Anda di halaman 1dari 17

Pemanfaatan Dan Penerapan Sistem Informasi Geogfrafis (SIG) Kolaboratif

Di Kawasan Rawan Bencana Longsor Di Kecamatan Bungaya

Nasrullah1, Istiqamah Azzahrah2, Andi Nurafrita Sari3, Andi Muhammad


Kautsar4
1Teknik Perencanaan Wilayah Dan Kota, Fakultas Sains Dan Teknologi,
2Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia


1Email : nasrullahnasrul023@gmail.com1, istiqamahazzahrah184@gmail.com2,
andinurafritasari@gmail.com3, andimuhammadkautsar@gmail.com4

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pemanfaatan dan penerapan


SIG dalam pemetaan tingkat kerawanan terjadinya bencana longsor di
Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa, sulawesi selatan. Model yang
digunakan mengacu pada pendugaan Puslittanak 2004, parameter-
parameter yang digunakan untuk menentukan tingkat kerawanan adalah
penutupan lahan (landcover), jenis tanah, kemiringan lahan, curah hujan
dan formasi geologi (batuan induk). Pada proses pemetaan setiap
parameter memiliki klasifikasi skor yang dikalikan dengan bobot masing-
masing parameter, kemudian hasil perkalian skor dan bobot tersebut
dijumlahkan berdasarkan kesesuaian lokasi geografisnya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa daerah Kecamatan Sibolangit memiliki potensi
terjadinya tanah longsor dari tingkat rendah sampai dengan tinggi.
Berdasarkan model pendugaan bencana tanah longsor tersebut di daerah
penelitian dominan memiliki tingkat ancaman longsor dengan kelas
kerawanan tinggi meliputi 4 desa/kelurahan. Selain itu tingkat kerawanan
sangat tinggi 3 desa/kelurahan. Dalam upaya memberikan edukasi tingkat
kerawana bencana di Kecamatan Bungaya.

Kata kunci : Pemetaan, Ancaman longsor, SIG kolaboratif


Nasrullah, Istiqamah Azzahrah, Andi Nurafrita Sari, & Andi Muhammad Kautsar,
pemanfaatan dan penerapan sistem informasi geografis (SIG) Kolaboratif di kawasan
rawan bencana longsor kecamatan Bungaya.

A. PENDAHULUAN
Kecamtan Bungaya merupakan salah satu kecamatan yang ada di
Kabupaten Gowa, terdiri dari 5 Desa dan 2 kelurahan dengan luasan
175,35 km2 dengan keadaan wilayah sebagian besar berada di
pegunungan dengan struktur sebagian berada pada lembah pertanian dan
sebagian di dataran tinggi. Kecamatan Bungaya merupakan salah satu
penghasil padi di Kabupaten Gowa.
Secara garis besar konteks bencana di bagi menjadi 2 jenis yaitu (1)
bencana alam adalah struktur rangkaian peristiwa yang di akibatkan oleh
faktor alam, yaitu seperti berupa gempa bumi, tsunami, tanah longsor,
banjir dan lain sebagainya. Sementara yang (2) bencana sosial yang di
akibatkan oleh manusia itu sendiri seperti konflik sosial, penyakit
masyarakat dan terror(menurut BPNB). Akan tetapi pada intinya
bencana yang akan menjadi fokus pada pembahasan ini adalah bencana
alam tanah longsor.
Tanah longsor adalah gerakan tanah berkaitan langsung dengan sifat
fisik alami seperti struktur geologi, bahan induk, tanah, pola drainase,
lereng/bentuk lahan, hujan maupun sifat-sifat non alami yang bersifat
dinamis seperti penggunaan lahan dan intra-struktur (Barus 1999).
Menurut Suripin (2002) tanah longsor merupakan bentuk erosi dimana
pengangkutan atau gerakan masa tanah terjadi pada suatu saat dalam
volume yang relatif besar. Wang et al. (2017) mengatakan bahwa
kejadian tanah longsor berhubungan dengan berbagai faktor seperti
presipitasi, geologi, jarak dari patahan, vegetasi, dan topografi.
(supriyono 2014) tanah longsor merupakan pergerakan material berupa
batuan atau tanah melalui permukaan bidang miring yang di sebut
lereng. Batuan atau tanah mengalami longsoran menuruni tebing searah
dengan kemiringan lereng.
Tingginya tingkat kerugian yang dialami oleh masyarakat yang
diakibatkan karena terjadinya bencana alam disebabkan karena
kurangnya informasi yang diperoleh masayarakat akan
kemungkinankemungkinan bencana yang terjadi disekitarnya,sehingga
kesadaran masyarakat akan tanggap bencana menjadi sangat minim.
Oleh karena itu, informasi awal mengenai potensi dan risko bencana
merupakan salah satu media informasi yang dapat digunakan sebagai
pendidikan dasar tanggap bencana bagi masyarakat (Damanik, 2012).
Bencana tanah longsor merupakan salah satu bencana alam yang
sering terjadi di Indonesia dan umumnya sering terjadi di wilayah
pegunungan serta pada musim hujan. Menurut Sartohadi (2008), jumlah
kejadian bencana tanah longsor tertinggi di Indonesia terjadi pada

