Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

MIKROPALEONTOLOGI

Disusun oleh :

Nama : M Afzalsyah Keliola


No. Mhs : 410017125

PRODI TEKNIK GEOLOGI


INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA
2018/2019
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Resmi Praktikum Mikropaleontologi 2019 pada Prodi Teknik Geologi


Institut Teknologi Nasional Yogyakarta oleh :

NAMA : M Afzalsyah Keliola


NIM : 410016086

Mengetahui :

Dosen Pengampu Asisten Dosen


Mikropaleontologi Pr. Mikropaleontologi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha kuasa karena atas berkat
dan rahmatnya saya dapat menyelesaikan Laporan Resmi Mikropaleontologi ini dengan baik.
Dalam pembuatan Laporan ini saya susun berdasarkan atas hasil praktikum selama satu
semester ini. Saya selaku penyusun menyadari bahwa ada kekurangan dalam pengetahuan
maupun penulisan kata-kata pada laporan ini, semoga dapat dijadikan pembelajaran agar
lebih baik lagi dalam penulisan laporan selanjutnya, dan semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi yang membacanya. Sekian dan Terimakasih.

Yogyakarta, 27 Juni 2019

M Afzalsyah Keliola
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUl.............................................................................……………
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................………….
DAFTAR ISI............................................................................................................
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................
DAFTAR TABEL....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang..............................................................................................
1.2 Maksud Dan Tujuan....................................................................................
1.3 Metode.........................................................................................................
BAB II DASAR TEORI
2.1 Mikropaleontologi.......................................................................................
2.2 Foraminifera................................................................................................
2.3 Foraminifera Plangtonik.............................................................................
2.3.1 Morfologi Foraminifera Plangtonik...................................................
2.4 Foraminifera Bentonik................................................................................
2.4.1 Morfologi Foraminifera Bentonik......................................................
2.5 Foraminifera Besar......................................................................................
2.5.1 Morfologi Foraminifera Besar............................................................
2.6 Aplikasi Mikropaleontologi
2.6.1 Penentuan Umur.................................................................................
2.6.2 Penentuan Lingkungan Pengendapan.................................................
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Morfologi Foram
3.1.1 Taksonomi
3.1.2 Siklus Perkembang Biakan
3.1.3 Susunan Morfologi
- Cangkang
- Dinding
- Morfologi Kamar
- Aperture
- Bentuk Aperture
3.2 Foraminifera Plantonik
3.2.1 Famili Globigerinidae.........................................................................
3.2.2 Famili Globorotalidae.........................................................................
3.2.3 Famili Hantkenidae.............................................................................
3.2.4 Lampiran Form Praktikum..................................................................
3.3 Foraminifera Benthonik
3.3.1 Genus Dentalina..................................................................................
3.3.2 Genus Amphistegina...........................................................................
3.3.3 Genus Bathysiphon.............................................................................
3.3.4 Genus Bolivina..................................................................................
3.3.5 Genus Nodogerina.............................................................................
3.3.6 Lampiran Form Praktikum................................................................
3.4 Foraminifera Besar
3.3.1 Genus Nummulites............................................................................
3.3.2 Genus Discocylina.............................................................................
3.3.3 Genus Lepidocyclina.........................................................................
3.3.4 Lampiran Form praktikum................................................................
BAB IV PENUTUP
Kritik dan Saran..................................................................................................
Kesimpulan.........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
LAMPIRAN..........................................................................................................…
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang
Mikropaleontologi juga didefinisikan sebagai studi sitematik yang membahas
mikrofosil, klasifikasi, morfologi, ekologi, dan mengenai kepentingannya terhadap
stratigarfi atau ilmu yang mempelajari sisa organisme yang terawetkan di alam
dengan mengunakan alat mikroskop.
Objek studi dari mikropaleontologi ialah Mikrofosil. Mikrofosil sendiri Fosil dari
Organisme yang berukuran kecil maupun bagian/struktur tubuh dari fosil yang
berukuran kecil yang untuk diamati perlu bantuan mikroskop.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud praktikum Mikropaleontologi adalah untuk mengenal berbagai macam
fosil mikro terutama dari golongan Foraminifera yang umumnya banyak dijumpai.
Tujuannya mendeskripsikan fosil-fosil Foraminifera, sehingga pratikan dapat
menentukan umur relatif suatu batuan, membantu dalam studi lingkungan
pengendapan dan korelasi stratigrafi dengan daerah lain.

1.3 Metode
Metode yang saya gunakan dalam penyusunan laporan ialah metode primer yang
ialah pengamatan dan Deskripsi secara langsung terhadap fosil yang berada di
Laboratorium. Dalam pembuatan Laporan ini juga menggunakan metode sekunder
dengan menggunakan literatur seperti Buku Praktikum Mikropaleontologi serta
literatur yang didapatkan dari sumber buku atau media online.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Mikropaleontologi
Mikropaleontologi merupakan studi yang secara khusus mempelajari sisa-sisa
oraganisme yang terawetkan di alam dengan menggunakan mikroskop. Organisme
yang terawetkan tersebut dinamakan fosil mikro karena berukuran sangat kecil.
Sebagai contoh fosil mikro adalah fosil-fosil dari organisme golongan foraminifera.
Golongan ini umumnya mempunyai ukuran yang kecil, sehingga untuk mengadakan
penelitian harus menggunakan mikroskop. Umumnya fosil mikro berukuran lebih
kecil dari 0,5 mm, tetapi ada pula yangg mencapai 19 mm (Genus Fusulina).

2.2 Foraminifera

Kingdom Protista

Phylum Protozoa

SubPhylum Sarcodina

Superkelas Rhizopoda

Kelas Foraminifera

Allogromiida, Textulariida, Fusulinida,


Ordo
Rotaliida, Miliolida
Tabel 1 taksonomi Foraminifera

Forminifera merupakan kelompok yang penting didalam mikropaleontologi.


Penggunaannya dalam budang geologi banyak sekali manfaatnya, terutama dalam
biostratigrafi. Sangat mudah ditemukan pada batuan sedimen fraksi halus yang
diendapkan pada lingkungan laut.

Foraminifera dapat dibedakan menjadi 2 yaitu Foraminifera besar dan


Foraminifera kecil. Foraminifera kecil dibagi lagi menjadi 2 yatitu Foraminifera
Plangtonik dan Foraminifera Benthonic.
Gambar 1 Foraminifera kecil

2.3 Foraminifera Plangtonik


Foraminifera planktonik merupakan jenisforaminifera yang hidup dengan cara
mengambang di permukaan laut. Foraminifera jumlah genusnya sedikit, tetapi jumlah
spesiesnya banyak. Planktonik pada umumnya hidup mengambang dan bergerak
tergantung oleh arus pasif di permukaan laut. Fosil planktonik ini dapat digunakan
dalam memecahkan masalah geologi antaralain sebagai berikut.
1. Sebagai fosil petunjuk.
2. Digunakan dalam pengkorelasian batuan.
3. Penentuan umur relative suatu lapisan batuan.
4. Penentuan lingkungan pengendapan.
Foraminifera planktonik tidak selalu hidup di permukaan laut, melainkan dapat
pula hidup pada kedalaman-kedalaman tertentu yakni sebagai berikut :
1. Hidup pada kedalaman antara 30-50 meter
2. Hidup pada kedalaman antara 50-100 meter
3. Hidup pada kedalaman 300 meter
4. Hidup pada kedalaman 1000 meter

2.3.1 Morfologi Foraminifera Plangktonik


Foraminifera planktonik mempunyai ciri yang membedakannya dengan
foraminifera yang lain. Ciri-ciri umum foraminifera planktonik yakni sebagai berikut.
1. Test (cangkang) berbentuk bulat.
2. Susunan kamar umumnya Trochospiral.
3. Komposisi test berupa gmping hyaline.
4. Hidup di laut terbuka (mengambang).
5. Di daerah tropis melimpah dan jenisnya sangat bervariasi.
6. Di daerah subtropis-sedang jumlahnya sedikit tapi spesiesnya yang bervariasi.
7. Di daerah subkutub jumlahnya melimpah tetapi spesiesnya sedikit.

