PALEONTOLOGI
Telah diperiksa dan disetujui sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah
Paleontologi
Program studi S1 Teknik Geologi
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako
Palu, 30 November 2019
Penyusun
Segala puji dan syukur tidak henti-hentinya kita panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat, Nikmat dan Anugrah-Nya
sehingga Laporan Paleontologi ini dapat terselesaikan dengan baik, meski jauh
dari kata sempurna. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan terlibat dalam proses pembuatan laporan ini, terkhusus
kepada:
Demikian laporan Paleontologi ini penulis buat dengan sepenuh hati. Tidak
lupa kritik dan saran penulis harapkan agar laporan ini dapat menjadi lebih baik
lagi. Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi semua dan terkhusus bagi penulis.
Terimah kasih.
Penulis
i
ii
DAFTAR ISI
2.4.2 Porifera....................................................................................... 8
2.4.5 Mollusca................................................................................... 11
3.1.1 Alat........................................................................................... 17
iii
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................. 19
LAMPIRAN .................................................................................................. 25
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Paleontologi adalah salah satu bidang ilmu dasar yang berada di ilmu geologi
yang mempelajari tentang fosil. Fosil merupakan sisa organisme yang telah mati
yang terawetkan secara alamiah dan berumur 10.000 juta tahun yang lalu.
Keuntungan fosil dari segi ekonomi yaitu banyak dekolektor yang ingin membeli
fosil sebagai koleksi.
Tujuan
1
Manfaat
2
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ilmu Paleontologi
Paleontologi berasal dari kata paleo yang artinya masa lampau, onto yang
artinya kehidupan dan logos yang artinya adalah ilmu jadi secara umum
paleontologi berarti ilmu yang mempelajari tentang masa lampau. Paleontologi
adalah ilmu yang mempelajari makhluk hidup purba yang biasanya adalah dengan
mempelajari fosil-fosilnya paleontologi adalah mempelajari fosil makhluk untuk
mempelajari jejak kehidupan dan segala sesuatu tentang zaman purba. Secara
sempit, paleontologi dapat diartikan ilmu mengenai fosil sebab jejak kehidupan
zaman purba terekam dalam fosil.
Manfaat Paleontologi
4
sebagainya. Sedangkan laut, meliputi : pantai, rawa, laut dangkal ( neritik )
dan sebagainya.
4. Mengetahui paleoklimatologi selain lingkungan hidup, organisme juga
dipengaruhi oleh iklim sebagai salah satu unsur lingkungan. Contoh: koral
biasanya hidup pada iklim tropis – subtropis.
Fosil adalah sisa kehidupan purba yang terawetkan secara alamiah dan
terekam pada bahan-bahan dari kerak bumi. Sisa kehidupan tersebut dapat berupa
cangkang binatang, jejak atau cetakan yang mengalami pembentukan atau
penggantian oleh mineral. Catatan fosil adalah susunan teratur dimana fosil
mengendap dalam lapisan atau strata, pada batuan sedimen yang menandai
berlalunya waktu geologis. Semakin atas letak strata tempat fosil ditemukan,
semakin muda usia fosil.
5
makroskopis, fosil yang mengalami rekristalisasi sulit dibedakan dari yang
asli, namun pada skalalebih kecil struktur-struktur halus dari fosil tidak
lagi kelihatan atau berupa, mengikuti struktur kristal dari mineral yang
baru.
4. Petritifikasi berarti pembatuan. Penggunaaan kata ini menyiratkan suatu
zat yang membatu harus dimulai tanpa mineral yang keras. Artinya,
organisme yang terpetrifikasi adalah organisme yang bertubuh lunak.
Petrifikasi adalah proses dimana bagian lunak dari objek terubah dengan
mineral, contohnya mineral silika dalam bentuk mikrokristalin kuarsa,
kalsit, atau kadang - kadang apatit - mineral kalsium fosfat dengan
campuran beberapa elemen lain terutama fluorin.
Filum Invertebrata
6
c. Sporozoa (Apicomplexa)
Salah satu jenis protozoa yang unik karena tidak memiliki alat gerak.
Contoh ialah Plasmodium sp.
d. Flagellata (Mastigophora)
Jenis protozoa yang bergerak dengan memfungsikan flagela (bulu cambuk).
Contoh ialahTrypanosoma sp.
