ABSTRAK
A. PENDAHULUAN
Kecamtan Bungaya merupakan salah satu kecamatan yang ada di
Kabupaten Gowa, terdiri dari 5 Desa dan 2 kelurahan dengan luasan
175,35 km2 dengan keadaan wilayah sebagian besar berada di
pegunungan dengan struktur sebagian berada pada lembah pertanian dan
sebagian di dataran tinggi. Kecamatan Bungaya merupakan salah satu
penghasil padi di Kabupaten Gowa.
Secara garis besar konteks bencana di bagi menjadi 2 jenis yaitu (1)
bencana alam adalah struktur rangkaian peristiwa yang di akibatkan oleh
faktor alam, yaitu seperti berupa gempa bumi, tsunami, tanah longsor,
banjir dan lain sebagainya. Sementara yang (2) bencana sosial yang di
akibatkan oleh manusia itu sendiri seperti konflik sosial, penyakit
masyarakat dan terror(menurut BPNB). Akan tetapi pada intinya
bencana yang akan menjadi fokus pada pembahasan ini adalah bencana
alam tanah longsor.
Tanah longsor adalah gerakan tanah berkaitan langsung dengan sifat
fisik alami seperti struktur geologi, bahan induk, tanah, pola drainase,
lereng/bentuk lahan, hujan maupun sifat-sifat non alami yang bersifat
dinamis seperti penggunaan lahan dan intra-struktur (Barus 1999).
Menurut Suripin (2002) tanah longsor merupakan bentuk erosi dimana
pengangkutan atau gerakan masa tanah terjadi pada suatu saat dalam
volume yang relatif besar. Wang et al. (2017) mengatakan bahwa
kejadian tanah longsor berhubungan dengan berbagai faktor seperti
presipitasi, geologi, jarak dari patahan, vegetasi, dan topografi.
(supriyono 2014) tanah longsor merupakan pergerakan material berupa
batuan atau tanah melalui permukaan bidang miring yang di sebut
lereng. Batuan atau tanah mengalami longsoran menuruni tebing searah
dengan kemiringan lereng.
Tingginya tingkat kerugian yang dialami oleh masyarakat yang
diakibatkan karena terjadinya bencana alam disebabkan karena
kurangnya informasi yang diperoleh masayarakat akan
kemungkinankemungkinan bencana yang terjadi disekitarnya,sehingga
kesadaran masyarakat akan tanggap bencana menjadi sangat minim.
Oleh karena itu, informasi awal mengenai potensi dan risko bencana
merupakan salah satu media informasi yang dapat digunakan sebagai
pendidikan dasar tanggap bencana bagi masyarakat (Damanik, 2012).
Bencana tanah longsor merupakan salah satu bencana alam yang
sering terjadi di Indonesia dan umumnya sering terjadi di wilayah
pegunungan serta pada musim hujan. Menurut Sartohadi (2008), jumlah
kejadian bencana tanah longsor tertinggi di Indonesia terjadi pada
wilayah yang memiliki topografi yang curam dan memiliki curah hujan
2000 mm/tahun.
Bencana ini berkaitan erat dengan kondisi alam seperti jenis tanah,
jenis batuan, curah hujan, kemiringan lahan dan penutup lahan. Selian
itu faktor manusia sangat mempengaruhi terjadinya bencana tanah
longsor, seperti alih fungsi lahan hutan yang tidak mengikuti aturan dan
semena-semena, penebangan hutan tanpa melakukantebang pilih,
perluasan pemukiman di daerah dengan topografi yang curam.
Daerah Kecamatan Bungaya merupakan wilayah dataran tinggi
dengan ketinggian 300-1500 m diatas permukaan laut. Daerah dataran
tinggi Sibolangit memiliki topografi kasar dengan relief perbukitan
bergelombang dengan kemiringan lereng bekisar antara 2%- >40 %
Dengan kemiringan lereng yang sangat tinggi maka potensi terjadinya
longsor sangat besar.