Susunan Kamar dan Jumlah Putaran


Susunan kamar foraminifera dapat dibagi menjadi:
1. Planispiral yaitu sifatnya berputar pada satu bidang, semua kamar terlihat dan
pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal sama. Contohnya: Hastigerina
2. Trochospiral yaitu sifat terputar tidak pada satu bidang, tidak semua kamar terlihat,
pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal tidak sama. Contohnya
Globigerina
3. Streptospiral yaitu sifat mula-mula trochospial, kemudian planispiral menutupi
sebagian atau seluruh kamar-kamar sebelumnya. Contoh Pulleniatina.
Adapun cara menghitung jumlah putaran pada cangkang foraminifera kita harus
dapat melihat dahulu arah putarannya, apakah searah jarum jam atau berlawanan, ini
dapat dilihat dari perkembangan kamarnya. Setelah itu ditentukan nomor urutan
perkembangan kamarnya mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar. Barulah
dapat ditarik garis yang memotong kamar satu, kamar nomor dua, dan seterusnya
hingga kamar terakhir. Setelah itu, hitung jumlah putarannya.

Bentuk Test
Bentuk test adalah bentuk keseluruhan dari cangkang foraminifera. Macam-macam
test foraminifera antaralain :
1. Globular (berbentuk bola bundar)
2. Disk (berbentuk seperti botol)
3. Cylindrical (berbentuk seperti batang)
4. Spiral
5. Stellate (berbentuk seperti bintang)
6. Cancellate
7. Lancelate (berbentuk seperti gada)
8. Conical (berbentuk kerucut)
9. Spherical
10. Discoidal (berbentuk seperti cakram)
11. Fusiform (bentuk kombinasi)
12. Biumbilicate (mempnyai 2 umbilicus)
13. Tabular (berbetuk seperti tabung)
14. Bifurcating (berbentuk seperti cabang)
15. Aborescent (berbentuk seperti pohon)
16. Radiate (bentuk radial)
17. Irregular (tidak teratur)
18. Hemispherical (bentuk setengah bola)
19. Zig-zag
20. Biconvex (cembung pada kedua sisi)
21. Flaring (seperti obor)
22. Spiroconvex (cembung pada sisi dorsal)
23. Umbiliconvex (cembung pada sisi ventral)
24. Lenticular biumbilicate (seperti ensa)
25. Palmate (seperti daun)
26. Arborescent (seperti pohon)
Bentuk Kamar
Bentuk kamar adalah bentuk masing-masing pembentuk test cangkang
foraminifera. Macam-macam bentuk kamar, antaralain:
1. Spherical
2. Pyriform
3. Tabular
4. Angular truncate
5. Hemispherical
6. Globular
7. Angular rhomboid
8. Angular conical
9. Radial elongate
10. Ovate
11. Clavete
12. Tobuluspinate
13. Flatulose
14. Semicircular
15. Cylical
16. Neat

Kamar, Septa, dan Suture

Gambar 2 Cangkang Foraminifera Planktonik

Cangkang foraminifera tersusun oleh dinding, kamar, proloculum, septa, suture,


dan aperture.
1. Kamar, merupakan bagian dalam foraminifera (ruang) dimana protoplasma berada.
2. Proloculum, merupakan kamar pertama pada cangkang foraminifera.
3. Septa, yakni bidang pada kamar yang dibatasi oleh suture. Biasanya terdapat
lubang-lubang halus berupa “foramen”. Saat pengamatan mikroskopis, epta dapat
dilihat dari luar test.
4. Suture, yaitu gairs pertemuan antara septa dengan dinding cangkang.
5. Aperture, merupakan lubang utama pada cangkang foraminifera yang berfungsi
sebagai mulut atau jaan keluarnya protolpasma.
Suture sangat penting dalam pengklasifikasian foraminifera, sebab kadang-kadang
foraminifera mempunyai suture yang sangat khas. Berikut ini macam-macam bentuk
suture:
1. Tertekan kuat/dalam, tertekan lemah (mlekuk), rata atau muncul di permukaan test.
2. Lurus, melengkung lemah, melengkung sedang atau melengkung kuat.
3. Suture mempunyai hiasan.

Komposisi Test
Berdasarkan komposisi kimia maupun material penyusunnya, test (cangkang)
Foraminifera dapat dikelompokkan menjadi, yaitu:
1. Dinding Khitin/Tektin, merupakan bentuk dinding yang paling primitif pada
foraminifera. Dinding ini tersusun oleh zat organik yang mempunyai zat tanduk,
fleksibel, dan transparan. Biasanya berwarna kuning dan tidak berpori
(imperforate). Foraminifera yang mempunyai bentuk dinding ini jarang yang
ditemukan sebagai fosil, kecuali golongan Allogromidae.
2. Dinding Aglutinin/Aranceous, merupakan test yang terbuat dari material-material
asing yang direkatkan satu sama lainnya dengan semen. Aranceous terdiri dari
material asing berupa pasir sedangkan Aglutinin terdiri dari material asing berupa
lumpur, spong-spikulae, beraneka ragam mika, dan lain-lain.
3. Dinding silikaan (siliceus), materialnya dihasilkan/berasal dari organisme itu
sendiri atau dapat juga merupakan material sekunder dalam pembentukannya.
4. Dinding gampingan, terbagi atas empat yaitu:
a. Dinding porselen, terbuat dari material gampingan, tidak berpori, terdiri
dari Kristal-kristal kalsit berukuran kriptokristalin dan mempunyai
kenampakan seperti porselen dengan warna buram atau putih.
b. Dinding gampingan hyaline, hampir kebanyakan dari foraminifera
memunyai dinding tipe ini. Tipe dinding ini merupakan dinding gampingan
yang bersifat bening/transparan dan umumnya berpori halus.
c. Dinding gampingan granular, dinding terdiri atas Kristal-kristal kalsit yang
granular tanpa adanya material asing atau semen
d. Dinding gampingan kompleks, merupakan dinding test yang umumya
terdapat pada golongan fusulinidae (foram besar), mempunyai beberapa
lapisan yang digunakan dalam membedakan tipe Fusulinidae dan
Schagerinid.

Jumlah Kamar dan Jumlah Putaran


Foraminifera planktonik memiliki susunan kamar Trocospiral, dengn jumlah kamar
lebih sedikit pada sisi ventral dibandingkan dengan sisi dorsalnya. Untuk susunan
Planispiral jumlah kamar antara sisi ventral dan sisi dorsalnya sama.
Aperture
Aperture merupakan bagian penting pada test forminifera, karena merupakan
lubang pada kamar akhir tempat protoplasma organisme tersebut bergerak keluar
masuk. Berikut ini macam-macam aperture.
1. Primary aperture interiormarginal (aperture utama interior marginal):
a. Primary aperture interiormarginal umbilical: aperture utama
interiormarginal yang terletak pada daerah pusat putaran (umbilicus).
b. Primary aperture interiormarginal equatorial: aperture utama
interiomarginal yang terletak pada equator test. Cirinya adalah apabila dari
samping terlihat simetri dan dijumpai pada susunan planispiral
c. Primary aperture extra umbilical: aperture utama interiormarginal yang
memanjang dari pusat ke peri-peri.
2. Secondary aperture (aperture sekunder): lubang lain (tambahan) dari aperture
utama dan berukuran lebih kecil.
3. Accessory aperture (aperture aksesoris): aperture sekunder yang terletak pada
struktur aksesoris atau struktur tambahan.

Hiasan atau Ornamen

Gambar 3 Hiasan Foraminifera Planktonik


Hasan atau ornament dapat juga dipakai sebagai penciri khas untuk genus atau
spesies tertentu. Berdasarkan letaknya, ornamen dibagi 5 yaitu:
1. Umbilicus
a. Umbilical plug: umbilical yang mempunyai penutup
b. Deeply umbilical: umbilical yang berlubang dalam
c. Open umbilical: umbilical yang terbuka lebar
d. Ventral umbo: umbilicus yang menonjol ke permukaan
2. Suture
a. Bridge: bentuk seperti jembatan
b. Limbate: bentuk suture yang menebal
c. Retral processes: bentuk suture zig-zag
d. Raisced bosses: bentuk tonjolan-tonjolan
3. Peri-peri
a. Keel: lapisan tepi yang tipis dan bening
b. Spine: lapisan yang menyerupai duri runcing
4. Aperture
a. Tooth: menyerupai gigi
b. Lip/rim: bentuk bibir aperture yang menebal
c. Bulla: bentuk segienam teratur
d. Tegilla: bentuk segienam tidak teratur
5. Permukaan test
a. Punctuate: berbintik-bintik
b. Smooth: mulus/licin
c. Reticulate: mempunyai sarang lebah
d. Pustulose: tonjolan-tonjolan bulat
e. Cancallate: tonjolan-tonjolan memanjang.