Bryozoa disebut juga Polyzoa atau Ectoprocta yang secara umum disebut
sebagai hewan lumut, adalah filum hewan invertebrata air. Biasanya panjangnya
sekitar 0,5 milimeter (0,020 in), mereka pengumpan filter yang menyaring
partikel makanan dari air menggunakan lofofor yang dapat ditarik sebuah
mahkota dari tentakel yang dilapisi dengan silia. Kebanyakan spesies bryozoa
hidup di perairan tropis, tetapi beberapa hidup di palung samudera dan lainnya
yang ditemukan di perairan kutub. Satu dari kelas bryozoa hanya hidup di
lingkungan air tawar yaitu kelas Phylactolaemata, kelas Stenolaemata hidup di
lingkungan air laut dan beberapa spesies dari kelas Gymnolaemata sebagian lebih
suka lingkungan air payau. Lebih dari 4.000 spesies yang masih hidup telah
diidentifikasi. Sebagian besar bryozoa hidup berkoloni kecuali satu genus yaitu
Monobryozoon yang hidup soliter.
Adapun klasifikasi dari filum ini adalah :
a. Phylactolaemata (Lophophore tapal kuda)
Phylactolaemata adalah salah satu kelas dari filum Bryozoa yang memiliki
bentuk lophophore seperti tapal kuda dan salah satu jenis Bryozoa yang hidup di
air tawar. Selain itu, kelas ini hanya memiliki satu ordo yaitu Plumatellina.
b. Gymnolaemata (Lophophore lingkaran)
7
c. Stenolaemata (Lophophore gelang)
2.4.2 Porifera
Porifera sering disebut sebagai spons. Spons memiliki sistem makan unik
di antara invertebrata lainnya. Porifera ini tidak memiliki mulut; sebaliknya,
mereka memiliki pori-pori kecil di dinding luar mereka di mana air ditarik.
Sel-sel pada dinding spons menyaring nutrisi dari air. spons memiliki sekitar
5.000 spesies hidup dan diklasifikasikan dalam filum Porifera, yang terdiri dari
tiga kelompok yang berbeda, yang Hexactinellida (spons kaca), Demospongia,
dan Calcarea (spons berkapur).
8
kelas porifera yang anggotanya ada yang hidup di air tawar. Demospongia
merupakan kelas terbesar porifera, 90% dari seluruh porifera merupakan kelas ini.
Struktur Tubuh semua Demospongia merupakan tipe Leukon (Rhagon). Ukuran
tubuhnya mencapai lebih dari 1 m, dan warnanya cerah. Contoh hewan yang
termasuk kelas ini adalah hipposongia.
2.4.3 Coelenterata
a. Hydrozoa
b. Scyphozoa
c. Anthozoa
9
Anthozoa (Yunani, anthos = bunga, zoon = hewan) merupakan hewan
laut yang memiliki bentuk mirip bunga. Anthozoa hidup sebagai polip soliter
atau berkoloni dan tidak memiliki bentuk medusa. Ada Anthozoa yang
membentuk rangka dalam atau rangka luar dari zat kapur, namun ada pula
yang tidak membentuk rangka. Rongga gastrovaskuler pada Anthozoa
bersekat-sekat dan mengandung nematosista.
d. Cubozoa
2.4.4 Brachiopoda
Brachiopoda berasal dari bahasa latin brachium yang berarti lengan (arm),
dan poda yang berarti kaki (foot). Brachiopoda artinya hewan ini merupakan suatu
kesatuan tubuh yang difungsikan sebagai kaki dan lengan atau dengan kata lain
binatang yang tangannya berfungsi sebagai kaki. Filum ini merupakan salah satu
filum kecil dari invertebrata. Hingga saat ini terdapat sekitar 300 spesies dari
filum ini yang mampu bertahan dan sekitar 30.000 fosilnya telah dinamai. Mereka
sering kali disebut dengan “lampu cangkang” atau lamp shell. Secara umum
brachiopoda merupakan salah satu fosil hewan yang sangat melimpah
keberadaannya pada sedimen yang berasal dari zaman paleozoikum. Salah satu
kelasnya, yaitu Inarticulata bahkan menjadi penciri penting (fosil index) zaman
Cambrian awal.
10
a. Articulata
Cangkang atas dan bawah (valve) dihubungkan dengan otot dan terdapat
selaput dan gigi. Kelas Articulata / Pygocaulina memiliki masa hidup dari
Zaman Cambrian hingga ada beberapa spesies yang dapat bertahan hidup
sampai sekarang seperti anggota dari ordo Rhynchonellida dan ordo
Terebratulida.
b. Inarticulata
Cangkang atas dan bawah (valve) tidak dihubungkan dengan otot dan
terdapat socket dan gigi yang dihubungkan dengan selaput pengikat.
2.4.5 Mollusca
a. Amphineura
b. Cephalopoda
11
Cephalopoda juga mampu mengubah warna tubuhnya karena memiliki zat
kromatofor yang mengatur perubahan warna tersebut.
c. Gastropoda
Gastro memiliki arti perut sementara itu poda memiliki arti kaki.
Gastropoda berarti adalah hewan yang kakinya di perut atau juga berarti
hewan yang berjalan menggunakan perutnya. Hewan jenis ini rutin
mengeluarkan caairan mukosa untuk menjadi pelumas perutnya agar ia dapat
berjalan menggunakan perut. Seperti jenis lainnya, gastropoda juga memiliki
cangkang dan tubuh berbentuk simetri bilateral. Untuk kemampuan melihat
dan membau, jenis hewan ini dibantu oleh dua tentakel yang terletak di
kepalanya.
d. Scaphopoda
Scaphopoda adalah salah satu jenis Mollusca yang memiliki ciri khas
yaitu cangkangnya berbentuk panjang dan mirip dengan terompet.
Scaphopoda memiliki alat geraak kaki yang ukurannya cukup kecil. Jenis
hewan ini tubuhnya simetri bilateral seperti jenis Mollusca lainnya. Akan
tetapi, scaphopoda tidak memiliki tentakel dan juga tidak memiliki insang
untuk bernapas.
e. Pelecypoda
2.4.6 Arthropoda
12
a. Crustacea (udang-udangan)
Ciri-ciri:
Ciri-ciri:
b) Pada kepala terdapat sepasang mata, sepasang alat peraba besar, dan
peraba kecil yang beruas-ruas.
c) Tiap ruas pada tubuhnya terdapat sepasang atau dua pasang kaki.
c. Arachnoidea
Ciri-ciri:
13
e) Bernafas dengan paru-paru buku atau trakea atau dengan keduanya
d. Insecta
Ciri-ciri:
e. Trilobita
14
2.4.7 Echinodermata
a. Asteroidea
b. Echinoidea
c. Ophiuroidea
d. Holothuroidea
15
Orang awam biasa menyebut holothuroidea sebagai teripang atau
mentimun laut. Struktur tubuhnya lunak dan berduri di sekujur tubuhnya. Ia
memiliki mulut dan anus untuk menjalankan proses pencernaan, yang
keduanya terletak pada ktub yang berlawanan. Sekujur tubuh holothuroidea
juga dikelilingi oleh tentakel, seperti halnya pada ccoelenterata. Bedanya
tentakel pada holothuroidea tersebar di mulut. Contoh spesies hewan
holothuroidea ini adalah Holothuria atra
e. Crinoidea
Crinoidea disebut juga lili laut. Mengapa disebut lili laut? Karena sekilas
crinoidea memiliki bentuk tubuh yang sangat mirip dengan tumbuhan, yaitu
tumbuhan lili. Seperti asteroidean, crinoidea juga memiliki lengan berjunlah
lima atau pula kelipatannya.dari lengan akan keluar cabang kecil yang disebut
sebagai pinula. Contoh spesies dari hewan Holothuroidea adalah Metacrinus
rotundus.
16
BAB III
METODOLOGI
Adapun alat dan bahan yang di gunakan dalam Praktikum Paleonyologi ini
adalah sebagai berikut :
3.1.1 Alat
1. ATK
2. Buku penuntun/referensi
3. Lembar deskripsi
3.1.2 Bahan
1. HCl
2. Sampel fosil
Langkah Kerja
Adapun langkah kerja dari praktikum Paleontologi ini adalah sebagai berikut:
17
7. Memberikan keterangan yang lengkap tentang morfologi dan bagian-
bagian yang nampak pada fosil, klasifikasinya, umur, proses
pemfosilan dan lingkungan pengendapan dari fosil yang diamati.
18
BAB IV
PEMBAHASAN
Fosil adalah sisa kehidupan purba yang terawetkan secara alamiah dan
terekam pada bahan-bahan dari kerak bumi. Sisa kehidupan tersebut dapat berupa
cangkang binatang, jejak atau cetakan yang mengalami pembentukan atau
pergantian oleh mineral. Suatu catatan fosil (fossil record) merupakan susunan
teratur dimana fosil mengendap dalam lapisan atau strata pada batuan sedimen
yang menandai berlalunya waktu geologi. Semakin atas letak strata tempat fosil
ditemukan semakin muda usia fosil tersebut.
Pada praktikum yang telah dilakukan, terdapat 7 filum yang telah dibahas dari
tingkat taksonomi, bagian-bagian tubuh, proses pemfosilan, umur, sekaligus
lingkungan pengendapannya. Adapun 7 filum yang berhasil diamati adalah
protista(protozoa dan bryozoa), porifera, coelenterata, brachiopoda, mollusca,
arthoropoda dan echinodermata.
Pada acara 1 yaitu proses Pengenalan Fosil dan Proses Pemfosilan terdapat 2
filum yakni 4 diantaranya berasal dari filum Mollusca dan 1 berasal dari filum
porifera. Pada Sampel 01 terdapat filum MOLLUSCA terindentifikasi fosil dari
kelas BIVALVIA, spesiesnya Cassostrea Tulipa, dan sampel 02 Spesies Ostrea
Perna, pada sampel 03 terdapat kelas Gastropoda dengan spesies clasthtropira
sp,pada sampel 04 kelas EULAMELUBRANCHIA, spesies Anadotanonidae, dan
pada sampel 05 terdapat Filum Porifera HETERACTINIDA spesies Receptalutes
Sp. Dimana proses pemfosila yang terjadi ialah petrifikasi, Ketika organisme ini
mati, organisme ini kemudian tertransportasi oleh media geologi misalnya air,
kemudian terendapkan dan terakumulasi pada cekungan yang relatif stabil.
Material yang resisten terhadap pelapukan dan pengikisan tidak akan lapuk dan
terkikis sedangkan material yang tidak resisten akan mengalami pelapukan dan
pengikisan. Lama-kelamaan material sedimen yang menimbun semakin lama
semakin tebal sehingga fosil yang tertimbun dibawahnya mengalami tekanan yang
semakin besar pula, material yang resisten terhadap tekanan akan tetap dan tidak
akan tergantikan dengan materil yang lain, sedangkan material yang tidak resisten
19
terhadap tekanan akan tergantikan dengan material yang lebih resisten terhadap
tekanan. Pergantian sebagian tubuh fosil dengan mineral lain yang lebih resisten
kemudian mengalami kompaksi yang merupakan proses pemadatan material-
material sedimen, sementasi yang merupakan proses penyemenan atau pengikatan
material-material sedimen yang berukuran lebih besar dengan material-material
yang berukuran lebih halus dan litifikasi yang merupakan proses pembatuan
menjadi batuan sedimen. Tenaga endogen yang merupakan tenaga yang berasal
dari dalam bumi dapat berupa proses tektonik. Proses tektonik dapa berupa
pergeseran lempeng baik lempeng yang saling menunjam atau yang saling
bergeseran atau bahkan yang saling menjauh. Tenaga endogen ini menyebabkan
terjadinya pengangkatan/up lift atau penurunan muka air laut/sea level change
yang mengakibatkan terangkatnya fosil ke permukaan. Tenaga eksogen yang
merupakan tenaga yang berasal dari luar bumi dapat berupa proses pelapukan,
pengikisan yang menyebabkan tersingkapnya fosil ke permukaan.
Pada acara 2 yaitu filum PROTOZOA DAN BRYOZOA, pada filum ini
diidentifikasi lima fosil dari kelas SARCODINA dengan spesies globigerina
tripartite dan spesies globorotalia ehrenbergi. Kemudian kelas
STENOLAEMATA dengan spesies coastellaria fischeri, spesies leioclema
pullchella, dan spesies leiocllema pullchella.
Pada acara 3 yaitu filum PORIFERA pada filum ini diidentifikasi lima fosil
dari tiga kelas yaitu yang pertama kelas HEXACTINELLIDA dengan spesies
euplectella dan spesies hyalonema thamsani. Kemudian dari kelas
DEMOSPONGIA dengan spesies astylospongia sp dan spesies spongilla. Dan
kelas yang terakhir yaitu CALCAREA dengan spesies scypha sp,
20
Pada acara 5 yaitu Filum BRACHIOPODA, Pada filum ini teridentifikasi
fosil dari kelas ARTICULATA dengan nama spesies Muscropirifer sp,
Lepidocyclus perlamallasum, Rugosa sp, Paraspirifer sp, dan Mesolobus sp.
Pada acara 6 yaitu filum MOLLUSCA, kami telah mengidentifikasi fosil dari
kelas PELECYPODA dengan nama spesies Melleti cumingii, dan ada juga dari
kelas GASTROPODA dengan nama spesies Achatina fulica, Pleurocera acula,
Tympanotonus margaritaceus, dan yang terakhir berasal dari kelas BIVALVIA
dengan nama spesies Chlamys varia
Pada acara 8 yaitu filum Echinodermata, telah teridentifikasi lima fosil yang
berasal dari tiga kelas yaitu yang pertama dari kelas ECHINODEA dengan nama
spesies Enallaster sp dan Clypeaster sp. Kemudian dari kelas CRINOIDEA
dengan nama spesies Eutrochocinnus christyl dan Plerocystitesn squamosus. Dan
yang terakhir dari kelas HOLOTHUROIDEA yang merupakan spesies
Schizoblastus sp.
Fosil yang diamati rata-rata berumur dari kambrium hingga holosen dengan
lingkungan pengendapan laut dangkal yang komposisi kimianya kalsium karbonat
(CaCO3) dan ada pula yang terendapkan pada laut dalam yaitu organisme yang
berasal dari filum porifera dari kelas hexatinelida dan demospongia yang
berkomposisi silika (SiO2). Adapun bentuk-bentuk fosil yang diamati adalah ada
yang berbentuk plate (piringan), globular (membundar), branching (bercabang),
konveks (memiliki satu bagian cangkang), bicoveks (memiliki sepasang
cangkang) dan konical (berbentuk seperti kerucut).
Adapun proses pemfosilan yang dialami fosil adalah petrifikasi. Awalnya dari
organisme yang mati kemudian mengalami transportasi hingga tiba pada daerah
cekungan sedimen oleh media geologi seperti angin, air ataupun es. Seiring
berjalannya waktu, organisme tersebut tertimbun oleh material sedimen kemudian
21
terakumulasi kedalam cekungan hingga organisme tersebut terhindar dari bakteri
pengurai. Organisme ini kemudian mengalami petrifikasi yaitu berupa
permineralisasi yang mana merupakan proses penguraian seluruh atau sebagian
mineral penyusun tubuh organisme ini dengan mineral lain. Karena material
sedimen semakin banyak, sehingga tekanan pada organisme ini semakin
bertambah maka terjadilah proses kompaksi yang kemudian akan membentuk
lapisan sedimen. Selama berada pada lapisan sedimen bagian tubuh organisme
yang tidak resisten akan tergantikan oleh material yang lebih resisten terhadap
pelapukan. Selanjutnya akan mengalami litifikasi atau proses pembatuan oleh
adanya bahan-bahan seperti SiO2, FeS, FeS2, MnO, FeO ataupun CaCO3 sehingga
organisme tersebut menjadi keras.
Dalam bidang geologi, fosil dijadikan sebagai indeks penentu umur relatif
batuan, dan lingkungan pengendapan. Ada pula fosil yang dijadikan sebagai
penentu iklim pada saat terjadinya sedimentasi.
22
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun hal yang dapat disimpulkan dari praktium paleontologi ini adalah :
1. Diidentifikasi fosil yang berasal dari 7 kelas yaitu Protista (protozoa dan
bryozoa), porifera, coelenterata, brachiopoda, mollusca, arthoropoda dan
echinodermata. Adapun bentuk-bentuk fosil yang diamati adalah ada
yang berbentuk plate (piringan), globular (membundar), branching
(bercabang), konveks (memiliki satu bagian cangkang), biconveks
(memiliki sepasang cangkang) dan konical (berbentuk seperti kerucut).
Terendapkan pada lingkungan pengendapan laut dangkal (komposisi
kimia CaCO3) dan ada pula yang terendapkan pada laut dalam
(komposisi kimia SiO2) denga n proses pemfosilan petrifikasi
(permineralisasi).
Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
24
LAMPIRAN
25
BIODATA PRAKTIKAN
Suku : Toraja
Telpon/HP : 082259691546
E-mail : febrioneztsaloko@gmail.com
Hobi :
Pengalaman organisasi :
Riwayat pendidikan
26
27