Anda di halaman 1dari 10

TUGAS RANGKUMAN JURNAL OVERLAY DAN SIG

DALAM PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Pemetaan Dasar
Dosen Pengampu :Idham Nugraha, S.Si, M.Sc

Di Susun Oleh

LAILATUL HASNAH
(213410359)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

2022
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami Panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya.Makalah tugas ini membahas tentang “Rangkuman Jurnal Overlay atau SIG untuk
kegiatan Perencanaan Wilayah dan Kota ”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pemetaan Dasar.Selain
itu,makalah ini juga bertujuan menambah wawasan Pembaca tentang pemanfaatan Overlay
atau SIG dalam konteks Perencanaan Wilayah dan Kota.Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Idham Nugraha, S.Si, M.Sc selaku dosen pengampu mata kuliah Pemetaan Dasar
yang telah membimbing penulis.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis,penulis menyadari
bahwa dalam pembuatan makalah kali ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materi,banyak ditemukan kekurangan.Oleh sebab itu,penulis mohon
maaf apabila ada kesalahan ataupun kekurangan dalam makalah ini,kritik dan saran dari
pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan laporan penulis selanjutnya.Akhir
kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Pekanbaru ,Juni 2022

Penulis
Nama Jurnal :Kesesuaian Rencana Tata Ruang Wilayah Terhadap Resiko Bencana
Rob dan Genangan Di Wilayah Pesisir Kota Semarang
Penulis :V.R. Maulana¹, I. Buchori²
Tahun Terbit :2016
Penerbit :Open Acces
Volume :5
Halaman :41-50

Kesesuaian Rencana Tata Ruang Wilayah Terhadap Resiko Bencana Rob Dan Genangan Di
Wilayah Pesisir Kota Semarang

Kesesuaian Rencana Tata Ruang Wilayah adalah untuk mengetahui seberapa


keseuaian Rencana Tata Ruang Wilayah dalam menata penggunaan lahan pada daerah yang
memiliki resiko terhadap rob dan genangan di wilayah pesisir Kota Semarang.

Wilayah pesisir di Kota Semarang mencakup 8 (delapan) kecamatan yaitu Kecamatan


Tugu,Kecamatan Semarang Barat,Kecamatan Semarang Tengah,Kecamatan Semarang
Utara,Kecamatan Semarang Timur,Kecamatan Gayamsari,Kecamatan Semarang Selatan,
Kecamatan Genuk,dan Kecamatan Pedurungan.

Perubahan tata guna lahan di Wilayah Pesisir Kota Semarang terjadi sangat cepat
siring dengan pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi.

Perubahan penggunaan lahan ini berdampak besar pada sistem drainase.Gambar 1.


Peta Lokasi Studi Wilayah Pesisir Kota Semarang (Bappeda, 2010)Untuk mengetahui
kesesuaian rencana tata ruang wilayah terhadap resiko bencana rob dan genangan di
wilayah pesisir Kota Semarang pembahasan yang harus dilakukan adalah mengenai rawan
bencana rob dan genangan yang ada di Kota Semarang,bahaya (Hazard) merupakan suatu
kondisi,secara alamiah atau dapat disebabkan oleh ulah manusia,yang berpotensi
menimbulkan kerusakan atau kerugian dan kehilangan jiwa manusia.

Pembahasan selanjutnya mengenai kerentanan bencana rob dan genangan di Kota


Semarang, kerentanan (Vulnerability) merupakan sekumpulan kondisi dan atau suatu akibat
keadaan (faktor fisik,sosial,ekonomi dan lingkungan) yang berpengaruh buruk terhadap
upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan bencana (Oxfam,2012).

Genangan air pasang atau rob terjadi terjadi di beberapa bagian wilayah Kota
Semarang pada saat terjadi air laut pasang,khususnya pada saat terjadi pasang
purnama.Rencana Tata Ruang Wilayah mengarahkan pembangunan dengan memanfaatkan
ruang wilayah secara berdaya guna,berhasil guna,serasi,selaras,seimbang,dan berkelanjutan
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan.

Didalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang memuat mengenai


penanggulangan bencana.Kawasan rawan bencana alam yang terdapat pada Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Semarang pasal 58 meliputi kawasan rawan bencana rob dan
genangan,kawasan rawan abrasi,kawasan rawan bencana banjir,kawasan rawan bencana
gerakan tanah dan lonsor,dan kawasan rawan bencana angina topan.

Dalam mengatasi permasalahan pada kawasan rawan bencana pemerintahan Kota


Semarang membuat rencana tentang pengelokaan kawasan rawan bencana yang tercantum
pada Rencana Tata Ruang Wilayah.Sistem informasi geografis (SIG) merupakan alat
multidisiplin untuk data spasial penanganan di lingkungan geografis.

Berdasarkan hasil dari analisis yang didapatkan dalam kesesuaian Rencana Tata
Ruang Wilayah terhadap resiko bencana rob dan genangan di wilayah pesisir Kota
Semarang didapatkan:
• Analisis Rawan Bencana Rob Dan Genangan
Faktor utama yang mempengaruhi terjadinya bencana tersebut diataranya topografi,
curah hujan, penggunaan lahan dan jenis tanah.
• Analisis Kerentanan Kondisi Fisik Di Wilayah Pesisir Kota Semarang
Faktor utama yang mempengaruhi kerentanan kondisi fisik di wilayah pesisir tersebut
diataranya penurunan tanah, kepadatan bangunan, kondisi drainase, kondisi DAS dan
kerapatan sungai, dan kondisi jalan.
• Analisis Resiko Bencana Rob Dan Genangan Di Wilayah Pesisir Kota Semarang
Analisis resiko didapatkan dari analisis skoring dan analisis overlay dari 2 kriteria yaitu
peta rawan bencana rob dengan peta kerentanan kondisi fisik di wilayah pesisir Kota
Semarang.
• Analisis Kesesuaian Rencana Tata Ruang Wilayah Terhadap Resiko Bencana Rob Dan
Genangan Di Wilayah Pesisir Kota Semarang

Secara keseluruhan hasil dari analisis Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) terhadap
resiko bencana rob dan genangan di wilayah pesisir Kota Semarang sekitar 84% dari luas
wilayah penggunaan lahan pesisir kota Semarang 12894,09 Ha dikatakan sesuai dengan
RTRW kaitannya dengan tata guna lahan tersebut memiliki upaya untuk meminimalkan
resiko bencana rob dan genangan. Sedangkan, 16% dari luas wilayah penggunaan lahan
pesisir kota Semarang dikatakan tidak sesuai dengan RTRW kaitannya dengan tata guna
lahan tersebut tidak memiliki upaya untuk meminimalkan resiko bencana rob dan
genangan.
Nama Jurnal :Aplikasi Geospasial Untuk Analisis Potensi Bahaya Longsor Menggunakan
Metode Weighted Overlay (Studi Kasus Kabupaten Kudus,Jawa Tengah)

Penulis :Nurfaiz Fathurrahman Yasien1,Felia Yustika,Intan Permatasari1,Muthiah Sari


Tahun Terbit :2021
Penerbit :Jurnal Geosains dan Remote Sensing (JGRS)
Volume :2
Nomor :1
Halaman :33-40

Penelitian ini juga menggunakan data analisis Boolean,dengan parameter yaitu data
kelerengan,data curah hujan,data jenis tanah,data tutupan lahan,data infrastruktur,dan
data struktur geologi.Dan wilayah tingkat longsor tinggi pada Kabupaten Kudus adalah
sebagian Kecamatan Jekulo,Kecamatan Dewe dan Kecamatan Gebog.

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya bencana tanah longsor,di
antaranya seperti hujan lebat dengan waktu yang relatif lama,lereng gunung yang gundul
dan kondisi tanah yang tidak stabil sehingga dapat membuat tanah-tanahini tidak mampu
menahan air di saat terjadi hujan yang sangat lebat.

