Anda di halaman 1dari 6

vailable at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.

php/tgeo
e-ISSN: 2622-9528 p-ISSN: 2301-606X Jurnal Tunas Geografi Vol. XX No. XX 20XX

KESESUAIAN PEMETAAN DAERAH POTENSI RAWAN BANJIR


METODE OVERLAY DENGAN KONDISI SEBENARNYA DI KOTA
KENDARI
Suliamin Kasnar1, Muhammad Hasan2, La Arfin3, Andri Estining Sejati4

Program Studi Pendidikan Geografi, Universitas Sembilanbelas November Kolaka


1, 4

Jl. Pemuda No. 399 Kolaka


2
BBPK Makassar
Antang, Makassar
3
Program Studi Pendidikan Geography, Universitas Halu Oleo
Anduonohu, Kendari

Email corresponding: andriest@usn.ac.id

Abstrak

Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara rentan terhadap bencana banjir. Hampir setiap tahun
Kota Kendari mengalami banjir. Hal ini dikarenakan kota Kendari merupakan daerah muara
sungai Wanggu yang berhulu di Konawe Selatan. Tujuan penelitian dalam paper ini adalah untuk
mengetahui persebaran daerah potensi banjir dan kesesuaian dengan kondisi sebenarnya di Kota
Kendari. Jenis penelitian ini deskriptif kuantitatif yang didalamnya mencakup penelitian survey.
Data dalam penelitian ini terdiri atas primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan dengan cara
wawancara secara langsung. Data sekunder diperoleh dalam bentuk peta administrasi, peta jenis
tanah, peta curah hujan, peta penggunaan lahan, peta kemiringan lereng dan peta buffer sungai di
instansi-instansi terkait, serta dokumentasi. Data dianalisis menggunakan metode overlay dengan
pembobotan dan scoring, dengan parameter: kemiringan lereng, jenis tanah, curah hujan, buffer
sungai, dan penggunaan lahan. Hasil menunjukkan bahwa 95% daerah di Kota Kendari rawan
banjir dengan variasi agak, cukup, rawan, dan sangat rawan. Cukup rawan menempati posisi
tertinggi sebesar 10742,51 ha atau 40%. Tingkat kesesuaian peta dengan sebenarnya mencapai
95% artinya hasil analisis spasial dapat digunakan dalam pemetaan tingkat kerawanan banjir di
Kota Kendari.
Kata Kunci: kesesuaian, pemetaan, rawan banjir, overlay

PENDAHULUAN berhubungan dengan permukaan bumi. Menurut


Geografi merupakan ilmu yang mempelajari (Hamdani, Permana, & Susetyaningsih, 2014)
persamaan dan perbedaan fenomena geosfer yang analisa banjir dengan SIG harus merubah semua
dilihat dari sudut pandang kelingkungan dan data variabel utama ke polygon, seperti data curah
kewilayahan dalam konteks keruangan. Fenomena hujan dari microsoft excel ke polygon.
geosfer salah satunya tentang banjir. Banjir dapat Pemetaan merupakan salah satu fungsi sistem
dianalisis dengan sistem informasi geografi terkait informasi geografis. Banyak fenomena yang bisa
faktor fisik yang menghasilkan daerah yang dipetakan di permukaan bumi, seperti: daerah
berpotensi. Menurut (Mardikaningsih, Muryani, & industri, penduduk, kawasan hutan, pertambangan,
Nugraha, 2017) cara mengetahui kerentanan banjir dan bencana alam. Bencana alam yang sering
dengan melihat faktor fisik suatu wilayah. terjadi di Sulawesi Tenggara adalah banjir.
Sistem informasi geografis (SIG) merupakan Menurut (Rusdiyanto, 2017) pemetaan merupakan
sistem bebasis komputer, yang dirancang untuk upaya pengelompokkan suatu wilayah yang
bekerja dengan menggunakan data yang memiliki berkaitan dengan beberapa letak geografis meliputi:
informasi spasial. SIG menggunakan berbagai jenis dataran tinggi, pegununggan, sumber daya dan
data, seperti point, line dan polygon. Data utama potensi penduduk yang berpengaruh terhadap sosial
dalam pemetaan area banjir adalah polygon. Data kultural yang memiliki ciri khas khusus. Menurut
point dan line bersifat pelengkap. Menurut (Gunadi, Nugraha, & Suprayogi, 2015) untuk dapat
(Wibowo, Kanedi, & Jumadi, 2015) SIG memetakan multi bencana banjir dan longsor
mengumpulkan, memeriksa, mengintegrasikan, dan diperlukan sistim informasi geografis.
menganalisa informasi-informasi yang

