Anda di halaman 1dari 19

Konsep Pengurangan Risiko

Bencana
Pengantar
• Merujuk pada pengertian bencana, maka
sesungguhnya bencana tidak akan terjadi jika
tiga unsur tidak bertemu dalam satu waktu,
yaitu Ancaman, Kerentanan, dan Kapasitas.
• Formula dasar dari Risiko Bencana yang
diadopsi saat ini adalah:
R (risiko) = (Ancaman x kerentanan)/kapasitas
Pengurangan Risiko Bencana
• Berdasarkan formula sederhana tadi, maka
secara mudah dapat dimengerti bahwa upaya
mengurangi risiko bencana dapat dijalankan
dengan tiga alternatif, yaitu:
– Meniadakan ancaman/menurunkan intensitas
ancaman;
– Menurunkan tingkat kerentanan; atau
– Meningkatkan kapasitas → MTB
Pengertian Pengurangan Risiko
Bencana (PRB)
• UNISDR (2009) menyatakan

PRB adalah sebuah konsep sekaligus sebuah praktek dalam


mengurangi risiko-risiko bencana melalui upaya yang sistematis untuk
menganalisis dan mengelola faktor penyebab bencana, termasuk
mengurangi keterpaparan dari sisi ancaman, mengurangi kerentanan
orang dan kekayaan, pengelolaan lahan dan lingkungan yang
bijaksana, dan peningkatan kesiapsiagaan terhadap peristiwa-
peristiwa yang berdampak negatif.

• Menilik dari pengertian tersebut maka PRB harus dilaksanakan


dengan syarat:
– Sistematis, terencana, dan tidak sporadik;
– Didasarkan pada analisis yang baik dan prinsip pengelolaan risiko.
Perkembangan Teori PRB
• Teori-teori awal terkait risiko pertama sekali
dikenal di Tahun 1930an yang dikemukakan oleh
Carr (1932) dan Sorokin (1942) yang melihat
bencana dari pola hubungan sosial.
• Teori PRB yang kontemporer mulai dikenal di
sekitar awal Tahun 2000an yang membagi PRB
dalam dua jenis teori, yaitu:
– Teori konstruktivism yang relatif memiliki kemiripan
dengan teori PRB awal 1930an yang banyak melihat
PRB dari pola sosial;
– Teori Objektivisme yang lebih melihat bencana
sebagai proses alam dan dimensi fisik.
Kerangka Kerja PRB
• Kerangka Kerja untuk PRB yang pertama digagas secara
formal pada Tahun 1994 melalui The Yokohama Strategy
and Plan of Action for a Safer World yang mengkaitkan
Upaya PRB dengan Pembangunan Berkelanjutan.
• Kesepakatan global terkait PRB baru dicanangkan melalui
Hyogo Frameworks for Actions (HFA) yang dicanangkan
menjadi kerangka kerja PRB untuk Tahun 2005-2015. HFA
lahir banyak dimotivasi oleh peristiwa tsunami di Aceh.
• Kesepakatan global terkait PRB yang paling mutakhir
adalah Sendai Frameworks for Disaster Risk Reduction
(SFDRR) yang diharapkan menjadi acuan global PRB untuk
kurun waktu 2015-2030.
Prioritas Aksi dalam SFDRR

Pemahaman terhadap risiko bencana

Memperkuat tata laksana risiko bencana untuk


pengelolaan risiko bencana

Investasi dalam pengurangan risiko bencana untuk


ketangguhan

Meningkatkan kesiapsiagaan bencana untuk


response yang efektif dan “Bangun Lebih baik”
dalam upaya pemulihan, rehabiltasi dan
rekonstruksi
Outcome SFDRR
• Hasil jangka panjang yang ingin dicapai dalam
15 tahun ke depan melalui SFDRR adalah:
– Penurunan yang signifikan risiko bencana dan
kehilangan nyawa, dukungan kebutuhan hidup
sehari-hari dan kesehatan dari aspek ekonomi,
fisik, sosial, budaya dan lingkungan, baik pada
tingkat individu, bisnis, komunitas, maupun
negara.
Kaitan PRB dan
Pembangunan
Berkelanjutan

