Anda di halaman 1dari 3

KERANGKA LAPORAN PENDAHULUAN

Ekskutif Summary
BAB 1.
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
KONDISI KEBENCANAAN (Potensi Bencana)
METODE

Dalam pengelolaan manajeman mitigasi bencana, salah satu kegiatan yang dapat dilakukan
adalah dengan melakukan pemetaan risiko bencana. Bencana adalah sesuatu yang tidak
terpisahkan dari sistem yang ada di muka bumi, baik secara alamiah ataupun akibat ulah
manusia. Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak sekali potensi bencana karna
berdasarkan letaknya Indonesia terletak diantara pertemuan 3 lempeng besar yaitu Lempeng
Hindia-Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. Pertemuan 3 lempeng besar ini
menjadikan Negara Indonesia memiliki fenomena alam yang komplek mulai dari
pegunungan, perbukitan dan dataran. Proses geologi merupakan siklus di bumi dalam
mencapai titik keseimbangan yang sering menjadi fenomena ancaman seperti gempa bumi,
Kota Cirebon tercatat ada xx potensi ancaman bencana yakni Banjir, ...., HIV/AIDS, Flu
Burung, Kebakaran. Pemetaan risiko bencana merupakan kegiatan yang sangat
pentingsebagai benchmark dalam menyusun program dan kegiatan pengurangan risiko
bencana. Selanjutnya peta risiko bencana tersebut dapat digunakan sebagai dasar
pertimbangan perencanaan tata ruang berbasis mitigasi bencana dan penyusunan masterplan
pengurangan risiko bencana.
Dalam proses pemetaan risiko memerlukan penilaian dan klasifikasi sesuai dengan
karakteristik daerah kajian. Perlunya kajian pemodelan yang tepat dalam pemetaan risiko
sehingga dapat dihasilkan peta risiko yang benar-benar sesuai dengan kondisi sebenarnya.

Dasar Hukum
Dasar hukum yang dapat digunakan dalam kegiatan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kota
Cirebon, antara lain :
1) UU RI No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
2) UU RINo. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
3) UU RI No. 17 Tahun 2006 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Tahun 2005-2025
4) UU RI No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
5) UU RI No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Wilayah
6) PP No. 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaaraan Penanggulangan Bencana
7) PP No. 64 Tahun 2010 Tentang Mitigasi Bencana
8) Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No.2 Tahun 2012 Tentang
Pedoman Umum Pengkajian RisikoBencana.Dan peraturan-peraturan lainnya yang terkait.
Prinsip Pengkajian Risiko Bencana

Pengkajian risiko bencana memiliki ciri khas yang menjadi prinsippengkajian. Oleh
karenanya pengkajian dilaksanakan berdasarkan :

Data dan segala bentuk rekaman kejadian yang ada.


Integrasi analisis probabilitas kejadian ancaman dari para ahlidengan kearifan lokal
masyarakat.
Kemampuan untuk menghitung potensi jumlah jiwa terpapar,kerugian harta benda dan
kerusakan lingkungan.
Kemampuan untuk diterjemahkan menjadi kebijakan penguranganrisiko bencana.

Fungsi Pengkajian Risiko Bencana


Pada tatanan pemerintah, hasil dari pengkajian risiko bencana digunakansebagai dasar untuk
menyusun kebijakan penanggulangan bencana.Kebijakan ini nantinya merupakan dasar bagi
penyusunan
RencanaPenanggulangan
Bencana
yang
merupakan
mekanisme
untukmengarusutamakan penanggulangan bencana dalam rencanapembangunan.Pada tatanan
mitra pemerintah, hasil dari pengkajian risiko bencanadigunakan sebagai dasar untuk
melakukan aksi pendampingan maupunintervensi teknis langsung ke komunitas terpapar
untuk mengurangi risikobencana. Pendampingan dan intervensi para mitra harus
dilaksanakandengan berkoordinasi dan tersinkronasi terlebih dahulu dengan
programpemerintah dalam penyelenggaraan penanggulanganbencana

Dalam metode anlisis risiko dengan menggunakan GIS untuk menghasilkan


peta risiko, yang paling utama adalah pemilihan parameter dan indikator
masing-masing anlisis risiko

Analisis ancaman gempa misalnya : sejarah kejadian gempa, zonasi patahan,


struktur geologi, janis batuan, geomorfologi wilayah, dll
Analisis ancaman banjir misalnya : peta rawan banjir, jumlah rata-rata curah
hujan, sejarah kejadian banjir, luasan wilayah yang terkena dampak,jumlah
curah hujan, jenis batuan, jenis tanah, morfologi, kemiringan lereng, densitas
sungai dalam suatu DAS, dll
parameter ancaman longsor misalnya sejarah kejadian longsor, jenis batuan,
kemiringan lereng, morfologi, jenis tanah, curah hujan, dll
parameter kerentanan misalnya : jumlah penduduk, kepadatan penduduk,
kepadatan pemukiman, jumlah KK miskin, jumlah kelompok rentan, jumlah
rumah di kawasan rawan bencana, jumlah KK di kawasan rawan bencana, jauh
dekatnya pemukiman dari daerah rawan, jumlah penduduk tidak bisa baca tulis,
penggunaan lahan di kawasan rawan, tingkat mata pencaharian,dll

parameter kapasitas misalnya : jumlah tenaga kesehatan, jumlah sarana


kesehatan, jumlah penduduk yang sekolah, jumlah sekolah, desa yang punya
kebijakan PB, desa yang pernah mendapat pelatihan PB, keberadaan organisasi
PB di masyarakat, keberadaan alat peringatan dini

Anda mungkin juga menyukai