Anda di halaman 1dari 14

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/312427071

MODEL KERENTANAN GERAKAN TANAH WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI


SECARA SPASIAL DAN TEMPORAL

Article  in  RISET Geologi dan Pertambangan · December 2016


DOI: 10.14203/risetgeotam2016.v26.270

CITATIONS READS

4 2,151

3 authors:

Khori Sugianti Sukristiyanti Sukristiyanti


Indonesian Institute of Sciences Indonesian Institute of Sciences
17 PUBLICATIONS   37 CITATIONS    13 PUBLICATIONS   24 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Adrin Tohari
Indonesian Institute of Sciences
62 PUBLICATIONS   189 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Development of and Implementation of THE GREATEST (Technology of Gravity-driven Groundwater Extraction for Slope Stabilization) View project

Joint Paper View project

All content following this page was uploaded by Adrin Tohari on 26 January 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ISSN 0125-9849, e-ISSN 2354-6638
Ris.Geo.Tam Vol. 26, No.2, Desember 2016 (117 - 129)
DOI: 10.14203/risetgeotam2016.v26.270

MODEL KERENTANAN GERAKAN TANAH WILAYAH


KABUPATEN SUKABUMI SECARA SPASIAL DAN
TEMPORAL
Spatial and Temporal Model of Landslide Susceptibility for Sukabumi
Regency

Khori Sugianti, Sukristiyanti, Adrin Tohari


Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI

ABSTRAK Prediksi bahaya gerakan tanah Dengan demikian, pemodelan kerentanan


secara spasial dan temporal diperlukan untuk gerakan tanah ini dapat digunakan untuk
mitigasi bencana gerakan tanah. Makalah ini membantu dalam memprediksi gerakan tanah
bertujuan untuk menyajikan hasil pemodelan secara spasial dan temporal.
tingkat kerentanan gerakan tanah dengan
Kata Kunci: faktor keamanan lereng, gerakan
mempertimbangkan karakteristik lereng dan
tanah, infiltrasi air hujan, pemodelan kerentanan.
kekuatan tanah secara spasial dan curah hujan
harian secara temporal di wilayah Kabupaten ABSTRACT Spatial and temporal prediction of
Sukabumi. Pemodelan menggunakan perangkat landslide hazard is required for hazard
lunak TRIGRS untuk menghitung faktor mitigation. This paper aims to present the results
keamanan lereng berbasis grid dengan ukuran of areal slope stability modeling in Sukabumi
100 m x 100 m akibat infiltrasi air hujan. Hasil Regency, considering the spatial characteristics
pemodelan menunjukkan tingkat kerentanan of the slope and soil properties and temporal
gerakan tanah spasial di Kabupaten Sukabumi variation of rainfall. The modeling uses TRIGRS
dipengaruhi oleh topografi dan karakteristik software to calculate the grid based slope safety
keteknikan tanah. Sementara itu, curah hujan factor with a size of 100 m x 100 m due to the
kumulatif menjadi faktor pengontrol penyebab infiltration of rainwater. Results of modeling
perubahan tingkat kerentanan gerakan tanah show that landslide vulnerability of Sukabumi
temporal. Berdasarkan nilai faktor keamanan Regency is significantly influenced by topography
lereng, daerah dengan kerentanan gerakan tanah and soil engineering characteristics. Meanwhile,
tinggi tersebar di Kecamatan Pelabuhan Ratu, the variation of rainfall intensity is the causative
Cikidang, Cisolok, Kabandungan, Parakan Salak, factor of temporal variation of landslide
Nagrak, Cibadak, Gegerbitung, Nyalindung, vulnerability. Based on the safety factor-based
Ciracap, dan Warung Kiara. Tingkat kerentanan zonation, high vulnerability zone is located in
ini bersesuaian dengan lokasi-lokasi gerakan the District of Pelabuhan Ratu, Cikidang,
tanah yang terjadi di daerah-daerah tersebut. Cisolok, Kabandungan, Parakan Salak, Nagrak,
Cibadak, Gegerbitung, Nyalindung, Ciracap and
_______________________________ Warung Kiara. Many previous landslides
occurred in this susceptibity zone. Thus, this
Naskah masuk : 20 Januari 2016 landslide susceptibility modelling may apply to a
Naskah direvisi : 17 Februari 2016 spatial mapping and temporal prediction of
Naskah diterima : 24 November 2016
landslide hazard.
____________________________________
Keywords: Slope safety factor, landslide, rainfall
Khori Sugianti infiltration, susceptibility modeling.
Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI
Kompleks LIPI Gd. 70, Jl Sangkuriang Bandung 40135
PENDAHULUAN
Email : khorisugianti@gmail.com Gerakan tanah merupakan salah satu bahaya
geologi yang sering terjadi saat musim hujan dan
menimbulkan korban jiwa serta kerugian
ekonomi hampir di seluruh wilayah perbukitan di

