Anda di halaman 1dari 9

Nama :Richo Eka Prasetya Putra

NIM :1908075
Prodi :Pendidikan Geografi 5B

PENDAHULUAN
Bencana merupakan suatu peristiwa atau rangkaian kejadian yang mengakibatkan korban
penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, sarana dan prasarana serta
dapat menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat
(Sudibyakto, 2011).
Gempa bumi (earthquake) adalah getaran yang terasa dari permukaan bumi, cukup kuat
untuk menghancurkan bangunan utama dan membunuh ribuan orang. Tingkat kekuatan getaran
berkisar dari tidak dirasakan hingga cukup kuat untuk melemparkan orang di sekitar. Gempa
bumi merupakan hasil dari pelepasan tibatiba energi dalam kerak bumi yang menciptakan
gelombang seismik. Kegempaan, seismism atau aktivitas seismik pada suatu daerah mengacu
pada frekuensi, jenis dan ukuran gempa bumi yang terjadi selama periode waktu tertentu. Ketika
episentrum gempa besar terletak di lepas pantai, dasar laut akan tergerus dan cukup untuk
menimbulkan tsunami. Gempa bumi juga bisa memicu tanah longsor, dan aktivitas vulkanik
sesekali.
Kesiapsiagaan merupakan salah satu bagian dari proses manajemen bencana dan didalam
konsep pengelolaan bencana yang berkembang saat ini, peningkatan kesiapsiagaan merupakan
salah satu elemen penting dari kegiatan pengurangan resiko yang bersifat pro-aktif, sebelum
terjadinya bencana (Jan Sopaheluwakan, 2006).
Berdasarkan BPS Jawa Barat (2020), wilayah Jawa Barat terbagi ke dalam 27 kabupaten/
kota, meliputi 18 kabupaten dan 9 kota, serta terdiri dari 626 kecamatan, 641 kelurahan, dan
5.321 desa. Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan struktur geologi yang kompleks
dengan wilayah pegunungan berada di bagian tengah dan selatan serta dataran ren-dah di wilayah
utara (BPS Jawa Barat, 2020). Kompleksnya kondisi geografis wilayah Jawa Barat dengan
jumlah penduduk terpadat di Indonesia menjadikan provinsi ini memiliki risiko bencana yang
tinggi.
Untuk menghindari kerugian akibat bencana tersebut dilakukan tindakan pengelolaan
resiko bencana. Salah satu cara untuk dapat mengelola resiko terjadinya bencana adalah dengan
memperkirakan daerah berpotensi terdampak Gempa Bumi.
KAJIAN PUSTAKA
Konsep dan Terminologi SIG

Konsep peta telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu. Hal ini terbukti dengan telah
banyaknya gambar yang menyerupai peta perjalanan. Salah satunya seperti yang digambarkan
oleh orang-orang Cro-Magnon pada dinding gua di Lascaux Prancis. Pada dinding gua terdapat
gambar hewan dilengkapi dengan garis yang dipercaya sebuah rute migrasi hewan-hewan
tersebut. Dari zaman ke zaman petapun berkembang. Tidak hanya manfaat peta yang akhirnya
disadari semakin luas. Teknologi pembuatan peta itu sendiri juga ikut berkembang.
GIS adalah singkatan dari Geographic Information System. Dalam bahasa Indonesia
sendiri, GIS disingkat SIG yang artinya Sistem Informasi Geografi. Sistem Informasi Geografi
adalah sebuah sistem yang dapat membantu memberikan gambaran yang lebih jelas tentang
informasi dari sebuah tempat. Hasil akhir SIG dapat juga disebut Smart Maps. Hal ini
dikarenakan hasil akhir SIG memang merupakan sebuah peta yang dilengkapi dengan data yang
dibutuhkan oleh si pembuatnya. Smart Map inilah yang nantinya dapat membantu user, baik
dalam menganalisis ataupun mengambil keputusan terhadap suatu daerah.
Sistem Informasi Geografis (SIG) muncul pada tahun 1967. Pertama kali SIG
dipergunakan oleh Departemen Energi, Pertambangan dan sumber daya Ottawa, Ontario,
Kanada. SIG yang pertama dikembangkan oleh Roger Tomlinson yang diberi nama CGIS
(Canadian GIS). SIG ini digunakan untuk menyimpan, menganalisis dan mengolah data yang
dikumpulkan untuk CLI (Canadian Land Inventory = Inventarisasi Tanah Canada). Tujuannya
untuk mengetahui kemampuan lahan di wilayah pedesaan Canada). Sedangkan Roger Tomlinson
sendiri akhirnya mendapat julukan sebagai Bapak SIG (Rencana Induk Sistem Proteksi
Kebakaran (RISPK) Nabire 2009).