2.4 Foraminifera Benthonik


Foraminifera benthonik merupakan jenis foraminifera yang hidup dengan cara
menambatkan diri dengan menggunakan vegile atau sesile serta hidup didasar laut
pada kedalaman tertentu. Foraminifera dapat didefenisikan sebagai organisme bersel
tunggal yang hidupnya secara akuatik (terutama hidup di laut), mempunyai satu atau
lebih kamar yang terpisah satu sama lain oleh sekat (septa) yang ditembusi
oleh banyak lubang halus (foramen).
Foraminifera benthonik dapat pula hidup pada kedalaman-kedalaman tertentu
yakni sebagai berikut :
1. Hidup pada kedalaman antara 0-100 meter (litoral)
2. Hidup pada kedalaman antara 0-200 meter (neritik)
3. Hidup pada kedalaman200-2000 meter (bathyal)
4. Hidup pada kedalaman >2000 meter (abysal)
Fosil benthonik juga dapat digunakan dalam memecahkan masalah geologi antara
lain sebagai berikut :
1. Sebagai fosil petunjuk
2. Digunakan dalam pengkorelasian batuan
3. Penentuan lingkungan pengendapan pada lapisan batuan

2.3.1 Morfologi Foraminifera Benthonik


Cangkang dibedakan atas dua kelompok utama, yaitu Cangkang Monothalamus
(Uniloculer) dan Polythalamus (multiloculer). Pada umumnya, istilah monothalamus
dan polythalamus digunakan di Eropa, sedangkan uniloculer dan multilooculer
digunakan di Amerika. Cangkang monothalamus adalah cangkang yang terdiri dari
satu kamar, sedangkang polytalamus terdiri lebih dari satu kamar.
1. Monothalamus
Berdasarkan bentuknya dapat dibedakan menjadi :
a. Bentuk globular atau bola atau spherical. Terdapat pada kebanyakan subfamily
accaminidae Contoh : Saccamina
Gambar 4 Bentuk Test globular

b. Bentuk botol (flarkashaped), terdapat pada kebanyakan subfamily


Proteonaninae Contoh : Lagena

Gambar 5 Bentuk Test botol

c. Bentuk tabung (tabular), terdapat pada kebanyakan subfamili Hyperminidae


Contoh : Hyperammina.

Gambar 6. Bentuk Test Tabung

d. Bentuk kombinasi antara tabung dan botol. Contoh : Lagena

Gambar 7 Bentuk Test kombinasi tabung dan botol

e. Planispiral (uncoiling). Contoh : Rectocornuspira

Gambar 8 Bentuk Test Planispiral


f. Zigzag, Contoh : Lenticulina sp
g. Radiate, Contoh : Astroshizalimi colasandhal
h. Cabang (bifurcatirtg), Contoh: Rhabdamina abyssorum

Gambar 9 Bentuk Test cabang/bifurcatirtg

i. Arburescent, Contoh : Dendrophyra crectosa


j. Tak teratur (irregular), Contoh : Planorbulinoides reticnaculata
k. Setengah lingkaran (hemispherical), Contoh : Pyrgo murrhina
l. Inverted v-shaped chamber (palmate), Contoh : Flabellina rugosa
m. Fusiform, Contoh : Vaginulina laguman

2. Polythalamus
Merupakan suatu susunan kamar dan bentuk akhir kamar foraminifera yang terdiri
dari lebih satu kamar, misalnya uniserial saja ata biserial saja. Macam-macam
polythalamus test :
1. Uniformed yang terbagi menjadi :
a. Uniserial yang terbagi lagi mejadi :
 Rectilinear (linear punya leher) test uniserial terdiri atas kamar – kamar bulat
yang dipisahkan dengan stolonxy atau neck. Contohnya : Siphonogerina,
Nodogerina.

Gambar 10 Siphonogerina
 Linear tanpa leher yaitu kamar tidak bulat dan satu sama lain tidak
dipisahkan leher – leher. Contohnya : Nodosaria.

Gambar 11 Nodosaria
 Equitant unserial yaitu test uniserial yang tidak memiliki leher tetapi
sebaliknya kamarnya sangat berdekatan sehingga menutupi sebagian yang
lain. Contohnya : Glandulina.

Gambar 12 Glandulina

 Curvilinier/uniserial arcuate yaitu test uniserial tetapi sedikit melengkung dan


garis batas kamar satu dengan yang lain atau suture membentuk sudut
terhadap sumbu panjang. Contohnya: Dentalina.

Gambar 13 Dentalina

b. Biserial yaitu test yang tersusun oleh dua baris kamar yang terletak berselang –
seling. Contoh : Textularia.

Gambar 14 Textularia

c. Triserial yaitu test yang tersusun oleh tiga baris kamar yang terletak berselang –
seling. Contoh : Uvigerina, Bulmina.
Gambar 15 Uvigerina

2. Biformed test merupakan dua macam susunan kamar yang sangat berbeda satu
dengan yang lainnya dalam sebuah test, misalnya biserial pada awalnya kemudian
menjadi uniserial pada akhirnya. Contoh : Bigerina.

Gambar 16 Bigerina
3. Triformed test yaitu tiga bentuk susunan kamar dalam sebuah test misalnya
permulan biserial kemudian berputar sedikit dan akhirnya menjadi uniserial.
Contohnya : Vulvulina.

Gambar 17 Vulvulina
4. Multiformed test merupakan dalam sebuah test lebih dari tiga susunan kamar,
bentuk ini jarang ditemukan.

Bentuk test dan kamar foraminifera


Bentuk test adalah bentuk keseluruhan dari cangkang foraminifera, sedangkan
bentuk kamar merupakan bentuk masing – masing kamar pembentuk test.
Macam – macam pembentuk test antara lain :
1. Tabular (berbentuk tabung), contohnya Bathyspiral rerufescens.
2. Bifurcating (bentuk cabang), contohnya Rhabdammina abyssorum.
3. Radiate (bentuk radial), contohnya Astrorizalimicola sandhal.
4. Arborescent (bentuk pohon), contohnya Dendrophrya crecta.
5. Irregular (bentuk tak teratur), contohnya Planorbulinoides sp.
6. Hemispherical (bentuk setengah bola), contohnya Pyrgo murrhina.
7. Zig-zag (bentuk berbelok – belok), contohnya Lenticulina.
8. Lancealate (bentuk seperti gada), contohnya Guttulina sp.
9. Conical (bentuk kerucut), contohnya Textularilla cretos.
10. Spherical (bentuk bola), contohnya Orbulina universa.
11. Discoidal (bentuk cakram), contoh Cycloloculina miocenica.
12. Fusiform (bentuk gabungan), contohnya Vaginulina leguman.
13. Biumbilicate (mempunyai dua umbilicus), contohnya Anomalinella rostrata.
14. Biconvex (bentuk cembung di kedua sisi), contohya Robulus nayaroensis.
15. Flaring (bentuk seperti obor), Goesella rotundeta.
16. Spiroconvex (bentuk cembung di sisi dorsal), contohnya Cibicides refulgens.
17. Umbilicoconvex (bentuk cembung di sisi ventral), contohnya Pulvinulinella
pacivica.
18. Lenticular biumbilicate (bentuk lensa), contohnya Cassidulina laevigata.
19. Palmate (bentuk daun), contohnya Flabellina frugosa.

Gambar 18 bentuk test foraminifera benthonic

Bentuk Kamar
1. Spherical, contohnya Ellipsobulimina sp.
2. Pyriform, contohnya Ellipsoglandulina velascoensis.
3. Tabular, contohnya Pleurostomella subhodosa.
4. Globular, contohnya Globigerina bulloides.
5. Ovate, contohnya Guttlina problema.
6. Angular truncate, contohnya Virgulina gunteri.
7. Hemispherical, contohnya Pulleniatina obliquiloculata.
8. Angular rhomboid, yaitu Globorotalia tumida.
9. Radial elongate, contohnya Clavulina insignis.
10. Clavate, contohnya Hastigerinella bermudezi.
11. Tubulospinate, contohnya Hantkeninaalabamensis.
12. Cyclical, contohya Cycloloculina miocenica.
13. Flatulose, contohnya Pleurostamella clavata.
14. Semicircular, contohnya Pavonina flabelliformis.