Sehingga dapat memberikan informasi mengenai wilayah-wilayah di Kabupaten


Kudus yang memiliki kerawanan terjadinya bencana tanah longsor yang kemudian dari hasil
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam melakukan upaya pencegahan.
Kemudian dideskripsikan pemanfaatan SIG dalam analisis potensi bencana tanah longsor di
Kabupaten Kudus.Dengan menggabungkan data curah hujan,data struktur geologi,data
kemiringan lereng,data jenis tanah,data infrastruktur,dan data tutupan lahan yang telah
dioverlay sebelumnya dapat memberikan informasi dalam penanggulangan bencana alam.

Berikut ini adalah jenis-jenis tanah yang ada di Kabupaten Kudus dan
penyebarannya:

• Jenis tanah andosol.Jenis tanah ini tersebar di Kecamatan Dawe dan Kecamatan
Gebog.Jenis tanah grumosol mediteran.Jenis tanah ini tersebar di Kecamatan Jekulo
Kecamatan Gebog,dan Kecamatan Dawe.

• Jenis tanah latosol merah.Jenis tanah ini tersebar di Kecamatan Gebog dan Kecamatan
Kaliwungu.

• Jenis tanah latosol coklat.Jenis tanah ini tersebar di Kecamatan Gebog dan Kecamatan
Dawe.

• Jenis tanah litosol grumosol.Jenis tanah ini tersebar di Kecamatan Jekulo,Kecamatan


Gebog, dan Kecamatan Dawe.

• Jenis tanah mediteran.Jenis tanah ini tersebar di Kecamatan Jekulo,Kecamatan Dawe,


Kecamatan Gebog,Kecamatan Bae,Kecamatan Kota,Kecamatan Jati,Kecamatan
Mejobo,dan Kecamatan Kaliwungu.

• Jenis tanah aluvial coklat.Jenis tanah ini paling banyak dijumpai di Kecamatan Jati,
Kecamatan Undaan,Kecamatan Jekulo,Kecamatan Mejobo,dan Kecamatan
Kaliwungu.

Pendugaan kawasan bencana zona rawan bencana tanah longsor dilakukan dengan
menggunakan model pendugaan yang bersumber pada penelitian yang dilakukan oleh
Puslittanak tahun 2004.Berdasarkan model tersebut parameter yang dibuat untuk menduga
kawasan rawan longsor meliputi parameter jenis tanah,penutupan lahan,jenis batuan,curah
hujan,serta kemiringan lahan.Semua parameter tersebut diklasifikasikan berdasarkan nilai
skor kemudian diberikan bobot sesuai kontribusinya masing-masing dan kemudian data
tersebut diolah.Berdasarkan hasil analisis lima parameter kerawanan longsor dengan meng-
gunakan model Pendugaan Kerawanan Longsor Puslittanak tahun 2004,didapatkan empat
kriteria wilayah kerawanan longsor yaitu daerah dengan potensi rendah, sedang, tinggi, dan
sangat tinggi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9 di bawah ini.

Berdasarkan peta potensi bencana tanah longsor di Kabupaten Kudus Jawa Tengah
tersebut, diketahui bahwa wilayah penelitian ini memiliki kemungkinan terjadinya tanah
longsor yang didominasi oleh tingkat potensi longsor rendah adalah Kecamatan Bae,
Kaliwungu,Kota Kudus,Jati Mejobo,dan Kecamatan Undaan.Sedangkan wilayah tingkat
longsor tinggi pada Kabupaten Kudus adalah sebagian Kecamatan Jekulo,Kecamatan Dewe
dan Kecamatan Gebog.
Nama Jurnal :Uji Kerawanan Terhadap Tsunami Dengan Sistem Informasi Geografis (SIG)
Di Pesisir Kecamatan Kretek,Kabupaten Bantul,Yogyakarta
Penulis :Petrus Subardjo dan Raden Ario
Tahun Terbit :2015
Penerbit :Jurnal Kelautan Tropis
Volume :18
Nomor :2
Halaman :82-97

Tsunami adalah salah satu bencana alam yang senantiasa mengancam penduduk
yang tinggal di daerah pesisir.Dataran rendah yang berada di dekat pantai mempunyai
tingkat kerawanan paling tinggi terhadap bencana tsunami dibandingkan dengan dataran
yang tinggi.Secara umum beberapa bagian wilayah pesisir yang rendah ini akan sangat
mungkin terendam apabila di kemudian hari terjadi lagi bencana tsunami dengan tinggi run
up yang sama.

Tsunami adalah salah satu bencana alam yang senantiasa mengancam penduduk
yang tinggal di daerah pesisir.Bencana tsunami tidak dapat dihindari tetapi akibat yang
ditimbulkan oleh tsunami dapat diminimalkan dengan melakukan tindakan pencegahan.
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengetahui risiko suatu daerah
terhadap bencana tsunami sehingga dapat dilakukan mitigasi untuk meminimalisir korban
jiwa akibat bencana tsunami.
Oleh karena itu perlu diidentifikasi daerah-daerah yang rentan terhadap bahaya
tsunami sebagai langkah awal mitigasi bencana tsunami di masa yang akan datang.Kawasan
pantai selatan Yogyakarta secara tektonik merupakan salah satu daerah dengan tingkat
seismisitas tinggi dan aktif.
Aktivitas seismisitas di kawasan ini dapat menimbulkan gempa bumi dan potensi
tsunami,yang dapat berkembang menjadi bencana alam.Disamping itu perairan pantai
selatan Yogyakartatermasuk wilayah pesisir pantai selatan Jawa merupakan perairan
terbuka (open sea) dengan pantainya berhadapan langsung dengan Samudra Hindia.Oleh
sebab itu wilayah Pesisir Pantai Depok,Kecamatan Kretek,Bantul,Yogyakarta juga relatif
rawan terhadap bencana alam lainnya seperti abrasi,longsoran dan gerakan tanah.
Untuk mendukung langkah-langkah mitigasi bencana terhadap tsunami,salah
satunya dengan memetakan tingkat kerentanan bencana tsunami di pesisir Pantai Depok
Kecamatan Kretek,Bantul,Yogyakarta berupa peta kerentanan wilayah terhadap tsunami
yang dapat menjadi masukan data dalam upaya mitigasi penyusunan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) selanjutnya yang berbasiskan tingkat resiko tsunami,sehingga dapat
meminimalisasi korban yang diakibatkan oleh bencana tsunami.
Materi dan Metode Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan
komputer dan perangkat lunak (software).Pengolahan data untuk menyusun daerah rawan
bencana tsunami terdiri dari beberapa tahap.Secara garis besar,langkah-langkah yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
Persiapan peta-peta dan data pendukungnya,untuk selanjutnya dilaksanakan image
processing,Ekstraksi data spasial dari citra satelit,peta rupabumi,DEM dan data pendukung
lainnya.
Penentuan parameter-parameter yang mempengaruhi tingkat kerawanan bencana
tsunami;Analisis daerah rawan bencana tsunami berdasarkan parameter-parameter yang
mempengaruhi bencana tsunami dan penentuan daerah rawan tsunami.
Peta digital dancitra satelit (image processing) pengolahan data peta digital dan data
citra satelit dilakukan dengan bantuan komputer dan perangkat lunak (software).
Penyusunan citra komposit ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran visual yang lebih
baik, sehingga pengamatan objek dan pemilihan sampel dapat dikerjakan lebih baik,
terutama untuk interpretasi penggunaan lahan.
Ekstraksi data spasial Ekstraksi dilakukan mula-mula dengan mengklasifikasikan
semua keberadaan faktor-faktor yang mempengaruhi tsunami sebagai informasi yang akan
di overlay.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat kerawanan
bencana tsunami di wilayah pesisir Pantai Depok Kecamatan Kretek,Kabupaten Bantul,
Yogyakarta terdiri dari lima kelas,yaitu kelas sangat rawan,kelas rawan,kelas agak rawan,
kelas aman dan kelas sangat aman dapat menjadi pertimbangan untuk kegiatan mitigasi
bencana tsunami di Kecamatan Kretek.
DAFTAR PUSTAKA
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/pwk/article/view/10680

https://jgrs.eng.unila.ac.id/index.php/geo/article/view/47

https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/jkt/article/view/519

Anda mungkin juga menyukai