Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara geografis sebagian besar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia berada
pada kawasan rawan bencana alam, dan salah satu bencana alam yang sering terjadi adalah
bencana longsor. Sejalan dengan proses pembangunan berkelanjutan perlu diupayakan
pengaturan dan pengarahan terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan dengan prioritas
utama pada penciptaan keseimbangan lingkungan. Salah satu upaya yang diambil adalah
melalui pelaksanaan penataan ruang yang berbasis mitigasi bencana alam agar dapat
ditingkatkan keselamatan dan kenyamanan kehidupan dan penghidupan masyarakat terutama
di kawasan rawan bencana longsor.
Longsor merupakam peristiwa gerakan massa batuan atau tanah yang terjadi karena
terganggunya stabilitas lereng (Karnawati, 2005). Kestabilan suatu lereng ditentukan oleh
momen gaya yang melongsorkan (driving force) yang membuat massa tanah batuan bergerak
ke bawah dan momen gaya yang menahan (resisting force) yang menyebabkan massa tanah
atau batuan tetap berada di tempatnya. Terjadinya longsorlahan disebabkan oleh gaya material
penyusun lereng lebih besar daripada gaya yang menahan massa tanah batuan. Gaya penahan
pada umumnya dipengaruhi oleh kepadatan tanah dan kekuatan batuan. Gaya pendorong
dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta jenis tanah batuan (Karnawati, 2005).
Kelerengan menjadi faktor yang sangat penting dalam proses terjadinya gerakan massa.
Pembagian zona kerentanan sangat terkait dengan kondisi kemiringan lereng. Kondisi
kemiringan lereng lebih 15º perlu mendapat perhatian terhadap kemungkinan bencana tanah
longsor dan tentunya dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mendukung. Pada
dasarnya sebagian besar wilayah di Indonesia merupakan daerah perbukitan atau pegunungan
yang membentuk lahan miring (Karnawati, 2005)
Pemanfaatan lahan yang berlebihan seperti pembukaan lahan baru, pemotongan lereng
untuk pembuatan jalan dan pemukiman baru serta pemanfaatan lahan yang tidak
memperhatikan konservasi menyebabkan beban pada lereng semakin berat. Selain aktifitas
manusia, longsor disebabkan oleh faktor alam antara lain jenis tanah, intensitas curah hujan,
faktor geologi, penggunaan lahan yang terjadi dan topografi. Gempa bumi atau getaran juga
dapat mempengaruhi stabilitas lereng yang dapat mangakibatkan potensinya longsor.
Secara umum daerah penelitian merupakan wilayah perbukitan memanjang berarah
timurlaut-baratdaya dengan ketinggian tempat di atas 90 m di atas permukaan laut.
Kemiringan lereng secara umum agak terjal sampai terjal, terdapat pemotongan lereng yang
digunakan sebagai lahan pemukiman, sehingga stabilitas lereng terganggu. Berdasarkan Peta
Geologi Lembar Yogyakarta, Jawa (Rahardjo dkk, 1995) daerah bencana tersusun oleh
Formasi Semilir (Tmse), yang terdiri dari perselingan antara breksi-tuf, breksi batuapung, tuf
dasit dan tuf andesit serta batulempung tufan. Tanah pelapukan di lokasi ini berupa lempung
pasiran dengan batuan dasar tuf pasiran berwarna coklat terang, lunak, dan porous.
Desa Srimulyo merupakan salah satu wilayah yang perkembangan sarana infrastruktur
yang cukup tinggi dan memiliki potensi terjadinya bencana gerakan tanah. Apabila dilihat dari
topografi di daerah tersebut, Desa Srimulyo merupakan daerah dengan topografi berbukit
hingga bergunung, memiliki penyusun batuan gunungapi, terdapat bidang discontinuitas yang
dapat mengakibatkan terjadinya Gerakan massa, Oleh karena itu perlu dilakukan tinjauan
geologi dan analisis kestabilan lereng untuk mengetahui potensi Gerakan massa pada daerah
penelitian,

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan yang diangkat penyusun meliputi permasalahan geologi secara umum, di
antaranya adalah sebagai berikut:
1. Dalam penelitian ini tipe longsor dan arah pergerakan longsor ditentukan
berdasarkan analisis kestabilan lereng dengan menggunakan metode scaneline
2. Bidang diskontinuitas yang di observasi berupa kekar.

1.3 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk memenuhi persyaratan akademik
tingkat Pascasarjana (S2) pada Program Studi Magister Teknik Geologi, Fakultas
Teknologi Mineral, Universitas UPN “Veteran” Yogyakarta.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetaui zona gerakan massa dan analisis
kestabilan lereng untuk mengetahui potensi Gerakan massa.

1.4 Letak Luas dan Kesampaian Daerah


Secara administratif, daerah penelitian terletak kurang lebih 16 km ke arah selatan
kota Yogyakarta ditempuh dengan waktu ± 31 menit dengan kendaraan roda empat atau
roda dua. Secara astronomi daerah penelitian terletak pada posisi 07° 50’ 30”- 07° 52’ 30’’
LS dan 110° 26’ 30” - 110° 28’ 30” BT terletak pada Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta (Gambar 1).

Gambar 1. Rute petunjuk letak peta lokasi penelitian

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Batasan masalah yang dibahas dalam penelitian ini hanya mengenai zonasi gerakan
massa dan analisis kestabilan lereng untuk mengetahui potensi gerakan massa daerah
Srimulyo dan Sekitarnya, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul Daerah Istimewa
Yogyakarta.

1.6 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian yang dilakukan ini yaitu,
1. Memberikan informasi dan masukan mengenai daerah yang rawan terhadap bencana
Gerakan massa dan tipe gerakan massa di daerah Srimulyo sebagai upaya untuk antisipasi
dini serta meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana tanah longsor.
2. Mengaplikasikan ilmu dalam bidang Geologi Teknik serta menjadi tambahan
literatur bagi peneliti yang berhubungan dengan tanah longsor.
DITAMBAH
1.7 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu terkait dengan penelitian penyusun guna untuk mendukung dan
mengkorelasi serta menjelaskan originalitas dari penelitian yang akan dilakukan terhadap
penelitian terdahulu.

Tabel 1. Penelitian terdahulu (penyusun, 2021)


Nama Judul Lokasi Metode Hasil
Peneliti Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian
Rike Dwiyuanisa Kerentanan Gerakan Desa Srimulyo, Kec. Peta kerentanan
massa tanah dan batuan Piyungan, Kab. Gerakan massa
Bantul, DIY
Sri Aminanatun, 2018 pemetaan risiko bencana Desa Muntuk wighted method, Peta resiko bencana
sebagai dasar untuk Kabupaten Bantul (SIG) Sistem tanah longsor
mitigasi bencana tanah Informasi Geografis
longsor
Rudy Siregar, S.T. Analisis risiko bencana Wukirsari dan metode kualitatif Peta kerentanan
gerakan tanah sekitarnya, dan kuantitatif
Gerakan massa
Kecamatan imogiri, berbasis (GIS)
Kabupaten bantul,
Estu nour cahyo Mitigasi gerakan massa Desa wukirsari, skoring dan Peta kerentanan
Widodo, 2018 tanah dan batuan kecamatan imogiri, pembobotan Gerakan massa
kabupaten bantul,
DIY
Dheri Rizki Tama, Kajian stabilitas lereng Dusun nglingseng, pemetaan geologi Geometri Lereng,
2017 dan potensi gerakan Desa muntuk, kec. lapangan, serta Teknik Shotcrete dan
massa batuan dengan Dlingo, kab. Bantul, aplikasi metode Rock Bolting
metode markland DIY markland
Andika Gerardus Penentuan zona Gerakan Daerah Srimulyo, Metode Kinematik, Peta zonasi Gerakan
Oratmangun, 2021 massa dan analisis Kec. Piyungan, Kab. Klasifikasi massa massa, geologi,
Kestabilan lereng Bantul, DIY batuan, Metode geomorfologi,
kesetimbangan batas kemiringan lereng,
peta lintasan

1.8 Hipotesis
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Yogyakarta, Jawa (Rahardjo dkk, 1995) daerah
penelitian tersusun oleh Formasi Semilir (Tmse), yang terdiri dari perselingan antara breksi-
tuf, breksi batuapung, tuf dasit dan tuf andesit serta batulempung tufan. Beberapa tempat di
daerah tersebut, sering terjadi gerakan massa yang diakibatkan oleh bidang diskontinuitas
(bidang lemah) pada lerengnya. Sehingga dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:
1. Banyaknya gerakan massa di daerah penelitian, dikontrol oleh ketidakstabilan lereng
yang runtuh akibat kontraksi bidang diskontinuitas (berupa sesar/rekahan maupun
sesar/patahan) maupun tingkat pelapukan yang tinggi.
2. Beragamnya bidang diskontinuitas dan tingkat pelapukan pada lereng pada lereng di
daerah penelitian, menghasilkan tipe dan arah pergerakan massa yang beragam juga.
3. Srimulyo merupakan Daerah yang memiliki morfologi sedang-kuat dan memiliki
litologi gunungapi serta tingkat pelapukan yang tinggi mengakibatkan bencana
longsor yang secara umum disebabkan oleh beberapa faktor yakni : topografi, geologi,
curah hujan dan aktifitas manusia.
4. Kondisi hidrogeologi sangat menentukan terjadinya suatu gerakan tanah dimana
faktornya adalah resapan tanah/ permeabilitas dan pengaruh besarnya tekanan pori
yang akhirnya mengurangi kuat geser tanah atau batuan.
1.9 Asumsi.

Anda mungkin juga menyukai