Judul Artikel…|1
Jurnal Tunas Geografi Vol. 4 No. 1 2015

Banjir adalah aliran air di permukaan tanah data dalam bentuk angka atau tabel yang belum
yang relatif tinggi dan tidak dapat ditampung oleh terpetakan. Perolehan data yang dalam angka dan
saluran drainase atau sungai sehingga melimpah ke tabel dalam penyajiannya sudah cukup mudah
kanan dan ke kiri serta menimbulkan genangan atau untuk dibaca oleh para pembaca, tetapi data itu
aliran dalam jumlah melebihi normal dan mempunyai kelemahan karena tidak memberikan
mengakibatkan kerugian. Banjir merupakan gambaran informasi mengenai distribusi spasialnya.
peristiwa terjadi genangan pada daerah datar sekitar Menurut (Hamdani et al., 2014) pemetaan banjir
sungai yang tidak mampu di tampung oleh sungai. merupakan salah satu upaya untuk mengendalikan
Banjir merupakan hasil interaksi antara manusia banjir atau kerugiannya.
dengan alam dan sistem alam yang timbul dari Kemajuan teknologi spasial dalam geografi
proses dimana mencoba menggunakan lahan untuk memungkinkan identifikasi daerah rawan banjir
berbagai aktivitas. Penggunaan lahan merupakan dapat dengan cepat dan akurat. Perkembangan
variabel yang dinilai dalam kerentanan banjir suatu teknologi SIG yang memberikan kemudahan bagi
wilayah (Cahyono, 2016; Findayani, 2018; Mahfuz, para pengguna data spasial untuk menyimpan,
2016; Mardikaningsih et al., 2017). Menurut mengolah, dan menganalisis data spasial yang
(Masyhuri, 2019) perubahan penggunaan lahan dimiliki dengan lebih mudah, lebih cepat, dan
menjadi lahan pemukiman atau lahan terbangun interaktif. Menurut (Mahfuz, 2016) SIG
menyebabkan peningkatan jumlah titik banjir di merupakan sistem teknologi komputer yang sangat
Kecamatan Denai. kuat dalam menangani basis data spasial maupun
Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara nonspasial, merelokasikan lokasi geografis dengan
rentan terhadap bencana banjir. Hampir setiap informasi deskripsinya sehingga pengguna mudah
tahun Kota Kendari mengalami banjir. Hal ini membuat peta dan menganalisa informasinya
dikarenakan kota Kendari merupakan daerah muara dengan berbagai cara.
sungai Wanggu yang berhulu di Konawe Selatan. Kajian pemetaan daerah rawan banjir di Kota
Banjir terjadi di beberapa kecamatan akibat Kendari perlu dilakukan identiifikasi kawasan
limpasan air dari sungai Wanggu. Banjir paling rawan banjir dalam upaya pengelolaan kawasan
besar terjadi pada bulan Juni tahun 2013 yang rawan banjir yang lebih bagus. Keberadaan
mengakibatkan kerusakan sarana dan prasarana penyajian data tentang persebaran lokasi banjir
fasilitas umum, kebun, sawah, dan daerah dalam bentuk peta akan sangat membantu dalam
permukiman terutama pada daerah sekitar alur dan perencanan dan pengambilan keputusan ataupun
muara sungai Wanggu. Sungai merupakan faktor tindakan lebih lanjut terhadap masalah banjir baik
penting yang perlu diperhatikan dalam kasus banjir sekarang maupun masa yang akan mendatang.
(Hamdani et al., 2014; Mahfuz, 2016; Masyhuri, Menurut (Sejati, Hasan, & Hidayati, 2019)
2019) kesiapsiagaan bencana dapat dilakukan dengan
Letak topografi juga menjadi salah satu sebab partisipasi masyarakat mengikuti arahan bencana
terjadinya banjir di kendari hal ini di karenakan yang didalamnya berisi penjelasan bencana salah
terkhusus daratan kendari merupakan dataran satunya dengan peta bencana.
rendah sehingga limpasan air dari dataran tinggi Kesesuaian hasil pemetaan daerah rawan banjir
langsung menuju Kota Kendari dan juga sungai- dapat dilakukan untuk mengecek hasil analisis
sungai besar yang kebanyakan bermuara di teluk spasial SIG. Kesesuaian menguatkan peta potensi
kendari sehingga hal inilah yang menyebabkan banjir yang telah dibuat (Gunadi et al., 2015).
banjir ketika air permukaan tidak mampu lagi di Tujuan penelitian dalam paper ini adalah untuk
tampung oleh sungai sehingga mengakibatkan mengetahui persebaran daerah potensi banjir dan
banjir Banjir dikota kendari juga di sebabkan kesesuaian dengan kondisi sebenarnya di Kota
percepatan pertumbuhan kawasan permukiman Kendari.
yang membuat daerah resapan menjadi berkurang.
Berdasarkan hasil analisis, untuk daerah rawan METODE
banjir dikota kendari terdapat 7 kecamatan yakni, Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
kecamatan kambu, baruga, poasia, wua-wua, kadia, Desember 2018-Januari 2019 di Kota Kendari
mandonga, dan kendari barat. Menurut (Prima & Sulawesi Tenggara. Jenis penelitian ini deskriptif
Nurman, 2019) infiltrasi dan perkolasi menjadi kuantitatif yang didalamnya mencakup penelitian
potensi penyebab banjir jika resapan kecil atau survey. Data dalam penelitian ini terdiri atas primer
berkurang. dan sekunder. Data primer berupa survei dan
Cara mengkaji kerentanan dan daerah rawan pengamatan secara langsung di lapangan, dalam
banjir di Kota Kendari perlu dilakukan identifikasi proses pengumpulan data di lapangan dilakukan
dari kondisi fisik dalam bentuk basis data spasial dengan cara wawancara secara langsung dan
yang terstruktur dengan baik, sehingga mudah dokumentasi terkait dengan area yang terkena
untuk diperbaharui, dianalissa, diaktifkan dan banjir di kota kendari. Data sekunder digunakan
diwujudkan dalam bentuk peta. Selama ini bentuk untuk mendukung informasi primer yang telah
informasi mengenai data lokasi banjir masih berupa diperoleh dalam bentuk peta administrasi, peta jenis

