MIKROPALEONTOLOGI
Disusun oleh :
Mengetahui :
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha kuasa karena atas berkat
dan rahmatnya saya dapat menyelesaikan Laporan Resmi Mikropaleontologi ini dengan baik.
Dalam pembuatan Laporan ini saya susun berdasarkan atas hasil praktikum selama satu
semester ini. Saya selaku penyusun menyadari bahwa ada kekurangan dalam pengetahuan
maupun penulisan kata-kata pada laporan ini, semoga dapat dijadikan pembelajaran agar
lebih baik lagi dalam penulisan laporan selanjutnya, dan semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi yang membacanya. Sekian dan Terimakasih.
M Afzalsyah Keliola
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUl.............................................................................……………
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................………….
DAFTAR ISI............................................................................................................
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................
DAFTAR TABEL....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang..............................................................................................
1.2 Maksud Dan Tujuan....................................................................................
1.3 Metode.........................................................................................................
BAB II DASAR TEORI
2.1 Mikropaleontologi.......................................................................................
2.2 Foraminifera................................................................................................
2.3 Foraminifera Plangtonik.............................................................................
2.3.1 Morfologi Foraminifera Plangtonik...................................................
2.4 Foraminifera Bentonik................................................................................
2.4.1 Morfologi Foraminifera Bentonik......................................................
2.5 Foraminifera Besar......................................................................................
2.5.1 Morfologi Foraminifera Besar............................................................
2.6 Aplikasi Mikropaleontologi
2.6.1 Penentuan Umur.................................................................................
2.6.2 Penentuan Lingkungan Pengendapan.................................................
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Morfologi Foram
3.1.1 Taksonomi
3.1.2 Siklus Perkembang Biakan
3.1.3 Susunan Morfologi
- Cangkang
- Dinding
- Morfologi Kamar
- Aperture
- Bentuk Aperture
3.2 Foraminifera Plantonik
3.2.1 Famili Globigerinidae.........................................................................
3.2.2 Famili Globorotalidae.........................................................................
3.2.3 Famili Hantkenidae.............................................................................
3.2.4 Lampiran Form Praktikum..................................................................
3.3 Foraminifera Benthonik
3.3.1 Genus Dentalina..................................................................................
3.3.2 Genus Amphistegina...........................................................................
3.3.3 Genus Bathysiphon.............................................................................
3.3.4 Genus Bolivina..................................................................................
3.3.5 Genus Nodogerina.............................................................................
3.3.6 Lampiran Form Praktikum................................................................
3.4 Foraminifera Besar
3.3.1 Genus Nummulites............................................................................
3.3.2 Genus Discocylina.............................................................................
3.3.3 Genus Lepidocyclina.........................................................................
3.3.4 Lampiran Form praktikum................................................................
BAB IV PENUTUP
Kritik dan Saran..................................................................................................
Kesimpulan.........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
LAMPIRAN..........................................................................................................…
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang
Mikropaleontologi juga didefinisikan sebagai studi sitematik yang membahas
mikrofosil, klasifikasi, morfologi, ekologi, dan mengenai kepentingannya terhadap
stratigarfi atau ilmu yang mempelajari sisa organisme yang terawetkan di alam
dengan mengunakan alat mikroskop.
Objek studi dari mikropaleontologi ialah Mikrofosil. Mikrofosil sendiri Fosil dari
Organisme yang berukuran kecil maupun bagian/struktur tubuh dari fosil yang
berukuran kecil yang untuk diamati perlu bantuan mikroskop.
1.3 Metode
Metode yang saya gunakan dalam penyusunan laporan ialah metode primer yang
ialah pengamatan dan Deskripsi secara langsung terhadap fosil yang berada di
Laboratorium. Dalam pembuatan Laporan ini juga menggunakan metode sekunder
dengan menggunakan literatur seperti Buku Praktikum Mikropaleontologi serta
literatur yang didapatkan dari sumber buku atau media online.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Mikropaleontologi
Mikropaleontologi merupakan studi yang secara khusus mempelajari sisa-sisa
oraganisme yang terawetkan di alam dengan menggunakan mikroskop. Organisme
yang terawetkan tersebut dinamakan fosil mikro karena berukuran sangat kecil.