Jumlah Kamar dan Jumlah Putaran


Mengklasifikasikan foraminifera berdasarkan jumlah kamar dan jumlah putaran
perlu diperhatikan. Karena spesies tertentu mempunyai jumlah kamar pada sisi ventral
yang hampir pasti sedang dan pada bagian sisi dorsal akan berhubungan erat dengan
jumlah putaran. Jumlah putaran yang banyak umumnya mempunyai jumlah kamar
yang banyak pula, namun jumlah putaran itu juga jumlah kamarnya dalam satu
spesies mempunyai kisaran yang hampir pasti.
Pada susunan kamar trochospiral jumlah putaran dapat diamati pada sisi dorsal,
sedangkan pada planispiral jumlah putaran pada sisi ventral dan dorsal mempunyai
kenampakan yang sama.
Cara menghitung putaran adalah dengan menentukan arah putaran dari cangkang.
Kemudian menentukan urutan pertumbuhan kamar – kamarnya dan menarik garis
pertolongan yang memotong kamar 1 dan 2 dan menarik garis tegak lurus yang
melalui garis pertolongan pada kamar 1 dan 2.

Gambar jumlah kamar dan jumah putaran

Gambar 19 jumlah kamar dan putaran pada foraminifera benthonic


Aperture
Golongan benthos memiliki bentuk aperture yang bervariasi dan aperture itu
sendiri merupakan bagian penting dari test foraminifera, karena merupakan lubang
yang protoplasma organisme tersebut bergerak keluar dan masuk. Macam-macam
aperture foraminifera benthos antara lain :
1. Simple Aperture, yaitu :
a. at end of tabular chamber
b. at base of aperture face
c. in middle aperture face
d. aperture yang bulat dan sederhana, biasanya terletak diujung sebuah
test(terminal), lubangnya bulat.
e. Aperture comma shaped, mempunyai koma/melengkung, tetapi tegak lurus pada
permukaan septal face.
f. Aperture phyaline, merupakan sebuah lubang yang terletak diujung neck yangn
pendek tapi menyolok.
g. Aperture slit like, berbentuk lubang sempit yang memanjang, umum dijumpai
pada foraminifera yang bertest hyaline.
h. Aperture crescentic, lubangnya berbentuk tapal kuda.
2. Supplementary Aperture, yaitu :
a. Infralaminal accessory aperture – dendritik
b. Aperture yang memancar (radiate), merupakan sebuah lubang yang bulat, tapi
mempunyai pematang yang memancar dari pusat lubang.
c. Radiate with apertural facechamberlet.
3. Multiple Aperture, yaitu :
a. Multiple sutural, aperture yang terdiri dari banyak lubang, terletak di sepanjang
suture.
b. Aperture cribralateral, cribrate/inapertural face cribrate. Bentuknya seperti
saringan, lubang uummnya halus dan terdapat pada permukaan kamar akhir.
c. Terminal
d. Primary Aperture, yaitu :
 Primary aperture interiomarginal umbilical
 Interiomarginal umbilical extra runbilical/simple aperture lip/ ventral and
peripheral.

2.4 Foraminifera Besar


Foram besar secara fisik dapat langsung dibedakan dengan ukuran tubuhnya yang
lebih besar dari foraminfera kecil. Foraminifera besar hidup secara bentik di laut
dangkal pada zona neritik dalam (30-80 m), berasosiasi dengan koral membentuk
batugamping terumbu. Walaupun berukuran besar, namun untuk identifikasi
foraminifera besar harus dilakukan dengan sayatan tipis, karena memiliki struktur
bagian dalam yang rumit. Kisaran umur dari foraminifera besar dalam skala waktu
geologi tergolong pendek, sehingga dapat dipergunakan dalam penentuan umur.
Biasanya dijumpai pada batugamping/batugamping pasiran yang mempunyai
kekerasan tinggi, sehingga perlu dilakukan dengan sayatan tipis. Selain itu
foraminifera pengenalan kamar-kamarnya menjadi perlu dalam penamaan. Dan hanya
dapat diamati dengan metode-metode sayatan tipis.

2.5.1 Morfologi Foraminifera Besar


Kamar
Jumlah kamar dari foram besar sangat banyak dan terputar, serta tumbuh secara
bergradasi. Jenis kamar dapat dibedakan atas kamar embrional, ekuatorial dan lateral.
Pengenalan yang baik terhadap jenis kamar sangat membantu dalam taksonomi.
1. Kamar Embrional
Merupakan kamar yang tumbuh pertama kali atau dikenal sebagai proloculus. Pada
umumnya proloculus dijumpai dibagian tengah, namun beberapa genus terdpat
dibagian tepi seperti myogypsina. Kamar embrional dapat dibedakan menjadi 2, yaitu
protoconch dan deutroconh. Terkadang diantara kamar embrionik dengan kamar
ekuatorial terdapat kamar nepionik, namun dalam pengamatan sulit dikenali.
2. Kamar Ekuatorial
Kamar ini terdapat pada bidang ekuatorial. Jumlah kamar ekuatorial sangat
membantu untuk mengetahui jumlah putaran dari test foraminifera besar. Jumlah
putaran pada beberapa golongan menjadi pembeda diantara beberapa genus.

3. Kamar Lateral
Kamar ini terletak dibagian atas dan di bawah dari kamar ekuatorial. Identifikasi
pada kamar ini ada pada tebal tipisnya dinding kamar, selain itu pada beberapa genus
sering dijumpai adanya stolon yang menghubungkan rongga antar kamar. Jumlah
kamar terkadang memberikan pengaruh namun tidak terlalu singnifikan.

Gambar 20 Sayatan Foraminifera Besar

2.6 Aplikasi Mikropaleontologi


Mikrofosil khususnya foraminifera memiliki nilai kegunaan dibidang geologi yang
sangat tinggi. Hal ini disebabkan oleh sifat keterdapatannya yang dapat dijumpai
dihampir semua batuan sedimen yang mengandung karbonat. Penggunaan data yang
sering digunakan adalah untuk penentuan umur termasuk penyusunan biostratigrafi
dan penentuan lingkungan pengendapan.

2.6.1. Penentuan umur


Penentuan umur dengan foraminifera dan mikrofosil yang lain memiliki beberapa
keuntungan, yaitu:
1. Mudah, murah dan cepat
2. Didukung oleh publikasi yang banyak
3. Banyak digunakan di berbagai eksplorasi minyak bumi
4. Keterdapatannya pada hampir semua batuan sedimen yang mengandung unsur
karbonat.
Penentuan umur biasanya menggunakan foraminifera plangtonik. Disamping
jumlah genus sedikit, plankton sangat peka terhadap perubahan kadar garam, hal ini
menyebabkan hidup suatu spesies mempunyai kisaran umur yang pendek sehingga
baik untuk penciri umur suatu lapisan batuan.Biozonasi foraminifera planktonik yang
populer dan sering digunakan di Indonesia adalah Zonasi Blow (1969), Bolli (1966)
dan Postuma (1971).
Pada zaman tersier dibagi menjadi beberapa bagian – bagian yang lebih kecil,
diamana pada zaman tersier bawah (Paleogen) dinotasikan dengan huruf “P”
kemudian didepan huruf tersebut diberikan indeks angka “1” untuk paleogen tertua
yang kemudian berturut 2,3,4,5,…. Hingga 19 untuk Paleogen termuda.
Tersier atas (neogen) dinotasikan dengan huruf “N” yang juga diberikan angka
indeks mulai dari 21 untuk yang termuda hingga 1 untuk yang tertua serta N23 dan
N22 untuk Pleistocene. Adapun tahapan dalam penentuan umur dengan
memnggunakan foraminifera plankton adalah sebagai berikut :
1. Pengambilan sampel di lapangan yang kemudian melakukan penyajian fosil.
2. Pengmatan dibawah mikroskop untuk mengamati species-species yang ditemukan
dan memisahkannya.
3. Menentukan umur dari setiap species yang ditemukan
4. Memasukkan umur serta species kedalam tabel umur
Untuk melihat umur dari lapisan batuannya kita melihat kolom yang paling banyak
yang dipotong oleh garis umur. Seperti ditemukan batuan yang memiliki kandungan
fosil foraminifera plankton yang dominan berumur Middle Miocene, maka dapat
dipastikan batuan tersebut berumur Middle Miocene.
Penentuan umur suatu batuan ditentukan oleh kandungan fosil foraminifera
plankton yang terdapat dalam batuan tersebut bukan dari kandungan foraminifera
benthos (kecuali foram besar). Untuk penetuan umur kita juga dapat menggunakan
fosil dari foram besar, metode ini disebut juga dengan klasifikasi huruf Tersier yang
diajukan oleh Van Der Vlerk dan Umgrove pada tahun 1927. Pada klasifikasi ini
zaman tersier juga dinotasikan dengan huruf “ T ” namun dibagi dengan indeks huruf
dimana huruf “a” untuk tersier tertua kemudian beturut hingga “h” yang menandakan
tersier yang termuda. adapun tahapan dari klasifikasi ini adalah:
Pengambilan sampel dilapangan yang kemudian melakukan penyajian fosil dengan
cara melepaskan fosil tersebut dari batuan dan menyayat tipis fosil (0.05 mm) lalu
menenpelkannya di plat kaca yang kemudian diamati dibawah mikroskop. Bila
fosilnya sulit dilepaskan dari batuan maka Penamaan fosil dapat dicari dengan
penamaan genus dan species yang ada. Menentukan umur dari setiap genus species
yang ditemukan dalam range chart yang dibuat oleh Adam, 1970.Memasukkan umur
serta species ke dalam tabel umur Kolom yang terbanyak dipotong oleh garis umur
adalah umur dari batuan tersebut.
Tabel 2 zona penentuan umur