2 volume 1 nomor 1- desember 2022- p ISSN 2301-878X- e ISSN 2541-2973


Nasrullah, Istiqamah Azzahrah, Andi Nurafrita Sari, & Andi Muhammad Kautsar,
pemanfaatan dan penerapan sistem informasi geografis (SIG) Kolaboratif di kawasan
rawan bencana longsor kecamatan Bungaya.

wilayah yang memiliki topografi yang curam dan memiliki curah hujan
2000 mm/tahun.
Bencana ini berkaitan erat dengan kondisi alam seperti jenis tanah,
jenis batuan, curah hujan, kemiringan lahan dan penutup lahan. Selian
itu faktor manusia sangat mempengaruhi terjadinya bencana tanah
longsor, seperti alih fungsi lahan hutan yang tidak mengikuti aturan dan
semena-semena, penebangan hutan tanpa melakukantebang pilih,
perluasan pemukiman di daerah dengan topografi yang curam.
Daerah Kecamatan Bungaya merupakan wilayah dataran tinggi
dengan ketinggian 300-1500 m diatas permukaan laut. Daerah dataran
tinggi Sibolangit memiliki topografi kasar dengan relief perbukitan
bergelombang dengan kemiringan lereng bekisar antara 2%- >40 %
Dengan kemiringan lereng yang sangat tinggi maka potensi terjadinya
longsor sangat besar.
Selain itu curah hujan yang tinggi di Kecamatan Bungaya menjadi
faktor yang menyebabkan terjadi longsor. Dan di Kecamatan Bungaya
sendiri memiliki history bencana tanah longsor yang terjadi di tahun
2019 lalu yang mengakibatkan banyak kerugian baik nyawa maupun
materi di masyarakat. Maka dengan menggunakan metode Pemetaan
daerah rawan bencana tanah longsor dapat dilakukan dengan
pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG). (Aronoff 1989) sistem
informasi geografis (SIG) adalah suatu sistem berbasis komputer yang
memiliki kemampuan dalam menangani data bereferensi geografi yaitu
pemasukan data, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan
kembali), manipulasi dan analisis data ,serta keluaran sebagai hasil akhir
(output). (penulis 2022) SIG kolaboratif merupakan suatu bentuk
pemanfaatan informasi dan data bersamaan secara keseluruhan.
Dengan menggunakan Sistem informasi Geografis dapat dimuat
berbagai informasi geospasial yang berkaitan dengan berbagai faktor
penyebab tanah longsor. Pemetaan daerah rawan bencana tanah longsor
ini dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai aplikasi atau
software pemetaan pada SIG, seperti dengan menggunakan ArcGIS
dengan berbagai type nya.
Dengan pemetaan daerah rawan bencana tanah longsor di
Kecamatan Bungaya, maka dampak dari bencana dapat diminimalisir
dan dapat dilakukan tindakan yang bersifat preventif terhadap daerah
dengan kategori tingkat kerawanan tinggi maupun sangat tinggi. Di
tambah lagi dengan sistem informasi geografis (SIG) kolaboratif adalah
sebuah proses pemanfaatan SIG, dan data, grafik visual termasuk peta
secara kolaboratif. Untuk itu, dalam upaya yang di lakukan untuk

3 volume 1 nomor 1- desember 2022- p ISSN 2301-878X- e ISSN 2541-2973


Nasrullah, Istiqamah Azzahrah, Andi Nurafrita Sari, & Andi Muhammad Kautsar,
pemanfaatan dan penerapan sistem informasi geografis (SIG) Kolaboratif di kawasan
rawan bencana longsor kecamatan Bungaya.

menangani dan sebagai edukasi kepada masyarakat di tengah


keterbatasan informasi geografis berbasis digitasi maka di perlukan
sebuah pemanfaatan dan penerapan SIG kolaboratif sehinga mampu
menjadi sinyal secara deskriptif terhadap potensi bencana bagi
masyarakat dalam bentuk visualisasi.
Berdasarkan pada rujukan dan landasan mengenai penerapan SIG
pada bencana longsor maka penulis mengambil beberapa rumusan yang
menjadi sebuah permasalahan yaitu : (1) Bagaimana memvisualisasikan
serta mendeskripsikan sistem informasi geografis (SIG) kolaboratif di
kawasan rawan bencana di Kecamatan Bungaya? (2) Mendeskripsikan
Faktor apa saja yang mempengaruhi proses terjadinya bencana longsor
di kecamatan bungaya?(3) Bagaiman menjadikan sistem informasi
geografis (SIG) kolaboratif sebagai bentuk edukasi bagi masyarakat?

B. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif .Dimana penelitian
kualitatif adalah memproses pencarian gambaran data, sebagai upaya
melukiskan peristiwa sepersis kenyataannya, yang berarti membuat
berbagaikejadiannya seperti merekat dan melibatkan perspektif (peneliti)
yang partisipatif didalam berbagai kejadiannya.
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini di fokuskan pada daerah pegunungan yang ada di
terkhusus di Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa. Sebagai bentuk
penanganan dan pemetaan terhadap lokasi dengan history bencana
alam tanah longsor yang pernah terjadi di daerah tersebut.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bersifat mendiskripsikan
(menggambarkan) suatu hal yang spesifik dari situasi tertentu
(masalah/subyek) tertentu. Hasil dari penelitian ini adalah gambaran
detail dari suatu masalah/subyek tertentu.
3. Sumber dan jenis Data
a. Data sekunder
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
data jenis sekunder karena berasal dari hasil pengumpulan data
dari pihak sebelumnya yaitu di lembaga pemerintah yakni Badan
pusat statistika (BPS) Kabupaten Gowa.
b. Data kuantitatif
Data kuantitatif merupakan yang di peroleh berbentuk
angka-angka, data statistika dan kemudian data yang dapat di
analisis. Berdasarkan daripada itu data yang di hasilkan nantinya

4 volume 1 nomor 1- desember 2022- p ISSN 2301-878X- e ISSN 2541-2973


Nasrullah, Istiqamah Azzahrah, Andi Nurafrita Sari, & Andi Muhammad Kautsar,
pemanfaatan dan penerapan sistem informasi geografis (SIG) Kolaboratif di kawasan
rawan bencana longsor kecamatan Bungaya.

kemudian di analisis dan kaji berdasarkan data yang sesuai dengan


fakta.
Analisis peta kerawanan tanah longsor dilakukan setelah peta-peta
tematik parameter yaitu peta curah hujan, peta jenis tanah, peta geologi,
peta kemiringan lereng wilayah tersebut tersedia dan siap dalam bentuk
peta digital. Setiap jenis peta tersebut dilakukan klasifikasi berdasarkan
skor serta diberi bobot kemudian skor dikelompokkan dan dianalisis.
Pemetaan tersebut dilakukan dengan menggunakan software ArcGIS
10.8.
Pada proses pemetaan setiap parameter memiliki klasifikasi skor
yang dikalikan dengan bobot masing-masing parameter menurut model
pendugaan Puslittanak 2004, kemudian hasil perkalian skor dan obot
tersebut dijumlahkan berdasarkan kesesuaian lokasi geografisnya.
Model pendugaan Puslittanak 2004, parameter-parameter yang
digunakan untuk menentukan tingkat kerawanan adalah penutupan
lahan (landcover), jenis tanah, kemiringan lahan, curah hujan dan
formasi geologi (batuan induk). Model yang digunakan untuk
menganalisis kerawanan kongsor adalah model pendugaan yang
mengacu pada penelitian Puslittanak tahun 2004 dengan formula :

SKOR TOTAL = 0,3FCH+0,2FBD+0,2FKL+0,2FPL+0,1FJT


Keterangan
FCH = faktor curah hujan
FBD = faktor jenis batuan
FKL = faktor kemiringan lereng
FPL = faktor penutupan lahan
FJT = faktor jenis tanah
0,3:0,2:0,1 = bobot nilai

Tabel 1. klasifikasi curah hujan (mm/tahun)

Parameter Bobot Skor


Sangat basah (>3000) 5
Basah (2501-2300) 4
Sedang (2001-2500) 30% 3
Kering (1501-2000) 2
Sangat kering (<1500) 1
Sumber : puslittanak 2004

5 volume 1 nomor 1- desember 2022- p ISSN 2301-878X- e ISSN 2541-2973


Nasrullah, Istiqamah Azzahrah, Andi Nurafrita Sari, & Andi Muhammad Kautsar,
pemanfaatan dan penerapan sistem informasi geografis (SIG) Kolaboratif di kawasan
rawan bencana longsor kecamatan Bungaya.

