)
DI UD NAGATA TUNA, BANDA ACEH
OLEH
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
ACEH BARAT
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Kajian Hazard Analysis Pada Loin Fresh Tuna (Thunnus Sp) di
UD. Nagata Tuna, Banda Aceh
Nama : Fuji Sintia Armi
NIM : 1705904010007
Jurusan : Perikanan
Mengetahui, Disetujui,
Ketua Jurusan Dosen Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat, karunia dan
hidayahNya penyusun dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapangan
(PKL) ini. Adapun tujuan disusunnya laporan ini ialah sebagai salah satu syarat
untuk melakukan kegiatan PKL, yaitu agenda kegiatan akademis yang harus
ditempuh oleh setiap mahasiswa/mahasiswi dalam menyelesaikan studi di tingkat
perkuliahan, adapun judul yang saya ajukan dalam proposal ini adalah mengenai
“Kajian Hazard Analysis Pada Loin Fresh Tuna (Thunnus sp.) di UD Nagata
Tuna, Banda Aceh”.
Proses penyusunan laporan ini, penulis banyak mendapatkan bantuan,
dukungan serta doa dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua orang tua, atas curahan kasih sayang tiada henti, yang senantiasa
mendukung secara moril dan materil serta selalu mendoakan penulis
dalam menempuh pendidikan ini.
2. Bapak Ikhsanul Khairi, S.Pi, M.Si selaku pembimbing utama yang telah
meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan.
3. Bapak Anhar Rozi S.Pi., M.Si. selaku dosen penguji yang telah banyak
memberikan kritikan dan saran sehingga terselesaikan laporan Praktek
Kerja Lapangan (PKL) ini.
4. Bapak Muhammad Agam Tahir, S.Pi., M.Si selaku ketua jurusan yang
telah meluangkan waktunya dalam memberi bimbingan dan segenap
bantuan yang bersifat akademis dan administratif.
5. Bapak Muslim, selaku direktur UD Nagata Tuna yang telah memberikan
banyak ilmu dan pengalaman bagi kami
6. Bapak Moh Johan Effendi, selaku Quality Control di UD Nagata tuna
yang telah meluangkan waktunya dan memberikan bimbingan kepada
penulis.
7. Pihak akademik FPIK UTU, yang telah mendukung dan membantu
penyusunan dalam mempersiapkan berbagai keperluan dalam melakukan
kegiatan PKL ini.
ii
Kesempurnaan laporan ini tidak terlepas darimasukan, kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan memberikan informasi kepada semua pihak.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
4.2.3 Pencucian ................................................................................... 15
4.2.4 Penyimpanan sementara............................................................ 15
4.2.5 Pemotogan kepala dan ekor ...................................................... 16
4.2.6 Pembentukan loin ...................................................................... 16
4.2.7 Perapian...................................................................................... 17
4.2.8 Pembungkusan dan vakum ....................................................... 17
4.2.9 Penimbangan II .......................................................................... 18
4.2.10 Pengemasan ............................................................................... 18
4.2.11 Penyimpanan dingin .................................................................. 18
4.2.12 Pemuatan .................................................................................... 19
4.3 Identifikasi Bahaya Pada Loin Fresh Tuna di UD
Nagata Tuna ........................................................................................... 20
4.3.1 Identifikasi bahaya pada penerimaan bahan baku ................... 21
4.3.2 Identifikasi bahaya pada penimbangan I.................................. 22
4.3.3 Identifikasi bahaya pada pencucian.......................................... 22
4.3.4 Identifikasi bahaya pada penyimpanan sementara .................. 22
4.3.5 Identifikasi bahaya pada pemotogan kepala dan ekor............. 23
4.3.6 Identifikasi bahaya pada pembentukan loin ............................ 23
4.3.7 Identifikasi bahaya pada perapian ............................................ 23
4.3.8 Identifikasi bahaya pada pembungkusan dan vakum .............. 23
4.3.9 Identifikasi bahaya pada penimbangan II ................................ 23
4.3.10 Identifikasi bahaya pada pengemasan ...................................... 23
4.3.11 Identifikasi bahaya pada penyimpanan dingin ........................ 23
4.3.12 Identifikasi bahaya pada pemuatan .......................................... 24
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
2
Analisa bahaya adalah salah satu hal yang sangat penting dalam
penyusunan suatu rencana HACCP.Jenis bahaya yang dianalisis adalah bahaya
fisik, kimiawi dan biologi (Bhernama 2017). Bahaya yang beresiko tinggi dan
tindakan pencegahan harus diidentifikasi untuk mencegah bahaya keamanan
pangan. Praktek Kerja Lapang (PKL) dilaksanakan agar dapat menambah
wawasan dan mengetahui bagaimana Penerapan Hazard Analysis (HA) pada
proses penyiangan ikan tuna loin fresh di UD Nagata Tuna, Banda Aceh. PKL
kajan hazard analisis sangat penting dilakukan dalam proses pengolahan Tuna
loin fresh pada UD Nagata Tuna agar dapat diperoleh informasi potensi bahaya
selama proses pengolahan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Klasifikasi ikan tuna FAO (2011) dalam romdlona (2014) adalah sebagai berikut
:
