Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM

PALEONTOLOGI
Telah diperiksa dan disetujui sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah
Paleontologi
Program studi S1 Teknik Geologi
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako
Palu, 30 November 2019
Penyusun

Cindy Ziqni Noviar Lapalani


F 121 18 027
Tim Asisten:

1. Meltini Pakiding / F 121 16 071 (........................................)


2. M.Rizky Ramadhan / F 121 16 076 (........................................)
3. M. Apriawan Noor / F 121 17 047 (........................................)
4. Ainun Purnama Sari / F121 17 015 (........................................)
Menyetujui

Dosen Mata Kuliah Koordinator Praktikum

Fitrawati A.Marhum, ST, M.Eng Nurhikmah Supardi ST., M.Eng


NIDK : 2019198810132001 NIDK : 6250007
Mengetahui
Koord.Prodi Teknik Geologi

Ir. Irianto Uno,M.Sc


NIP. 19611217198031002
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur tidak henti-hentinya kita panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat, Nikmat dan Anugrah-Nya
sehingga Laporan Paleontologi ini dapat terselesaikan dengan baik, meski jauh
dari kata sempurna. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan terlibat dalam proses pembuatan laporan ini, terkhusus
kepada:

1. Ibu Nurhikma Supardi ST., M.eng selaku Koordinator Praktikum


Paleontologi S1 Teknik Geologi angkatan 2018
2. Ibu Fitrah A Marhum selaku dosen pengampuh mata kuliah Paleontologi
karena bimbingan dan bantuannya penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
3. Kakak Asisten praktikum Paleontologi yaitu Meltini Pakiding, M.Rizky
Ramadhan, M.Apriawan, dan Ainun Purnama Sari yang tetap sabar untuk
melayani kelompok kami dalam berlangsungnya praktikum
4. Orang Tua dan keluarga yang tak pernah putus mendoakan agar Kuliah kami
berjalan dengan baik.
5. Dan seluruh teman – teman saya yang selalu membantu, mensupport, dan
bekerja sama dalam proses penyusunan laporan.

Demikian laporan Paleontologi ini penulis buat dengan sepenuh hati. Tidak
lupa kritik dan saran penulis harapkan agar laporan ini dapat menjadi lebih baik
lagi. Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi semua dan terkhusus bagi penulis.
Terimah kasih.

Palu, 30 November 2019

Penulis

Miexcel Febrionezt Saloko

i
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Tujuan ............................................................................................... 1

1.3 Manfaat ............................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 4

2.1 Ilmu Paleontologi .............................................................................. 4

2.2 Manfaat Paleontologi ........................................................................ 4

2.3 Fosil dan proses pemfosilan .............................................................. 5

2.4 Filum Invertebrata ............................................................................. 6

2.4.1 Ptorozoa dan Briozoa ................................................................. 6

2.4.2 Porifera....................................................................................... 8

2.4.3 Coelenterata ............................................................................... 9

2.4.4 Brachiopoda ............................................................................. 10

2.4.5 Mollusca................................................................................... 11

2.4.6 Arthropoda ............................................................................... 12

2.4.7 Echinodermata ......................................................................... 15

BAB III METODOLOGI ............................................................................ 17

3.1 Alat dan bahan................................................................................. 17

3.1.1 Alat........................................................................................... 17

3.1.2 Bahan ....................................................................................... 17

3.2 Langkah Kerja ................................................................................. 17

iii
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................. 19

BAB V PENUTUP ........................................................................................ 23

5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 23

5.2 Saran ................................................................................................ 23

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 24

LAMPIRAN .................................................................................................. 25

BIODATA .......................................................... Error! Bookmark not defined.

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Paleontologi adalah salah satu bidang ilmu dasar yang berada di ilmu geologi
yang mempelajari tentang fosil. Fosil merupakan sisa organisme yang telah mati
yang terawetkan secara alamiah dan berumur 10.000 juta tahun yang lalu.
Keuntungan fosil dari segi ekonomi yaitu banyak dekolektor yang ingin membeli
fosil sebagai koleksi.

Dari di laksanakannya peaktikum Paleontologi ini kita dapat mengetahui


klasifikasi dari filum – filum invertebrate yang ada yaitu Protozoa dan Bryozoa,
Porifera, Coelenterata, Brachiopoda, Mollusca, Arthtropoda, dan Echinodermata.
Fosil dari filum – fium tersebut dapat digunakan sebagai acuan untuk mengetahui
keadaaan lingkungan tempat tinggal organisme ini dahulu semasa hidupnya,
selain itu, kita dapat mengetahui komunitas apa saja yang hidup disekitar fosil
pada waktu itu. Selain itu, fosil tersebut dapat digunakan sebagai penentuan umur
relative dari suatu batuan, penentu lingkungan pengenapan, sebagai penentu top
dan bottom pada suatu lapisan batuan yang mengandungnya.

Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu :

1. Untuk mengidentifikasi dan menggambarkan fosil.


2. Dapat membedakan fosil berdasarkan karakteristik fosil dan karakteristik
morfologinya.
3. Menentukan umur relatif batuan serta lingkungan pengendapan dari
indeks/batuan yang mengandung fosil.
4. Untuk mengetahui manfaat dari fosil dalam bidang geologi

1
Manfaat

Adapun manfaat yang di dapatkan dari praktikum ini yaitu :

1. Pada praktikum acara 1 pengenalan fosil dan proses pemfosilan praktikan


dapat mengetahui tentang proses terjadinnya fosil sebagai sarana untuk
menentukkan proses pemfosilan dan hal-hal yang berkaitan dengan itu.
2. Pada praktikum acara 2 filum protozoa dan bryozoa praktikan dapat
mengidentifikasi proses pemfosilan,bentuk fosil, umur geologi, lingkungan
pengendapan dan bagian-bagian fosil serta mengetahui klasifikasi filum
protozoa dan bryozoa.
3. Pada praktikum acara 3 filum Porifera praktikan dapat mengidentifikasi
proses pemfosilan,bentuk fosil, umur geologi, lingkungan pengendapan dan
bagian-bagian fosil serta mengetahui klasifikasi filum Porifera.
4. Pada praktikum acara 4 filum Coelenterata praktikan dapat
mengidentifikasi proses pemfosilan,bentuk fosil, umur geologi, lingkungan
pengendapan dan bagian-bagian fosil serta mengetahui klasifikasi filum
Coelenterata.
5. Pada praktikum acara 5 filum Brachiopoda praktikan dapat
mengidentifikasi proses pemfosilan,bentuk fosil, umur geologi, lingkungan
pengendapan dan bagian-bagian fosil serta mengetahui klasifikasi filum
Brachiopoda.
6. Pada praktikum acara 6 filum Mollusca praktikan dapat mengidentifikasi
proses pemfosilan,bentuk fosil, umur geologi, lingkungan pengendapan dan
bagian-bagian fosil serta mengetahui klasifikasi filum Mollusca.
7. Pada praktikum acara 7 filum Arthropoda praktikan dapat mengidentifikasi
proses pemfosilan,bentuk fosil, umur geologi, lingkungan pengendapan dan
bagian-bagian fosil serta mengetahui klasifikasi filum Arthropoda.
8. Pada praktikum acara 8 filum Echinodermata praktikan dapat
mengidentifikasi proses pemfosilan,bentuk fosil, umur geologi, lingkungan
pengendapan dan bagian-bagian fosil serta mengetahui klasifikasi filum
Echinodermata.

2
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Ilmu Paleontologi

Paleontologi berasal dari kata paleo yang artinya masa lampau, onto yang
artinya kehidupan dan logos yang artinya adalah ilmu jadi secara umum
paleontologi berarti ilmu yang mempelajari tentang masa lampau. Paleontologi
adalah ilmu yang mempelajari makhluk hidup purba yang biasanya adalah dengan
mempelajari fosil-fosilnya paleontologi adalah mempelajari fosil makhluk untuk
mempelajari jejak kehidupan dan segala sesuatu tentang zaman purba. Secara
sempit, paleontologi dapat diartikan ilmu mengenai fosil sebab jejak kehidupan
zaman purba terekam dalam fosil.

Manfaat Paleontologi

1. Menentukan umur relatif batuan. Kemunculan fosil dari zaman ke zaman


selalu berbeda, sehingga fosil dapat digunakan untuk menentukan umur
relatif suatu batuan sedimen. Fosil indeks : fosil yang kemunculannya
sangat spesifik mewakili suatu zaman, contoh : ammonit pada trias. Syarat-
syarat fosil indeks : memiliki penyebaran lateral yang luas, kisara umurnya
pendek dan mudah dikenali.
2. Melakukan korelasi. Korelasi menghubungkan dua atau lebih satuan batuan
berdasarkan kesamaan umur. Biostatigrafi adalah menyusun suatu satuan
batuan berdasarkan kesamaan kandungan fosilnya. Dalam
perkembangannya satuan biostatigrafi sering identik dengan umur dari
batuan itu sendiri.
3. Menentukan lingkungan pengendapan. Organisme dalam hidupnya dibatasi
oleh suatul ingkungan,dimana organisme tersebut dapat beradaptasi.
Dengan demikian fosil dapat dipergunakan untuk menentukan lingkungan
pengendapan. Syarat : fosil terendapkan pada lingkungan dimana dia hidup
( bioconoese ), lingkungan hidupnya sempit dan mudah dikenali.
Lingkungan pengendapan : darat, meliputi : gurun, sungai, danau, dan

4
sebagainya. Sedangkan laut, meliputi : pantai, rawa, laut dangkal ( neritik )
dan sebagainya.
4. Mengetahui paleoklimatologi selain lingkungan hidup, organisme juga
dipengaruhi oleh iklim sebagai salah satu unsur lingkungan. Contoh: koral
biasanya hidup pada iklim tropis – subtropis.

Fosil dan proses pemfosilan

Fosil adalah sisa kehidupan purba yang terawetkan secara alamiah dan
terekam pada bahan-bahan dari kerak bumi. Sisa kehidupan tersebut dapat berupa
cangkang binatang, jejak atau cetakan yang mengalami pembentukan atau
penggantian oleh mineral. Catatan fosil adalah susunan teratur dimana fosil
mengendap dalam lapisan atau strata, pada batuan sedimen yang menandai
berlalunya waktu geologis. Semakin atas letak strata tempat fosil ditemukan,
semakin muda usia fosil.

Proses pemfosilan yaitu :

1. Permineralisasi adalah proses pemfosilan terjadi pergantian sebagian atau


bagian dari fosil oleh satu jenis mineral karena dari akibat masuknya
mineral tertentu dalam rongga atau pori tulang, cangkang atau material
tumbuhan. Sehingga menyebabkan fosil akan lebih berat dari semula dan
akan lebih tahan terhadap pelapukan. Mineral yang mengisi dan
terendapkan adalah kalsit, silika danbeberapa jumlah senyawa dari besi.
2. Replacemet adalah pergantian secara keseluruhan bagian dari fosil dengan
mineral lain. Serupa dengan permineralisasi, hanya saja sisa organisme
asli telah terbawa pergi setelah sebelumnya terkubur dalam sedimen
kemudian larut oleh air tanah, sehingga meninggalkan rongga pada batuan
yang selanjutnya terisi oleh miaterial baru berupa material karbonatan,
silikat, dan senyawa besi, terkadang hingga molekul per molekul, sehingga
struktur halus dari fosil tersebut tetap terjaga dengan baik.
3. Rekristalisasi adalah suatu proses pemfosilan yang umum dimana sisa
organisme terkena suhu dan tekanan yang lebih tinggi sehingga material
penyusunnya berubah ke bentuk yang lebih stabil. Pada skala