Tabel 2. Klasifikasi jenis batuan


Parameter Bobot Skor
Batuan vulkanik 3
Batuan sedimen 20% 2
Batuan aluvial 1
Sumber :puslittanak 2004

Tabel 3. klasifikasi kemiringan lahan


Parameter Bobot Skor
>45 5
30-45 4
15-30 20% 3
8-15 2
<8 1
Sumber : puslittanak 2004

Tabel 4. Klasifikasi penutupan lahan


Parameter Bobot Skor
Tegalan sawah 5
Semak belukar 4
Hutan dan perkebunan 20% 3
Permukiman 2
Tambak, waduk, perairan 1
Sumber : puslittanak 2004

Tabel 5. Klasifikasi jenis tanah


Parameter Bobot Skor
Regosol 5
Andosol 4
Latosol coklat 20% 3
Asosiasi latosol coklat 2
kekuningan
Aluvial 1
Sumber : puslittanak 2004
Klasifikasi hasil akhir dengan analisis skor dan dilakukan dengan
membuat 4 kelas kerawanan longsor yaitu : rendah, sedang, tinggi dan
sangat tinggi berdasarkan jumlah skor akhir, semakin besar jumlah skor
maka semakin tinggi tingkat kerawanan, dengan penentuan selang skor :

Skor tertinggi – skor terendah


jumlah kelas klasifikasi

6 volume 1 nomor 1- desember 2022- p ISSN 2301-878X- e ISSN 2541-2973


Nasrullah, Istiqamah Azzahrah, Andi Nurafrita Sari, & Andi Muhammad Kautsar,
pemanfaatan dan penerapan sistem informasi geografis (SIG) Kolaboratif di kawasan
rawan bencana longsor kecamatan Bungaya.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


Secara astronomis kecamatan Bungaya terleta di lintang 050
21’48,4’’ LS dan 1190 43’5,39’’ BT(RTRW Kabupaten Gowa). Dengan
ketinggian 300-1500 m diatas permukaan laut. Adapun secara geografis
Kecamatan Bungaya berada di Kabupaten Gowa bagian Tenggara dan
batas administratif wilayah Kecamatan Bungaya berbatasan dengan
Kabupaten Takalar. Batas administrasi Kecamatan Bungaya yaitu
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Manuju dan Parigi, sebelah
Selatan berbatasan dengan Kecamatan Biringbulu, sebelah Timur
berbatasan dengan Kecamatan Bontolempangan, dan sebelah Barat
berbatasan dengan Kabupaten Takalar. Kecamatan Bungaya Kabupaten
Gowa, berjarak sekitar 40 Km dari pusat Ibukota Kabupaten Gowa,
dengan luas wilayah sekitar 175,35 Km2.

Gambar 1. Peta administrasi Kecamatana Bungaya


Sumber : RTRW Kabupaten Gowa 2012-2032

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Longsor di Kecamatan Bungaya


yaitu sebagai berikut:
1. Curah Hujan
Berdasarkan data dari peta RTRW Kabupaten Gowa terkait
peta curah hujan. Dimana curah hujan di lokasi penelitian termasuk
tinggi yaitu antara 2000-4000 mm/tahun. Sebagai salah satu
parameter untuk menentukan wilayah rawan longsor, faktor-faktor
curah hujan seperti besarnya curah hujan, intensitas hujan dan

7 volume 1 nomor 1- desember 2022- p ISSN 2301-878X- e ISSN 2541-2973


Nasrullah, Istiqamah Azzahrah, Andi Nurafrita Sari, & Andi Muhammad Kautsar,
pemanfaatan dan penerapan sistem informasi geografis (SIG) Kolaboratif di kawasan
rawan bencana longsor kecamatan Bungaya.

distribusi curah hujan akan menentukan seberapa besar peluang


terjadinya longsoran dan di mana longsor itu akan terjadi. Untuk lebih
jelasnya curah hujan di Kecamatan Bungaya dapat dilihat pada
Gambar 2.

Gambar 2. Peta curah hujan Kecamatan Bungaya


Sumber : RTRW Kabupaten Gowa 2012-2032

Tabel 7. klasifikasi curah hujan menurut desa di kecamatan Bungaya


Desa / kelurahan Skor
Bissoloro 5
Bontomanai 5
Mangempang 5
Buakkang 5
Jenebatu 5
Rannaloe 4
Sapaya 4
Sumber : RTRW kabupaten Gowa 2012-2032

Berdasarkan klasifikasi kelas curah hujan Puslittanak, lokasi


penelitian memiliki dua keas curah hujan yaitu 2000-3000 mm/tahun
dan 3000-40000 mm/tahun, Curah hujan dengan intensitas 2000-3000
mm/tahun merupakan intensitas curah hujan yang yaitu meliputi 2
desa (Tabel 7). Disamping itu terdapat 5 desa dan kelurahan memiliki
sebagian daerahnya dengan tingkat curah hujan berkisar antara 3000-
4000 (mm). Adapun menurut tabel terdapat desa yang memiliki skor

8 volume 1 nomor 1- desember 2022- p ISSN 2301-878X- e ISSN 2541-2973


Nasrullah, Istiqamah Azzahrah, Andi Nurafrita Sari, & Andi Muhammad Kautsar,
pemanfaatan dan penerapan sistem informasi geografis (SIG) Kolaboratif di kawasan
rawan bencana longsor kecamatan Bungaya.