117
©2016 Pusat Penelitian Geoteknologi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Sugianti/ Model Kerentanan Gerakan Tanah Wilayah Kabupaten Sukabumi Secara Spasial dan Temporal

Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Berdasarkan dan pengaruh parameter topografi, geoteknik dan
data BNPB (2015), kejadian bencana gerakan hidrologi terhadap inisiasi gerakan tanah.
tanah banyak terjadi di Provinsi Jawa Barat. Kemampuan model TRIGRS untuk memprediksi
Kerentanan gerakan tanah wilayah perbukitan di gerakan tanah dangkal akibat hujan dipengaruhi
Pulau Jawa dikontrol oleh kondisi geologi, oleh resolusi variasi curah hujan temporal (Chen
topografi, curah hujan dan tutupan lahan et al., 2005; Liao et al., 2011), resolusi parameter
setempat. Kabupaten Sukabumi merupakan salah geoteknik secara spasial (Liao et al., 2011; Park
satu wilayah rentan gerakan tanah di provinsi ini. et al., 2013) dan resolusi model elevasi digital
Berdasarkan data dan informasi bencana (Park et al., 2013). Dengan demikian, prediksi
Indonesia BNPB (Badan Nasional gerakan tanah berdasarkan pemetaan kerentanan
Penanggulangan Bencana) tahun 2000-2015, memerlukan resolusi data curah hujan temporal,
kejadian gerakan tanah di Kabupaten Sukabumi, parameter topografi, dan geoteknik spatial yang
tercatat sekitar 106 kejadian dengan korban jiwa akurat.
sebanyak 45 orang, yaitu 32 meninggal, 6 hilang,
Di Indonesia, Sarah et al. (2015) menggunakan
7 luka (BNPB, 2015). Dalam rangka mengurangi
pendekatan model TRIGRS untuk mengkaji
risiko bencana gerakan tanah, maka upaya
kestabilan lereng regional di wilayah Kecamatan
mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap ancaman
Tawangmangu. Hasil pemodelan menunjukkan
gerakan tanah sangat diperlukan di wilayah
kesesuaian yang tinggi antara zona kerentanan
Kabupaten Sukabumi.
gerakan tanah dan lokasi bencana gerakan tanah,
Pemetaan kerentanan gerakan tanah merupakan sehingga model kerentanan tersebut dapat
salah satu upaya memprediksi kejadian gerakan digunakan untuk memprediksi potensi gerakan
tanah untuk kesiapsiagaan terhadap ancaman tanah di wilayah ini. Sugianti et al. (2014) juga
gerakan tanah. Model kerentanan gerakan tanah mengklasifikasi tingkat kerentanan gerakan tanah
harus dapat memberikan informasi kapan dan daerah Sumedang Selatan dengan mengggunakan
dimana gerakan tanah akan terjadi di suatu metode Storie. Parameter karakteristik fisik
wilayah perbukitan. Pusat Vulkanologi dan berupa tataguna lahan, kelerengan, geologi dan
Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pada tahun curah hujan. Hasil analisis klasifikasinya
2004 telah membuat Peta Kerentanan Gerakan menunjukkan bahwa tingkat kerentanan
Tanah wilayah Sukabumi menggunakan dipengaruhi oleh tataguna lahan, kemiringan,
pendekatan pembobotan berbasis sistem jenis tanah penyusun, dan curah hujan sebagai
informasi kebumian (PVMBG, 2004). Peta faktor pemicu.
tersebut mengklasifikasi tingkat kerentanan
Makalah ini bertujuan untuk menyajikan hasil
gerakan tanah wilayah Sukabumi menjadi empat
pemodelan kerentanan gerakan tanah
kelas yaitu sangat rendah, rendah, menengah, dan
menggunakan aplikasi TRIGRS, untuk wilayah
tinggi. Akan tetapi, model kerentanan tanah
Kabupaten Sukabumi, dengan mempertimbang-
tersebut hanya memberikan informasi variasi
kan variasi karakteristik lereng dan kekuatan
kerentanan gerakan tanah secara spasial saja,
tanah secara spasial dan curah hujan secara
tetapi tidak secara temporal.
temporal pada bulan basah. Adapun sasaran
Pemetaan kerentanan gerakan tanah regional makalah ini yaitu untuk mengetahui (1)
akibat curah hujan dengan menggunakan hubungan antara keteknikan tanah dengan
pemodelan gerakan tanah secara deterministik kejadian gerakan tanah dan, (2) mengevaluasi
dan empirik telah banyak dilakukan oleh peneliti pengaruh curah hujan terhadap perubahan tingkat
terdahulu. Transient Rainfall Infiltration and kerentanan gerakan tanah di lokasi penelitian.
Grid Based Regional Slope Stability atau yang Hasil pemodelan kerentanan gerakan tanah yang
disingkat TRIGRS (Baum et al, 2002; 2008) disajikan dalam makalah ini merupakan bagian
merupakan salah satu model kestabilan lereng dari penelitian tentang pengaruh perubahan iklim
yang banyak dipergunakan untuk memetakan terhadap kerentanan gerakan tanah di wilayah
kerentanan gerakan tanah dangkal (Godt et al, Sukabumi, dengan menggunakan data dasar
2008; Salciarini et al, 2006; Tan et al, 2008). curah hujan harian pada bulan-bulan basah di
Selain itu, beberapa peneliti juga menggunakan tahun 1990 (Tohari dan Santoso, 2015).
model TRIGRS untuk mengetahui kemampuan
memprediksi gerakan tanah di suatu perbukitan,
118
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.26, No.2, Desember 2016, 117 - 129