Potensi Bencana di Indonesia

Dilihat dari potensi bencana yang ada, Indonesia merupakan negara dengan potensi
bahaya (hazard potency) yang sangat tinggi. Beberapa potensi tersebut antara lain adalah gempa
bumi, tsunami, banjir, letusan gunung api, tanah longsor, angin ribut, kebakaran hutan dan lahan,
letusan gunung api. Potensi bencana yang ada di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 2
kelompok utama, yaitu potensi bahaya utama (main hazard) dan potensi bahaya ikutan (collateral
hazard). Potensi bahaya utama (main hazard potency) ini dapat dilihat antara lain pada peta
potensi bencana gempa di Indonesia yang menunjukkan bahwa Indonesia adalah wilayah dengan
zona-zona gempa yang rawan, peta potensi bencana tanah longsor, peta potensi bencana letusan
gunung api, peta potensi bencana tsunami, peta potensi bencana banjir, dan lain-lain. Dari
indikator-indikator di atas dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki potensi bahaya utama
(main hazard potency) yang tinggi. Hal ini tentunya sangat tidak menguntungkan bagi negara
Indonesia (Permendagri No. 33 Tahun 2006).
Salah satu contohnya yaitu gempa bumi. Gempa dapat terjadi setiap saat. Bencana gempa
banyak menyebabkan kerusakan dan kematian terutama di daerah yang rawan gempa. Getaran
gempa dapat terjadi beberapa detik atau menit. Gempa terjadi karena ada pergeseran lempengan
di bumi. Pergeseran lempengan dapat dibagi menjadi 3, yaitu divergent, convergent, dan lateral.
Pergeseran divergent terjadi jika lempengan menyebar dan terpisah. Pergeseran convergent
terjadi bila lempengan bertabrakan dan merusak satu sama lain.

METODOLOGI
Metode yang digunakan untuk menganalisis potensi rawan bencana dan cara
penanggulangan atau mitigasi bencana sertana pengembangan tata ruang kali ini menggunakan
analisis sebab akibat terhadap potensi bencana yang mengancam terhadap pembangunan
tersebut, serta menyertakan peta-peta yang termasuk faktor-faktor penyebab gempa bumi terjadi
lalu menggunakan metode deskriptif.
Serta untuk mengatasi bencan gempa bumi akan menggunakan metode pendidikan di
sekolah bagi siswa untuk pengenalan dan cara antisipasi dalam menghadapi gempa bumi
nantinya, serta melakukan pengenalan faktor-faktor penyebab dan cara mencegahnya dengan
cara memberikan gambaran melalui peta yang telah dibuat.
GIS merupakan sistem komputer yang mampu memproses dan menggunakan data yang
menjelaskan tentang tempat pada perumukaan bumi. Lebih lanjut GIS didefinisikan sebagai
sekumpulan alat yang terorganisir yang meliputi hardware, software, data geografis dan manusia
yang sumuanya dirancang secara efisien untuk dapat melihat, menyimpan, memperbaharui,
mengolah dan menyajikan semua bentuk informasi bereferensi geografis (ESRI, 1994 dalam
Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) Bangka).
Selanjutnya GIS pada dasarnya dibuat untuk mengumpulkan, menyimpan, dan
menganalisis obyek serta fenomena yang posisi geografisnya merupakan karakteristik yang
penting untuk di analisis (Aronoff, 1989 dalam Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
(RISPK) Bangka). Secara garis besar data dalam GIS dibagi menjadi dua bagian, yaitu data
spasial yang bereferensikan data geografis (koordinat) dan data atribut yang menjelaskan atau
sebagai identitas dari data spasial.
Keunikan GIS jika dibanding dengan sistem pengelola basis data yang lain adalah
kemampuan untuk menyajikan informasi spatial maupun non-spatial secara bersama. Sebagai
contoh data GIS penggunaan lahan dapat disajikan dalam bentuk luasan yang masing-masing
mempunyai atribut penjelasan baik itu tabuler, text, angka, maupun image file.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Jenis Batuan
Batuan atau geologi yang terdapat di lokasi penelitian merupakan wilayah dengan
struktur batuan yang didominasi oleh batuan tuff dan lempung yang di mana hal ini
dipengaruhi oleh gunung yang ada pada Kota Bandung. Lebih dari 50% sebaran batuan
yang terdapat di Kota Bandung didominasi oleh batuan vulkanik.
2. Kemiringan Lereng
Topografi atau kemiringan lereng yang terdapat pada Kota Bandung terbagi
menjadi lima zona klasifikasi yang berbeda, yaitu;
a. 0 – 7% = Datar - landai
b. 7 – 30% = Miring - agak curam
c. 30 – 140% = Curam – sangat curam
d. >140% = Terjal