5
makroskopis, fosil yang mengalami rekristalisasi sulit dibedakan dari yang
asli, namun pada skalalebih kecil struktur-struktur halus dari fosil tidak
lagi kelihatan atau berupa, mengikuti struktur kristal dari mineral yang
baru.
4. Petritifikasi berarti pembatuan. Penggunaaan kata ini menyiratkan suatu
zat yang membatu harus dimulai tanpa mineral yang keras. Artinya,
organisme yang terpetrifikasi adalah organisme yang bertubuh lunak.
Petrifikasi adalah proses dimana bagian lunak dari objek terubah dengan
mineral, contohnya mineral silika dalam bentuk mikrokristalin kuarsa,
kalsit, atau kadang - kadang apatit - mineral kalsium fosfat dengan
campuran beberapa elemen lain terutama fluorin.

Filum Invertebrata

2.4.1 Ptorozoa dan Briozoa

Istilah “protozoa” (yang berarti “hewan pertama”) mengacu pada setiap


organisme uniseluler seperti hewan, sementara organisme uniseluler seperti
tumbuhan disebut ganggang. Tapi ada organisme yang mengaburkan keduanya:
misalnya, ganggang Dinobryon memiliki kloroplas, tetapi juga dapat bergerak dan
memakan bahan organik. Banyak organisme uniseluler seolah-olah juga mengatur
diri menjadi seperti benang atau bola koloni, seperti cyanobacteria atau
Chlorophyta Volvox.Istilah “protozoa” pada dasarnya mencakup setiap organisme
uniseluler yang bukan hewan, tumbuhan, bakteri, atau jamur.

Adapun klasifikasi dari filum ini adalah :


a. Ciliata (Ciliophora/Infusoria)
Jenis protozoa yang bergerak dengan memfungsikan silia (rambut getar).
Contoh ialah Paramecium sp
b. Rhizopoda (Sarcodina)
Jenis protozoa yang bergerak dengan memfungsikan pseudopodia (kaki
semu). Contoh ialah Amoeba sp

6
c. Sporozoa (Apicomplexa)
Salah satu jenis protozoa yang unik karena tidak memiliki alat gerak.
Contoh ialah Plasmodium sp.
d. Flagellata (Mastigophora)
Jenis protozoa yang bergerak dengan memfungsikan flagela (bulu cambuk).
Contoh ialahTrypanosoma sp.
Bryozoa disebut juga Polyzoa atau Ectoprocta yang secara umum disebut
sebagai hewan lumut, adalah filum hewan invertebrata air. Biasanya panjangnya
sekitar 0,5 milimeter (0,020 in), mereka pengumpan filter yang menyaring
partikel makanan dari air menggunakan lofofor yang dapat ditarik sebuah
mahkota dari tentakel yang dilapisi dengan silia. Kebanyakan spesies bryozoa
hidup di perairan tropis, tetapi beberapa hidup di palung samudera dan lainnya
yang ditemukan di perairan kutub. Satu dari kelas bryozoa hanya hidup di
lingkungan air tawar yaitu kelas Phylactolaemata, kelas Stenolaemata hidup di
lingkungan air laut dan beberapa spesies dari kelas Gymnolaemata sebagian lebih
suka lingkungan air payau. Lebih dari 4.000 spesies yang masih hidup telah
diidentifikasi. Sebagian besar bryozoa hidup berkoloni kecuali satu genus yaitu
Monobryozoon yang hidup soliter.
Adapun klasifikasi dari filum ini adalah :
a. Phylactolaemata (Lophophore tapal kuda)

Phylactolaemata adalah salah satu kelas dari filum Bryozoa yang memiliki
bentuk lophophore seperti tapal kuda dan salah satu jenis Bryozoa yang hidup di
air tawar. Selain itu, kelas ini hanya memiliki satu ordo yaitu Plumatellina.
b. Gymnolaemata (Lophophore lingkaran)

Pada kelas ini lophophore berbentuk lingkaran dengan tentakel mengelilingi


sekitar lophophore. Tidak seperti kelas sebelumnya, kelas ini tidak memiliki
epistoma dan tidak berotot pada dinding tubuhnya. Selain itu, saat membentuk
koloni kelas Gymnolaemata cenderung memiliki bentuk yang beragam. Kelas
Gymnolaemata memiliki dua ordo, yaitu Ctenomata dan Cheilostomata.

7
c. Stenolaemata (Lophophore gelang)

Stenolaemata merupakan satu-satunya kelas Bryozoa yang memiliki banyak


ordo. Stenolaemata memiliki lophopore berbentuk seperti gelang. Spesies pada
kelas ini hanya dapat ditemukan di laut dan koloni berbentuk seperti terumbu
karang.

2.4.2 Porifera

Porifera sering disebut sebagai spons. Spons memiliki sistem makan unik
di antara invertebrata lainnya. Porifera ini tidak memiliki mulut; sebaliknya,
mereka memiliki pori-pori kecil di dinding luar mereka di mana air ditarik.

Sel-sel pada dinding spons menyaring nutrisi dari air. spons memiliki sekitar
5.000 spesies hidup dan diklasifikasikan dalam filum Porifera, yang terdiri dari
tiga kelompok yang berbeda, yang Hexactinellida (spons kaca), Demospongia,
dan Calcarea (spons berkapur).