LOKASI PENELITIAN METODE


Secara geografis daerah penelitian terletak di Data Pemodelan
Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat tepatnya
Pemodelan kerentanan gerakan tanah
berada di antara koordinat 106° 21' 35" - 107°
berdasarkan TRIGRS (Baum et al, 2002)
19' 30" BT dan 7° 27' 46" - 6° 42' 20" LS
memerlukan data raster berupa ketinggian dan
(Gambar 1). Kabupaten Sukabumi berjarak
kemiringan lereng, karakteristik keteknikan dan
120 m dari Kota Bandung. Sebagian besar
hidrologi lereng. Untuk Kabupaten Sukabumi,
wilayah Kabupaten Sukabumi berupa perbukitan,
data raster ketinggian, kemiringan dan aspek
kecuali di sebagian pantai selatan berupa dataran
arah lereng diperoleh dari citra SRTM (Shuttle
rendah.
Radar Topography Mission) resolusi spasial 90
Menurut Sukamto (1975) dan Effendi dan m. Aplikasi ArcGIS 9.1 digunakan untuk
Hermanto (1998), batuan penyusun di wilayah menciptakan sel berukuran 100 m x 100 m dan
Kabupaten Sukabumi didominasi oleh material untuk mengkuantifikasi informasi di atas untuk
vulkanik berupa breksi, lava, lahar, dan tufa, setiap sel.
yang berasosiasi dengan letusan (erupsi)
Menggunakan conto-conto tanah tak terganggu
gunungapi berumur Kuarter. Sementara itu
yang mewakili setiap jenis litologi, nilai berat isi
endapan aluvium dan endapan sedimen pantai
tanah (w) diperoleh berdasarkan standard ASTM
terakumulasi di bagian selatan wilayah Sukabumi.
D 297-76, nilai parameter keteknikan tanah,