2| Vol XX No. X – 20XX


vailable at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/tgeo
e-ISSN: 2622-9528 p-ISSN: 2301-606X Jurnal Tunas Geografi Vol. XX No. XX 20XX

tanah, peta curah hujan, peta penggunaan lahan, Analisis nilai kerawanan dan resiko sutu daerah
peta kemiringan lereng dan peta buffer sungai di terhadap banjir menggunakan persamaan
instansi-instansi terkait. (Primayuda, 2006) berikut:
Analisis data menggunakan metode overlay
dengan Pembobotan dan scoring, dengan beberapa
parameter-parameter tersebut yaitu, kemiringan
lereng, jenis tanah, curah hujan, buffer sungai, dan Dimana K berarti nilai kerawanan, Wi untuk bobot
penggunaan lahan. Parameter-parameter dalam parameter ke-i dan Xi untuk skor kelas pada
bentuk skoring dengan bobot dan nilai yang sesuai parameter ke-i.
dengan pengklasifikasian masing-masing parameter
kemudian dilakukan overlay menggunakan HASIL DAN PEMBAHASAN
software QGIS. Pembobotan kemiringan lereng, Result
jenis tanah, dan penggunaan lahan berdasarkan Berikut hasil overlay empat variabel yang
(Darmawan, Hani’ah, & Suprayogi, 2017). menunjukkan daerah rawan banjir di Kota Kendari.
Pembobotan jarak DAS berdasarkan (Lumban Batu
& Fibriani, 2017). Pembobotan curah hujan
berdasarkan (Faizana, Nugraha, & Yuwono, 2015).