Adapun kelas dari porifera adalah :


a. Kelas Calcarea

Kelas Calcarea merupakan porifera yang memiliki kerangka tubuh (spikula)


dari kalsium karbonat. Calcareae biasanya hidup di laut dangkal. Tubuhnya
kebanyakan berwarna pucat dengan tinggi kurang lebih 10 cm dan biasanya
berbentuk seperti vas bunga. Secara bahasa Calcaspongiae disusun oleh dua kata
dari bahasa latin, yaitu Calca yang artinya kapur, dan spongiae yang artinya
porifera. Contoh Kelas ini adalah Leucosolenia
b. Kelas Hexatinellida

Hexatinellida merupakan porifera yang memiliki kerangka tubuh (spikula)


dari silika atau yang lebih dikenal dengan pasir atau kuarsa. Umumnya hewan ini
hidup di laut dalam. Contohnya adalah Regadrela.
c. Kelas Demospongia

Kelas Demospongia merupakan kelompok porifera yang kerangka tubuhya


tersusun oleh serabut spons. Umumnya hidup di laut dalam maupun dangkal,
namun adapula yang hidup di air tawar. Demospongiae merupakan satu-satunya

8
kelas porifera yang anggotanya ada yang hidup di air tawar. Demospongia
merupakan kelas terbesar porifera, 90% dari seluruh porifera merupakan kelas ini.
Struktur Tubuh semua Demospongia merupakan tipe Leukon (Rhagon). Ukuran
tubuhnya mencapai lebih dari 1 m, dan warnanya cerah. Contoh hewan yang
termasuk kelas ini adalah hipposongia.

2.4.3 Coelenterata

Coelenterata berasal dari kata Yunani, koilos = rongga, dan enteron =


usus. Jadi, coelenterata adalah hewan yang berongga. Kebanyakan hewan
coelenterata menguntungkan manusia, misalnya ubur-ubur.

Aurelia dapat dimanfaatkan sebagai tepung ubur-ubur dan untuk bahan


kosmetik. Beberapa jenis hewan tertentu, kerangka tubuhnya dapat dimanfaatkan
untuk hiasan, misalnya karang merah. Beberapa kerangka tubuh coelenterata
dapat membentuk karang pantai yang dapat melindungi pantai dari ombak shg
dapat mencegah terjadinya erosi di pantai.

Adapun klasifikasi dari filum ini adalah :

a. Hydrozoa

Hydrozoa (Yunani, hydro = air, zoon = hewan) sebagian besar hidup di


laut, hanya sebagian spesies yang hidup di air tawar. Hydrozoa hidup sebagai
polip, medusa, atau keduanya. astrodermis Hydrozoa tidak mengandung
nematosista.

b. Scyphozoa

Scyphozoa (Yunani, skyphos = mangkuk, zoon hewan) hidup di laut dan


merupakan ubur-ubur sejati, karena medusa merupakan bentuk dominan
dalam siklus hidupnya. Pada umumnya medusa berenang bebas, berbentuk
seperti payung dengan diameter 2 – 40 cm, bahkan ada yang mencapai 2 m.
Medusa berwarna menarik, seperti jingga, kesumba, atau kecoklatan.

c. Anthozoa

9
Anthozoa (Yunani, anthos = bunga, zoon = hewan) merupakan hewan
laut yang memiliki bentuk mirip bunga. Anthozoa hidup sebagai polip soliter
atau berkoloni dan tidak memiliki bentuk medusa. Ada Anthozoa yang
membentuk rangka dalam atau rangka luar dari zat kapur, namun ada pula
yang tidak membentuk rangka. Rongga gastrovaskuler pada Anthozoa
bersekat-sekat dan mengandung nematosista.

d. Cubozoa

Cubozoa merupakan ubur-ubur sejati. Medusa berbentuk lonceng dengan


empat sisi datar, sehingga berbentuk mirip kubus. Tinggi lonceng mencapai
17 cm, jumlah tentakel empat buah atau empat rumpun dengan panjang
mencapai 2 m. Cubozoa mampu berenang cepat secara horisontal, dengan
bagian aboral sebagai anteriornya. Cubozoa hidup di laut tropis dan subtropis
dengan makanan utama ikan. Beberapa jenis Cubozoa membahayakan para
perenang karena sengatan nematosistanya dapat menyebabkan luka yang sulit
disembuhkan, bahkan ada yang dapat menyebabkan kematian dalam waktu 3
– 20 menit.

2.4.4 Brachiopoda

Brachiopoda berasal dari bahasa latin brachium yang berarti lengan (arm),
dan poda yang berarti kaki (foot). Brachiopoda artinya hewan ini merupakan suatu
kesatuan tubuh yang difungsikan sebagai kaki dan lengan atau dengan kata lain
binatang yang tangannya berfungsi sebagai kaki. Filum ini merupakan salah satu
filum kecil dari invertebrata. Hingga saat ini terdapat sekitar 300 spesies dari
filum ini yang mampu bertahan dan sekitar 30.000 fosilnya telah dinamai. Mereka
sering kali disebut dengan “lampu cangkang” atau lamp shell. Secara umum
brachiopoda merupakan salah satu fosil hewan yang sangat melimpah
keberadaannya pada sedimen yang berasal dari zaman paleozoikum. Salah satu
kelasnya, yaitu Inarticulata bahkan menjadi penciri penting (fosil index) zaman
Cambrian awal.

