UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN K . PANGANDARAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Adapun
tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas Parasit dan Penyakit Ikan. Selain itu,
laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang kebiasaan makan dan cara makan
ikan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membimbing dan
membantu proses penyusunan makalah ini. Adapun pihak-pihak tersebut yaitu:
1. Tuhan yang maha esa yang telah memberikan rahmat beserta karunia-Nya
2. Orang tua selaku pemberi dukungan moril maupun materil
3. Ibu Dr. Yuniar Mulyani, SP., M.Si.selaku dosen pengampu Parasit dan Penyakit Ikan.
4. Seluruh rekan-rekan mahasiswa perikanan angkatan 2021
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya
pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala
bentuk saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga makalah ini dapat memberi
manfaat baik bagi penulis maupun pihak lain untuk penelitian selanjutnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………….. iii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………………….. v
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………………. 2
BAB II
PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………. 3
2.1 Marsipometra sp................................................................................................................ 3
2.1.1 Klasifikasi Marsipometra sp. ………………………………………………………. 3
2.1.2 Ciri Morfologi Marsipometra sp. …………………………………………………... 4
2.1.3 Siklus Hidup Marsipometra sp. ……………………………………………………. 4
2.1.4 Gejala Klinis Marsipometra sp. ……………………………………………………. 4
2.1.5 Cara Penanggulangannya Marsipometra sp. ……………………………………….. 5
2.2 Bothriocephalus sp. ……………………………………………………………………... 5
2.2.1 Klasifikasi Bothriocephalus sp. ……………………………………………………. 5
2.2.2 Ciri Morfologi Bothriocephalus sp. ………………………………………………... 6
2.2.3 Siklus Hidup Bothriocephalus sp. ………………………………………………….. 6
2.2.4 Gejala Klinis Bothriocephalus sp. …………………………………………………. 7
2.2.5 Cara Penanggulangannya Bothriocephalus sp. …………………………………….. 7
2.3 Diphyllobothrium sp. …………………………………………………………………… 9
2.3.1 Klasifikasi Diphyllobothrium sp. …………………………………………………... 9
2.3.2 Ciri Morfologi Diphyllobothrium sp. ……………………………………………… 9
2.3.3 Siklus Hidup Diphyllobothrium sp. ………………………………………………. 10
2.3.4 Gejala Klinis Diphyllobothrium sp. ………………………………………………. 11
2.3.5 Cara Penanggulangannya Diphyllobothrium sp. …………………………………. 11
BAB III
PENUTUP……………………………………………………………………………………….13
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………... 13
iii
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………...14
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
Salah satu dari tanda yang paling awal bahwa suatu penyakit sedang menyerang dalam
suatu populasi ikan adalah laju kematian yang meningkat secara nonspesifik. Ikan yang mati pada
tahap ini bisa saja yang sangat rentan terhadap patogen yang ada atau bisa juga yang paling rentan
terhadap kondisi lingkungan yang buruk sehingga memicu terjadinya epizootik.
1.3 Tujuan
Mengetahui, mempelajari serta memahami klasifikasi, morfologi, siklus hidup, gejala
terjangkitnya, dan penanggulangan pada spesies parasit Camallanus sp., Echinorhynchus sp. dan
Acanthocephala sp.
1.4 Manfaat
Dapat menerapkan pemahaman materi yang dipelajari berupa klasifikasi, morfologi, siklus
hidup,gejala terjangkitnya, dan penanggulangan pada spesies parasit Camallanus sp.,
Echinorhynchus sp. Dan Acanthocephala sp. pada kehidupan, baik dalam hubungannya yang
terkait dengan parasit pada ikan melalui kegiatan budidaya ikan maupun perikanan tangkap.