Sebagai contoh fosil mikro adalah fosil-fosil dari organisme golongan foraminifera.
Golongan ini umumnya mempunyai ukuran yang kecil, sehingga untuk mengadakan
penelitian harus menggunakan mikroskop. Umumnya fosil mikro berukuran lebih
kecil dari 0,5 mm, tetapi ada pula yangg mencapai 19 mm (Genus Fusulina).
2.2 Foraminifera
Kingdom Protista
Phylum Protozoa
SubPhylum Sarcodina
Superkelas Rhizopoda
Kelas Foraminifera
Bentuk Test
Bentuk test adalah bentuk keseluruhan dari cangkang foraminifera. Macam-macam
test foraminifera antaralain :
1. Globular (berbentuk bola bundar)
2. Disk (berbentuk seperti botol)
3. Cylindrical (berbentuk seperti batang)
4. Spiral
5. Stellate (berbentuk seperti bintang)
6. Cancellate
7. Lancelate (berbentuk seperti gada)
8. Conical (berbentuk kerucut)
9. Spherical
10. Discoidal (berbentuk seperti cakram)
11. Fusiform (bentuk kombinasi)
12. Biumbilicate (mempnyai 2 umbilicus)
13. Tabular (berbetuk seperti tabung)
14. Bifurcating (berbentuk seperti cabang)
15. Aborescent (berbentuk seperti pohon)
16. Radiate (bentuk radial)
17. Irregular (tidak teratur)
18. Hemispherical (bentuk setengah bola)
19. Zig-zag
20. Biconvex (cembung pada kedua sisi)
21. Flaring (seperti obor)
22. Spiroconvex (cembung pada sisi dorsal)
23. Umbiliconvex (cembung pada sisi ventral)
24. Lenticular biumbilicate (seperti ensa)
25. Palmate (seperti daun)
26. Arborescent (seperti pohon)
Bentuk Kamar
Bentuk kamar adalah bentuk masing-masing pembentuk test cangkang
foraminifera. Macam-macam bentuk kamar, antaralain:
1. Spherical
2. Pyriform
3. Tabular
4. Angular truncate
5. Hemispherical
6. Globular
7. Angular rhomboid
8. Angular conical
9. Radial elongate
10. Ovate
11. Clavete
12. Tobuluspinate
13. Flatulose
14. Semicircular
15. Cylical
16. Neat
Komposisi Test
Berdasarkan komposisi kimia maupun material penyusunnya, test (cangkang)
Foraminifera dapat dikelompokkan menjadi, yaitu:
1. Dinding Khitin/Tektin, merupakan bentuk dinding yang paling primitif pada
foraminifera. Dinding ini tersusun oleh zat organik yang mempunyai zat tanduk,
fleksibel, dan transparan. Biasanya berwarna kuning dan tidak berpori
(imperforate). Foraminifera yang mempunyai bentuk dinding ini jarang yang
ditemukan sebagai fosil, kecuali golongan Allogromidae.
2. Dinding Aglutinin/Aranceous, merupakan test yang terbuat dari material-material
asing yang direkatkan satu sama lainnya dengan semen. Aranceous terdiri dari
material asing berupa pasir sedangkan Aglutinin terdiri dari material asing berupa
lumpur, spong-spikulae, beraneka ragam mika, dan lain-lain.
3. Dinding silikaan (siliceus), materialnya dihasilkan/berasal dari organisme itu
sendiri atau dapat juga merupakan material sekunder dalam pembentukannya.
4. Dinding gampingan, terbagi atas empat yaitu:
a. Dinding porselen, terbuat dari material gampingan, tidak berpori, terdiri
dari Kristal-kristal kalsit berukuran kriptokristalin dan mempunyai
kenampakan seperti porselen dengan warna buram atau putih.
b. Dinding gampingan hyaline, hampir kebanyakan dari foraminifera
memunyai dinding tipe ini. Tipe dinding ini merupakan dinding gampingan
yang bersifat bening/transparan dan umumnya berpori halus.
c. Dinding gampingan granular, dinding terdiri atas Kristal-kristal kalsit yang
granular tanpa adanya material asing atau semen
d. Dinding gampingan kompleks, merupakan dinding test yang umumya
terdapat pada golongan fusulinidae (foram besar), mempunyai beberapa
lapisan yang digunakan dalam membedakan tipe Fusulinidae dan
Schagerinid.