Adapun klasifikasi dari filum ini adalah :

10
a. Articulata

Cangkang atas dan bawah (valve) dihubungkan dengan otot dan terdapat
selaput dan gigi. Kelas Articulata / Pygocaulina memiliki masa hidup dari
Zaman Cambrian hingga ada beberapa spesies yang dapat bertahan hidup
sampai sekarang seperti anggota dari ordo Rhynchonellida dan ordo
Terebratulida.

b. Inarticulata

Cangkang atas dan bawah (valve) tidak dihubungkan dengan otot dan
terdapat socket dan gigi yang dihubungkan dengan selaput pengikat.

2.4.5 Mollusca

Mollusca merupakan hewan yang memiliki keunikan tersendiri, dimana


memiliki tubuh yang sangat lunak namun hewan ini memiliki ke unggulan
tersendiri yaitu biasanya hewan ini memiliki cangkang sebagai perlindungan, dan
jenis hewan ini misalnya : siput, kerang, sotong, cumi cumi dan Chiton.

Adapun kelas yang terdapat pada filum ini adalah :

a. Amphineura

Amphineura adalah hewan berkaki pipih, memiliki struktur radiula pada


tubuhnya, serta tubuhnya simetri bilateral. Amphineura juga memiliki
cangkang yang berjumlah delapan yang berbahan dasar dari zat kapur. Ia
memiliki mulut di kepalanya namun tidak memiliki baik tentakel maupun
mata.

b. Cephalopoda

Cephal memiliki arti kepala sedangkan poda memiliki arti kaki.


Cephalopoda memiliki arti sebagai hewan yang memiliki kaki di kepala yang
digunakannya sebagai alat gerak aktif. Ia sudah memiliki endoskeleton
maupun eksoskeleton, tubuhnya juga simetri bilateral, serta terdiri atas
kepala, leher, dan badan. Cephalopoda memiliki sepasang mata dan juga
delapan tentakel yang dapat digunakannya untuk menangkap mangsanya.

11
Cephalopoda juga mampu mengubah warna tubuhnya karena memiliki zat
kromatofor yang mengatur perubahan warna tersebut.

c. Gastropoda

Gastro memiliki arti perut sementara itu poda memiliki arti kaki.
Gastropoda berarti adalah hewan yang kakinya di perut atau juga berarti
hewan yang berjalan menggunakan perutnya. Hewan jenis ini rutin
mengeluarkan caairan mukosa untuk menjadi pelumas perutnya agar ia dapat
berjalan menggunakan perut. Seperti jenis lainnya, gastropoda juga memiliki
cangkang dan tubuh berbentuk simetri bilateral. Untuk kemampuan melihat
dan membau, jenis hewan ini dibantu oleh dua tentakel yang terletak di
kepalanya.

d. Scaphopoda

Scaphopoda adalah salah satu jenis Mollusca yang memiliki ciri khas
yaitu cangkangnya berbentuk panjang dan mirip dengan terompet.
Scaphopoda memiliki alat geraak kaki yang ukurannya cukup kecil. Jenis
hewan ini tubuhnya simetri bilateral seperti jenis Mollusca lainnya. Akan
tetapi, scaphopoda tidak memiliki tentakel dan juga tidak memiliki insang
untuk bernapas.

e. Pelecypoda

Pelecypoda adalah kelompok terakhir dalam Mollusca. Jenis hewan ini


memiliki kaki yang pipih seperti kapak dan cangkang sepasang yang terbuka
menjadi dua sehingga pelecypoda disebut pula sebagai bivalvia.

2.4.6 Arthropoda

Arthropoda yaitu hewan bertubuh segmen atau berbuku yang biasanya


bersatu menjadi dua atau tiga daerah yang jelas, anggota tubuh bersegmen
berpasangan dan simetri bilateral. Filum Artropda juga dikenal dengan sebutan
hewan berbuku-buku. Filum Artropoda terbagi menjadi beberapa kelas,
diantaranya adalah Chelicerata (laba-laba, tungau, kalajengking), Myriapoda
(lipan), Krustasea (kepiting, lobster, udang) dan Hexapoda (serangga).

12
a. Crustacea (udang-udangan)

Ciri-ciri:

a) Memiliki dua pasang antena

b) Kepala menyatu dengan dada (sefalotoraks)

c) Tubuh terdiri dari Cephalothorax dan abdomen.

d) Memiliki eksoskeleton dari zat tanduk/kitin.

e) Dapat mengalamai pelepasan kulit dari tubuhnya

f) Tidak memiliki pembuluh darah kapiler.

g) Sebagian respirasinya menggunakan insang.

h) Pertukaran udara terjadi secara difusi.

b. Myriapoda (Hewan berkaki banyak)

Ciri-ciri:

a) Tubuh terdiri atas kepala, toraks, dan abdomen.

b) Pada kepala terdapat sepasang mata, sepasang alat peraba besar, dan
peraba kecil yang beruas-ruas.

c) Tiap ruas pada tubuhnya terdapat sepasang atau dua pasang kaki.

d) Sistem respirasinya menggunakan trakea.

e) Tubuh berbentuk silindris, memanjang, terdiri dari cephalon (ruas-ruas


kepala)

c. Arachnoidea

Ciri-ciri:

a) Tubuh terdiri dari Andomen dan sefalotoraks.

b) Memiliki enam pasan anggota gerak.

c) Hidup di darat maupun di dalam air.

d) Jumlah matanya bervariasi

13
e) Bernafas dengan paru-paru buku atau trakea atau dengan keduanya

d. Insecta

Ciri-ciri:

a) Tubuh tersusun atas kepala, dada, dan perut

b) Mulut bertipe penggigit, penghisap dan penelan

c) Memiliki 3 pasang kaki.

d) Sebagian besar hidup di darat.