2.6.2 Penentuan Lingkungan Pengendapan


Salah satu kegunaan dari mikrofosil khususnya foraminifera adalah untuk
penentuan lingkungan pengendapan purba. Yang dimaksud dengan lingkungan
pengendapan adalah tempat dimana batuan sedimen tersebut terendapakan, dapat
diketahui dari aspek fisik, kimiawi dan biologis. Aspek biologis inilah yang disebut
dengan fosil.
Untuk dapat mengetahui lingkungan pengendapannya dapat menggunakan fosil
foraminifera kecil benthik. Beberapa fosil penciri lingkungan pengendapan adalah:
1. Habitat air payau :mengandung foraminifera arenaceous seperti: Ammotium,
Trochammina dan Miliammina.
2. Habitat Laguna: fauna air payau masih di jumpai ditambah dengan Amonia dan
Elphidium.
3. Habitat Pantai Terbuka: lingkungan dengan energi yang kuat. Didominasioleh
fauna berukuran besar seperti: Elphidium spp., Ammnia becarii dan Amphistegina.
4. Zona Neritik Dalam (0-30 m): Elphidium, Eggerella advena dan Textularia.
5. Zona Neritik Tengah (30-100 m): Eponides, Cibicides, Robulus dan Cassidulina.
6. Zona Neritik Luar (100-200 m): Bolivina, Marginulina, Siphonina dan Uvigerina.
7. Zona Bathyal Atas (200-500 m): Uvigerina spp., Bulimina, Valvulineria, Bolivina
dan Gyroidina soldanii.
8. Zona Bathyal Tengah (500-1000 m): cyclammina, Chilostomella, Cibicides
wuellerstorfi dan Cabicides rugosus.
9. Zona Bathyal Bawah (1000-2000 m): Melonis barleeanus, Uvigerina hispida,
Uvigerina peregrina dan Oridorsalis umbonatus.
10. Zona Abyssal (2000-5000 m): Melonis pompiloides, Uvigerina ampulacea,
Bulimina rostrata, Cibicides mexicamus dan Eponides tumidulus.
11. Zona Hadal (>5000 m): Bathysiphon, Recurvoides turbinatus.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Morfologi Foram
3.1.1 Taksonomi

Posisi taksonomi Foraminifera bervariasi sejak pengakuan mereka sebagai


protozoa (protista) oleh Schultze pada tahun 1854, [10] di sana disebut sebagai
perintah, Foraminiferida. Loeblich dan Tappan (1992) mengulangi Foraminifera
sebagai kelas [11] seperti yang sekarang umum dianggap.

Foraminifera biasanya dimasukkan dalam Protozoa , [12] [13] [14] atau dalam
Protoctista atau kerajaan Protist yang serupa. [15] [16] Bukti kuat, terutama didasarkan
pada filogenetik molekuler , ada karena milik kelompok utama dalam Protozoa yang
dikenal sebagai Rhizaria . [12] Sebelum pengakuan hubungan evolusi di antara
anggota Rhizaria, Foraminifera umumnya dikelompokkan dengan amoeboid lain
sebagai filum Rhizopodea (atau Sarcodina) di kelas Granuloreticulosa.

Rhizaria bermasalah, karena mereka sering disebut "supergrup", daripada


menggunakan peringkat taksonomi seperti filum . Cavalier-Smith mendefinisikan
Rhizaria sebagai infra-kerajaan di dalam kerajaan Protozoa. [12]

Beberapa taksonomi menempatkan Foraminifera dalam filum mereka sendiri,


menempatkannya sejajar dengan Sarcodina amoeboid tempat mereka ditempatkan.

Meskipun belum didukung oleh korelasi morfologis, data molekuler sangat


menyarankan Foraminifera terkait erat dengan Cercozoa dan Radiolaria , keduanya
juga termasuk amoeboid dengan cangkang kompleks; ketiga kelompok ini
membentuk Rhizaria. [13] Namun, hubungan persis dari foram dengan kelompok lain
dan satu sama lain masih belum sepenuhnya jelas.Foraminifera terkait erat
dengan testo amuba . [17]

Taksonomi terbaru oleh Mikhalevich 2013. [18]

Foraminifera d'Orbigny 1826 Pesan Reticulomyxida

Kelas Schizocladea Cedhagen & Mattson 1992 Pesan Schizocladida

Kelas Xenophyophorea Schultze 1904


Orde Stannomida Tendal 1972
Orde Psamminida Tendal 1972

Kelas Astrorhizata Saidova 1981


Subclass Lagynana Mikhalevich 1980
Orde Ammoscalariida Mikhalevich 1980
Orde Lagynida Mikhalevich 1980
Pesan Allogromiida Loeblich & Tappan 1961

Subclass Astrorhizana Saidova 1981

Pemesanan Astrorhizida Lankester 1885


Pesan Dendrophryida Mikhalevich 1995
Orde Hippocrepinida Saidova 1981
Pesan † Parathuramminida Mikhalevich 1980
Pesan Psammosphaerida Haeckel 1894

Kelas Rotaliata Mikhalevich 1980 (foraminifers hialin)


Subkelas Globigerinana Mikhalevich 1980
Pesan Cassigerinellida Mikhalevich 2013
Pesan Globigerinida Carpenter, Parker & Jones 1862
Orde Hantkeninida Mikhalevich 1980
Pesan Heterohelicida Fursenko 1958
Orde Globorotaliida Mikhalevich 1980

Subkelas Textulariana Mikhalevich 1980


Orde Nautiloculinida Mikhalevich 2003
Pesan Spiroplectamminida Mikhalevich 1992
Pesan Textulariida Delage & Hérouard 1896
Pesan Trochamminida Saidova 1981 ( Carterinida Loeblich & Tappan 1955 ]
Pesan Verneuilinida Mikhalevich & Kaminski 2003

Subclass Rotaliana Mikhalevich 1980

Superorder Robertinoida Mikhalevich 1980


Pesanan Robertinida Mikhalevich 1980

Superorder Nonionoida Saidova 1981


Orde Elphidiida Saidova 1981
Memesan Nummulitida Carpenter, Parker & Jones 1862
Pesan † Orbitoidida Copeland 1956
Orde Nonionida Saidova 1981

Superorder Buliminoida Saidova 1981


Memesan Cassidulinida d'Orbigny 1839
Orde Buliminida Saidova 1981
Ordo Bolivinitida Saidova 1981

Superorder Discorboida Ehrenberg 1838

Pesan Chilostomellida Haeckel 1894


Pesan Discorbida Ehrenberg 1838
Pesan Glabratellida Mikhalevich 1994
Orde Planorbulinida Mikhalevich 1992
Memesan Rotaliida Lankester 1885
Pesan Rosalinida Delage & Hérouard 1896

Kelas Nodosariata Mikhalevich 1992


Subclass Hormosinana Mikhalevich 1992
Orde Ammomarginulinida Mikhalevich 2002
Orde Nouriida Mikhalevich 1980
Pesan † Pseudopalmulida Mikhalevich 1992
Order Saccamminida Lankester 1885
Orde Hormosinida Mikhalevich 1980

Subclass Nodosariana Mikhalevich 1992

Pesan † Biseriamminida Mikhalevich 1981


Orde Delosinida Revets 1989
Pesan Lagenida Delage & Hérouard 1896
Pesan † Palaeotextulariida Hohenegger & Piller 1975
Orde Polymorphinida Mikhalevich 1980
Orde Vaginulinida Mikhalevich 1993
Pesan Nodosariida Calkins 1926