Selain itu curah hujan yang tinggi di Kecamatan Bungaya menjadi
faktor yang menyebabkan terjadi longsor. Dan di Kecamatan Bungaya
sendiri memiliki history bencana tanah longsor yang terjadi di tahun
2019 lalu yang mengakibatkan banyak kerugian baik nyawa maupun
materi di masyarakat. Maka dengan menggunakan metode Pemetaan
daerah rawan bencana tanah longsor dapat dilakukan dengan
pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG). (Aronoff 1989) sistem
informasi geografis (SIG) adalah suatu sistem berbasis komputer yang
memiliki kemampuan dalam menangani data bereferensi geografi yaitu
pemasukan data, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan
kembali), manipulasi dan analisis data ,serta keluaran sebagai hasil akhir
(output). (penulis 2022) SIG kolaboratif merupakan suatu bentuk
pemanfaatan informasi dan data bersamaan secara keseluruhan.
Dengan menggunakan Sistem informasi Geografis dapat dimuat
berbagai informasi geospasial yang berkaitan dengan berbagai faktor
penyebab tanah longsor. Pemetaan daerah rawan bencana tanah longsor
ini dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai aplikasi atau
software pemetaan pada SIG, seperti dengan menggunakan ArcGIS
dengan berbagai type nya.
Dengan pemetaan daerah rawan bencana tanah longsor di
Kecamatan Bungaya, maka dampak dari bencana dapat diminimalisir
dan dapat dilakukan tindakan yang bersifat preventif terhadap daerah
dengan kategori tingkat kerawanan tinggi maupun sangat tinggi. Di
tambah lagi dengan sistem informasi geografis (SIG) kolaboratif adalah
sebuah proses pemanfaatan SIG, dan data, grafik visual termasuk peta
secara kolaboratif. Untuk itu, dalam upaya yang di lakukan untuk
B. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif .Dimana penelitian
kualitatif adalah memproses pencarian gambaran data, sebagai upaya
melukiskan peristiwa sepersis kenyataannya, yang berarti membuat
berbagaikejadiannya seperti merekat dan melibatkan perspektif (peneliti)
yang partisipatif didalam berbagai kejadiannya.
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini di fokuskan pada daerah pegunungan yang ada di
terkhusus di Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa. Sebagai bentuk
penanganan dan pemetaan terhadap lokasi dengan history bencana
alam tanah longsor yang pernah terjadi di daerah tersebut.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bersifat mendiskripsikan
(menggambarkan) suatu hal yang spesifik dari situasi tertentu
(masalah/subyek) tertentu. Hasil dari penelitian ini adalah gambaran
detail dari suatu masalah/subyek tertentu.
3. Sumber dan jenis Data
a. Data sekunder
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
data jenis sekunder karena berasal dari hasil pengumpulan data
dari pihak sebelumnya yaitu di lembaga pemerintah yakni Badan
pusat statistika (BPS) Kabupaten Gowa.
b. Data kuantitatif
Data kuantitatif merupakan yang di peroleh berbentuk
angka-angka, data statistika dan kemudian data yang dapat di
analisis. Berdasarkan daripada itu data yang di hasilkan nantinya
2. Jenis Batuan
Secara geologi lokasi penelitian merupakan wilayah dengan
struktur batuan yang sangat dipengaruhi oleh kondisi Gunung
Sambulayang dan Gunung Bulo-Bulo. Sifat-sifat teknis batuan
berbeda-beda tergantung pada asal-usulnya. Secara umum sifat-sifat
teknis batuan dipengaruhi oleh : struktur dan tekstur, kandungan
mineral, kekar/bentuk gabungan lapisan bidang dasar, kondisi cuaca,
dan sedimentasi/rekatan. Jenis batuan di Kecamatan Bungaya untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.
Jenebatu L,A 7
Rannaloe L 3
Sapaya L,A 7
Sumber : RTRW Kabupaten Gowa 2012-2032
A= Andisol, L = Latosol, R = Regosol/ podzolik.
4. Kemiringan Lereng
Kemiringan Lereng di lokasi penelitian bervariasi mulai dari
datar sampai curam. Berdasarkan hasil klasifikasi menurut Puslittanak
yang terdiri atas >45%, 30-45%, 15-30%, 8-15%, <8%, maka daerah
penelitian memiliki kemiringan lereng antara lain >40%, 15-40%,5%-
15%,2%-5% dan 0-2% (Gambar 5). Daerah lokasi penelitian
merupakan daerah yang memiliki topografi kasar, dengan bentuk
lahan pegunungan yang memiliki ketinggian 300-1500 m dpl.