e. Trilobita

Trilobita adalah kelompok fosil arthropoda arachnomorph laut yang telah


punah yang membentuk kelas Trilobita . Trilobites membentuk salah satu
kelompok arthropoda yang paling awal dikenal. Penampilan pertama trilobita
dalam catatan fosil mendefinisikan dasar dari tahap Atdabanian periode
Kambria Awal (521 juta tahun yang lalu), dan mereka berkembang di seluruh
era Paleozoikum lebih rendah sebelum memulai penurunan berlarut-larut
menuju kepunahan ketika, selama Devonian , semua pesanan trilobite kecuali
Proetids mati. Trilobita menghilang dalam kepunahan massal di akhir
Permian sekitar 252 juta tahun yang lalu. Trilobita termasuk yang paling
sukses dari semua hewan purba, menjelajahi lautan selama lebih dari 270 juta
tahun. Artropoda Punah yang berkembang selama Paleozoikum, terutama
Kambria ke Ordovisium . Banyak hal sekitar 2 hingga 10 cm, dekat dengan
laba-laba dan kalajengking. Tubuh datar dan terdiri dari banyak segmen tubuh
dari bentuk benjolan, dibagi menjadi kepala, dada dan ekor, dan itu dibagi
menjadi tiga bagian, bagian poros di tengah dalam arah panjang tubuh dan
bagian kiri dan kanan tulang rusuk (Bergulir) bagian. Ada mulut di bawah
kepala dan sepasang mata majemuk di sisi atas. Tampaknya tampaknya
berada di laut yang relatif dangkal, banyak yang tampaknya mengelilingi
dasar lautan. Banyak fosil telah ditemukan dari strata Paleozoikum dari
berbagai bagian Jepang.

14
2.4.7 Echinodermata

Echinonermata adalah binatang berkulit duri yang hidup di wilayah laut


dengan jumlah lengan lima buah bersimetris tubuh simetris radial. Beberapa organ
tubuh echinodermata sudah berkembang dengan baik. Tubuh ditutupi duri yang
tersusun atas zat kapur, memiliki daya regenerasi yang tinggi, hidup di laut,
berkembang biak secara kawin yang pembuahannya diluar tubuh. Contoh :
Bintang laut (Asteroidea), Landak laut (Echinoidea), Bintang ular (Ophiuroidea),
lili laut (Crinoidea), teripang (Holothuroidea).

a. Asteroidea

Asteroidean adalah anggota dari Echinodermata yang paling terkenal


karena bentuknya yang seperti bintang. Asteroidean disebut pula oleh
masyarakat awam sebagai bintang laut. Seluruh tubuhnya terbungkus duri
yang sifatnya tumpul dan pendek. Duri pada kulit asteroidea berasal dari
endoskeleton yang sifatnya keras. Asteroidean memiliki sebuah cakram pada
pusat atau poros tubuhnya yang berbentuk seperti bintang. Contoh dari hewan
Asteroidea adalah bintang laut (Asterias forbesi).

b. Echinoidea

Echinoidea memiliki tubuh bundar seperti bola. Namun pada beberapa


anggota ditemukan bentuk tubuh yang pipih. Seperti anggota Echinodermata
yang lain, tubuh echinoidea juga diselimuti oleh duri yang cenderung tajam
sifatnya dan panjang. Echinoidea tampai endut bulat dan tanpa lengan.
Contoh dari hewan echinoidea yang berbentuk bulat, yaitu landak laut
(Arbacia punctulata) dan bulu babi (Diadema saxatile).

c. Ophiuroidea

Ophiuroidea memiliki arti ular. Ophiuroidea berarti adalah anggota


Echinodermata yang berbentuk seperti ular. Memang sepintas tampak seperti
asteroidean, namun sudutnya tidak tajam dan melengkng. Ophiuroidea
memiliki struktur engan yang pipih, fleksibel, dan lebih elastis.

d. Holothuroidea

15
Orang awam biasa menyebut holothuroidea sebagai teripang atau
mentimun laut. Struktur tubuhnya lunak dan berduri di sekujur tubuhnya. Ia
memiliki mulut dan anus untuk menjalankan proses pencernaan, yang
keduanya terletak pada ktub yang berlawanan. Sekujur tubuh holothuroidea
juga dikelilingi oleh tentakel, seperti halnya pada ccoelenterata. Bedanya
tentakel pada holothuroidea tersebar di mulut. Contoh spesies hewan
holothuroidea ini adalah Holothuria atra

e. Crinoidea

Crinoidea disebut juga lili laut. Mengapa disebut lili laut? Karena sekilas
crinoidea memiliki bentuk tubuh yang sangat mirip dengan tumbuhan, yaitu
tumbuhan lili. Seperti asteroidean, crinoidea juga memiliki lengan berjunlah
lima atau pula kelipatannya.dari lengan akan keluar cabang kecil yang disebut
sebagai pinula. Contoh spesies dari hewan Holothuroidea adalah Metacrinus
rotundus.

16
BAB III
METODOLOGI

Alat dan bahan

Adapun alat dan bahan yang di gunakan dalam Praktikum Paleonyologi ini
adalah sebagai berikut :

3.1.1 Alat

1. ATK

2. Buku penuntun/referensi

3. Lembar deskripsi

3.1.2 Bahan

1. HCl

2. Sampel fosil

Langkah Kerja

Adapun langkah kerja dari praktikum Paleontologi ini adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan format tabel praktikum

2. Menyediakan alat tulis menulis

3. Asisten akan memberikan sampel fosil yang akan diamati

4. Mengamati fosil yang diberikan

5. Membuat ilustrasi tentang fosil yang diamati dengan


menggambarkannya menggunakan pensil pada lembar atau kolom
gambar yang terdapat pada lembar deskripsi

6. Menggambar fosil dari beberapa sudut pandang (dorsal, ventral,


sinistral/destral)

17
7. Memberikan keterangan yang lengkap tentang morfologi dan bagian-
bagian yang nampak pada fosil, klasifikasinya, umur, proses
pemfosilan dan lingkungan pengendapan dari fosil yang diamati.