Gambar 1. Peta lokasi penelitian

119
Sugianti/ Model Kerentanan Gerakan Tanah Wilayah Kabupaten Sukabumi Secara Spasial dan Temporal

berupa kohesi efektif (c’) dan sudut geser efektif Persamaan faktor keamanan lereng menerus yang
(’diperoleh berdasarkan uji triaksial kondisi homogen (FK) yang digunakan dalam pemodelan
termampatkan-tak teralirkan berdasarkan ASTM TRIGRS adalah sebagai berikut:
D4767M dan nilai permeabilitas (Ks) diperoleh
dari hasil uji falling head permeameter menurut tan  ' c '   Z , t  w tan  '
ASTM D585. FK  
tan   s Z sin  cos  .............(2)
Curah hujan merupakan faktor penting dalam
model TRIGRS. Data spasial dan temporal curah dimana, c’ adalah kohesi efektif, Z adalah
hujan harian diperoleh dari 12 stasiun curah
hujan yang terletak di wilayah Kabupaten ketebalan tanah,  adalah tekanan air tanah
Sukabumi (Tohari dkk, 2011). Data curah hujan transient, t adalah waktu,  adalah sudut
ini kemudian diolah menggunakan software bidang gelincir, ’ adalah sudur geser efektif,
ArcGIS untuk menghasilkan peta isohyet. w adalah berat isi air dan s adalah berat isi
Pemodelan Kerentanan tanah.
Tahap awal dari pemodelan TRIGRS adalah Zonasi Kerentanan Gerakan Tanah
melakukan analisis data topografi berupa data Zonasi kerentanan gerakan tanah menggunakan
ketinggian dan arah lereng dengan menggunakan klasifikasikan menurut Ward (1976), yang
program TopoIndex (Baum, 2002), untuk berdasarkan nilai faktor keamanan (FK) lereng,
menghasilkan perhitungan rute aliran permukaan sebagaimana disajikan pada Tabel 1. Hal ini
(run-off routing) yang digunakan dalam karena belum ditemukan hasil penelitian
pemodelan kestabilan lereng. terdahulu lainnya yang khusus menghasilkan
Dalam pemodelan kestabilan lereng akibat curah klasifikasi zona kerentanan gerakan tanah
hujan spasial dan temporal menggunakan berdasarkan nilai FK lereng hingga saat ini.
program TRIGRS 2.0, model infiltrasi air hujan
berdasarkan pada solusi linear Iverson (2000) dan Tabel 1. Klasifikasi kerentanan gerakan tanah
ekstensi dari persamaan Richard oleh Baum et al. (Ward, 1976).
(2002). Solusi untuk tekanan air pori transient Faktor keamanan
diberikan oleh persamaan rumus 1 (Baum et al., Kerentanan gerakan tanah
(FK)
2002).
FK > 2.0 Kerentanan sangat rendah
dimana Z adalah arah koordinat normal terhadap
lereng, α adalah kemiringan lereng, d adalah 2.0 > FK > 1.7 Kerentanan rendah
kedalaman muka airtanah kondisi awal yang 1.7 > FK > 1.2 Kerentanan menengah
diukur dalam arah Z, β = λ cos α, dimana λ = cos
α – [lz / Kz], Kz adalah koefisien permeabilitas FK < 1.2 Kerentanan tinggi
dalam arah Z, IZ adalah flux permukaan pada
kondisi awal, dan InZ adalah flux permukaan pada
intensitas tertentu untuk interval waktu ke-n.
Subcript LT menyatakan term panjang, D1 = D0
cos2α dimana D0 adalah diffusivitas hidrolik
kondisi jenuh air, N adalah jumlah total interval,
dan H(t–tn) adalah Heavyside step function.

..........................(1)

120
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.26, No.2, Desember 2016, 117 - 129

HASIL DAN PEMBAHASAN Sagaranten, Tegalbuleud, dan Cibadak. Kelima


lokasi tersebut didominasi oleh morfologi
Hasil pengolahan data menyajikan beberapa
berelief sedang hingga kasar dengan kemiringan
parameter pemodelan dalam bentuk peta-peta
lereng sedang hingga terjal serta memiliki arah
raster tematik antara lain DEM (Digital
aliran lereng barat daya, selatan, dan tenggara
Elevation Model), peta derajat kemiringan lereng,
(Gambar 4).
nilai berat isi, permeabilitas, nilai kohesi, sudut
geser tanah, dan hujan wilayah.
Tabel 2. Klasifikasi Kemiringan Lereng
DEM dan Kemiringan Lereng berdasarkan Van Zuidam, 1983.
Pengolahan data topografi menghasilkan peta-
peta raster tematik antara lain DEM dan peta Kemiringan Kelas
Satuan morfologi
kemiringan lereng wilayah Kabupaten Sukabumi (%) lereng
(Gambar 2 dan 3). Berdasarkan gambar-gambar 0–8 Datar Dataran
tersebut menurut Van Zuidam, 1983, wilayah
Kabupaten Sukabumi memiliki morfologi > 8 – 15 Landai Perbukitan berelief
berelief halus hingga sangat kasar dengan halus
kemiringan lereng datar hingga sangat terjal >15 – 25 Agak Perbukitan berelief
(Tabel 2). Pada bagian selatan daerah penelitian Curam sedang
didominasi perbukitan berelief sedang hingga
sangat kasar dan bagian utara didominasi oleh > 25 – 45 Curam Perbukitan berelief
datar rendah hingga sedang. kasar

Kejadian gerakan tanah lebih banyak terdapat di > 45 Sangat Perbukitan berelief
wilayah Kecamatan Pelabuhan Ratu, Cidolog, Curam sangat kasar

Gambar 2. Peta raster tematik model ketinggian digital (DEM)


Kabupaten Sukabumi

121
Sugianti/ Model Kerentanan Gerakan Tanah Wilayah Kabupaten Sukabumi Secara Spasial dan Temporal

Gambar 3. Peta kemiringan lereng wilayah Kabupaten Sukabumi.