Kelas Spirillinata Mikhalevich 1992


Subkelas Ammodiscana Mikhalevich 1980
Pesan † Plagioraphida Mikhalevich 2003
Orde Ammodiscida Mikhalevich 1980 [Pseudoammodiscoida Conil & Lys 1970 ]
Orde Ammovertellinida Mikhalevich 1999
Pesan Ataxophragmiida Fursenko 1958 [Orbitolinida Ehrenberg 1839 ]

Subkelas Spirillinana Mikhalevich 1992

Superorder † Archaediscoida Pojarkov & Skvortsov 1979


Pesan † Archaediscida Pojarkov & Skvortsov 1979
Pesan † Lasiodiscida Mikhalevich 1993
Pesan † Tetrataxida Mikhalevich 1981

Superorder Involutinoida Hohenegger & Piller 1977


Pesan † Hottingerellida Mikhalevich 1993
Pesan Involutinida Hohenegger & Piller 1977

Superorder Spirillinoida Hohenegger & Piller 1975

Orde Seabrookiida Mikhalevich 1980


Pesan Cymbaloporida Mikhaelevich 2013
Order Spirillinida Hohenegger & Piller 1975
Orde Patellinida Mikhalevich 1992

Kelas Miliolata Saidova 1981 (foraminifer porcelaneous)

Subclass Schlumbergerinana Mikhalevich 1992


Pesan Lituotubida Mikhalevich 1992
Orde Loftusiida Kaminski & Mikhalevich 2004
Pesan Sphaeramminida Mikhalevich & Kaminski 2004
Orde Cyclolinida Mikhalevich 1992
Pesan Haplophragmiida Loeblich & Tappan 1989
Pesan Schlumbergerinida Mikhalevich 1980 [Rzehakinida Saidova 1981 ]
Pesan Lituolida Lankester 1885

Subclass Miliolana Saidova 1981

Clade Fusulinoids
Pesan † Ozawainellida Solovieva 1980
Pesan † Endothyroida Fursenko 1958
Pesan † Tournayellida Hohenegger & Piller 1973
Pesan † Fusulinida Fursenko 1958
Pesan † Neoschwagerinida Minato & Honjo 1966
Pesanan † Schubertellida Skinner 1931
Pesan † Schwagerinida Solovieva 1985
Pesan † Staffellida Miklukho-Maklay 1949

Clade Milioloids

Pesan † Costiferida Mikhalevich 1988


Orde Squamulinida Mikhalevich 1988
Pesan Cornuspirida Jirovec 1953
Pesan Soritida Schultze 1854 [Orbitolitida Wedekind 1937 ]
Pesan Nubeculariida Jones 1875
Pesan Miliolida Delage & Hérouard 1896

Klasifkasi Imiah :
3.1.2 Siklus Perkembangbiakan

Siklus Reproduksi Foraminifera


Siklus Perkembangan Foraminifera

 Dimulai dari sebuah mikrosfer muda dengan sebuah initi (nucleus) dalam
protoplasma.
 Inti ini membelah diri terus menerus selama dewasa membentuk nuclei-nuclei (inti).
 Jika binatang ini cukup dewasa, maka inti-inti ini akan meninggalkan cangkang dan
keluar sambil membawa sebagian protoplasma.
 Kemudian inti-inti dengan protoplasma ini setelah berenagn sejenak akan
memebentuk cangkang baru dengan proloculum yang besar dan cangkang yang
relative kecil.
 Semula inti yang hanya sebuah, kemudian muncul inti-inti kecil di dalam satu inti.
Inti-inti kecil ini disebut nucleidi, akan semakin banyak jumlahnya selama binatang
menjadi dewasa.
 Akhirnya inti pecah dan nucleidi-nucleidi keluar melalui aperture sambil membawa
sebagian protoplasma dan meninggalkan cangkang yang lama.
 Nucleus dengan protoplasma ini kemudian membentuk flagel untuk
pergerakannnya, disebut gamet jantan.
 Gamet-gamet ini bergerak leluasa, kemudian gamet yang berlawanan membentuk
konjugasi (zygote)
 Zygote ini kemudian membentuk cangkang baru yang tipe mikrosfer dan siklus
berikutbya akan terulang kembali.
 Dengan demikian, bentuk-bentuk mikrosfer ini terbentuk secara sexual, sedangkan
bentuk-bentuk megalosfer terbentuk secara asexual.
 Dari hasil penyelidikan membuktikan bahwa percampuran secara asexual lebih
banyak terjadi daripada secara sexual.

Perbedaan mikrosperik & megaskoperik :: ukuran, mikro tk da kamar,

Jenis cangkang Megalosfer Mikrosfer


Hasil reproduksi Aseksual Seksual
Ukuran proluculus Relatif besar Relatif kecil
Ukuran cangkang Kecil Besar
Jumlah kamar Sedikit Banyak
Jumlah cangkang Sangat Banyak sedikit
3.1.3 Susunan Morfolofi

1. Cangkang
Pada umumnya, foraminifera membentuk cangkang yang biasanya terdiri
atas satu atau beberapa kamar. Berdasarkan jumla kamar yang dimilikinya,
dibagi menjadi dua:
a.Monotalamus test (uniloculer) : cangkang foraminifera yang terdiri atas
satu kamar
b. Politalamus test (multiloculer) : cangkang foraminifera yang terdiri
atas banyak kamar
Berdasarkan bentuknya, cangkang monotalamus dapat dibedakan menjadi
beberapa bentuk, yaitu :

 Globular (bulat)
 Tubular (tabung)
 Flask-shaped (botol)
 Triangular (segitiga)
 Oval
 Spherical
Berdasarkan pada bentuk akhir susunan kamarnya, cangkang politalamus
dapat dibedakan menjadi :
a.Uniformed test : cangkang yang terdiri atas satu macam kamar susunan
kamar. Misalnya uniserial atau biserial saja
b. Biformed test : cangkang foraminifera yang terdiri atas dua macam
susunan kamar. Missalnya, pada awalnya mempunyai susunan kamar
triserial dan pada akhirnya menjadi biserial
c. Triformed test : cangkang foraminifera yang tediri atas tiga macam
susunan kamar
d. Multiformed test : cangkang foraminifera yang terdiri atas lebih dari
tiga macam susunan kamar
Cangkang foraminifera dibedakan menjadi dua, yaitu terputar dan tidak
terputar. Cangkang yang terputar dikelompokkan beberapa jenis, yaitu :

 Planispiral : cangkang yang semua putaran lingkarannya terletak pada


satu bidang
 Tracospiral : cangkang yang ---------------------------------------
 Streptospiral :
 Involute test : cangkang yang putaran kamar-kamarnya lebih akhir
menutupi sebagian putaran kamar terdahulu, sehingga yang terlihat
hanya putaran akir saja
 Evolute test : cangkang yang seluruh putaran kamarnya dapat terlihat
2. Dinding
Lapisan terluar dari cangkang foraminifera yang berfungsi melindungi bagian
dalam tubuhnya. Dinding ini terdiri atas beberapa macam, yaitu :
a.Hyalin : tipe dinding ini merupakan dinding gampingan yang bersifat
bening dan transparan, berpori.
b. Porselen: dinding ini tidak berpori dan mempunyai kenampakan
seperti porselen serta terbuat dari zat gampingan
c. Aglutinan : dinding yang terbuat dari material asing yang direkatkan
satu sama lain dengan semen. Pada dinding aglutinan ini mempunyai
material asing seperti mika, lumpur, spong-spikulae, cangkang foram
dan sebagainya
d. Khitin : dinding ini terbuat dari zat organik yang menyerupai zat tanduk,
leksibel, transparan, biasanya berwarna kuning dan tidak berpori

3. Susunan Kamar

Susunan kamar foraminifera dapat dibagi menjadi 3

1.Planispiral yaitu sifatnya berputar pada satu bidang, semua kamar terlihat
dan pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal sama contohnya Hastigerina

2. Trochospiral yaitu sifat terputar tidak pada satu bidang, tidak semua
kamar terlihat, pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal tidak sama
contohnya Globigerina

3.Streptospiral yaitu sifat mula-mula trochospial, kemudian planispiral


menutupi sebagian atau seluruh kamar-kamar sebelumnya. Contoh Pulleniatina.

