linn)
Strain Majalaya yang berasal daro Daerah Ciampea Bogor. Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, Bogor dalam anonim,
Scribd 2015 Halaman 4. Dari:
https://www.scribd.com/doc/281030837/Analisis-biologis-ikan-mas
Munajat, A dan N.S Budiana, 2013. Petisida Nabati untuk Penyakit Ikan. Jakarta:
Penebar Swadaya. 88 hal. dalam Yanuar, A.P. 2016. FPIK. UNSRAT.
Hal: 13
Roberts, R.J. 1993. Fish Pathology 2nd ed. Baillierre Tindaal. London. Dalam
Yanuar, A.P. 2016. FPIK. UNSRAT. Hal: 12
Sambuaga, M.E.2017. Potensi Ekstrak Tanaman Kemangi bagi Kelangsungan
Hidup Ikan Nila yang Terinfeksi Aeromonas hydrophila. Skripsi. FPIK.
UNSRAT.
Syamsyudin, 1994. Budidaya Kunyit (Curcuma domestica). Bina Cipta, Bandung
3 (5) 143-146. dalam Dalam Karmila, U. 2017. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kelautan dan Perikan UNSYIAH volume 2, Nomor 1: 150-
157.
Tarwiya, 2001. Minyak Atsiri Kunyit. dalam Cut. W, 2013. Uji Efektifitas
Ekstrak Kunyit Sebagai Anti Bakteri. Jurnal UNPAD. dari:
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2013/12/PUSTAKA_UNPAD_UJI_EFEKTIVITAS_E
KSTRAK_KUNYIT.pdf
Wikipedia ensiklopedia bebas. 2018. dari:
https://id.wikipedia.org/wiki/Ikan_mas
Wikipedia ensiklopedia bebas. 2018. dari:
https://id.wikipedia.org/wiki/Kunyit
Said. Ahmad. 2001. Khasiat dan Manfaat Kunyit. PT. Sinar Wadja Lestari. dalam
Cut. W, 2013. Uji Efektifitas Ekstrak Kunyit Sebagai Anti Bakteri.
Jurnal UNPAD. dari: http://pustaka.unpad.ac.id/wp-

24
25
26

Anda mungkin juga menyukai