Tabel 1. Hasil Overlay 5 Variabel Kerawanan Banjir di Kota Kendari


Luasan (hektar) Persentase (%)
No Klasifikasi Kerawanan

1 Tidak rawan (aman) 1220,46 5


2 Agak rawan 3953,55 15
3 Cukup rawan 10742,51 40
5 Rawan 7624,53 28
6 Sangat rawan 3281,75 12
Jumlah 26822,8 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2019

Kesesuaian daerah bencana banjir pada peta kevalidan dari proses kesesuaian dengan
dan keadaan di lapangan dilakukan validasi sebenarnya sudah cukup akurat atau 95% sesuai
langsung dengan cara mengambil beberapa sampel dan hasil analisis spasial ini dapat digunakan dalam
koordinat lapangan dengan menggunakan data pemetaan tingkat kerawanan banjir di Kota
Laporan Bencana Umum 2017 yang di peroleh dari Kendari. Menurut (Gunadi et al., 2015)
Badan Penanggulangan Bencana. kesesuaian resiko banjir di Banyumas
Berdasarkan data Laporan Bencana Umum mendapatkan angka 66,667% dan termasuk
2017 Dari 24 data validasi yang dilakukan baik. Berikut peta kerawanan bencana banjir Kota
dilapangan di peroleh titik sampel validasi 5 titik Kendari hasil pengolahan data dengan metode
untuk rawan banjir, agak rawan 1 titik, cukup overlay.
rawan 6 titik, sangat rawan 12 titik. Tingkat

Judul Artikel…|3
Jurnal Tunas Geografi Vol. 4 No. 1 2015

Gambar 1. Peta Rawan Banjir Kota Kendari


Dari penjelasan data parameter di atas dapat di infiltrasi. Jenis tanah Regosol, Latasol tersebar di
simpulkan bahwa Kota Kendari memiliki potensi Kec Abeli, Poasia, Kendari, Kendari Barat yang
rawan banjir di tinjau dari kondisi fisik seperti dikategorikan sebagai jenis tanah yang sangat peka
kemiringan lereng yang sebagian wilayahnya yang terhadap infiltrasi. Jenis tanah Low Humic Gley,
sebagian wilayahnya didiminasi dataran rendah Acid Sulfat Soil tersebar di kecamatan Kadia,
dengan 15-25% seluas 8199,00 ha dan 0-8% seluas Kambu, Wua-wua, dan sebagaian Kecamatan
5699,37 ha. Kota Kendari dikelilingi barisan Mandonga yang tidak peka terhadap infiltrasi dan
perbukitan dan dataran rendah yang sewaktu-waktu kemudian di dukung dengan beberapa di area ini
bisa saja terjadi genangan dibeberapa titik sering terjadi banjir karena bentuk kelerengannya
khususnya kemiringan lereng 0-8%. (Prima & sangat rendah hal inilah yang menyebabkan di
Nurman, 2019) permasalahan banjir di Kota Medan beberapa kecamatan di kota kendari sering terjadi
merupakan kombinasi dari curah hujan tinggi, banjir seperti Kecamatan Baruga, Kambu, Poasia,
topografi rendah, dan vegetasi atau tutupan lahan Kadia, dan beberapa Kecamatan lainnya di Kota
yang kurang. Kendari. Menurut (Santosa, Suprayogi, &
Curah hujan ikut mempengaruhi terjadinya Sudarsono, 2015) faktor tanah dalam bentuk peta
banjir. Beberapa faktor yang memicu curah hujan jenis tanah yang memiliki bobot 3.
tetap dijadikan sebagai faktor banjir salah satunya Kota Kendari di lalui dua sungai besar yaitu
proses pendangkalan di teluk Kendari yang sungai Wanggu dan sungai Sampara yang ketika
mengakibatkan volume air laut mengalami terjadi hujan yang cukup tinggi maka akan
peningkatan cukup signifikan dan akhirnya menyebabkan luapan air sungai tersebut merupakan
berdampak pada aliran sungai yang bermuara ke salah satu penyebabnya sedimentasi yang di teluk
teluk Kendari. Pembangunan drainase yang tidak Kendari sehingga menyebabkan meningkatnya
terpola dengan baik, drainase dijadikan sebagai debit air dan secara otomatis berpengaruh dengan
tempat pembuangan sampah dan tertimbunnya volume debit di aliran sungai sehingga akan meluap
saluran drainase. Menurut (Mardikaningsih et al., di area pemukiman. Menurut (Findayani, 2018)
2017) banjir disebabkan oleh curah hujan yang banjir merupakan tanah tergenang akibat luapan
berlebihan yang membanjiri kebanyakan pada sungai yang disebabkan curah hujan yag tinggi atau
dataran banjir. kiriman dari daerah lain yang berada di tempat
Jenis tanah ikut berperan penting dalam proses lebih tinggi.
terjadinya banjir karna berkaitan langsung dengan Dari kelima faktor penentu zona rawan banjir,
lamanya tanah tersebut melakukan infiltrasi faktor yang paling besar adalah faktor yang
sehingga tidak terjadi aliran permukaan yang bisa mempengaruhi kondisi resapan air yaitu kemiringan
terjadi banjir. Jenis tanah di Kota Kendari sangat lereng kemudian jaringan sungai. Pola pengaturan
beragam seperti: tanah Acid Sulfat Soil berada dan pemeliharaan jaringan sungai yang buruk dapat
dipesisir Kec. Kadia dan sebagian wilayah Kambu menyebabkan terjadinya limpasan serta genangan
dan poasia yang dikategorikan senagai jenis tanah air. Akibat dari pengaturan dan pemeliharaan
yang tingkat kepekaannya tidak peka terhadap jaringan sungai yang buruk seperti bendungan