18
BAB IV
PEMBAHASAN

Fosil adalah sisa kehidupan purba yang terawetkan secara alamiah dan
terekam pada bahan-bahan dari kerak bumi. Sisa kehidupan tersebut dapat berupa
cangkang binatang, jejak atau cetakan yang mengalami pembentukan atau
pergantian oleh mineral. Suatu catatan fosil (fossil record) merupakan susunan
teratur dimana fosil mengendap dalam lapisan atau strata pada batuan sedimen
yang menandai berlalunya waktu geologi. Semakin atas letak strata tempat fosil
ditemukan semakin muda usia fosil tersebut.

Pada praktikum yang telah dilakukan, terdapat 7 filum yang telah dibahas dari
tingkat taksonomi, bagian-bagian tubuh, proses pemfosilan, umur, sekaligus
lingkungan pengendapannya. Adapun 7 filum yang berhasil diamati adalah
protista(protozoa dan bryozoa), porifera, coelenterata, brachiopoda, mollusca,
arthoropoda dan echinodermata.

Pada acara 1 yaitu proses Pengenalan Fosil dan Proses Pemfosilan terdapat 2
filum yakni 4 diantaranya berasal dari filum Mollusca dan 1 berasal dari filum
porifera. Pada Sampel 01 terdapat filum MOLLUSCA terindentifikasi fosil dari
kelas BIVALVIA, spesiesnya Cassostrea Tulipa, dan sampel 02 Spesies Ostrea
Perna, pada sampel 03 terdapat kelas Gastropoda dengan spesies clasthtropira
sp,pada sampel 04 kelas EULAMELUBRANCHIA, spesies Anadotanonidae, dan
pada sampel 05 terdapat Filum Porifera HETERACTINIDA spesies Receptalutes
Sp. Dimana proses pemfosila yang terjadi ialah petrifikasi, Ketika organisme ini
mati, organisme ini kemudian tertransportasi oleh media geologi misalnya air,
kemudian terendapkan dan terakumulasi pada cekungan yang relatif stabil.
Material yang resisten terhadap pelapukan dan pengikisan tidak akan lapuk dan
terkikis sedangkan material yang tidak resisten akan mengalami pelapukan dan
pengikisan. Lama-kelamaan material sedimen yang menimbun semakin lama
semakin tebal sehingga fosil yang tertimbun dibawahnya mengalami tekanan yang
semakin besar pula, material yang resisten terhadap tekanan akan tetap dan tidak
akan tergantikan dengan materil yang lain, sedangkan material yang tidak resisten

19
terhadap tekanan akan tergantikan dengan material yang lebih resisten terhadap
tekanan. Pergantian sebagian tubuh fosil dengan mineral lain yang lebih resisten
kemudian mengalami kompaksi yang merupakan proses pemadatan material-
material sedimen, sementasi yang merupakan proses penyemenan atau pengikatan
material-material sedimen yang berukuran lebih besar dengan material-material
yang berukuran lebih halus dan litifikasi yang merupakan proses pembatuan
menjadi batuan sedimen. Tenaga endogen yang merupakan tenaga yang berasal
dari dalam bumi dapat berupa proses tektonik. Proses tektonik dapa berupa
pergeseran lempeng baik lempeng yang saling menunjam atau yang saling
bergeseran atau bahkan yang saling menjauh. Tenaga endogen ini menyebabkan
terjadinya pengangkatan/up lift atau penurunan muka air laut/sea level change
yang mengakibatkan terangkatnya fosil ke permukaan. Tenaga eksogen yang
merupakan tenaga yang berasal dari luar bumi dapat berupa proses pelapukan,
pengikisan yang menyebabkan tersingkapnya fosil ke permukaan.

Pada acara 2 yaitu filum PROTOZOA DAN BRYOZOA, pada filum ini
diidentifikasi lima fosil dari kelas SARCODINA dengan spesies globigerina
tripartite dan spesies globorotalia ehrenbergi. Kemudian kelas
STENOLAEMATA dengan spesies coastellaria fischeri, spesies leioclema
pullchella, dan spesies leiocllema pullchella.

Pada acara 3 yaitu filum PORIFERA pada filum ini diidentifikasi lima fosil
dari tiga kelas yaitu yang pertama kelas HEXACTINELLIDA dengan spesies
euplectella dan spesies hyalonema thamsani. Kemudian dari kelas
DEMOSPONGIA dengan spesies astylospongia sp dan spesies spongilla. Dan
kelas yang terakhir yaitu CALCAREA dengan spesies scypha sp,

Pada acara 4 yaitu filum COELENTERATA, pada filum ini diidentifikasi


lima fosil yang semuanya berasal dari kelas ANTHOZOA dengan spesies
lophophyllum sp, spesies acropora sp, spesies oculina sp, spesies hexagonaria
percarinata, dan spesies flabellum curuatum.

20
Pada acara 5 yaitu Filum BRACHIOPODA, Pada filum ini teridentifikasi
fosil dari kelas ARTICULATA dengan nama spesies Muscropirifer sp,
Lepidocyclus perlamallasum, Rugosa sp, Paraspirifer sp, dan Mesolobus sp.

Pada acara 6 yaitu filum MOLLUSCA, kami telah mengidentifikasi fosil dari
kelas PELECYPODA dengan nama spesies Melleti cumingii, dan ada juga dari
kelas GASTROPODA dengan nama spesies Achatina fulica, Pleurocera acula,
Tympanotonus margaritaceus, dan yang terakhir berasal dari kelas BIVALVIA
dengan nama spesies Chlamys varia

Pada acara 7 yaitu filum ARTHROPODA, kami telah mengidentifikasi lima


fosil yang semuanya berasal dari kelas TRILOBITA dengan nama spesies
Agnostus sp, Bracymetopus sp, Ceraurus sp, Elrathia sp, Cryptolithus sp

Pada acara 8 yaitu filum Echinodermata, telah teridentifikasi lima fosil yang
berasal dari tiga kelas yaitu yang pertama dari kelas ECHINODEA dengan nama
spesies Enallaster sp dan Clypeaster sp. Kemudian dari kelas CRINOIDEA
dengan nama spesies Eutrochocinnus christyl dan Plerocystitesn squamosus. Dan
yang terakhir dari kelas HOLOTHUROIDEA yang merupakan spesies
Schizoblastus sp.

Fosil yang diamati rata-rata berumur dari kambrium hingga holosen dengan
lingkungan pengendapan laut dangkal yang komposisi kimianya kalsium karbonat
(CaCO3) dan ada pula yang terendapkan pada laut dalam yaitu organisme yang
berasal dari filum porifera dari kelas hexatinelida dan demospongia yang
berkomposisi silika (SiO2). Adapun bentuk-bentuk fosil yang diamati adalah ada
yang berbentuk plate (piringan), globular (membundar), branching (bercabang),
konveks (memiliki satu bagian cangkang), bicoveks (memiliki sepasang
cangkang) dan konical (berbentuk seperti kerucut).

Adapun proses pemfosilan yang dialami fosil adalah petrifikasi. Awalnya dari
organisme yang mati kemudian mengalami transportasi hingga tiba pada daerah
cekungan sedimen oleh media geologi seperti angin, air ataupun es. Seiring
berjalannya waktu, organisme tersebut tertimbun oleh material sedimen kemudian

21
terakumulasi kedalam cekungan hingga organisme tersebut terhindar dari bakteri
pengurai. Organisme ini kemudian mengalami petrifikasi yaitu berupa
permineralisasi yang mana merupakan proses penguraian seluruh atau sebagian
mineral penyusun tubuh organisme ini dengan mineral lain. Karena material
sedimen semakin banyak, sehingga tekanan pada organisme ini semakin
bertambah maka terjadilah proses kompaksi yang kemudian akan membentuk
lapisan sedimen. Selama berada pada lapisan sedimen bagian tubuh organisme
yang tidak resisten akan tergantikan oleh material yang lebih resisten terhadap
pelapukan. Selanjutnya akan mengalami litifikasi atau proses pembatuan oleh
adanya bahan-bahan seperti SiO2, FeS, FeS2, MnO, FeO ataupun CaCO3 sehingga
organisme tersebut menjadi keras.

Dalam bidang geologi, fosil dijadikan sebagai indeks penentu umur relatif
batuan, dan lingkungan pengendapan. Ada pula fosil yang dijadikan sebagai
penentu iklim pada saat terjadinya sedimentasi.

22
BAB V
PENUTUP

Kesimpulan

Adapun hal yang dapat disimpulkan dari praktium paleontologi ini adalah :

1. Diidentifikasi fosil yang berasal dari 7 kelas yaitu Protista (protozoa dan
bryozoa), porifera, coelenterata, brachiopoda, mollusca, arthoropoda dan
echinodermata. Adapun bentuk-bentuk fosil yang diamati adalah ada
yang berbentuk plate (piringan), globular (membundar), branching
(bercabang), konveks (memiliki satu bagian cangkang), biconveks
(memiliki sepasang cangkang) dan konical (berbentuk seperti kerucut).
Terendapkan pada lingkungan pengendapan laut dangkal (komposisi
kimia CaCO3) dan ada pula yang terendapkan pada laut dalam
(komposisi kimia SiO2) denga n proses pemfosilan petrifikasi
(permineralisasi).

2. Dalam bidang geologi, fosil dijadikan sebagai indeks penentu umur


relatif batuan, dan lingkungan pengendapan. Ada pula fosil yang
dijadikan sebagai penentu iklim pada saat terjadinya sedimentasi.

Saran

Disarankan untuk praktikum Paleontologi yang akan di laksanakan nanti, agar


dapat melengkapi sampel fosil supaya praktikan dapat dengan mudah dalam
mendeskripsikan fosil tersebut, menentukan bagian – bagian tubuh dari fosil
tersebut, serta menentukan taksonominya. Di harapkan juga agar praktikum
selanjutnya akan lebih baik dari praktikum yang sekarang dan yang sebelumnya,
semoga para asdos akan lebih detail dalam menjelaskan materi tentang filum –
filum yang akan di deskripsikan, agar praktikan tidak kesulitan dalam
mendeskripsikan fosil

23
DAFTAR PUSTAKA

24
LAMPIRAN

25
BIODATA PRAKTIKAN

Nama Lengkap : Miexcel Febrionezt Saloko

Nama Panggilan : Excel

Tempat/tgl lahir : Luwuk, 15 Februari 2000

Alamat : Jl. Setia Budi

Agama : Kristen Protestan

Suku : Toraja

Jenis kelamin : Laki-laki

Telpon/HP : 082259691546

E-mail : febrioneztsaloko@gmail.com

Hobi :

Pengalaman organisasi :

Riwayat pendidikan

 SMA : SMA NEGERI 3 LUWUK


 SMP : SMP KATOLIK SANTO YOSEP LUWUK
 SD : SD NEGERI 1 ARGAKENCANA

26
27

Anda mungkin juga menyukai