Gambar 4. Peta arah aliran lereng wilayah Kabupaten Sukabumi

Karakteristik Keteknikan Tanah dikorelasikan dengan distribusi satuan litologi


dalam formasi pada peta geologi daerah
Data peta raster karakter keteknikan tanah
Kabupaten Sukabumi. Hasil analisis sifat
didasarkan dari beberapa conto tanah yang
keteknikan sampel tanah disajikan dalam bentuk
122
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.26, No.2, Desember 2016, 117 - 129

peta raster karakteristik tanah yaitu nilai berat isi, 5x10-06 m/det, sedangkan variasi nilai kohesi
permeabilitas, nilai kohesi, dan sudut geser tanah. adalah antara 0 hingga 46,97 kPa, dan sudut
Gambar 5 dan 6 menunjukkan bahwa Kabupaten geser tanah antara 12,59o hingga 41,53o. Variasi
Sukabumi mempunyai karakteristik tanah yang nilai parameter keteknikan tanah ini dapat
beragam. Nilai berat jenis tanah berkisar antara mengindikasikan perbedaan tingkat kerentanan
10,9 kN/m3 dan 17,5 kN/m3. Nilai koefisien lereng terhadap gerakan tanah di wilayah
permeabilitas tanah sebesar 1,058x10 -08 sampai Kabupaten Sukabumi.

Gambar 5. Peta raster berat isi dan permeabilitas tanah.

Gambar 6. Peta raster nilai kohesi tanah dan sudut geser tanah

123
Sugianti/ Model Kerentanan Gerakan Tanah Wilayah Kabupaten Sukabumi Secara Spasial dan Temporal

Tabel 3 menyajikan ringkasan nilai parameter stasiun curah hujan di wilayah Sukabumi (stasiun
tanah berdasarkan perbedaan kerentanan gerakan Bojong Lopang, Surade, Cijambe, dan Jampang
tanah. Daerah rentan gerakan tanah cenderung Kulon). Pada bulan Januari dan Februari, curah
memiliki nilai parameter keteknikan tanah yang hujan harian maksimum terjadi di daerah bagian
lebih kecil dibandingkan dengan daerah yang utara dan timur laut. Curah hujan maksimum di
tidak rentan gerakan tanah. Litologi penyusun bulan Maret dan April cenderung terjadi di
daerah rentan gerakan tanah didominasi oleh daerah bagian timur laut, sedangkan pada bulan
hasil lapukan gunung api berupa kerikil, pasir, Mei dan Juni terjadi di daerah bagian tenggara
dan lanau. Hal ini menyebabkan tanah dan barat. Curah hujan tertinggi dengan intensitas
lapukannya lebih banyak fraksi pasir sehingga hujan 120 mm/hari terjadi pada bulan Mei di
kuat gesernya lebih didominasi oleh parameter wilayah bagian barat.
sudut geser dan nilai koefisien permeabilitasnya
Konsentrasi sebaran kejadian gerakan tanah yang
menjadi lebih besar, dibandingkan dengan
tinggi di Kecamatan Cibadak didominasi
lapisan tanah di daerah yang tidak rentan
memiliki curah hujan dengan intensitas lebih dari
kejadian gerakan tanah litologi penyusun terdiri
70 mm/hari. Sedangkan kejadian gerakan tanah
dari batuan vulkanik berupa breksi, lava, dan
di wilayah Kecamatan Pelabuhan Ratu dan
lahar.
Tegalbuleud cenderung berasosiasi dengan curah
Curah Hujan hujan dengan intensitas sedang.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, pemodelan Zonasi Kerentanan Gerakan Tanah
ini menggunakan data hujan harian yang
Hasil pemodelan kestabilan lereng spasial akibat
terkumpul dalam rentang waktu periode bulan
curah hujan harian pada bulan Januari, Februari,
basah mulai bulan Januari hingga Juni tahun
Maret, April, Mei dan Juni di wilayah Kabupaten
1990 (Tohari dkk, 2011). Berdasarkan hasil studi
Sukabumi menghasilkan peta tingkat kerentanan
dampak perubahan iklim di wilayah Kab.
gerakan tanah dengan menggunakan klasifikasi
Sukabumi oleh Tohari dan Santoso (2015),
kerentanan menurut Ward (1976). Gambar 7
perubahan curah hujan akan sangat bervariasi,
hingga Gambar 9 menyajikan beberapa peta
dengan peningkatan mencapai +20% pada bulan-
kerentanan gerakan tanah secara spasial pada
bulan basah di tahun 2080, sedangkan penaikan
setiap akhir bulan basah dari bulan Januari
curah hujan harian pada tahun 2020 relatif sangat
hingga bulan Juni. Berdasarkan Gambar 7 (a),
kecil (< +5%). Dengan demikian, variasi hujan
zona kerentanan gerakan tanah tinggi terdapat di
harian dapat dipertimbangkan sangat kecil antara
Kecamatan Pelabuhan Ratu, Cisolok dan
tahun 1990 hingga 2016. Hal ini diperkuat oleh
Kadudampit terutama di wilayah lereng yang
hasil penelitian Narulita dkk (2010) di wilayah
curam pada ketinggian lebih dari 800 m. Hal ini
pengaliran sungai Ciliwung- Cisadane yang
mengindikasikan bahwa kemiringan lereng
menunjukkan bahwa variabilitas curah hujan
menjadi faktor pengontrol kerentanan gerakan
pada periode 1997 hingga 2006 cenderung tetap.
tanah di wilayah perbukitan di Kabupaten
Curah hujan yang digunakan dalam pemodelan Sukabumi.
ini berdasarkan data curah hujan harian dari 4