4| Vol XX No. X – 20XX


vailable at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/tgeo
e-ISSN: 2622-9528 p-ISSN: 2301-606X Jurnal Tunas Geografi Vol. XX No. XX 20XX

rubuh maupun erosi di sungai-sungai utama seperti Wua-wua yang tersebar hampir secara keseluruhan
sungai Wanggu dan sungai Sampara yang tidak Kota Kendari (di tandai dengan warna Kuning pada
ditanggulangi menyebabkan terjadinya sedimentasi peta). Sebaran kawasan yang Agak Rawan Bencana
sungai. Pendangkalan sungai menjadi sebab yang Banjir meliputi, Kecamatan Abeli, Baruga,
sering dijumpai di berbagai daerah karena Kendari, Kendari Barat, Mandonga, Puuwatu, yang
menyebabkan debit air yang ditampung sungai (di tandai dengan warna Hijau Muda pada peta).
semakin berkurang (Gunadi et al., 2015; Santosa et Wilayah yang di kategorikan Aman (Tidak Rawan
al., 2015). Bencana Banjir) Meliputi Kecamatan Abeli,
Kemiringan lereng yang rendah dan pola Baruga, Kambu, Kendari, Kendari Barat,
jaringan sungai Wanggu yang tidak baik maka akan Mandonga, dan Poasia yang (di tandai dengan
mempercepat genangan air sehingga meyebabkan dengan warna Hujau pada peta).
terjadinya banjir sama halnya yang terjadi di Bencana banjir Kota Kendari cukup
Kampung Salo dan Gunung Jati terjadinya banjir di dipengaruhi karakteristik fisik wilayahnya salah
area tersebut di sebabkan oleh faktor kelerengan, satunya kemiringan lerengnya yang hampir secara
jaringan sungai dan pola sistem drainase yang keseluruhan wilayahnya itu datar, selain itu juga
belum terpola dengan baik sehingga berpelang faktor meteorologi, daya tampung air aliran sungai
besar akan terjadi limpasan yang akan di tambah lagi dengan adanya pendangkalan teluk
menyebabkan terjadinya banjir walaupun dalam sehingga ini berpengaruh pada aliran sungai dan
kurun waktu yang tidak terlalu lama. Menurut ketika terjadi hujan yang intensitasnya tinggi maka
(Prima & Nurman, 2019) kemiringan lereng dan air sungai akan meluap dan terjadi banjir.
sistim drainase menjadi potensi penyebab banjir di Keberadaan peta rawan banjir Kota Kendari dapat
sub DAS Babura. dijadikan acuhan pemerintah, BPBD, dan
Sama halnya yang terjadi di area pemukiman masyarakat dalam menyikapi bencana banjir
Wanggu jika dikaji dari kelima parameter area dengan data digital yang mudah diperbaharui.
tersebut merupakan area yang rentan terhadap Menurut (Hasanudin & Ilyas, 2017) SIG
bencana banjir karena jika dilihat dari kemiringan terorganisir terdiri atas perangkat keras, perangkat
lereng dan jaringan sungainya yang berada pada lunak, data, dan personil yang dirancang secara
sempadan sungai yang sewaktu-waktu jika terjadi efisien atau cepat untuk memperoleh, menyimpan,
luapan sungai maka akan terjadi genangan yang mengubah, memanipulasi dan menampilkan semua
menyebabkan bencana banjir. Menurut (Mahfuz, bentuk informasi.
2016) daerah sempadan sungai merupakan daerah
banjir, tetapi di perkotaan daerah ini seringkali KESIMPULAN
ditinggali yang menyebabkan banjir
Hampir seluruh wilayah di Kota Kendari atau
membahayakan jiwa dan harta.
Mengacu pada bentukan fisik dari Kota sebesar 95% rawan banjir dengan variasi agak
Kendari dapat di kategorikan sebagai kawasan rawan, cukup rawan, rawan, dan sangat rawan.
rawan banjir yang hampir seluruh wilayahnya Cukup rawan menempati posisi tertinggi sebesar
didominasi rawan banjir. Sebaran banjir Kota 10742,51 hektar atau 40%. Tingkat kesesuaian peta
Kendari meliputi area yang cukup luas hampir dengan sebenarnya mencapai 85% artinya hasil
secara keseluruhan Kota Kendari di kategorikan analisis spasial dapat digunakan dalam pemetaan
sebagai kawasan rawan banjir, hal ini ditijau dari 5
tingkat kerawanan banjir di Kota Kendari.
parameter yang di tumpang tindihkan (overlay).
Menurut (Lestari, Kanedi, & Arliando, 2016)
daerah rawan banjir merupakan daerah yang REFERENSI
memiliki curah hujan yang tinggi, bebatuan dengan Cahyono, H. (2016). Pembuatan peta jalur evakuasi
memiliki daya serap air rendah, sekitar sungai dan berbasis sistem informasi geografis untuk
menjadi aliran air sungai, permukiman padat dan sosialisasi kesiapsiagaan stakeholder dalam
kumuh, serta pernah mengalami bencana banjir. menghadapi bencana banjir. Jurnal Geografi:
Wilayah yang memiliki tingkat sangat rawan Media Informasi Pengembangan dan Profesi
banjir meliputi Kecamatan Kadia, Baruga, Kambu, Kegeografian, 13(2), 136–149.
Poasia, dan sebagian wilayah Mandonga, Kendari https://doi.org/10.15294/jg.v13i2.7972
Barat, Abeli, Puuwatu, Wua-wua (di tandai dengan Darmawan, K., Hani’ah, H., & Suprayogi, A.
warna Merah pada Peta). Kawasan Rawan Bencana (2017). Analisis tingkat kerawanan banjir di
Banjir (di tandai dengan warna Orange pada Peta) kabupaten sampang menggunakan metode
tersebar di sebagian besar Kecamatan Abeli, overlay dengan scoring berbasis sistem
Baruga, Kadia, Kambu, Kendari Barat, Mandonga, informasi geografis. Jurnal Geodesi Undip,
Puuwatu, Wua-wua. 6(1), 31–40. Retrieved from
Kawasan Cukup Rawan Bencana Banjir https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/geode
meliputi Kecamatan Abeli, Baruga, Kadia, Kambu, si/article/view/15024
Kendari, Kendari Barat, Mandonga, Puuwatu, dan

Judul Artikel…|5
Jurnal Tunas Geografi Vol. 4 No. 1 2015

Faizana, F., Nugraha, A.L., & Yuwono, B.D. kecamatan medan denai. Tunas Geografi,
(2015). Pemetaan risiko bencana tanah 7(2), 127.
longsor kota semarang. Jurnal Geodesi https://doi.org/10.24114/tgeo.v7i1.7192
Undip, 4(1), 223–234. Retrieved from Prima, W., & Nurman, A. (2019). Analisis potensi
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/geode penyebab banjir sub-das babura dengan
si/article/view/7669 menggunakan penginderaan jauh dan sistem
Findayani, A. (2018). Kesiapsiagaan masyarakat informasi geografis. Tunas Geografi, 7(1),
dalam penanggulangan banjir di kota 17. https://doi.org/10.24114/tgeo.v7i1.12225
semarang. Jurnal Geografi: Media Informasi Primayuda, Aris. 2006. Pemetaan Daerah Rawan
Pengembangan dan Profesi Kegeografian, dan Resiko Banjir Menggunakan Sistem
12(1), 102–114. Informasi Geografis, Skripsi Institut
https://doi.org/10.15294/jg.v12i1.8019 Pertanian Bogor, Bogor.
Gunadi, B. J. A., Nugraha, A. L., & Suprayogi, A. Rusdiyanto, R. (2017). Sistem informasi goegrafis
(2015). Aplikasi pemetaan multi risiko pemetaan fasilitas umum di kecamatan
bencana di kabupaten banyumas lubuklinggau utara 1 kota lubuklinggau.
menggunakan open source software gis. JUTIM (Jurnal Teknik Informatika
Jurnal Geodesi Undip, 4(4), 287–296. Musirawas), 2(2), 99–105.
Retrieved from https://doi.org/10.32767/JUTIM.V2I2.153
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/geode
Santosa, W. W., Suprayogi, A., & Sudarsono, B.
si/article/view/9955
(2015). Kajian pemetaan tingkat kerawanan
Hamdani, H., Permana, S., & Susetyaningsih, A. banjir dengan menggunakan sistem
(2014). Analisa daerah rawan banjir informasi geografis (Studi Kasus : DAS
menggunakan aplikasi sistem informasi Beringin, Kota Semarang). Jurnal Geodesi
geografis (studi kasus pulau bangka). Jurnal Undip, 4(2), 185–190. Retrieved from
STT-Garut, 12, 1–13. Retrieved from https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/geode
http://jurnal.sttgarut.ac.id/index.php/konstruk si/article/view/8518
si/article/download/283/257
Sejati, A. E., Hasan, M., & Hidayati, D. N. (2019).
Hasanuddin, A. & Ilyas. (2017). Sistem informasi People participation ngancar district kediri
giografis pemetaan madrasah kabupaten regency for efforts mount kelud eruption
indragiri hilir. Jurnal Sistemasi, 6(1), 20–24. disaster mitigation. Harmoni Sosial: Jurnal
Lestari, R. W., Kanedi, I., & Arliando, Y. (2016). Pendidikan IPS, 6(1).
Sistem informasi geografis (sig) daerah rawan https://doi.org/10.21831/HSJPI.V6I1.27847
banjir di kota bengkulu menggunakan Wibowo, K. M. W. M., Kanedi, I., & Jumadi, J.
arcview. Jurnal Media Infotama, 12(1). (2015). Sistem informasi geografis (sig)
Retrieved from menentukan lokasi pertambangan batu bara di
https://jurnal.unived.ac.id/index.php/jmi/articl provinsi bengkulu berbasis website. Jurnal
e/view/271 Media Infotama, 11(1). Retrieved from
Lumban Batu, J. A. J., & Fibriani, C. (2017). https://jurnal.unived.ac.id/index.php/jmi/articl
Analisis penentuan lokasi evakuasi bencana e/view/252
banjir dengan pemanfaatan sistem informasi
geografis dan metode simple additive
weighting. Jurnal Teknologi Informasi dan
Ilmu Komputer, 4(2), 127.
https://doi.org/10.25126/jtiik.201742315
Mahfuz, M. (2016). Analisis data spasial untuk
identifikasi kawasan rawan banjir di
kabupaten banyumas provinsi jawa tengah.
Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang
Teknik Geodesi, 1(1). Retrieved from
https://jom.unpak.ac.id/index.php/teknikgeod
esi/article/view/507
Mardikaningsih, S. M., Muryani, C., & Nugraha, S.
(2017). Studi Kerentanan Arahan Mitigasi
Bencana Banjir di Kecamatan Puring
Kabupaten Kabumen. Jurnal Geo Eco, 3(2),
157–163. Retrieved from ererere
Masyhuri, W. (2019). analisa perubahan
penggunaan lahan terhadap potensi banjir di

6| Vol XX No. X – 20XX

Anda mungkin juga menyukai