Kota bandung sendiri di dominasi dengan zona 7% - 30%, hanya ada beberapa
wilayah yang memiliki kemiringan curam. Menandakan bahwa pada wilayah ini berada
pada dataran rendah hingga menengah dengan kemiringan yang di dominasi landai dan
datar, sehingga hanya diperlukan perhatian khusus terhadap beberapa daerah untuk
mencegah dan meminimalkan ke-mungkinan terjadinya bencana tanah longsor.
3. PGA
Berdasarkan peta tersebut diketahui bahwa percepatan tanah maksimum pada
wilayah penelitian sekitar 0,25 – 0,3.
4. Jarak Sesar
Berdasarkan peta jarak sesar daerah babakansari dan kebonjayanti kurang dari
500m, lalu daerah cicaheum, babakansurabaya dan kebon kangkung berada lebih dari
1000m, untuk daerah sisanya berada di antara 500 sampai 1000 m.
5. Peta Bahaya Gempa Bumi Kota Bandung
Pendugaan kawasan bencana zona rawan bencana gempa bumi, berdasarkan
model tersebut parameter yang dibuat untuk menduga kawasan rawan bemcana gempa
bumi meliputi parameter jenis batuan, kemiringan lereng, PGA, dan jarak sesar. Semua
parameter tersebut diklasifikasikan ber-dasarkan nilai skor kemudian diberikan bobot
sesuai kontribusinya masing-masing dan kemudi-an data tersebut diolah. Sehingga di
dapatkan beberapa klasifikasi tingkatan kerawanan bencana gempa bumi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa
Kota Bandung memiliki kemungkinan rendah dan sedang dalam hal terjadinya bencana gempa
bumi. Gempa bumi itu terjadi karena adanya sesar lembang namun untuk besaran gempanya akan
berbeda karena dari sisi bentuk dan letak saja sudah berbeda maka besarannya juga pasti berbeda.
Pada penelitian ini dapat menunjukan zona yang termasuk daerah yang kemungkinan besar
terdampak gempa bumi.
Saran yang dapat saya sampaikan berdasarkan hasil dari data di atas sebaiknya
masyarakat dan pemerintah lebih memperhatikan kembali terkait dugaan adanya bencana gempa
bumi karena apabila terjadi gempa bumi masyarakat tidak panik dan tahu apa yang harus
dilakukannya. Hal itu menjadi peran pemerintah untuk memberikan edukasi terhadap
masyarakatnya.
REFERENSI
https://geo.mapid.io/blog_read/612b97cfa782be7d932322f4
https://jabar.idntimes.com/news/jabar/azzis-zilkhairil/19-kecamatan-di-kota-bandung-berpotensi-
tedampak-gempa-bumi
https://jdpb.bnpb.go.id/index.php/jurnal/article/download/117/117

Anda mungkin juga menyukai