Berdasarkan data pada Tabel 10 dapat diketahui bahwa sebanyak 4
desa yang memiliki kemiringan lereng >40%, 7 desa memiliki
kemiringan lereng antara 2-40%,dua desa memiliki kemiringan 0-5%,
Secara keseluruhan daerah penelitian memiliki kemiringan 15-40%
yang merupakan daerah perbukitan.
Rannaloe 5->40% 8
Sapaya 2->40% 9
Sumber : RTRW Kabupaten Gowa 2012-2032
5. Penutupan Lahan
Penutupan lahan di suatu wilayah berkaitan erat dengan
kondisi ekonomi dan tipe masyarakat yang tinggal di wilayah
tersebut. Berdasarkan hasil digitasi peta penggunaan lahan
Kecamatan Bungaya diperoleh 7 tipe penutupan lahan (Gambar 6).
Dimana penutupan lahan pada peta ini memiliki kontribusi yang
berbeda-beda tergantung pada sifat dan kondisi penutupan lahan
tersebut seperti bentuknya berupa permukiman,semak belukar,
tegalan, hutan,pertanian lahan kering, pinus dan persawahan.
Penutupan serta lokasi penutupan lahan itu berada adalah hal-hal yang
berpengaruh dalam penentuan kerawanan wilayah (Tabel 11)
Keterangan:
FCH = Faktor Curah Hujan
FBD = Faktor Jenis Batuan
FKL = Faktor Kemiringan Lereng
FPL = Faktor Penutupan Lahan
FJT = Faktor Jenis Tanah
0,3;0,2;0,1 = Bobot nilai
Berdasarkan hasil analisis skor total hasil parameter yang ada di lokasi
penelitian diperoleh klasifikasi kelas kerawanan dengan interval skor
masing-masing kelas seperti tercantum pada Tabel 12.
D. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa faktor
yang mempengaruhi terjadinya tanah longsor di Kecamatan Bungaya
meliputi curah hujan, jenis batuan, jenis tanah, kemiringan lereng, dan
penggunaan lahan. (1)Lokasi penelitian memiliki tingkat curah hujan
yang tinggi yaitu antara 2000-4000 mm/tahun. (2)Jenis batuan dilokasi
penelitian merupakan wilayah dengan struktur batuan yang sangat
dipengaruhi oleh kondisi gunung sambulayang, bulu garigisi, bulo-bulo
dan bawakaraeng. (3) Jenis tanah di kecamatan Bungaya terdiri atas jenis
tanah Podsolik, Andosol, Latosol coklat, Regosol, . (4) Kemiringan lereng
di Kecamatan Bungaya yang merupakan daerah perbukitan memiliki
kemiringan 2-15%, 15-40%, dan >40%. (5) jenis penggunaan lahan di
Kecamatan Bungaya meliputi permukiman, perkebunan rakyat, tegalan,
sawah, pertanian kering,semak belukar dan hutan.Pemanfaatan SIG
dalam pemetaan ancaman bahaya longsor di Kecamatan Bungaya
dilakukan dengan mengolah data spatial dengan menggunakan model
pendugaan berdasarkan puslittanak tahun 2004. Diketahui bahwa daerah
Kecamatan Bungaya memiliki potensi terjadinya tanah longsor dari
tingkat rendah sampai dengan sangat tinggi. Berdasarkan model
pendugaan bencana tanah longsor tersebut di daerah penelitian dominan
memiliki tingkat ancaman longsor dengan kelas kerawanan tinggi
meliputi 4 desa. Selain itu tingkat kerawanan sangat tinggi 3 Desa.
E. DAFTAR PUSTAKA
Rahmad.Riki., Suib., & Nurman. Ali ,2018. Aplikasi SIG untuk pemetaan
tingkat ancaman longsor Di Kecamatan Sibolangit, Kabupaten
Deli Serdang, Sumatra Utara,32 (1), 1-13.
Rosdania.,Agus.Fahrul.,&K.Harsa.Awang.,2015. Sistem informasi
Geografi batas wilayah kampus universitas mulawarman
menggunakan googlemaps api, 10(1),38-46.
Pradnyasari. Dwi Made Ni., Wiyanti.,&Kusmawati. Tatiek ,2019.
Pemetaaan Potensi Dan Kerawanan Longsor Lahan Di Desa
Belandingan, Desa Songon A Dan Desa Songon B Kecamatan
Kintamani, Kabupaten Bangli, 8(2),231-241.