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Teleostei
Subkelas : Actinopterygi
Ordo : Perciformes
Subordo : Scombroidae
Famili : Scombridae
Genus : Thunnus
Spesies : Thunnus sp
2.1.2 Morfologis ikan tuna (Thunnus sp.)
Menurut taksonomi (sistematika ikan), jenis - jenis ikan tuna termasuk ke
dalam Famili Scombridae. Secara global, terdapat 7 spesies ikan tuna yang
memiliki nilai ekonomis penting, yaitu albacore (Thunnus alalunga), bigeye tuna
(Thunnus obesus), atlantic Bluefin tuna (Thunnus thynnus), pacific Bluefin tuna
(Thunnus oreintalis), southern Bluefin Tuna (Thunnus maccoyii), ikan tuna sirip
kuning (Thunnus albacares), dan skipjack tuna (Katsuwonus pelamis), kecuali
Pacific Bluefin dan southern Bluefin tuna, kelima spesies tuna lainnya hidup dan
berkembang di perairan Samudra Pasifik, Atlantik, dan Hindia (Dahuri 2008).
2.1.3 Komposisi nilai gizi ikan tuna (Thunnus sp.)
Ikan tuna adalah jenis ikan dengan kandungan protein yang tinggi dan
lemak yang rendah. Ikan tuna mengandung protein antara 22,6 - 26,2 g/100 g
daging, lemak antara 0,2 - 2,7 g/100 g daging. Ikan tuna mengandung mineral
(kalsium, fosfor, besi, sodium), vitamin A (retinol), dan vitamin B (thiamin,
riboflavin, dan niasin) (Hadinoto, et al. 2018).
kandungan gizi ikan tuna menurut Suryani et al. (2007) dapat dilihat pada
Tabel 1
5
Tabel 1. Komposisi kimia ikan tuna
Komponen Zat Gizi Ikan Tuna
Air (g) 70,58
Protein (g) 22
Mineral (g) 10,3
Lemak (g) 1,01
Karbohidrat (g) 0
6
2.3.1 HACCP
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) merupakan suatu alat
(tools) yang digunakan untuk menilai tingkat bahaya, menduga perkiraan risiko
dan menetapkan ukuran yang tepat dalam pengawasan dengan menitikberatkan
pada pencegahan dan pengendalian proses pengujian akhir proses akhir yang
biasanya dilakukan dengan cara pengawasan tradisional. Nasional advisory
committee on microbiological criteria for food (committee) menganjurkan sistem
HACCP sebagai pendekatan yang efektif dan rasional untuk menjamin keamanan
pangan. Sistim ini merupakan pendekatan sistematis terhadap identifikasi,
evaluasi pengawasan keama nan pangan secara bermakna (Arisman 2009).
7
BAB III
METODE PELAKSANAAN PKL
8
muka dengan orang tersebut (face to face) (Sungadji 2010). Adapun responden
yang saya wawancarai di UD Nagata Tuna yaitu direktur, kabag pemasaran
ekspor impor, Quality Control dan pengawas produksi.
3) Partisipasi Aktif
Partisipasi aktif adalah peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan
narasumber, tapi belum sepenuhnya lengkap. Bentuk partisipasi aktif dimana turut
serta secara langsung semua kegiatan.
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
4.1.2 Profil UD. Nagata Tuna
UD. Nagata Tuna terletak di desa Punge, Blang cut, kecamatan Banda
Raya, kota Banda Aceh. UD Nagata Tuna adalah suatu perusahaan yang bergerak
dalam bidang pengolahan ikan tuna. Perusahaan tersebut mulai bergerak sejak
tahun 2012 untuk mengekspor hasil tangkapan nelayan tradisional Banda Aceh
baik secara domestik maupun hingga ke luar negeri.
11
4. Quality control bertugas memantau, menganalisis, meneliti dan menguji
perkembangan semua proses yang terlibat dalam proses produksi produk
dan melakukan pengontrolan mutu.
5. Mekanik bertugas memperbaiki dan merawat kondisi operasi dari mesin.
6. Pengawas proses bertugas mengawasidan mengatur proses produksi pada
pengolahan, dan pengemasan.
Pekerja bertugas melakukan proses pengolahan produk dan mengemas produk
hingga siap dipasarkan.
DIREKTUR
KABAG PEMASARAN
EKSPOR IMPOR
MEKANIK PENGAWAS
PRODUKSI
PEKERJA
12
2. Menerapkan GMP, SSOP, dan HACCP secara konsisten.
3. Menggunakan tenaga kerja yang terlatih.
4. Melengkapi dan memelihara fasilitas, sarana dan peralatan.
5. Merekrut tenaga kerja lokal untuk mengurangi pengangguran di sekitar
perusahaan.
Berikut diagram alur proses pengolahan ikan tuna (Thunnus Sp) loin fresh di UD.
Nagata Tuna :
13
Ikan tuna sirip kuning
Penimbangan I
Pencucian
Penyimpanan sementara
Pembentukan loin
Perapian
Penimbangan II
Pengemasan
Penyimpanan dingin
Pemuatan
14
Gambar 5. Diagram alur proses pengolahan ikan tuna
15
Gambar 7. Penimbangan bahan baku
4.2.3 Pencucian
Pencucian bertujuan membersihkan bahan baku dari kotoran-kotoran yang
terlihat dan mencegah pertumbuhan bakteri. Pencucian yang dilakukan di UD.
Nagata Tuna adalah dengan menggunakan air klorin 100 ppm. Fungsinya untuk
mencegah terjadinya kontaminasi silang,selain itu klorin juga mempunyai
kemampuan sebagai disinfektan yang efektif untuk membunuh bakteri,
penggunanaannya praktis serta murah. Proses pencucian dilakukan dengan
menggunakan air bersih (dicelupkan) selama ± 5 detik serta tetap
mempertahankan suhu bahan baku ≤ 4 . Air pencucian diganti secara berkala
(maksimal 1 hari sekali).
4.2.4 Penyimpanan sementara
Ikan tuna yang telah dicuci, selanjutnya dimasukkan kedalam bak
penyimpanan sementara. Penyimpanan sementara ikan tuna dilakukan setelah fish
box diisi dengan es curah yaitu es balok yang telah dihancurkan sehingga
ukurannya lebih kecil dan halus. Ikan tuna akan disimpan dalam bak penyimpanan
sementara selama ±2 jam dengan yang terletak didalam ruang produksi sehingga
memudahkan untuk dilakukan proses selanjutnya.
16
Gambar 8. Pemotongan kepala dan ekor
4.2.6 Pembentukan loin
Proses pembentukan loin dilakukan didalam ruang pengolahan yang
terletak disebelah ruang bak penyimpanan sementara (temporary storage). Ikan
tuna loin merupakan bagian paling sederhana dan paling mudah yang dilakukan
dengan cara membagi ikan menjadi empat bagian dari ikan yaitu sisi kanan, sisi
kiri, sisi atas, sisi bawah dan memisahkan bagian tulang dengan daging.
Pembentukan loin dilakukan diatas meja bersih dari stainless steel. Kemudian
secara berkala disirami dengan air bercampur klorin. Penyiraman meja produksi
dengan air klorin bertujuan agar meja produksi dapat mereduksi jumlah bakteri
dan tidak terkontaminasi.
4.2.7 Perapian
Tulang, daging hitam (dark meat) dan kulit yang ada pada loin dibuang
hingga bersih. Pengkulitan dan perapian dilakukan secara cepat, cermat dan
saniter serta tetap mempertahankan suhu pusat produk maksimal 4.4 .
17
Gambar 10. Perapian
4.2.8 Pembungkusan dan vakum
Tuna loin terlebih dahulu dibersihkan menggunakan busa (spons) agar
dapat mengurangi sisa darah pada loin.Setelah dibersihkan selanjutnya loin
disemprot dengan alkohol 70% lalu dikemas menggunakan plastik polyethylene
(PE) yang ukurannya menyesuaikan dengan panjang loin.
Proses pemvakuman dilakukan agar tidak ada udara terperangkap didalam
kemasan sehingga dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme. Selain itu,
proses dilakukan agar produk terhindar dari terjadinya dehidrasi saat penyimpanan
dingin. Proses pemvakuman berlangsung secara sederhana yaitu dengan
memasukkan loin yang sudah dikemas kedalam bak yang telah berisi air es
kemudian diikat simpul bagian atas kemasan hingga tidak ada udara terperangkap
didalam kemasan.
18
Gambar 11. Pembungkusan dan vakum
4.2.9 Penimbangan II
Proses penimbangan dilakukan setelah proses pemvakuman agar diketahui
berat akhir dari loin setelah melewati proses perapihan I. Penimbangan dilakukan
dengan meletakkan loin diatas timbangan elektrik dengan ketelitian 2 desimal
yang telah dikalibrasi terlebih dahulu. Ketentuan loin yang akan dipasarkan adalah
jika berat loin berada ≥3 kg per satuannya.
19
dingin sedikit berbeda pada Tuna Loin yang telah melalui proses penyuntikan gas
CO. Pada loin hasil penyuntikan gas CO, loin akan disimpan lebih lama didalam
chilling room yaitu selama 1-2 hari dengan tujuan agar penetrasi gas CO kedalam
loin dapat lebih sempurna.
20
4.3 Identifikasi Bahaya Pada loin fresh Tuna di UD Nagata Tuna
Adapun hasil identifikasi bahaya pada pada loin fresh tuna di UD Nagata
Tuna adalah sebagai berikut:
No Proses Jenis Bahaya
1. Penerimaan Bahan Baku Biologi :
Pertumbuhan bakteri pembusuk
Kimia :
Logam berat (Hg, Cd, Pb)
Histamin
Fisika : -
2. Penimbangan I Biologi :
Kontaminasi bakteri patogen Salmonella, E coli,
Vibrio cholera, Coliform
Kimia : -
Fisika :
Serbuk pasir
3. Pencucian Biologi : -
Kimia : -
Fisika : -
4. Penyimpanan sementara Biologi : -
Kimia : -
Fisika : -
5. Pemotongan kepala dan Biologi :
ekor Kontaminasi bakteri patogen Salmonella, E
coli, Vibrio cholera, Coliform
Kimia : -
Fisika : -
6. Pembentukan Loin Biologi : -
Kimia : -
Fisika : -
21
No Proses Jenis Bahaya
7. Perapihan Biologi :-
Kimia : -
Fisika : -
8. Pembungkusan dan Biologi :
vakum Kimia : -
Fisika : partikel pada plastic
9. Penimbangan II Biologi : -
Kimia : -
Fisika : -
10. Pengemasan Biologi : -
Kimia : -
Fisika : -
11. Penyimpanan dingin Biologi : -
Kimia :
Pembentukan histamine
Fisika : -
12. Pemuatan Biologi :
Pertumbuhan bakteri patogen Salmonella, E
coli, Vibrio cholera, Coliform
Kimia :
Histamin
Fisika : -
22
transportasi tidak dilakukan pengecekan suhu, sehingga suhu berpotensi diatas 10
dan bakteri dapat tumbuh. Sedangkan Potensi bahaya secara kimia yang ada
pada proses penerimaan bahan baku adalah terdapatnya kandungan logam berat
(Hg, Cd, dan Pb), dan histamin yang disebabkan oleh cemaran lingkungan
perairan. Menurut Handayani (2019) ikan tuna hasil tangkapan di samudera hindia
terkontaminasi Hg diatas ambang batas 1,0mg/kg. Sedangkan histamin
disebabkan karena proses enzimatis histidin oleh bakteri. Menurut Summer (2004)
Jika produksi enzim decarboxylase telah terjadi, maka akan terus menerus
dihasilkan histamine meskipun pertumbuhan bakteri telah dihambat dengan suhu
dingin hingga 4 . Produksi histamin akan terus meningkat meskipun telah
disimpan pada ruangan pendingin.
4.3.2 Identifikasi bahaya pada penimbangan I
Potensi bahaya secara fisika yaitu ditemukannya pasir dan debu pada
timbangan yang digunakan. Potensi bahaya secara biologi yang terdapat pada
proses penimbangan I adalah peningkatan bakteri patogen Salmonella, E.coli,
Coliform, dan V. cholera. Potensi bahaya tersebut disebabkan oleh peralatan yang
digunakan tidak dibersihkan sebelum digunakan, hingga menyebabkan
terkontaminasi dengan debu dilingkungan sekitar. Menurut Maruka et al (2017)
E.coli adalah salah satu bakteri yang mudah menyebar dengan cara mencemari air
dan mengkontaminasi bahan-bahan yang bersentuhan langsung. Dalam suatu
proses pengolahan, E.coli ini biasanya mengkontaminasi alat-alat yang
digunakan dalam penanganan ikan segar.
4.3.3 Identifikasi bahaya pada proses pencucian
Pada proses ini tidak ditemukan bahaya baik kimia, fisika maupun biologi.
Hal ini dikarenakan pada saat proses pencucian, air yang digunakan adalah air
yang bersumber dari PDAM. Kemudian proses pencuciannya juga cepat dan jarak
ke tempat penyimpanan sementara dekat, karena ada pintu khusus ukuran kecil
yang difungsikan untuk memasukkan ikan kedalam ruang tersebut, sehingga tidak
ada kemungkinan terjadi perubahan suhu dan pertumbuhan bakteri.
4.3.4 Identifikasi bahaya pada proses penyimpanan sementara
Pada proses ini tidak ditemukan potensi bahaya. Hal ini dikarenakan
proses yang dilakukan cepat sehingga perubahan/ kenaikan suhu dapat dikontrol.
23
4.3.5 Identifikasi bahaya pada proses pemotongan kepala dan ekor
Potensi bahaya secara biologi yang terdapat pada proses pemotongan
kepala dan ekor adalah peningkatan bakteri patogen Salmonella, E.coli, Coliform,
dan V. cholera. Penyebab bahayanya adalah kontaminasi peralatan dan kenaikan
suhu. Menurut Maruka et al (2017) E.coli adalah salah satu bakteri yang mudah
menyebar dengan cara mencemari air dan mengkontaminasi bahan-bahan yang
bersentuhan langsung. Dalam suatu proses pengolahan biasanya E.coli ini
biasanya mengkontaminasi alat-alat yang digunakan dalam penanganan ikan
segar.
4.3.6 Identifikasi bahaya pada proses pembentukan loin
Selama proses pembentukan loin tidak ditemukan potensi bahaya fisik,
kimia maupun biologinya.
4.3.7 Identifikasi bahaya pada proses perapian
Pada tahapan ini tidak ditemukan potensi bahaya fisik, kimia maupun
biologinya. Hal ini disebabkan pada saat pemotongan loin kebersihan alat sangat
dijaga oleh karyawan, persediaan air mengalir cukup, dan terletak dekat dengan
tempat pemotongan. Selain itu prosesnya cepat sehingga tidak memungkinkan
ditemukannya bahaya.
4.3.8 Identifikasi bahaya pada proses pembungkusan dan vakum
Potensi bahaya pada tahap ini yaitu secara fisika yang terdapat pada proses
pembungkusan dan vakum adalah partikel pada plastik. Penyebab bahayanya
adalah plastic dalam keadaan kotor dapat mengkontaminasi produk.
4.3.9 Identifikasi bahaya pada proses penimbangan II
Potensi bahaya secara biologi, kimia dan fisik yang ada pada proses
penimbangan II tidak ditemukan. Hal ini disebabkan sebelum proses penimbangan
ikan tuna loin fresh telah terlebih dahulu disemprot dengan menggunakan alkohol.
4.3.10 Identifikasi bahaya pada proses pengemasan
Selama proses pengemasan tidak ditemukan adanya potensi bahaya
biologi, kimia maupun fisiknya.
4.3.11 Identifikasi bahaya pada proses penyimpanan dingin
Potensi bahaya secara kimia yang terdapat pada proses penyimpanan
dingin adalah histamin. Penyebab bahayanya adalah kenaikan suhu. Menurut
24
Summer (2004) Jika produksi enzim decarboxylase telah terjadi, maka akan terus
menerus dihasilkan histamine meskipun pertumbuhan bakteri telah dihambat
dengan suhu dingin hingga 4 . Produksi histamine akan terus meningkat
meskipun telah disimpan pada ruangan pendingin.
4.3.12 Identifikasi bahaya pada proses pemuatan
Potensi bahaya secara biologi yang terdapat pada proses pemuatan adalah
kontaminasi bakteri patogen Salmonella, E.coli, Coliform, dan V. cholera.
Penyebab bakteri patogen dapat tumbuh dan berkembang adalah terjadi
kontaminasi selama proses pemuatan. Menurut Dwiyitno (2010) perkembangan
bakteri pada tubuh ikan bukan hanya disebabkan oleh bakteri yang secara alami
terdapat pada ikan (terkonsentrasi pada isi perut, insang dan kulit), namun juga
pada bakteri yang berasal dari sumber lain yang mengkontaminasi ikan selama
tersebut termasuk bakteri patogen. Bakteri patogen dapat dengan mudah
mengkontaminasi ikan selama penyimpanan dan distribusi dan dapat
mengakibatkan penyakit bagi yang mengkonsumsinya. Sedangkan Potensi bahaya
secara kimia yang terdapat pada proses pemuatan adalah histamin. Penyebabnya
adalah fluktuasi suhu pada saat proses pemuatan dalam mobil sehingga dapat
menyebabkan meningkatnya histamine pada produk. Menurut Summer (2004)
Jika produksi enzim decarboxylase telah terjadi, maka akan terus menerus
dihasilkan histamine meskipun pertumbuhan bakteri telah dihambat dengan suhu
dingin hingga 4 . Produksi histamine akan terus meningkat meskipun telah
disimpan pada ruangan pendingin.
25
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Proses pembentukan loin fresh tuna di UD. Nagata Tuna meliputi
penerimaan bahan baku, penimbangan I, pencucian, penyimpanan
sementara, pemotongan kepala dan ekor, pembentukan loin, perapian,
pembungkusan dan vakum, penimbangan II, pengemasan, penyimpanan
dingin serta pemuatan.
2. Bahaya biologi pada proses pembentukan loin fresh tuna terdapat pada
proses penerimaan bahan baku, penimabangan I, pencucian, penyimpanan
sementara, pemotongan kepala dan ekor serta pemuatan. Bahaya kimia
pada proses pembentkan loin fresh tuna terdapat pada proses penerimaan
bahan baku, penyimpanan dingin, dan pemuatan. Sedangkan bahaya fisika
pada proses penimbangan I, pembungkusan dan vakum.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah UD. Nagata Tuna perlu memberikan
penyuluhan dan pelatihan mengenai kedisiplinan GMP dan SSOP pada karyawan
agar proses pembentukan loin fresh tuna berjalan dengan baik. Perusahaan lebih
meningkatkan pengawasan terhadap semua tahapan proses, sehingga yang terjadi
dapat ditekan sekecil mungkin.
26
Daftar Pustaka
Ariman. 2009. Buku Ajar Ilmu Gizi Keracunan Makanan. Jakarta: EGC.
Alang, Hasria. 2015. Deteksi Coliform Air PDAM di Beberapa Kecamatan Kota
Makassar. Prosiding Seminar Nasional Mikrobiologi Kesehatan dan
Lingkungan. Makassar: STKIP-PI Hal: 1-20
Dwiyitno. 2010. Identifikasi bakteri patogen pda produk perikanan dengan teknik
molekuler. Jurnal Squalen. 5(2): 67-68.
Handayani, Tri, et al. 2019. Kandungan Logam Berat Merkuri Pada Ikan Tuna
(Yellowfin Dan Bigeye)Dan Tuna-Like (Swordfish) Hasil Tangkapan
Dari Samudera Hindia Dan Samudera Pasifik. JPB Kelautan dan
Perikanan. Vol. 14 No. 1 hal: 35-44.
27
Ndahwali, Daniel H. 2016. Mikroorganisme Penyebab Kerusakan Pada Ikan Dan
Hasil Perikanan Lainnya. Pojok Ilmiah Buletin Matric. Vol 13 No. 2
Hal: 1-21.
Romdlona, Aufa. 2014. Perbandingan Kadar Protein Dalam Daging Ikan Tuna
(Thunnus Sp) Yang Diawetkan Menggunakan Garam Dan Khitosan.
Skripsi.Institut Agama Islam Negeri Wali Songo: Semarang.
Suryani A., Erlina H., dan Encep H. 2007. Membuat Aneka Abon. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Sedayu, Bakti Berlyanto. 2015. Preparai Ikan Kuniran (Upeneus Sulphureus) Pada
Proses Pemisahan Daging Menggunakan Meat Bone Separator. JPB
Kelautan dan Perikanan. Vol. 10 No. 1. Hal: 83-89.
28
LAMPIRAN
29
30
31