5 yaitu desa Bissoloro, bontomanai, mangempang, Buakkang,


Jenebatu, karena memiliki daerah yang terdiri atas dua parameter
curah hujan yaitu 2000-3000 mm/ tahun dan 3000-4000 mm/tahun.
Terdapat 2 desa yang memiliki skor 4 dengan curah hujan berkisar
2001-2500 mm/tahun.

2. Jenis Batuan
Secara geologi lokasi penelitian merupakan wilayah dengan
struktur batuan yang sangat dipengaruhi oleh kondisi Gunung
Sambulayang dan Gunung Bulo-Bulo. Sifat-sifat teknis batuan
berbeda-beda tergantung pada asal-usulnya. Secara umum sifat-sifat
teknis batuan dipengaruhi oleh : struktur dan tekstur, kandungan
mineral, kekar/bentuk gabungan lapisan bidang dasar, kondisi cuaca,
dan sedimentasi/rekatan. Jenis batuan di Kecamatan Bungaya untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Peta jenis batuan kecamatan Bungaya


Sumber : RTRW Kabupaten Gowa 2012-2032
Berdasarkan pengklasifikasian Puslittanak batuan pembentuk
yang terdapat di lokasi penelitian terdiri dari 3 jenis batuan yaitu
batuan Vulkanik, sedimen dan batuan Aluvial. Batuan Vulkanik
terdiri atas batuan gunung baturappe cindako (Qvbr). Batuan Aluvial
yang terdapat di lokasi penelitian adalah satuan endapan aluvium
(Qh). Sedangkan Batuan sedimen terdiri atas formasi camba (QTvm),
(Gambar 8).

9 volume 1 nomor 1- desember 2022- p ISSN 2301-878X- e ISSN 2541-2973


Nasrullah, Istiqamah Azzahrah, Andi Nurafrita Sari, & Andi Muhammad Kautsar,
pemanfaatan dan penerapan sistem informasi geografis (SIG) Kolaboratif di kawasan
rawan bencana longsor kecamatan Bungaya.

Tabel 8. Formasi batuan kecamatan Bungaya


Desa Formasi batuan Skor
Bissoloro QTvm,Qvbr 5
Bontomanai QTvm,Qvbr 5
Mangempang QTvm,Qvbr,Qh 6
Buakkang QTvm,Qvbr 5
Jenebatu QTvm,Qvbr,Qh 6
Rannaloe QTvm, 2
Sapaya QTvm,Qvbr,Qh 6
Sumber : RTRW Kabupaten Gowa 2012-2032
3. Jenis Tanah
Jenis Tanah di lokasi penelitian berdasarkan Peta Tanah lokasi
penelitian terdiri dari tanah Podsolik, Andosol, Latosol, Regosol,
Aluvial (Tabel 9). Mengacu pada klasifikasi Puslittanak berdasarkan
kepekaan terhadap erosi, maka jenis tanah di lokasi penelitian terbagi
menjadi kelas Sangat Peka Erosi/Permeabilitas sangat Lambat
(Regosol), Peka Erosi/Permeabilitas Lambat (Podsolik, dan Andosol),
Agak Peka Erosi/Permeabilitas Cepat (Latosol), dan Tidak Peka
Erosi/Permeabilitas Sangat Cepat (Aluvial dan Glei). Distribusi
spasial jenis tanah di lokasi penelitian dapat dilihat pada (Gambar 5)

Gambar 4. Peta jenis tanah


Sumber : RTRW kabupaten Gowa 2012-2032

Tabel 9. Tabel jenis tanah di kecamatan Bungaya


Desa Jenis tanah Skor
Bissoloro L,R 8
Bontomanai L 3
Mangempang L 3
Buakkang L 3

10 volume 1 nomor 1- desember 2022- p ISSN 2301-878X- e ISSN 2541-2973


Nasrullah, Istiqamah Azzahrah, Andi Nurafrita Sari, & Andi Muhammad Kautsar,
pemanfaatan dan penerapan sistem informasi geografis (SIG) Kolaboratif di kawasan
rawan bencana longsor kecamatan Bungaya.