4. Aperture
Merupakan lubang utama pada cangkang foraminifera yang berungsi untuk
memasukkan makanan dan mengeluarkan protoplasma biasanya terletak pada
kamar bagian terakhir. Berdasarkan bentuknya, aperture dibedakan menjadi :

 Bulat sederana atau globular : biasanya terletak di ujung kamar akhir


 Radiate (memancar ): sebuah lubang bulat dengan sejumlah galengan
yang memancar dari pusar lubang
 Phialine : sebuah lubang bulat, mempunyai bibir dan leher
 Crescentic : berbentuk tapal kuda atau busur panah
 Bulimine/ virguliune: berbentuk seperti koma (,) yang melengkung
 Silt like : berbentuk lubang sempit yang memanjang
 Dendritik : berbentuk seperti ranting pohon
 Bergigi : berbentuk lubang melengkung yang pada bagian dalamnya
terdapat tonjolan menyerupai gigi.
Berdasarkan posisinya pada cangkang foraminifera, aperture dapat
dibedakan menjadi,

 Terminal : aperture yang terletak pada ujung kamar yang terakhir


 Periferal : aperture yang memanjang dari bagian umbilicus ke arah tepi
(phery)
 Umbical : aperture yang terletak pda bagian umbilicus
 Interiomarginal :
 Umbilikal –ekstraumbilikal :
 Basal
 Aereal : aperture yg tersebar di permukaan cangkang
5. Bentuk Aperture

Bentuk aperture ada beberapa yaitu :

- tooth : menyerupai gigi

- Lip/rim : Bentuk bibir aperture yang menebal

- Bulla : Bentuk Segienam teratur

- Tegilla : Bentuk Segienam tidak terartur

3.2 Foraminifera Plangtonik


3.2.1 Famili Globigerinidae
Family ini pada umumnya mempunyai bentuk test spherical atau semi spherical
dengan bantuk kamar globular dan susunan kamar trchospiral rendah atau tinggi.
Aperture pada umumnya terbuka lebar dengan posisi yang terletak pada umbilicus
dan juga pada suture atau pada apertural face. Beberapa genus yang sering muncul
dalam famili ini adalah :

1. Orbulina
Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline dan bentuk test spherical,serta
aperture tidak kelihatan (small opening). Aperture ini adalah akiba tdari
terselumbungnya seluruh kamar-kamar sebelumnya oleh kamar terakhir. Beberapa
speies yang termasuk pada genus ini beserta gambar.Urbulina universal, Orbulina
bilobata

Gambar 21 Orbulina Universa

2. Genus Globigerina
Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline, bentuk test speroical, bentuk
kamar globural, susunan kamar trochospiral. Aperture terbukalebar dengan bentuk
parabol dan terletak pada umbilicus. Aperture inidisebut umbilical aperture.

Gambar 22 Globigerina Nephetenes

3. Genus Globigerinoides
Ciri-ciri morphologi sama dengan Globigerina tetapi mempunyai supplementary
aperture, dengan demikian dapat dikatakan bahwa globigerinoides ini adalah
Globigerina yang mempunyai supplementary aperture.

Gambar 23 Globigerinoides

3.2.2 Famili Globorotalia

Family ini umumnya mempuyai test biconvex, bentuk kamar subglobular,susunan


kamar trochospiral , Aperture memanjang dari umbilicus ke pinggir testdan terletak
pada dasar apertural face. Pinggir test ada yang mempunyai keel danada yang tidak.
Berdasarkan bentuk test, bentuk kamar, aperture dan keel, makafamily ini dapat
dibagi atas dua genus, yaitu :

1. Genus Globorotalia
Ciri-ciri morphologi dengan test hyaline, bentuk test biconvex, bentuk kamar
subglobular, atau “angular conical”. Aparture memanjang dari umbilicus ke pinggir
test. Pada pinggir test terdapat keel dan ada yang tidak.
Gambar 24 Globorotalia Tumida

2. Genus truncorotaloides
Ciri-ciri morfologi dengan dinding test hyaline bentuk test truncate, bentuk kamar
angular truncate. Susunan kamar umbilical convextrochospiral dengan deeply
umbilicus. Aperture terbuka lebar yangmemanjang dari umbilicus ke pinggir test.Ciri-
ciri khasnya dari genus ini ialah terdapatnya sutural supplementary aperture dan
dinding test yang kasar (seperti berduri) yang pada genusgloborotalia hal ini tidak
akan dijumpai. Subgenus ini tidak dibahaslebih lanjut, karena terdapat pada lapisan
tua Eosen Tengah. ContohTruncorotaloides rahr

3.2.3 Famili Hanteknida

Pada bagian test terdapat dua umbilicus yang masing- masing terletak pada salah
satu sisi test yang berseberangan. Susunan kamar planispiral involute. Pada beberapa
genus kamar-kamar ditumbuhi oleh spine-spine panjang Beberapa genus yang
termasuk dalam Familiy Hantkeniidae:

1. Genus Hantkenina
Bentuk test biumbilicate, bentuk kamar tabular spinate dan susunan kamar
planispiral involute, tiap-tiap kamar terdapat spine yang panjang. Contoh : Hantkenina
alabamensis

Gambar 24 Hantkenina alabamensis

2. Genus Hastigerina
Bentuk test biumbilicate, susunan kamar planispiral involute atau “loosely coiled”.
Mempunyai aperture equatorial yang terletak pada aperture face. Contoh Hastigerina
aequilateralis
Gambar 25 Hastigerina aequilateralis

3.2.4 Lampiran Form praktikum

Deskripsi Foramnifera Planktonik


Pandangan Ventral Pandangan Dorsal Pandangan Samping

Filum : foraminifera Keterangan Gambar :


Klas : rolatidia 1. kamar
Ordo : globigerinida 2. aperture
Superfamili : globegerina 3.
Famili : globorotalia 4.
Genus : globorotalia
Spesies : globorotalia tumida
Deskripsi

a. Dinding : gampingan
b. Bentuk Test : cenderung bulat
c. Bentuk Kamar : elips
d. Susunan Kamar : polythalamus
e. Jumlah Kamar : 5 kamar
f. Pertiumbuhan Kamar : lambat
g. Arah Putaran Kamar : searah jarum jam (dextral)
h. Aperture : primer
i. Hiasan : berpori

Umur : 23.0-5,33 (M)


Jenis : Planktonik
Deskripsi Foramnifera Planktonik
Pandangan Ventral Pandangan Dorsal Pandangan Samping

Filum : foraminifera Keterangan Gambar :


Klas : rolatidia 1. kamar
Ordo : globogerina 2. aperture
Superfamili : 3.
Famili : globogerinidae 4.
Genus : globogerinides
Spesies : globogerinides

Deskripsi

a. Dinding : gampingan
b. Bentuk Test : bulat
c. Bentuk Kamar : bulat
d. Susunan Kamar : polythalamus
e. Jumlah Kamar :3
f. Pertiumbuhan Kamar : slow
g. Arah Putaran Kamar : dextral
h. Aperture : primer
i. Hiasan : berpori

Umur :
Jenis : planktonik
Deskripsi Foramnifera Planktonik
Pandangan Ventral Pandangan Dorsal Pandangan Samping

Filum : foraminifera Keterangan Gambar :


Klas : rotaliadea 1. kamar
Ordo : globogerinida 2. aperture
Superfamili : globeria 3.
Famili : globigerinidae 4.
Genus : globoquandrina
Spesies : globoquadrina

Deskripsi

a. Dinding : gampingan
b. Bentuk Test : bulat
c. Bentuk Kamar : bulat
d. Susunan Kamar : polythalamus
e. Jumlah Kamar : 4 kamar
f. Pertiumbuhan Kamar : slow
g. Arah Putaran Kamar :
pandangan dorsal tidak terlihat sehingga putaran
kamar tidak dapat di tentukan
h. Aperture : primer
i. Hiasan : smooth

Umur : N6-N20
Jenis : Planktonik
Deskripsi Foramnifera Planktonik
Pandangan Ventral Pandangan Dorsal Pandangan Samping

Filum : foraminifera Keterangan Gambar :


Klas : radien 1. kamar
Ordo : globerindae 2.
Superfamili : globogerinidae 3.
Famili : globogerinidae 4.
Genus : orbulina
Spesies : orbulina universa

Deskripsi

a. Dinding : gampingan
b. Bentuk Test : bulat
c. Bentuk Kamar : bulat
d. Susunan Kamar : monothaoamus
e. Jumlah Kamar : terdapat kamar yang
terselubung
f. Pertiumbuhan Kamar : tidak dapat diketahui
g. Arah Putaran Kamar : tidak dapat diketahui
h. Aperture : aperture tidak kelihatan (small
opening)
i. Hiasan : smooth

Umur : miosen tengah


Jenis : planktonik
3.3 Foraminifera Bentonik
3.3.1 Genus Dentalia
Termasuk famili Lageridae, dengan ciri – ciri test pilythalamus, uniserial, curvilinier,
suture menyudut, komposisi test gampingan berpori halus, aperture memancar,
terletak pada ujung kamar akhir.