Tabel 3. Perbandingan nilai parameter keteknikan tanah.

Daerah rentan Daerah tidak rentan


Parameter keteknikan tanah
gerakan tanah gerakan tanah
Berat isi (kN/m3) 12,8 - 13,4 14,6 - 16,5
Kohesi efektif (kPa) 0-2 19,62 - 42,98
o
Sudut geser efektif ( ) 0,92 - 25 12,95 - 57,27
Permeabilitas (m/det) 1x10-3 - 5x10-2 2x10-4 - 5x10-5

124
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.26, No.2, Desember 2016, 117 - 129

(a) (b)
Gambar 7. Peta kerentanan gerakan tanah wilayah Kabupaten Sukabumi pada bulan (a)
awal Januari dan (b) akhir Januari.

(a) (b)
Gambar 8. Peta kerentanan gerakan tanah wilayah Kabupaten Sukabumi pada akhir bulan
(a) Maret dan (b) April.

Berdasarkan Gambar 7 (b), luas zona kerentanan peningkatan zona kerentanan gerakan tanah
gerakan tanah tinggi semakin bertambah akibat tinggi.
curah hujan pada bulan Januari, terutama di
Berdasarkan Gambar 8 dan 9, zona kerentanan
wilayah Kecamatan Cisolok, Kadudampit,
gerakan tanah tinggi dan menengah semakin
Nagrak dan Pelabuhan Ratu. Dengan demikian,
meluas di beberapa wilayah kecamatan akibat
durasi hujan menjadi faktor penyebab
peningkatan jumlah hari hujan hingga akhir bulan

125
Sugianti/ Model Kerentanan Gerakan Tanah Wilayah Kabupaten Sukabumi Secara Spasial dan Temporal

Juni. Gambar 10 menyajikan perubahan luasan mencapai 40% terjadi meskipun intensitas hujan
zona kerentanan gerakan tanah (dalam %) akibat harian dan jumlah hari hujan berkurang
presipitasi selama bulan Januari hingga Juni 1990. mendekati akhir periode hujan. Hal ini
Berdasarkan histogram ini, peningkatan zona mengindikasikan bahwa selain kemiringan lereng
kerentanan gerakan tanah tinggi bisa mencapai dan sifat kuat geser tanah, durasi hujan juga
400% pada bulan Januari 1990. Sedangkan menjadi faktor mengontrol terhadap perubahan
seiring dengan peningkatan jumlah hari hujan tingkat kerentanan gerakan tanah di wilayah
akibat curah hujan periode Januari hingga Juni Kabupaten Sukabumi.
1990, kenaikan zona rentan tinggi dapat

(a) (b)
Gambar 9. Peta kerentanan gerakan tanah wilayah Kabupaten Sukabumi
pada akhir bulan (a) Mei dan (b) Juni.

Gambar 10. Histogram perubahan luas daerah tingkat kerentanan gerakan


tanah akibat pengaruh curah hujan selama bulan Januari hingga Juni 1990.

126
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.26, No.2, Desember 2016, 117 - 129