Jenebatu L,A 7
Rannaloe L 3
Sapaya L,A 7
Sumber : RTRW Kabupaten Gowa 2012-2032
A= Andisol, L = Latosol, R = Regosol/ podzolik.
4. Kemiringan Lereng
Kemiringan Lereng di lokasi penelitian bervariasi mulai dari
datar sampai curam. Berdasarkan hasil klasifikasi menurut Puslittanak
yang terdiri atas >45%, 30-45%, 15-30%, 8-15%, <8%, maka daerah
penelitian memiliki kemiringan lereng antara lain >40%, 15-40%,5%-
15%,2%-5% dan 0-2% (Gambar 5). Daerah lokasi penelitian
merupakan daerah yang memiliki topografi kasar, dengan bentuk
lahan pegunungan yang memiliki ketinggian 300-1500 m dpl.
Berdasarkan data pada Tabel 10 dapat diketahui bahwa sebanyak 4
desa yang memiliki kemiringan lereng >40%, 7 desa memiliki
kemiringan lereng antara 2-40%,dua desa memiliki kemiringan 0-5%,
Secara keseluruhan daerah penelitian memiliki kemiringan 15-40%
yang merupakan daerah perbukitan.

Gambar 5. Peta kemiringan lereng


sumber : RTRW Kabupaten Gowa 2012-2032

Tabel 10. Kemiringan lereng kecamatan Bungaya

Desa Kemiringan lereng (%) Skor


Bissoloro 0->40% 13
Bontomanai 5-40% 7
Mangempang 5-40% 7
Buakkang 5->40% 8
Jenebatu 5-40% 7

11 volume 1 nomor 1- desember 2022- p ISSN 2301-878X- e ISSN 2541-2973


Nasrullah, Istiqamah Azzahrah, Andi Nurafrita Sari, & Andi Muhammad Kautsar,
pemanfaatan dan penerapan sistem informasi geografis (SIG) Kolaboratif di kawasan
rawan bencana longsor kecamatan Bungaya.

Rannaloe 5->40% 8
Sapaya 2->40% 9
Sumber : RTRW Kabupaten Gowa 2012-2032

5. Penutupan Lahan
Penutupan lahan di suatu wilayah berkaitan erat dengan
kondisi ekonomi dan tipe masyarakat yang tinggal di wilayah
tersebut. Berdasarkan hasil digitasi peta penggunaan lahan
Kecamatan Bungaya diperoleh 7 tipe penutupan lahan (Gambar 6).
Dimana penutupan lahan pada peta ini memiliki kontribusi yang
berbeda-beda tergantung pada sifat dan kondisi penutupan lahan
tersebut seperti bentuknya berupa permukiman,semak belukar,
tegalan, hutan,pertanian lahan kering, pinus dan persawahan.
Penutupan serta lokasi penutupan lahan itu berada adalah hal-hal yang
berpengaruh dalam penentuan kerawanan wilayah (Tabel 11)

Tabel 11. Penggunaan lahan Kecamatan Bungaya


Desa Penggunaan lahan Skor
Bissoloro Sawah tadah 12
hujan,ladang tegal,
semak belukar,
permukiman
Bontomanai Hutan ,tegalan, semak 15
belukar,sawah,
pertanian
kering,permukiman,
sungai
Mangempang Sawah, semak belukar, 15
tegalanpertanian lahan
kering,permukiman,
sungai
Buakkang Pertanian lahan kering, 15
tegalan, permukiman,
hutan, sungai, semka
belukar,sawah
Jenebatu Hutan, tegalan, 17
permukiman, pertanian
kering, sawah, semak
belukar, sungai
Rannaloe Hutan, tegalan, 15
permukiman,sungai,
semak belukar, sawah
Sapaya Hutan, tegalan, 15
permukiman, sawah,
semak belukar

12 volume 1 nomor 1- desember 2022- p ISSN 2301-878X- e ISSN 2541-2973


Nasrullah, Istiqamah Azzahrah, Andi Nurafrita Sari, & Andi Muhammad Kautsar,
pemanfaatan dan penerapan sistem informasi geografis (SIG) Kolaboratif di kawasan
rawan bencana longsor kecamatan Bungaya.

Gambar 6. Peta tutupan lahan


Sumber : RTRW kabupaten Gowa 2012-2032

Aplikasi SIG Dalam Pemetaan Tingkat Kerawanan Terjadinya


Bencana Longsor Di Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa
Pendugaan kawasan bencana Rawan Tanah Longsor dilakukan
dengan menggunakan model pendugaan yang bersumber pada penelitian
Puslittanak tahun 2004. Berdasarkan model tersebut parameter yang
digunakan untuk menduga kawasan rawan longsor meliputi parameter
Jenis Tanah, Penutupan Lahan, Jenis Batuan, Curah Hujan, serta
Kemiringan Lahan. Semua parameter tersebut diklasifikasikan
berdasarkan skor kemudian diberi bobot sesuai kontribusinya masing-
masing dan kemudian data tersebut diolah. Berdasarkan hasil analisis 5
parameter kerawanan longsor dengan menggunakan model Pendugaan
Kerawanan Longsor Puslittanak tahun 2004, diperoleh 4 kriteria
kerawanan longsor yaitu Rendah, Sedang, Tinggi dan Sangat Tinggi.
Pada model Pendugaan Kerawanan Tanah Longsor yang bersumber dari
Puslittanak tahun 2004 faktor curah hujan mendapat bobot 30 %, faktor
jenis batuan, kemiringan lahan dan tipe penutupan lahan dengan bobot 20
%, sedangkan faktor jenis tanah memiliki bobot 10 %. Berdasarkan
penjelasan tersebut, model yang digunakan untuk menganalisa kerawanan
tanah longsor di lokasi penelitian adalah sebagai berikut :

SKOR TOTAL = 0,3FCH+0,2FBD+0,2FKL+0,2FPL+0,1FJT

13 volume 1 nomor 1- desember 2022- p ISSN 2301-878X- e ISSN 2541-2973


Nasrullah, Istiqamah Azzahrah, Andi Nurafrita Sari, & Andi Muhammad Kautsar,
pemanfaatan dan penerapan sistem informasi geografis (SIG) Kolaboratif di kawasan
rawan bencana longsor kecamatan Bungaya.

Keterangan:
FCH = Faktor Curah Hujan
FBD = Faktor Jenis Batuan
FKL = Faktor Kemiringan Lereng
FPL = Faktor Penutupan Lahan
FJT = Faktor Jenis Tanah
0,3;0,2;0,1 = Bobot nilai
Berdasarkan hasil analisis skor total hasil parameter yang ada di lokasi
penelitian diperoleh klasifikasi kelas kerawanan dengan interval skor
masing-masing kelas seperti tercantum pada Tabel 12.

Tabel 12. Interval skor tingkat kerawanan bencana longsor di kecamatan


Bungaya
Interval skor (%) Kelas kerawanan
3,1-4,5 Rendah
4,6-6 Sedang
6,1-7,5 Tinggi
7,5-8,9 Sangat tinggi
Sumber : puslittanak 2004

Berdasarkan Tabel 13-17 dan peta kerawanan bencana longsor (Gambar


7) di Kecamatan Sibolangit dapat diketahui bahwa tingkat kerawanan
longsor sangat tinggi melingkup 3 desa/kelurahan, tingkat kerawanan
longsor tinggi meliputi 4 desa/kelurahan.

Tabel 13. Tingkat kerawanan longsor kecamatan bungaya


Desa / kelurahan Skor (%) Tingkat kerawanan
Bissoloro 7,68 Sangat tinggi
Bontomanai 7,2 Tinggi
Mangempang 7,4 Tinggi
Buakkang 7,4 Tinggi
Jenebatu 7,68 Sangat tinggi
Rannaloe 6,5 Tinggi
Sapaya 7,9 Sangat tinggi
Sumber : hasil analisis dari 5 parameter puslittanak 2004

14 volume 1 nomor 1- desember 2022- p ISSN 2301-878X- e ISSN 2541-2973


Nasrullah, Istiqamah Azzahrah, Andi Nurafrita Sari, & Andi Muhammad Kautsar,
pemanfaatan dan penerapan sistem informasi geografis (SIG) Kolaboratif di kawasan
rawan bencana longsor kecamatan Bungaya.

Gambar 7. Peta rawan longsor


Sumber : RTRW kabupaten Gowa 2012-2032

Tabel 14. Desa tingkat kerawanan rendah


Desa Skor Tingkat kerawanan
Tidak Ada - -
Sumber : hasil analisis dari 5 parameter puslittanak 2004

Tabel 15. Desa tingkat kerawanan sedang


Desa Skor Tingkat kerawanan
- - -
Sumber : hasil analisis dari 5 parameter puslittanak 2004

Tabel 16. Desa tingkat kerawanan tinggi


Desa Skor Tingkat kerawanan
Bontomanai 7,2 Tinggi
Mangempang 7,4 Tinggi
Buakkang 7,4 Tinggi
Rannaloe 6,5 Tinggi
Sumber : hasil analisis dari 5 parameter puslittanak 2004

Tabel 17. Desa tingkat kerawanan sangat tinggi


Desa Skor Tingkat kerawanan
Bissoloro 7,68 Sangat tinggi
Jenebatu 7,68 Sangat tinggi
Sapaya 7,9 Sangat tinggi
Sumber : hasil analisis dari 5 parameter puslittanak 2004

15 volume 1 nomor 1- desember 2022- p ISSN 2301-878X- e ISSN 2541-2973


Nasrullah, Istiqamah Azzahrah, Andi Nurafrita Sari, & Andi Muhammad Kautsar,
pemanfaatan dan penerapan sistem informasi geografis (SIG) Kolaboratif di kawasan
rawan bencana longsor kecamatan Bungaya.