2. Polythalamus
Merupakan suatu susunan kamar dan bentuk akhir kamar foraminifera yang terdiri
dari lebih satu kamar, misalnya uniserial saja ata biserial saja. Macam-macam
polythalamus test :
1. Uniformed yang terbagi menjadi :
a. Uniserial yang terbagi lagi mejadi :
Rectilinear (linear punya leher) test uniserial terdiri atas kamar – kamar bulat
yang dipisahkan dengan stolonxy atau neck. Contohnya : Siphonogerina,
Nodogerina.
Gambar 10 Siphonogerina
Linear tanpa leher yaitu kamar tidak bulat dan satu sama lain tidak
dipisahkan leher – leher. Contohnya : Nodosaria.
Gambar 11 Nodosaria
Equitant unserial yaitu test uniserial yang tidak memiliki leher tetapi
sebaliknya kamarnya sangat berdekatan sehingga menutupi sebagian yang
lain. Contohnya : Glandulina.
Gambar 12 Glandulina
Gambar 13 Dentalina
b. Biserial yaitu test yang tersusun oleh dua baris kamar yang terletak berselang –
seling. Contoh : Textularia.
Gambar 14 Textularia
c. Triserial yaitu test yang tersusun oleh tiga baris kamar yang terletak berselang –
seling. Contoh : Uvigerina, Bulmina.
Gambar 15 Uvigerina
2. Biformed test merupakan dua macam susunan kamar yang sangat berbeda satu
dengan yang lainnya dalam sebuah test, misalnya biserial pada awalnya kemudian
menjadi uniserial pada akhirnya. Contoh : Bigerina.
Gambar 16 Bigerina
3. Triformed test yaitu tiga bentuk susunan kamar dalam sebuah test misalnya
permulan biserial kemudian berputar sedikit dan akhirnya menjadi uniserial.
Contohnya : Vulvulina.
Gambar 17 Vulvulina
4. Multiformed test merupakan dalam sebuah test lebih dari tiga susunan kamar,
bentuk ini jarang ditemukan.
Bentuk Kamar
1. Spherical, contohnya Ellipsobulimina sp.
2. Pyriform, contohnya Ellipsoglandulina velascoensis.
3. Tabular, contohnya Pleurostomella subhodosa.
4. Globular, contohnya Globigerina bulloides.
5. Ovate, contohnya Guttlina problema.
6. Angular truncate, contohnya Virgulina gunteri.
7. Hemispherical, contohnya Pulleniatina obliquiloculata.
8. Angular rhomboid, yaitu Globorotalia tumida.
9. Radial elongate, contohnya Clavulina insignis.
10. Clavate, contohnya Hastigerinella bermudezi.
11. Tubulospinate, contohnya Hantkeninaalabamensis.
12. Cyclical, contohya Cycloloculina miocenica.
13. Flatulose, contohnya Pleurostamella clavata.
14. Semicircular, contohnya Pavonina flabelliformis.
3. Kamar Lateral
Kamar ini terletak dibagian atas dan di bawah dari kamar ekuatorial. Identifikasi
pada kamar ini ada pada tebal tipisnya dinding kamar, selain itu pada beberapa genus
sering dijumpai adanya stolon yang menghubungkan rongga antar kamar. Jumlah
kamar terkadang memberikan pengaruh namun tidak terlalu singnifikan.
Foraminifera biasanya dimasukkan dalam Protozoa , [12] [13] [14] atau dalam
Protoctista atau kerajaan Protist yang serupa. [15] [16] Bukti kuat, terutama didasarkan
pada filogenetik molekuler , ada karena milik kelompok utama dalam Protozoa yang
dikenal sebagai Rhizaria . [12] Sebelum pengakuan hubungan evolusi di antara
anggota Rhizaria, Foraminifera umumnya dikelompokkan dengan amoeboid lain
sebagai filum Rhizopodea (atau Sarcodina) di kelas Granuloreticulosa.