Gambar 7 hingga 9 juga memperlihatkan bahwa dibandingkan dengan metode analisis


lokasi-lokasi gerakan tanah yang telah terjadi di pembobotan kualitatif (qualitative weight
wilayah Kabupaten Sukabumi pada umumnya analysis) berbasis GIS (Geographic Information
berada di zona kerentanan gerakan tanah tinggi, System). Analisis deterministik mempertimbang-
seperti di Kecamatan Pelabuhan Ratu, kan faktor-faktor kondisi tanah bawah permukaan
Tegalbuleud, dan Cibadak. Dengan demikian, yaitu sifat keteknikan dan hidrologis tanah dan
hasil pemodelan kerentanan gerakan tanah kondisi variasi curah hujan yang mempengaruhi
dengan mempertimbangkan variasi curah hujan kondisi kestabilan lereng, sementara metode
dapat memberikan informasi mengenai lokasi- pembobotan hanya mempertimbangkan faktor-
lokasi potensi bencana gerakan tanah saat musim faktor kondisi permukaan lereng yang tidak dapat
hujan sehingga peringatan dini dapat diberikan dikorelasikan secara langsung dengan nilai faktor
kepada masyakarat di lokasi rentan gerakan tanah. keamanan lereng.
Beberapa peristiwa gerakan tanah juga terjadi di KESIMPULAN
zona kerentanan rendah dan sangat rendah seperti
Berdasarkan hasil analisis data hujan dan
di Kecamatan Parakan Salak, Cikembar dan
kejadian gerakan tanah; kondisi geologi,
Jampang Tengah (Gambar 7 hingga 9).
kemiringan lereng, dan durasi curah hujan harian
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, kejadian
menjadi faktor yang mengontrol hubungan antara
gerakan tanah di zona kerentanan rendah ini,
curah hujan dan peristiwa gerakan tanah di
dengan jenis gerakan tanah berupa tipe nendatan
wilayah Kabupaten Sukabumi. Gerakan tanah
terjadi di sepanjang jalan raya yang tidak
umumnya terjadi pada lapisan tanah yang
dilengkapi dengan sistem drainase yang baik
memiliki nilai kuat geser kecil dan permeabilitas
(Gambar 11a) dan tipe luncuran terjadi di
yang besar.
perbukitan dengan lereng sangat terjal dan tidak
terdapat pemukiman di bawah lereng (Gambar Hasil analisis karakteristik curah hujan dan
11b). Dengan demikian, potensi ancaman kejadian gerakan tanah di wilayah Kabupaten
gerakan tanah di daerah-daerah pada zona Sukabumi menunjukkan bahwa potensi gerakan
kerentanan gerakan tanah rendah dapat tanah tinggi di wilayah bagian utara terjadi
meningkat apabila aliran air permukaan tidak selama periode curah hujan bulan Januari hingga
terkontrol dengan baik saat musim hujan. April. Sedangkan kejadian gerakan tanah di
wilayah bagian selatan kemungkinan besar
Hasil pemodelan kerentanan gerakan tanah ini
terasosiasi dengan curah hujan harian bulan Juni.
mengindikasikan kelebihan metode deterministik
dalam memetakan dan memprediksi kerentanan Hasil pemodelan kestabilan lereng secara spasial
gerakan tanah secara spasial dan temporal dan temporal yang menggunakan aplikasi

a) Longsoran tipe luncuran b) Longsoran tipe nendatan

Gambar 11. Lokasi gerakan tanah di daerah rentan rendah (a) tipe luncuran Desa Cimerang,
Kecamatan Parakan Salak dan (b) tipe nendatan di Desa Sukamulya, Kecamatan Cikembar.