2
BAB II
PEMBAHASAN
➢ Kingdom : Animalia
➢ Phylum : Platyhelminthe
➢ Class : Cestoda
➢ Ordo : Pseudophyllidea
➢ Family : Amphicotylida
➢ Genus : Marsipometra
➢ Species : Marsipometra confuse
3
2.1.2 Ciri Morfologi Marsipometra sp.
4
2.1.5 Cara Penanggulangannya Marsipometra sp.
(Sumber : www.researchgate.net )
➢ Kingdom : Animalia
➢ Phylum : Platyhelminthe
➢ Class : Cestoda
➢ Ordo : Pseudophyllidea
5
➢ Family : Bothriocephalidae
➢ Genus : Bothriocephalus
➢ Species : Bothriocephalus cuspidabus, Bothriocephalus clavice
Ketika larva berenang bebas (coracidia) lalu dimakan oleh copepoda (inang
perantara), ia menembus ke dalam dinding usus, berjalan menuju coelom, dan
berkembang menjadi tahap larva kedua yang disebut procercoid (bentuk infektif)
6
dalam 6-10 hari. Setelah copepoda yang terinfeksi dimakan oleh ikan, procercoid
dengan cepat berubah menjadi tahap plerocercoid dan menempel di dinding usus
intestinal, di mana ia berkembang menjadi parasit dewasa selama 21-23 hari.
Parasit ini menempel di dekat bagian anterior usus. Akumulasi cacing pita
di daerah ini menyebabkan penyumbatan saluran pencernaan yang membelah
dinding usus yang menyebabkan perforasi. Bothriocephalus menyelubungi
sebagian usus dan menginduksi respons inflamasi. Peradangan ini dapat
menyebabkan perdarahan dan nekrosis. Selain itu, tanda klinis yang lain adalah
penurunan berat badan, tubuh kurus karena tidak makan, anemia, dan kematian
(terutama pada ikan yang masih muda). Infeksi dapat dideteksi dengan adanya telur
atau bagian tubuh di dalam kotoran, dan dengan adanya cacing pita di usus ikan.
Parasit ini dapat menyebabkan enteris hemorhage karena adanya kerusakan pada
epithel usus. Tahap dewasa dapat menyebabkan gangguan proses penyerapan
makanan dalam usus sehingga dapat mengurangi food intake. (Anshary 2008).
7
menggunakan kapsul 180 - 220 mg per pon (1/2 kg) berat ikan yang
dimasukkan ke dalam perut ikan selama 3 hari berturut-turut.
2. Penambahan Dinbutylzinc oxide 0,3 % dalam makanan selama 1 hari atau
500 mg/kg berat badan ditambahkan dalam pelet selama 3 hari dengan
dosis 1/3 per hari.
3. Larutan jenuh para chlorometaxylon (chloroxylelol) yang diberikan
bersama makanan ikan yang dicelup ke dalam larutan ini dan dikombinasi
dengan perlakuan pencelupan 10 cc larutan stok dalam 1 liter air.
4. Phenoxethol 1 % digunakan untuk makanan yang dicelup ke dalam larutan
ini, lalu dalam akuarium ditambahkan 10 cc larutan phenoxethol.
5. Dilurate dibutil timah (Tinostat)
6. Yomesan (niklosamida, Lintex): 50 mg (bahan aktif) per kg ikan. Pilihan
untuk aplikasi adalah sebagai berikut: 500 g per 500 kg pelet kering
makan sebesar 1,5% dari berat badan, 2-3 kali pada interval mingguan; 28
g per 40 kg, makan selama 3 hari.
7. Droncit: 5mg/kg ikan, dengan aplikasi langsung atau dimasukkan ke
dalam pelet. Pemberantasan infeksi akan lebih lengkap jika dipadukan
dengan kontrol copepoda di air kolam.
8
2.3 Diphyllobothrium sp.
(Sumber : health.liputan6.com)
➢ Kingdom : Animalia
➢ Phylum : Platyhelminthe
➢ Class : Cestoda
➢ Ordo : Pseudophyllidea
➢ Family : Diphyllobothriidae
➢ Genus : Diphyllobothrium
➢ Species : Diphyllobothrium latum
Cacing dewasa yang keluar dari usus manusia berwarna gading, panjang
mencapai 10 m, terdiri atas 3000 – 4000 buah proglotid; tiap proglotid memiliki
alat kelamin jantan dan betina yang lengkap. Telur mempunyai operkulum,
dikeluarkan melalui lubang uterus proglotid gravid, dan dapat ditemukan dalam
tinja. Telur menetas dalam air, mengeluarkan larva yang disebut korasidium, dan
dimakan oleh hospes perantara pertama, yaitu kelompok Copepoda seperti Cyclops
dan Diaptomus. Dalam hospes ini larva tumbuh menjadi proserekoid, kemudian
Cyclops dimakan hospes perantara kedua yaitu ikan salem, dan proserkoid berubah
menjadi larva pleroserkoid, disebut juga sparganum. Bila ikan dimakan hospes
definitif, misalnya manusia, sedangkan ikan tidak dimakan dengan baik, maka
sparganum di rongga usus halus dapat tumbuh menjadi cacing dewasa.
10
Gambar 2.4 Siklus hidup Diphyllobothrium latum
(sumber : https://www.cdc.gov/)
Ikan yang terinfeksi jenis cacing ini akan memperlihatkan gejala klinis
seperti berkurangnya nafsu makan, pergerakannya lambat, pertumbuhan lambat
dan terjadi perubahan warna tubuh. (Nureynurey, 2011).
11
harus dilarang, walaupun ada kesukaran dalam pelaksanaan administrasi.
Pendinginan sampai -100C selama 24 jam, memasak dengan sempurna selama
paling sedikit 10 menit pada suhu 500C, mengeringkan dan mengasinkan ikan
secara baik akan mematikan larvanya. Penduduk harus diberi penerangan tentang
bahaya makan ikan mentah atau ikan yang tidak dimasak dengan baik.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kelas Cestoda (cacing pita), memiliki badan seperti pita, terdiri atas skoleks, leher dan
badan (strobila) bersegmen (proglotid), menyerap makanan melalui kulit (kutikulum) badan. Ciri
morfologi Marsipometra sp. Tubuhnya terdiri dari segmen-segmen yang disebut proglotida (lebih
dari 4000) yang berisi testes dan folikel, daerah leher pendek dan memiliki sepasang celah
penghisap. Bothriocephalus sp. mempunyai skolek berbentuk lonjong dan terkadang bulat serta
membesar di bagian posterior, namun pada bagian tepi berbentuk cembung. Diphyllobothrium sp.
memiliki ciri terdiri atas scolex (kepala) yang dilengkapi dengan alat isap dan kait-kait, berfungsi
sebagai alat untuk melekatkan atau mengaitkan diri pada dinding usus 16 manusia.
Siklus hidup Marsipometra sp. dimana Digenea umumnya berbentuk pipih seperti daun
dengan struktur mirip turbelaria free living. Tubuh lunak dan terdiri 2 sucker, faring, kaekum
intestinalis, sistem reproduksi. Siklus hidup Bothriocephalus melibatkan inang definitive yaitu
ikan, dan inang perantara yaitu copepoda. Sedangkan siklus hidup Diphyllobothrium sp. Dimana
cacing dewasa yang keluar dari usus manusia berwarna gading, panjang mencapai 10 m, terdiri
atas 3000 – 4000 buah proglotid; tiap proglotid memiliki alat kelamin jantan dan betina yang
lengkap. Sedangkan
Secara umum pencegahan dari parasit cestoda dapat dilakukan adalah membunuh inang
perantara, putuskan siklus hidup dan inang definit, jangan beri makan ikan mentah. Selain itu,
dapat juga dilakukan desinfeksi pada kolam. Cestoda mempunyai kemampuan reproduksi yang
tinggi. Perubahan ekosistem sehingga menguntungkan bagi cacing akan meningkatkan populasi
cacing dengan pesat.
13
DAFTAR PUSTAKA
Abowei, J.F.N, and E.N Ezekiel. “Trematoda, Tape Worms: Infections by Larval and Other Tape
Worms; and Nematoda in African Fish (A Review).” International Journal of Animal
and Veterinary Advances, vol. 3, no. 5, 2011, pp. 352-366.
Anshary, H. 2008. Modul Pembelajaran Berbasis Student Center Learning (SCL). Jurusan
Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Hassanudin. Makasar. Vol
126
FISH, S. (2018). Prevalensi endoparasit pada lambung dan usus ikan gabus (Channa striata).
Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika, 2(2), 1-8.
Meyer, F. P. (1960). Life history of Marsipometra hastata and the biology of its host, Polyodon
spathula. Iowa State University.
14