Pemanfaatan SIG dalam pemetaan tingkat kerawanan bencana


longsor di Kecamatan Bungaya terkait dalam hal membuat peta dan
mengolah data keruangan, meliputi data curah hujan, jenis batuan, jenis
tanah kemiringan lereng, dan jenis tutupan lahan. Dimana pada lokasi
penelitian faktor yang paling dominan terhadap terjadinya longsor, yaitu
curahhujan yang tinggi, batuan penyusun dan jenis tanah yang labil.
Dengan pemanfaatan SIG dalam pemetaan ancaman bahaya longsor juga
dapat digunakan dalam menentukan luas wilayah yang memiliki
kerawanan rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi Tabel 18 menyajikan
luas wilayah dengan tingkat kerawanan longsor di Kecamatan Bungaya

Tabel 18. Luas wilayah menurut potensi tingkat kerawanan longsor


Tingkat kerawanan Luas wilayah (km2) Jumlah Desa/ kelurahan
Rendah - -
Sedang - -
Tinggi 84,22 4 Desa/kelurahan
Sangat tinggi 91,13 3 Desa/kelurahan
Sumber : hasil analisis dari 5 parameter puslittanak 2004

D. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa faktor
yang mempengaruhi terjadinya tanah longsor di Kecamatan Bungaya
meliputi curah hujan, jenis batuan, jenis tanah, kemiringan lereng, dan
penggunaan lahan. (1)Lokasi penelitian memiliki tingkat curah hujan
yang tinggi yaitu antara 2000-4000 mm/tahun. (2)Jenis batuan dilokasi
penelitian merupakan wilayah dengan struktur batuan yang sangat
dipengaruhi oleh kondisi gunung sambulayang, bulu garigisi, bulo-bulo
dan bawakaraeng. (3) Jenis tanah di kecamatan Bungaya terdiri atas jenis
tanah Podsolik, Andosol, Latosol coklat, Regosol, . (4) Kemiringan lereng
di Kecamatan Bungaya yang merupakan daerah perbukitan memiliki
kemiringan 2-15%, 15-40%, dan >40%. (5) jenis penggunaan lahan di
Kecamatan Bungaya meliputi permukiman, perkebunan rakyat, tegalan,
sawah, pertanian kering,semak belukar dan hutan.Pemanfaatan SIG
dalam pemetaan ancaman bahaya longsor di Kecamatan Bungaya
dilakukan dengan mengolah data spatial dengan menggunakan model
pendugaan berdasarkan puslittanak tahun 2004. Diketahui bahwa daerah
Kecamatan Bungaya memiliki potensi terjadinya tanah longsor dari
tingkat rendah sampai dengan sangat tinggi. Berdasarkan model
pendugaan bencana tanah longsor tersebut di daerah penelitian dominan
memiliki tingkat ancaman longsor dengan kelas kerawanan tinggi
meliputi 4 desa. Selain itu tingkat kerawanan sangat tinggi 3 Desa.

16 volume 1 nomor 1- desember 2022- p ISSN 2301-878X- e ISSN 2541-2973


Nasrullah, Istiqamah Azzahrah, Andi Nurafrita Sari, & Andi Muhammad Kautsar,
pemanfaatan dan penerapan sistem informasi geografis (SIG) Kolaboratif di kawasan
rawan bencana longsor kecamatan Bungaya.

E. DAFTAR PUSTAKA

Rahmad.Riki., Suib., & Nurman. Ali ,2018. Aplikasi SIG untuk pemetaan
tingkat ancaman longsor Di Kecamatan Sibolangit, Kabupaten
Deli Serdang, Sumatra Utara,32 (1), 1-13.
Rosdania.,Agus.Fahrul.,&K.Harsa.Awang.,2015. Sistem informasi
Geografi batas wilayah kampus universitas mulawarman
menggunakan googlemaps api, 10(1),38-46.
Pradnyasari. Dwi Made Ni., Wiyanti.,&Kusmawati. Tatiek ,2019.
Pemetaaan Potensi Dan Kerawanan Longsor Lahan Di Desa
Belandingan, Desa Songon A Dan Desa Songon B Kecamatan
Kintamani, Kabupaten Bangli, 8(2),231-241.

17 volume 1 nomor 1- desember 2022- p ISSN 2301-878X- e ISSN 2541-2973

Anda mungkin juga menyukai