127
Sugianti/ Model Kerentanan Gerakan Tanah Wilayah Kabupaten Sukabumi Secara Spasial dan Temporal

TRIGRS mengindikasikan bahwa hampir semua 1: 100.000. Pusat Penelitian dan


peristiwa gerakan tanah di wilayah Kabupaten Pengembangan Geologi. Departemen
Sukabumi terjadi pada zona kerentanan Pertambangan dan Energi.
menengah hingga tinggi, terutama di wilayah
Godt, J.W., Baum, R.B., Savage, W.Z., Salciarini,
Kecamatan Pelabuhan Ratu, Cibadak dan Cisolok.
D., Schulz, W. H., and Harp, E. L., 2008.
Kejadian gerakan tanah pada zona kerentanan
Transient deterministic shallow landslide
rendah kemungkinan dipengaruhi oleh faktor
modeling: Requirements for susceptibility
aliran air permukaan. Peningkatan luasan zona
and hazard assessments in a GIS
kerentanan gerakan tanah tinggi juga dapat
framework. Eng. Geol., 102, 214–226.
terjadi pada saat mendekati akhir periode bulan
basah meskipun jumlah hujan harian semakin Iverson, R.M., 2000. Landslide triggering by rain
berkurang di wilayah ini. infiltration. Water Resour. Res., 36, 1897-
1910.
Makalah ini memperlihatkan bahwa analisis
kestabilan lereng suatu wilayah perlu Liao, Z., Hong, Y., Kirschbaum, D., Adler, R.F.,
mempertimbangkan variasi kondisi keteknikan Gourley, J.J., Wooten, R., 2011.
tanah secara spasial dan variasi curah hujan Evaluation of TRIGRS (transient rainfall
secara temporal agar hasil analisis dapat infiltration and grid-based regional slope-
digunakan untuk mengkaji dan memprediksi stability analysis)’s predictive skill for
potensi ancaman gerakan tanah secara lebih hurricane-triggered landslides: a case
akurat. study in Macon County, North Carolina.
Nat Hazards, 58, 325–339.
Narulita, I., Maria, R., dan Djuwansah, M.R.,
UCAPAN TERIMAKASIH
2010. Karakteristik curah hujan di
Terima kasih kami ucapkan kepada Kepala Pusat wilayah pengaliran sungai (WPS)
Penelitian Geoteknologi - LIPI yang telah Ciliwung Cisadane, Riset Geologi dan
memberikan dukungan kepada kami untuk Pertambangan, 20(2), 95 -110.
melakukan penelitian ini dalam Sub Program
Park, D.W., Nikhil, N.V., Lee, S.R., 2013.
Kompetitif: Kebencanaan dan Lingkungan tahun
Landslide and Debris Flow Susceptibility
anggaran 2010 - 2011. Ucapan terima kasih juga
Zonation using TRIGRS for the 2011
kami sampaikan kepada Sdr. Bambang Irianta
Seoul Landslide Event. Natural Hazards
dan Sdri. Rahmawati Rahayu yang membantu
and Earth System Sciences, 13, 2833–
terlaksananya kegiatan penelitian ini.
2849.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi,
DAFTAR PUSTAKA 2004. Peta Kerentanan Gerakan Tanah
Kota dan Kabupaten Sukabumi, Provinsi
Baum, R.L., Savage, W.Z., dan Godt, J.W., 2002.
Jawa Barat. Kementrian Energi dan
TRIGRS-A fortran program for transient
Sumber Daya Mineral, Badan Geologi.
rainfall infiltration and grid-based
regional slope-stability analysis. U.S. Salciarini, D., Godt, J.W., Savage, W.Z.,
Geological Survey Open-File Report 02- Conversini, P., Baum, R. L., and Michael,
0424, 27 pp. J.A., 2006. Modeling regional initiation of
rainfall - induced shallow landslides in
BNPB, 2015. Data dan Informasi Bencana
the eastern Umbria Region of central Italy.
Indonesia. http://dibi.bnpb.go.id/. diakses
Landslides, 3, 181–194.
tanggal 12 Mei 2015.
Sarah, D., Sugianti, K., Lestiana, H., 2015.
Chen, C.Y., Chen, T.C., Yu, F. C., dan Lin, S.C.,
Regional slope stability assessment of
2005. Analysis of time-varying rainfall
Tawangmangu District, Central Java,
infiltration induced landslide, Eng. Geol.,
Proceeding International Conference on
48, 466–479.
Landslide and Slope Stability, N3-1 - N3-
Effendi, A.C dan Hermanto, B., 1998. Peta 5, Bali, Indonesia.
Geologi Lembar Bogor, Jawa Barat, Skala

128
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.26, No.2, Desember 2016, 117 - 129

Sugianti, K., Mulyadi, D., Sarah, D., 2014. hazard in West Java, Proc. International
Pengklasan tingkat kerentanan gerakan Conference on Landslide and Slope
tanah daerah Sumedang Selatan Stability, F1-1 - F1-6, Denpasar,
menggunakan metode Storie, Riset Indonesia. 27-30.
Geologi dan Pertambangan 24(2), 93-104.
Tohari, A., Santoso, H., Sukristiyanti, Sugianti, K.
Sukamto, Rab, 1975. Peta Geologi Lembar Rahayu, R., Irianta, B., 2011. Dampak
Jampang dan Balekambang, Jawa Barat, perubahan iklim terhadap kerentanan
Skala 1: 100.000. Pusat Penelitian dan gerakan tanah di Jawa Barat: studi kasus
Pengembangan Geologi. Departemen daerah rawan tanah longsor di Kabupaten
Pertambangan dan Energi. Sukabumi. Laporan Akhir Kumulatif
kegiatan kompetitif LIPI (periode 2009-
Tan, H.C, Ku, Y.C, Chi, Y.S., Chen, H.Y., Fei,
2011), Pusat Penelitian Geoteknologi –
Y.L., Lee, F.J., Su, W.T., 2008.
LIPI (unpublished).
Assessment of regional rainfall-induced
landslides using 3S-based hydro- Ward, T.J., 1976. Factor of safety approach to
geological model. Landslides and landslide potential delineation.
Engineered Slopes, 1639-1645. Dissertation, Department of Civil
Engineering, Colorado State, Forth
Tohari, A and Santoso, H., 2015. Assessment of
Collins, Colorado.
climate change impact on landslide

129

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai