net/publication/312427071
CITATIONS READS
4 2,151
3 authors:
Adrin Tohari
Indonesian Institute of Sciences
62 PUBLICATIONS 189 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Development of and Implementation of THE GREATEST (Technology of Gravity-driven Groundwater Extraction for Slope Stabilization) View project
All content following this page was uploaded by Adrin Tohari on 26 January 2017.
117
©2016 Pusat Penelitian Geoteknologi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Sugianti/ Model Kerentanan Gerakan Tanah Wilayah Kabupaten Sukabumi Secara Spasial dan Temporal
Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Berdasarkan dan pengaruh parameter topografi, geoteknik dan
data BNPB (2015), kejadian bencana gerakan hidrologi terhadap inisiasi gerakan tanah.
tanah banyak terjadi di Provinsi Jawa Barat. Kemampuan model TRIGRS untuk memprediksi
Kerentanan gerakan tanah wilayah perbukitan di gerakan tanah dangkal akibat hujan dipengaruhi
Pulau Jawa dikontrol oleh kondisi geologi, oleh resolusi variasi curah hujan temporal (Chen
topografi, curah hujan dan tutupan lahan et al., 2005; Liao et al., 2011), resolusi parameter
setempat. Kabupaten Sukabumi merupakan salah geoteknik secara spasial (Liao et al., 2011; Park
satu wilayah rentan gerakan tanah di provinsi ini. et al., 2013) dan resolusi model elevasi digital
Berdasarkan data dan informasi bencana (Park et al., 2013). Dengan demikian, prediksi
Indonesia BNPB (Badan Nasional gerakan tanah berdasarkan pemetaan kerentanan
Penanggulangan Bencana) tahun 2000-2015, memerlukan resolusi data curah hujan temporal,
kejadian gerakan tanah di Kabupaten Sukabumi, parameter topografi, dan geoteknik spatial yang
tercatat sekitar 106 kejadian dengan korban jiwa akurat.
sebanyak 45 orang, yaitu 32 meninggal, 6 hilang,
Di Indonesia, Sarah et al. (2015) menggunakan
7 luka (BNPB, 2015). Dalam rangka mengurangi
pendekatan model TRIGRS untuk mengkaji
risiko bencana gerakan tanah, maka upaya
kestabilan lereng regional di wilayah Kecamatan
mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap ancaman
Tawangmangu. Hasil pemodelan menunjukkan
gerakan tanah sangat diperlukan di wilayah
kesesuaian yang tinggi antara zona kerentanan
Kabupaten Sukabumi.
gerakan tanah dan lokasi bencana gerakan tanah,
Pemetaan kerentanan gerakan tanah merupakan sehingga model kerentanan tersebut dapat
salah satu upaya memprediksi kejadian gerakan digunakan untuk memprediksi potensi gerakan
tanah untuk kesiapsiagaan terhadap ancaman tanah di wilayah ini. Sugianti et al. (2014) juga
gerakan tanah. Model kerentanan gerakan tanah mengklasifikasi tingkat kerentanan gerakan tanah
harus dapat memberikan informasi kapan dan daerah Sumedang Selatan dengan mengggunakan
dimana gerakan tanah akan terjadi di suatu metode Storie. Parameter karakteristik fisik
wilayah perbukitan. Pusat Vulkanologi dan berupa tataguna lahan, kelerengan, geologi dan
Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pada tahun curah hujan. Hasil analisis klasifikasinya
2004 telah membuat Peta Kerentanan Gerakan menunjukkan bahwa tingkat kerentanan
Tanah wilayah Sukabumi menggunakan dipengaruhi oleh tataguna lahan, kemiringan,
pendekatan pembobotan berbasis sistem jenis tanah penyusun, dan curah hujan sebagai
informasi kebumian (PVMBG, 2004). Peta faktor pemicu.
tersebut mengklasifikasi tingkat kerentanan
Makalah ini bertujuan untuk menyajikan hasil
gerakan tanah wilayah Sukabumi menjadi empat
pemodelan kerentanan gerakan tanah
kelas yaitu sangat rendah, rendah, menengah, dan
menggunakan aplikasi TRIGRS, untuk wilayah
tinggi. Akan tetapi, model kerentanan tanah
Kabupaten Sukabumi, dengan mempertimbang-
tersebut hanya memberikan informasi variasi
kan variasi karakteristik lereng dan kekuatan
kerentanan gerakan tanah secara spasial saja,
tanah secara spasial dan curah hujan secara
tetapi tidak secara temporal.
temporal pada bulan basah. Adapun sasaran
Pemetaan kerentanan gerakan tanah regional makalah ini yaitu untuk mengetahui (1)
akibat curah hujan dengan menggunakan hubungan antara keteknikan tanah dengan
pemodelan gerakan tanah secara deterministik kejadian gerakan tanah dan, (2) mengevaluasi
dan empirik telah banyak dilakukan oleh peneliti pengaruh curah hujan terhadap perubahan tingkat
terdahulu. Transient Rainfall Infiltration and kerentanan gerakan tanah di lokasi penelitian.
Grid Based Regional Slope Stability atau yang Hasil pemodelan kerentanan gerakan tanah yang
disingkat TRIGRS (Baum et al, 2002; 2008) disajikan dalam makalah ini merupakan bagian
merupakan salah satu model kestabilan lereng dari penelitian tentang pengaruh perubahan iklim
yang banyak dipergunakan untuk memetakan terhadap kerentanan gerakan tanah di wilayah
kerentanan gerakan tanah dangkal (Godt et al, Sukabumi, dengan menggunakan data dasar
2008; Salciarini et al, 2006; Tan et al, 2008). curah hujan harian pada bulan-bulan basah di
Selain itu, beberapa peneliti juga menggunakan tahun 1990 (Tohari dan Santoso, 2015).
model TRIGRS untuk mengetahui kemampuan
memprediksi gerakan tanah di suatu perbukitan,
118
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.26, No.2, Desember 2016, 117 - 129
119
Sugianti/ Model Kerentanan Gerakan Tanah Wilayah Kabupaten Sukabumi Secara Spasial dan Temporal
berupa kohesi efektif (c’) dan sudut geser efektif Persamaan faktor keamanan lereng menerus yang
(’diperoleh berdasarkan uji triaksial kondisi homogen (FK) yang digunakan dalam pemodelan
termampatkan-tak teralirkan berdasarkan ASTM TRIGRS adalah sebagai berikut:
D4767M dan nilai permeabilitas (Ks) diperoleh
dari hasil uji falling head permeameter menurut tan ' c ' Z , t w tan '
ASTM D585. FK
tan s Z sin cos .............(2)
Curah hujan merupakan faktor penting dalam
model TRIGRS. Data spasial dan temporal curah dimana, c’ adalah kohesi efektif, Z adalah
hujan harian diperoleh dari 12 stasiun curah
hujan yang terletak di wilayah Kabupaten ketebalan tanah, adalah tekanan air tanah
Sukabumi (Tohari dkk, 2011). Data curah hujan transient, t adalah waktu, adalah sudut
ini kemudian diolah menggunakan software bidang gelincir, ’ adalah sudur geser efektif,
ArcGIS untuk menghasilkan peta isohyet. w adalah berat isi air dan s adalah berat isi
Pemodelan Kerentanan tanah.
Tahap awal dari pemodelan TRIGRS adalah Zonasi Kerentanan Gerakan Tanah
melakukan analisis data topografi berupa data Zonasi kerentanan gerakan tanah menggunakan
ketinggian dan arah lereng dengan menggunakan klasifikasikan menurut Ward (1976), yang
program TopoIndex (Baum, 2002), untuk berdasarkan nilai faktor keamanan (FK) lereng,
menghasilkan perhitungan rute aliran permukaan sebagaimana disajikan pada Tabel 1. Hal ini
(run-off routing) yang digunakan dalam karena belum ditemukan hasil penelitian
pemodelan kestabilan lereng. terdahulu lainnya yang khusus menghasilkan
Dalam pemodelan kestabilan lereng akibat curah klasifikasi zona kerentanan gerakan tanah
hujan spasial dan temporal menggunakan berdasarkan nilai FK lereng hingga saat ini.
program TRIGRS 2.0, model infiltrasi air hujan
berdasarkan pada solusi linear Iverson (2000) dan Tabel 1. Klasifikasi kerentanan gerakan tanah
ekstensi dari persamaan Richard oleh Baum et al. (Ward, 1976).
(2002). Solusi untuk tekanan air pori transient Faktor keamanan
diberikan oleh persamaan rumus 1 (Baum et al., Kerentanan gerakan tanah
(FK)
2002).
FK > 2.0 Kerentanan sangat rendah
dimana Z adalah arah koordinat normal terhadap
lereng, α adalah kemiringan lereng, d adalah 2.0 > FK > 1.7 Kerentanan rendah
kedalaman muka airtanah kondisi awal yang 1.7 > FK > 1.2 Kerentanan menengah
diukur dalam arah Z, β = λ cos α, dimana λ = cos
α – [lz / Kz], Kz adalah koefisien permeabilitas FK < 1.2 Kerentanan tinggi
dalam arah Z, IZ adalah flux permukaan pada
kondisi awal, dan InZ adalah flux permukaan pada
intensitas tertentu untuk interval waktu ke-n.
Subcript LT menyatakan term panjang, D1 = D0
cos2α dimana D0 adalah diffusivitas hidrolik
kondisi jenuh air, N adalah jumlah total interval,
dan H(t–tn) adalah Heavyside step function.
..........................(1)
120
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.26, No.2, Desember 2016, 117 - 129
Kejadian gerakan tanah lebih banyak terdapat di > 45 Sangat Perbukitan berelief
wilayah Kecamatan Pelabuhan Ratu, Cidolog, Curam sangat kasar
121
Sugianti/ Model Kerentanan Gerakan Tanah Wilayah Kabupaten Sukabumi Secara Spasial dan Temporal
peta raster karakteristik tanah yaitu nilai berat isi, 5x10-06 m/det, sedangkan variasi nilai kohesi
permeabilitas, nilai kohesi, dan sudut geser tanah. adalah antara 0 hingga 46,97 kPa, dan sudut
Gambar 5 dan 6 menunjukkan bahwa Kabupaten geser tanah antara 12,59o hingga 41,53o. Variasi
Sukabumi mempunyai karakteristik tanah yang nilai parameter keteknikan tanah ini dapat
beragam. Nilai berat jenis tanah berkisar antara mengindikasikan perbedaan tingkat kerentanan
10,9 kN/m3 dan 17,5 kN/m3. Nilai koefisien lereng terhadap gerakan tanah di wilayah
permeabilitas tanah sebesar 1,058x10 -08 sampai Kabupaten Sukabumi.
Gambar 6. Peta raster nilai kohesi tanah dan sudut geser tanah
123
Sugianti/ Model Kerentanan Gerakan Tanah Wilayah Kabupaten Sukabumi Secara Spasial dan Temporal
Tabel 3 menyajikan ringkasan nilai parameter stasiun curah hujan di wilayah Sukabumi (stasiun
tanah berdasarkan perbedaan kerentanan gerakan Bojong Lopang, Surade, Cijambe, dan Jampang
tanah. Daerah rentan gerakan tanah cenderung Kulon). Pada bulan Januari dan Februari, curah
memiliki nilai parameter keteknikan tanah yang hujan harian maksimum terjadi di daerah bagian
lebih kecil dibandingkan dengan daerah yang utara dan timur laut. Curah hujan maksimum di
tidak rentan gerakan tanah. Litologi penyusun bulan Maret dan April cenderung terjadi di
daerah rentan gerakan tanah didominasi oleh daerah bagian timur laut, sedangkan pada bulan
hasil lapukan gunung api berupa kerikil, pasir, Mei dan Juni terjadi di daerah bagian tenggara
dan lanau. Hal ini menyebabkan tanah dan barat. Curah hujan tertinggi dengan intensitas
lapukannya lebih banyak fraksi pasir sehingga hujan 120 mm/hari terjadi pada bulan Mei di
kuat gesernya lebih didominasi oleh parameter wilayah bagian barat.
sudut geser dan nilai koefisien permeabilitasnya
Konsentrasi sebaran kejadian gerakan tanah yang
menjadi lebih besar, dibandingkan dengan
tinggi di Kecamatan Cibadak didominasi
lapisan tanah di daerah yang tidak rentan
memiliki curah hujan dengan intensitas lebih dari
kejadian gerakan tanah litologi penyusun terdiri
70 mm/hari. Sedangkan kejadian gerakan tanah
dari batuan vulkanik berupa breksi, lava, dan
di wilayah Kecamatan Pelabuhan Ratu dan
lahar.
Tegalbuleud cenderung berasosiasi dengan curah
Curah Hujan hujan dengan intensitas sedang.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, pemodelan Zonasi Kerentanan Gerakan Tanah
ini menggunakan data hujan harian yang
Hasil pemodelan kestabilan lereng spasial akibat
terkumpul dalam rentang waktu periode bulan
curah hujan harian pada bulan Januari, Februari,
basah mulai bulan Januari hingga Juni tahun
Maret, April, Mei dan Juni di wilayah Kabupaten
1990 (Tohari dkk, 2011). Berdasarkan hasil studi
Sukabumi menghasilkan peta tingkat kerentanan
dampak perubahan iklim di wilayah Kab.
gerakan tanah dengan menggunakan klasifikasi
Sukabumi oleh Tohari dan Santoso (2015),
kerentanan menurut Ward (1976). Gambar 7
perubahan curah hujan akan sangat bervariasi,
hingga Gambar 9 menyajikan beberapa peta
dengan peningkatan mencapai +20% pada bulan-
kerentanan gerakan tanah secara spasial pada
bulan basah di tahun 2080, sedangkan penaikan
setiap akhir bulan basah dari bulan Januari
curah hujan harian pada tahun 2020 relatif sangat
hingga bulan Juni. Berdasarkan Gambar 7 (a),
kecil (< +5%). Dengan demikian, variasi hujan
zona kerentanan gerakan tanah tinggi terdapat di
harian dapat dipertimbangkan sangat kecil antara
Kecamatan Pelabuhan Ratu, Cisolok dan
tahun 1990 hingga 2016. Hal ini diperkuat oleh
Kadudampit terutama di wilayah lereng yang
hasil penelitian Narulita dkk (2010) di wilayah
curam pada ketinggian lebih dari 800 m. Hal ini
pengaliran sungai Ciliwung- Cisadane yang
mengindikasikan bahwa kemiringan lereng
menunjukkan bahwa variabilitas curah hujan
menjadi faktor pengontrol kerentanan gerakan
pada periode 1997 hingga 2006 cenderung tetap.
tanah di wilayah perbukitan di Kabupaten
Curah hujan yang digunakan dalam pemodelan Sukabumi.
ini berdasarkan data curah hujan harian dari 4
124
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.26, No.2, Desember 2016, 117 - 129
(a) (b)
Gambar 7. Peta kerentanan gerakan tanah wilayah Kabupaten Sukabumi pada bulan (a)
awal Januari dan (b) akhir Januari.
(a) (b)
Gambar 8. Peta kerentanan gerakan tanah wilayah Kabupaten Sukabumi pada akhir bulan
(a) Maret dan (b) April.
Berdasarkan Gambar 7 (b), luas zona kerentanan peningkatan zona kerentanan gerakan tanah
gerakan tanah tinggi semakin bertambah akibat tinggi.
curah hujan pada bulan Januari, terutama di
Berdasarkan Gambar 8 dan 9, zona kerentanan
wilayah Kecamatan Cisolok, Kadudampit,
gerakan tanah tinggi dan menengah semakin
Nagrak dan Pelabuhan Ratu. Dengan demikian,
meluas di beberapa wilayah kecamatan akibat
durasi hujan menjadi faktor penyebab
peningkatan jumlah hari hujan hingga akhir bulan
125
Sugianti/ Model Kerentanan Gerakan Tanah Wilayah Kabupaten Sukabumi Secara Spasial dan Temporal
Juni. Gambar 10 menyajikan perubahan luasan mencapai 40% terjadi meskipun intensitas hujan
zona kerentanan gerakan tanah (dalam %) akibat harian dan jumlah hari hujan berkurang
presipitasi selama bulan Januari hingga Juni 1990. mendekati akhir periode hujan. Hal ini
Berdasarkan histogram ini, peningkatan zona mengindikasikan bahwa selain kemiringan lereng
kerentanan gerakan tanah tinggi bisa mencapai dan sifat kuat geser tanah, durasi hujan juga
400% pada bulan Januari 1990. Sedangkan menjadi faktor mengontrol terhadap perubahan
seiring dengan peningkatan jumlah hari hujan tingkat kerentanan gerakan tanah di wilayah
akibat curah hujan periode Januari hingga Juni Kabupaten Sukabumi.
1990, kenaikan zona rentan tinggi dapat
(a) (b)
Gambar 9. Peta kerentanan gerakan tanah wilayah Kabupaten Sukabumi
pada akhir bulan (a) Mei dan (b) Juni.
126
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.26, No.2, Desember 2016, 117 - 129
Gambar 11. Lokasi gerakan tanah di daerah rentan rendah (a) tipe luncuran Desa Cimerang,
Kecamatan Parakan Salak dan (b) tipe nendatan di Desa Sukamulya, Kecamatan Cikembar.
127
Sugianti/ Model Kerentanan Gerakan Tanah Wilayah Kabupaten Sukabumi Secara Spasial dan Temporal
128
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.26, No.2, Desember 2016, 117 - 129
Sugianti, K., Mulyadi, D., Sarah, D., 2014. hazard in West Java, Proc. International
Pengklasan tingkat kerentanan gerakan Conference on Landslide and Slope
tanah daerah Sumedang Selatan Stability, F1-1 - F1-6, Denpasar,
menggunakan metode Storie, Riset Indonesia. 27-30.
Geologi dan Pertambangan 24(2), 93-104.
Tohari, A., Santoso, H., Sukristiyanti, Sugianti, K.
Sukamto, Rab, 1975. Peta Geologi Lembar Rahayu, R., Irianta, B., 2011. Dampak
Jampang dan Balekambang, Jawa Barat, perubahan iklim terhadap kerentanan
Skala 1: 100.000. Pusat Penelitian dan gerakan tanah di Jawa Barat: studi kasus
Pengembangan Geologi. Departemen daerah rawan tanah longsor di Kabupaten
Pertambangan dan Energi. Sukabumi. Laporan Akhir Kumulatif
kegiatan kompetitif LIPI (periode 2009-
Tan, H.C, Ku, Y.C, Chi, Y.S., Chen, H.Y., Fei,
2011), Pusat Penelitian Geoteknologi –
Y.L., Lee, F.J., Su, W.T., 2008.
LIPI (unpublished).
Assessment of regional rainfall-induced
landslides using 3S-based hydro- Ward, T.J., 1976. Factor of safety approach to
geological model. Landslides and landslide potential delineation.
Engineered Slopes, 1639-1645. Dissertation, Department of Civil
Engineering, Colorado State, Forth
Tohari, A and Santoso, H., 2015. Assessment of
Collins, Colorado.
climate change impact on landslide
129