Clade Fusulinoids
Pesan † Ozawainellida Solovieva 1980
Pesan † Endothyroida Fursenko 1958
Pesan † Tournayellida Hohenegger & Piller 1973
Pesan † Fusulinida Fursenko 1958
Pesan † Neoschwagerinida Minato & Honjo 1966
Pesanan † Schubertellida Skinner 1931
Pesan † Schwagerinida Solovieva 1985
Pesan † Staffellida Miklukho-Maklay 1949
Clade Milioloids
Klasifkasi Imiah :
3.1.2 Siklus Perkembangbiakan
Dimulai dari sebuah mikrosfer muda dengan sebuah initi (nucleus) dalam
protoplasma.
Inti ini membelah diri terus menerus selama dewasa membentuk nuclei-nuclei (inti).
Jika binatang ini cukup dewasa, maka inti-inti ini akan meninggalkan cangkang dan
keluar sambil membawa sebagian protoplasma.
Kemudian inti-inti dengan protoplasma ini setelah berenagn sejenak akan
memebentuk cangkang baru dengan proloculum yang besar dan cangkang yang
relative kecil.
Semula inti yang hanya sebuah, kemudian muncul inti-inti kecil di dalam satu inti.
Inti-inti kecil ini disebut nucleidi, akan semakin banyak jumlahnya selama binatang
menjadi dewasa.
Akhirnya inti pecah dan nucleidi-nucleidi keluar melalui aperture sambil membawa
sebagian protoplasma dan meninggalkan cangkang yang lama.
Nucleus dengan protoplasma ini kemudian membentuk flagel untuk
pergerakannnya, disebut gamet jantan.
Gamet-gamet ini bergerak leluasa, kemudian gamet yang berlawanan membentuk
konjugasi (zygote)
Zygote ini kemudian membentuk cangkang baru yang tipe mikrosfer dan siklus
berikutbya akan terulang kembali.
Dengan demikian, bentuk-bentuk mikrosfer ini terbentuk secara sexual, sedangkan
bentuk-bentuk megalosfer terbentuk secara asexual.
Dari hasil penyelidikan membuktikan bahwa percampuran secara asexual lebih
banyak terjadi daripada secara sexual.
1. Cangkang
Pada umumnya, foraminifera membentuk cangkang yang biasanya terdiri
atas satu atau beberapa kamar. Berdasarkan jumla kamar yang dimilikinya,
dibagi menjadi dua:
a.Monotalamus test (uniloculer) : cangkang foraminifera yang terdiri atas
satu kamar
b. Politalamus test (multiloculer) : cangkang foraminifera yang terdiri
atas banyak kamar
Berdasarkan bentuknya, cangkang monotalamus dapat dibedakan menjadi
beberapa bentuk, yaitu :
Globular (bulat)
Tubular (tabung)
Flask-shaped (botol)
Triangular (segitiga)
Oval
Spherical
Berdasarkan pada bentuk akhir susunan kamarnya, cangkang politalamus
dapat dibedakan menjadi :
a.Uniformed test : cangkang yang terdiri atas satu macam kamar susunan
kamar. Misalnya uniserial atau biserial saja
b. Biformed test : cangkang foraminifera yang terdiri atas dua macam
susunan kamar. Missalnya, pada awalnya mempunyai susunan kamar
triserial dan pada akhirnya menjadi biserial
c. Triformed test : cangkang foraminifera yang tediri atas tiga macam
susunan kamar
d. Multiformed test : cangkang foraminifera yang terdiri atas lebih dari
tiga macam susunan kamar
Cangkang foraminifera dibedakan menjadi dua, yaitu terputar dan tidak
terputar. Cangkang yang terputar dikelompokkan beberapa jenis, yaitu :
3. Susunan Kamar
1.Planispiral yaitu sifatnya berputar pada satu bidang, semua kamar terlihat
dan pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal sama contohnya Hastigerina
2. Trochospiral yaitu sifat terputar tidak pada satu bidang, tidak semua
kamar terlihat, pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal tidak sama
contohnya Globigerina
4. Aperture
Merupakan lubang utama pada cangkang foraminifera yang berungsi untuk
memasukkan makanan dan mengeluarkan protoplasma biasanya terletak pada
kamar bagian terakhir. Berdasarkan bentuknya, aperture dibedakan menjadi :
1. Orbulina
Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline dan bentuk test spherical,serta
aperture tidak kelihatan (small opening). Aperture ini adalah akiba tdari
terselumbungnya seluruh kamar-kamar sebelumnya oleh kamar terakhir. Beberapa
speies yang termasuk pada genus ini beserta gambar.Urbulina universal, Orbulina
bilobata
2. Genus Globigerina
Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline, bentuk test speroical, bentuk
kamar globural, susunan kamar trochospiral. Aperture terbukalebar dengan bentuk
parabol dan terletak pada umbilicus. Aperture inidisebut umbilical aperture.
3. Genus Globigerinoides
Ciri-ciri morphologi sama dengan Globigerina tetapi mempunyai supplementary
aperture, dengan demikian dapat dikatakan bahwa globigerinoides ini adalah
Globigerina yang mempunyai supplementary aperture.
Gambar 23 Globigerinoides
1. Genus Globorotalia
Ciri-ciri morphologi dengan test hyaline, bentuk test biconvex, bentuk kamar
subglobular, atau “angular conical”. Aparture memanjang dari umbilicus ke pinggir
test. Pada pinggir test terdapat keel dan ada yang tidak.
Gambar 24 Globorotalia Tumida
2. Genus truncorotaloides
Ciri-ciri morfologi dengan dinding test hyaline bentuk test truncate, bentuk kamar
angular truncate. Susunan kamar umbilical convextrochospiral dengan deeply
umbilicus. Aperture terbuka lebar yangmemanjang dari umbilicus ke pinggir test.Ciri-
ciri khasnya dari genus ini ialah terdapatnya sutural supplementary aperture dan
dinding test yang kasar (seperti berduri) yang pada genusgloborotalia hal ini tidak
akan dijumpai. Subgenus ini tidak dibahaslebih lanjut, karena terdapat pada lapisan
tua Eosen Tengah. ContohTruncorotaloides rahr
Pada bagian test terdapat dua umbilicus yang masing- masing terletak pada salah
satu sisi test yang berseberangan. Susunan kamar planispiral involute. Pada beberapa
genus kamar-kamar ditumbuhi oleh spine-spine panjang Beberapa genus yang
termasuk dalam Familiy Hantkeniidae:
1. Genus Hantkenina
Bentuk test biumbilicate, bentuk kamar tabular spinate dan susunan kamar
planispiral involute, tiap-tiap kamar terdapat spine yang panjang. Contoh : Hantkenina
alabamensis
2. Genus Hastigerina
Bentuk test biumbilicate, susunan kamar planispiral involute atau “loosely coiled”.
Mempunyai aperture equatorial yang terletak pada aperture face. Contoh Hastigerina
aequilateralis
Gambar 25 Hastigerina aequilateralis
a. Dinding : gampingan
b. Bentuk Test : cenderung bulat
c. Bentuk Kamar : elips
d. Susunan Kamar : polythalamus
e. Jumlah Kamar : 5 kamar
f. Pertiumbuhan Kamar : lambat
g. Arah Putaran Kamar : searah jarum jam (dextral)
h. Aperture : primer
i. Hiasan : berpori
Deskripsi
a. Dinding : gampingan
b. Bentuk Test : bulat
c. Bentuk Kamar : bulat
d. Susunan Kamar : polythalamus
e. Jumlah Kamar :3
f. Pertiumbuhan Kamar : slow
g. Arah Putaran Kamar : dextral
h. Aperture : primer
i. Hiasan : berpori
Umur :
Jenis : planktonik
Deskripsi Foramnifera Planktonik
Pandangan Ventral Pandangan Dorsal Pandangan Samping
Deskripsi
a. Dinding : gampingan
b. Bentuk Test : bulat
c. Bentuk Kamar : bulat
d. Susunan Kamar : polythalamus
e. Jumlah Kamar : 4 kamar
f. Pertiumbuhan Kamar : slow
g. Arah Putaran Kamar :
pandangan dorsal tidak terlihat sehingga putaran
kamar tidak dapat di tentukan
h. Aperture : primer
i. Hiasan : smooth
Umur : N6-N20
Jenis : Planktonik
Deskripsi Foramnifera Planktonik
Pandangan Ventral Pandangan Dorsal Pandangan Samping
Deskripsi
a. Dinding : gampingan
b. Bentuk Test : bulat
c. Bentuk Kamar : bulat
d. Susunan Kamar : monothaoamus
e. Jumlah Kamar : terdapat kamar yang
terselubung
f. Pertiumbuhan Kamar : tidak dapat diketahui
g. Arah Putaran Kamar : tidak dapat diketahui
h. Aperture : aperture tidak kelihatan (small
opening)
i. Hiasan : smooth
Gambar 27 Amphistegerina
Gambar 28 Bathysiphon
Gambar 29 Bolivina
Deskripsi
a. Dinding : gampingan
b. Bentuk Test : bulat / biconvex
c. Bentuk Kamar : bulat
d. Susunan Kamar : polythalamus
e. Jumlah Kamar :8
f. Pertiumbuhan Kamar : fast
g. Arah Putaran Kamar : searah jarum jam
h. Aperture : berbentuk busur
i. Hiasan : retral processes
Deskripsi
a. Dinding : hyalin
b. Bentuk Test : bulat memanjang
c. Bentuk Kamar : polythalamus, bulat
d. Susunan Kamar : biserial-uniserial (biformed)
e. Jumlah Kamar :6
f. Pertiumbuhan Kamar : fast
g. Arah Putaran Kamar :
h. Aperture : posisi : terminal. Bentu : silt
like
i. Hiasan : smooth
Umur :
Jenis :
Lingkungan Pengendapan : benthonik
Deskripsi Foramnifera Benthonik
Pandangan Ventral Pandangan Dorsal Pandangan Samping
Deskripsi
a. Dinding : hyalin
b. Bentuk Test : memanjang
c. Bentuk Kamar : bulat
d. Susunan Kamar : polythalamus, biserial-
uniserial, biformed
e. Jumlah Kamar : 11
f. Pertiumbuhan Kamar : fast
g. Arah Putaran Kamar : -
h. Aperture : tidak terlihat
i. Hiasan : smooth
Umur :
Jenis : benthonik
Deskripsi Foramnifera Benthonik
Pandangan Ventral Pandangan Dorsal Pandangan Samping
Deskripsi
a. Dinding : porselen
b. Bentuk Test : bulat
c. Bentuk Kamar : membulat, polythalamus
d. Susunan Kamar : planispiral
e. Jumlah Kamar :8
f. Pertiumbuhan Kamar : fast
g. Arah Putaran Kamar : sinistral
h. Aperture : bulat sederhana
i. Hiasan : retral processes
Umur : pleistosen
Jenis : benthonic
3.4 Foraminifera Besar
Bentuk Test pada umumnya besar, lenticular, discoidal, planispiral, dan bilateral
simetris. Test terbuat dari zat gampingan yang tersusun secara radial. Beberapa jenis
sayatan tipis pada golongan ini menunjukkan kenampakan yang berbada-beda.
Gambar 31 Discocylina
Deskripsi :
Deskripsi :
Deskripsi :
Sayatan Horizontal : bentuk test trigonsl dengan ptoloculus kecil / mikrosfeer. Jumlah
putaran searah jarum jam dengan dinding kamar yang tebal.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Mikropaleontologi juga didefinisikan sebagai studi sitematik yang membahas
mikrofosil, klasifikasi, morfologi, ekologi, dan mengenai kepentingannya terhadap
stratigarfi atau ilmu yang mempelajari sisa organisme yang terawetkan di alam
dengan mengunakan alat mikroskop.
Forminifera merupakan kelompok yang penting didalam mikropaleontologi.
Penggunaannya dalam budang geologi banyak sekali manfaatnya, terutama dalam
biostratigrafi. Sangat mudah ditemukan pada batuan sedimen fraksi halus yang
diendapkan pada lingkungan laut.
Foraminifera dapat dibedakan menjadi 2 yaitu Foraminifera besar dan
Foraminifera kecil. Foraminifera kecil dibagi lagi menjadi 2 yatitu Foraminifera
Plangtonik dan Foraminifera Benthonic.
4.2 Saran
Disarankan agar jumlah mikroskop boleh ditambahkan dan agar semua praktikan
mendapatkan mikroskop dengan kualitas pengamatan yang baik, karena ada beberapa
mikroskop yang kurang maksimal saat dipakai untuk identifikasi fosil.
DAFTAR PUSTAKA