Gambar 26 Dentalina S.P

3.3.2 Genus Amphistegerina


Famili berbentuk lensa, trochoid, terputar involute, pada ventral terlihat surture
bercabang tak teratur, komposisi test gampingan, berpori halus, aperture kecil pada
bagian ventral kecil pada bagian ventral.

Gambar 27 Amphistegerina

3.3.3 Genus Bathysiphon


Termasuk famili Rhizamminidae dengan test silindris, kadang – kadang lurus,
monothalamus, komposisi test pasiran, aperture di puncak berbentuk pipa. Muncul
Silur – Resent.

Gambar 28 Bathysiphon

3.3.4 Genus Bolivina


Termasuk famili Buliminidae dengan test memanjang, pipih agak runcing, beserial,
komposisi gampingan, berposi aperture pada kamar akhir, kadang berbentuk lope,
muncul Kapur – Resent.

Gambar 29 Bolivina

3.3.6 Lampiran Form Praktikum


Deskripsi Foramnifera Benthonik
Pandangan Ventral Pandangan Dorsal Pandangan Samping

Filum : foraminifera Keterangan Gambar :


Klas : 1. Test
Ordo : rolatidia 2. Kamar
Superfamili : 3. Apperture
Famili : amphisgenidae 4.
Genus : amphistegina
Spesies : amphistegina quoyi

Deskripsi

a. Dinding : gampingan
b. Bentuk Test : bulat / biconvex
c. Bentuk Kamar : bulat
d. Susunan Kamar : polythalamus
e. Jumlah Kamar :8
f. Pertiumbuhan Kamar : fast
g. Arah Putaran Kamar : searah jarum jam
h. Aperture : berbentuk busur
i. Hiasan : retral processes

Umur : awal eosen-resen


Jenis : benthonik
Lingkungan Pengendapan :
Deskripsi Foramnifera Benthonik
Pandangan Ventral Pandangan Dorsal Pandangan Samping

Filum : foraminifera Keterangan Gambar :


Klas : rotaliata 1. Test
Ordo : boliuvitida 2. Kamar
Superfamili : 3. Apperture
Famili : bolivinidae 4.
Genus : ehioxostoma
Spesies : ehioxostoma

Deskripsi

a. Dinding : hyalin
b. Bentuk Test : bulat memanjang
c. Bentuk Kamar : polythalamus, bulat
d. Susunan Kamar : biserial-uniserial (biformed)
e. Jumlah Kamar :6
f. Pertiumbuhan Kamar : fast
g. Arah Putaran Kamar :
h. Aperture : posisi : terminal. Bentu : silt
like
i. Hiasan : smooth

Umur :
Jenis :
Lingkungan Pengendapan : benthonik
Deskripsi Foramnifera Benthonik
Pandangan Ventral Pandangan Dorsal Pandangan Samping

Filum : foraminifera Keterangan Gambar :


Klas : rotaliata 1. Test
Ordo : bolivinitida 2. Kamar
Superfamili : 3. Apperture
Famili : bolivinidae 4. Suture
Genus : euxolostoma
Spesies : euxolostoma

Deskripsi

a. Dinding : hyalin
b. Bentuk Test : memanjang
c. Bentuk Kamar : bulat
d. Susunan Kamar : polythalamus, biserial-
uniserial, biformed
e. Jumlah Kamar : 11
f. Pertiumbuhan Kamar : fast
g. Arah Putaran Kamar : -
h. Aperture : tidak terlihat
i. Hiasan : smooth

Umur :
Jenis : benthonik
Deskripsi Foramnifera Benthonik
Pandangan Ventral Pandangan Dorsal Pandangan Samping

Filum : foraminifera Keterangan Gambar :


Klas : rotalida 1. Test
Ordo : rotalida 2. Kamar
Superfamili : rotaliacea 3. Apperture
Famili : elphilae 4. Suture
Genus : elphidiinae
Spesies :

Deskripsi

a. Dinding : porselen
b. Bentuk Test : bulat
c. Bentuk Kamar : membulat, polythalamus
d. Susunan Kamar : planispiral
e. Jumlah Kamar :8
f. Pertiumbuhan Kamar : fast
g. Arah Putaran Kamar : sinistral
h. Aperture : bulat sederhana
i. Hiasan : retral processes

Umur : pleistosen
Jenis : benthonic
3.4 Foraminifera Besar

3.4.1 Genus Numulites

Bentuk Test pada umumnya besar, lenticular, discoidal, planispiral, dan bilateral
simetris. Test terbuat dari zat gampingan yang tersusun secara radial. Beberapa jenis
sayatan tipis pada golongan ini menunjukkan kenampakan yang berbada-beda.

Gambar 30 Numulites S.P

3.4.2 Genus Discocylina


Genus ini termasuh dalam golongan discocyclinidae (discocyclina) yang merupakan
cangkang discoidae atau lenticular. Pada bentuk megalosfeer, kamar embrionik
biasanya biloculer, sedang pada bentuk mikrosfer, kamar embrionik terputar secara
planispiral. Mempunyai septa sekunder yang membatasi kamar lateral .

Gambar 31 Discocylina

3.4.3 Genus Lepidocyclina


kenampakan seperti lensa (lentiluler) pipih cembung,discoidal,permukaan test
papilate, halus reticulate, pinggirnya biasa bulat, kadang seperti batang atau polygon.

Gambar 32 Lepidocyclina S.P


3.4.4 Lampiran Form Praktikum

Deskripsi Foraminifera Besar


Sayatan Vertikal Sayatan Horisontal

Filum : Keterangan Gambar :


Klas : 1.
Ordo : 2.
Superfamili : 3.
Famili : 4.
Genus :
Spesies :

Deskripsi :

Sayatan Vertikal : mempunyai sayatan vertikal, dengan bentuk test discoidal.


Termasuk kedalam mikrosfer karena tidak terlihat kenampakan proloculus. Pada
mikrosfer kamar embrionik terputar secara planispiral dengan kamar lateral terdapat
septa. Jumlah putaran tidak dapat dilihat. Dinding kamarnya tipis.
Deskripsi Foraminifera Besar
Sayatan Vertikal Sayatan Horisontal

Filum : protista Keterangan Gambar :


Klas : 1. pilar
Ordo : nummulitida 2.
Superfamili : 3.
Famili : nummulitidae 4.
Genus : nummulites
Spesies : fichteli

Deskripsi :

Sayatan Horuzontal : bentuk testnya fusiform, termasuk megalosfer dengan jumlah


putaran 7, dinding kamar yang tebal, mempunyai hiasan dan struktur berupa pilar
Deskripsi Foraminifera Besar
Sayatan Vertikal Sayatan Horisontal

Filum : protista Keterangan Gambar :


Klas : rotaliata 1.
Ordo :nummulitida 2.
Superfamili : 3.
Famili : nummulitdae 4.
Genus : cyclocypeus
Spesies : capenturi

Deskripsi :
Sayatan Horizontal : bentuk test trigonsl dengan ptoloculus kecil / mikrosfeer. Jumlah
putaran searah jarum jam dengan dinding kamar yang tebal.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Mikropaleontologi juga didefinisikan sebagai studi sitematik yang membahas
mikrofosil, klasifikasi, morfologi, ekologi, dan mengenai kepentingannya terhadap
stratigarfi atau ilmu yang mempelajari sisa organisme yang terawetkan di alam
dengan mengunakan alat mikroskop.
Forminifera merupakan kelompok yang penting didalam mikropaleontologi.
Penggunaannya dalam budang geologi banyak sekali manfaatnya, terutama dalam
biostratigrafi. Sangat mudah ditemukan pada batuan sedimen fraksi halus yang
diendapkan pada lingkungan laut.
Foraminifera dapat dibedakan menjadi 2 yaitu Foraminifera besar dan
Foraminifera kecil. Foraminifera kecil dibagi lagi menjadi 2 yatitu Foraminifera
Plangtonik dan Foraminifera Benthonic.

4.2 Saran
Disarankan agar jumlah mikroskop boleh ditambahkan dan agar semua praktikan
mendapatkan mikroskop dengan kualitas pengamatan yang baik, karena ada beberapa
mikroskop yang kurang maksimal saat dipakai untuk identifikasi fosil.
DAFTAR PUSTAKA

Micropaleontology, Elsevier, Amsterdam. pp. 19-77 planktonic foraminifera. Assoc.


Venezolana Geol., Min. Petrol., Bol. Inf., v. 9, h. 3-32.

Anda mungkin juga menyukai