Anda di halaman 1dari 6

BAB I PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda dan dampak psikologis (Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007).
Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis,
hidrologis dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana. Undang-
undang Nomor 24 Tahun 2007 juga mengelompokkan potensi bencana yang ada
di Indonesia menjadi 3 (tiga) jenis bencana yaitu bencana alam, bencana non alam
dan bencana sosial. Ancaman bencana alam yang berpotensi terjadi di Indonesia
dapat berpengaruh terhadap rencana pembangunan jangka menengah dan jangka
panjang Indonesia. Penerapan Undang-undang No 24 Tahun 2007 adalah dengan
dibentuknya Badan Nasional Penanggulangan Bencana pada tanggal… dan
tersedianya Data Dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI) yang dapat diakses
secara online dengan alamat http://dibi.bnpb.go.id.
Menurut UNISDR, Indonesia berada di lima besar negara yang terdampak
bencana selain Amerika Serikat, Tiongkok, India dan Filipina. Samodra, G dkk
(2015) menyebutkan bahwa diharapkan dengan menggunakan DIBI semua
instansi terkait baik pusat ataupun daerah dapat menggunakan data tersebut untuk
mendukung setiap tahapan penanggulangan bencana beserta pelaporan dan
pemantauannya. Berdasarkan DIBI, intensitas bencana di Indonesia terus
mengalami peningkatan. Pada tahun 2017 tercatat bahwa (berapa persen) kejadian
bencana di Indonesia merupakan bencana hidrometeorologi dengan bencana
banjir, kekeringan, putting beliung dan tanah longsor banyak terjadi. Faktor utama
meningkatnya resiko bencana hidrometeorologi adalah akibat perubahan iklim
global (UNHCR, UNISDR, WMO) dan degradasi lingkungan akibat ulah
manusia/antropogenik (sumber). Pertumbuhan penduduk dan pemanfaatan ruang
yang tak terkendali (sumber), urbanisasi (sumber) dan kemiskinan (sumber)
ditengarai menjadi faktor yang meningkatkan ancaman risiko bencana
hidrometeorologi.
Kejadian Bencana Alam Berdasarkan Jenisnya di Indonesia
Tahun 2010 - 2018

2500

2000

1500

1000

500

0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Banjir Tanah Longsor Banjir dan Tanah Longsor


Gelombang Pasang / Abrasi Puting Beliung Kekeringan
Kebakaran Hutan dan Lahan Gempa Bumi Gempa Bumi dan Tsunami
Letusan Gunung Api

Salah satu diantara bencana alam yang rawan terjadi di Indonesia adalah tanah
longsor. Menurut BNPB, tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah
atau batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat
terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng. Salah satu faktor penyebab
longsor menurut Arsjad dan Riadi (2013) adalah adanya bidang luncur yang merupakan
kontak litik (yaitu bidang pertemuan antara lapisan atas yang relative lolos air/porus dan
lapisan bawah yang relative kedap air). Pada bidang ini air tanah mengalir dalam bentuk
resapan (seepage), zona ini banyak mengandung clay akibat pencucian dari lapisan atas.
Kondisi tanah yang labil dengan lereng yang curam adalah daerah rawan longsor apabila
terjadi curah hujan yang tinggi. Longsor dapat mendatangkan risiko bencana baik risiko
sosial maupun risiko ekonomi.

Berdasarkan data BPBD Kabupaten Kuningan, kawasan rawan tanah longsor di


kabupaten Kuningan dengan luas kurang lebih 2.000 hektar meliputi :

1. Kecamatan Cibeureum;

2. Kecamatan Cibingbin;
3. Kecamatan Cilebak;

4. Kecamatan Subang;

5. Kecamatan Selajambe;

6. Kecamatan Cimahi;

7. Kecamatan Ciniru;

8. Kecamatan Ciwaru;

9. Kecamatan Darma;

10. Kecamatan Garawangi;

11. Kecamatan Hantara;

12. Kecamatan Kadugede;

13. Kecamatan Karangkancana;

14. Kecamatan Maleber; dan

15. Kecamatan Nusaherang.

Menurut penelitian Arsjad dan Riadi (2013) sekurang-kurangnya ada 4


identitas permukaan permukaan bumi yang dapat dikenal secara visual dan biasa
digunakan untuk memperkirakan potensi longsor yaitu kerapatan aliran (drainage
density), kemiringan lereng, bentuklahan (geomorfologi), liputan lahan atau
penutup lahan dan curah hujan.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang masalah di atas maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai


berikut :
1. Bagaimana peta ancaman bahaya tanah longsor dan pengukuran Lapangan?
2. Bagaimana peta kerentanan dan kapasitas penduduk terhadap ancaman bahaya tanah longsor?
3. Bagaimana rekomendasi yang tepat dalam rangka mitigasi bencana tanah longsor di Kabupaten
Kuningan dan Majalengka?
Tujuan yang hendak dicapai yaitu:
1. Membuat peta ancaman bahaya tanah longsor dengan data sekunder kemudian dilakukan cek
lapangan.
2. Membuat peta kerentanan dan kapasitas penduduk terhadap ancaman bahaya tanah longsor
3. Membuat peta potensi risiko bencana tanah longsor berdasarkan cek lapangan dan memberikan
rekomendasi kepada stakeholder di Kabupaten Kuningan dan Majalengka bebasis mitigasi
bencana yang terkait dalam rangka pembuatan kebijakan daerah

Luaran Penelitian
Dari luaran Yang Diharapkan adalah :
1. Peta rawan bencana tanah longsor, peta kerentanan dan peta kapasitas
2. Peta potensi risiko bencana tanah longsor berdasarkan cek lapangan
3. rekomendasi dalam rangka mitigasi bencana tanah longsor di Kabupaten Kuningan dan
Majalengka

Membuat peta potensi risiko bencana dengan memperhatikan diagram alir BNPB

a. Membuat peta rawan bencana longsor


Parameter yang digunakan dalam identifikasi rawan longsor yaitu :
1. Kerapatan aliran
2. Kemiringan lereng
3. Bentuklahan
4. Liputan lahan
5. Curah hujan

b. Membuat peta kerentanan


Berdasarkan peta kepadatan penduduk
c. Pembuatan peta kapasitas penduduk (skoring)
Kapasitas penduduk adalah suatukeadaan berkaitan dengan kemampuan masyarakat
dalam menghadapi kemungkinan terjadinya bencana. Parameter dalam data PODES :
1. Tersedianya system peringatan dini
2. Ketersediaan perlengkapan keselamatan
3. Kegotongroyongan masyarakat
4. Keberadaan penyuluhan keselamatan (simulasi menghadapi bencana)
5. Ketersediaan jalur evakuasi

DAFTAR PUSTAKA
Samodra, G. dkk. 2015. Generating landslide inventory by parcipatory mapping :
an example in Purwosari Area, Yogyakarta, Java. Geomorphology 306 : 306-313

Arsjad, A. B. S. M dan Riadi, B. 2013. Potensi Risiko Bencana Alam Longsor


Terkait Cuaca Ekstrim di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Jurnal Ilmiah Geomatika
Volume 19 No. 1 : 57 - 63

Anda mungkin juga menyukai