Sumber: UNISDR 2004


Tujuh Prinsip Tata Laksana Risiko
Bencana
• Menjadikan manajemen risiko bencana sebagai prioritas kebijakan;
• Menghasilkan komitmen secara politik yang kemudian
diterjemahkan menjadi upaya untuk mempromosikan PRB;
• Pengelola Risiko Bencana haruslah menjadi tanggung-jawab multi-
sektor;
• Akuntabilitas dalam menilai kerugian yang ditimbulkan akibat
bencana;
• Mengalokasikan sumberdaya yang diperlukan untuk PRB;
• Menegakkan pelaksanaan manajemen risiko bencana dan upaya
PRB;
• Keterlibatan berbagai pemangku kepentingan, meningkatkan
sensitivitas gender, dan memfasilitas partisipasi masyarakat dan
sektor swasta.
Tahapan Penilaian Risiko Bencana

Hazard Produk
Identification
(e.g. tsunami)

Hazards Hazard
Analysis Map
Vulnerability and Capacity
Vulnerabilit
Infrastructur Social Economy Environment y and
e Analysis Analysis Analysis Analysis
Capacity
Maps

Risk Analysis
Risks Map

RPB, RAD,
Mitigation, RRR, RTD,
Preparedness,
etc
SOP
dsb
Risiko bencana dapat dinilai tingkatannya berdasarkan besar
kecilnya tingkat ancaman dan kerentanan pada suatu wilayah.

Analisis risiko bencana dapat dilakukan dengan berbagai


metode salah satunya adalah metode pemetaan berbasis
Sistem Informasi Geografis (SIG).
Di tuangkan ke dalam bentuk :

- Peta Ancaman
gambaran atau representasi suatu wilayah
atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah
yang memiliki suatu ancaman atau bahaya
tertentu.

Peta Kerentanan
adalah : gambaran atau representasi suatu
wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi
wilayah yang memiliki suatu kerentanan
tertentu pada aset-aset penghidupan dan
kehidupan yang dimiliki

Peta Kapasitas
gambaran atau representasi suatu wilayah
atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah
yang memiliki suatu kapasitas tertentu yang
dapat mengurangi risiko bencana.
Peta Risiko Bencana

gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang


menyatakan kondisi wilayah yang memiliki tingkat risiko tertentu
berdasarkan adanya parameter-parameter ancaman,
kerentanan dan kapasitas yang ada di suatu wilayah.
parameter dan indikator masing-masing análisis risiko

- Parameter Ancaman

Analisis ancaman, ancaman gempa misalnya : sejarah


kejadian gempa, zonasi patahan, struktur geologi, janis
batuan, geomorfologi wilayah, dll

- Parameter Kerentanan
parameter kerentanan misalnya : jumlah penduduk, kepadatan penduduk,
kepadatan pemukiman, jumlah KK miskin, jumlah kelompok rentan, jumlah
rumah di kawasan rawan bencana, jumlah KK di kawasan rawan bencana,
jauh dekatnya pemukiman dari daerah rawan, jumlah penduduk tidak bisa
baca tulis, penggunaan lahan di kawasan rawan, tingkat mata
pencaharian,dll
- Parameter Kapasitas
parameter kapasitas misalnya : jumlah tenaga kesehatan, jumlah sarana
kesehatan, jumlah penduduk yang sekolah, jumlah sekolah, desa yang
punya kebijakan PB, desa yang pernah mendapat pelatihan PB,
keberadaan organisasi PB di masyarakat, keberadaan alat peringatan dini
Sifat Peta Risiko

Dinamis :
analisis risiko bukan sesuatu yang mati tetapi suatu anlisis
yang dinamis dapat berubah setiap saat tergantung
upaya-upaya yang sudah dilakukan untuk PRB.

Partisipatif :
Konsultan atau Tim perumus menawarkan bukan hanya sekedar hasil
peta risiko dan laporan semata, tapi lebih pada proses yang
partisipatif dan berkelanjutan

Akuntabel :
hasil peta risiko dapat dipertanggungjawakan, data-data yang
diperoleh dari seluruh instansi di kabupaten harus melalui proses
validasi dan dapat dipertanggungjawabkan kebenaran, sehingga
hasil analisis risiko bisa berkelanjutan.
Manfaat Risk Map

•Terpetakannya sebaran-sebaran ancaman yang ada, kondisi kerentanan


dan kapasitas aset penghidupan dan kehidupan masyarakat (aset alam,
aset ekonomi, aset manusia, aset infrastruktur, dan aset sosial) yang berada
di darah rawan bencana

•Sebagai alat análisis risiko bencana berbasis spasial dan database


meliputi análisis ancaman dan sebarannya, análisis kerentanan dan
análisis kapasitas dari masing-masing ancaman yang ada di suatu wilayah

•Untuk análisis risiko pada suatu wilayah berdasarkan ancaman yang


ada sebagai dasar pijakan bagi pemerintah dalam membuat
perencanaan penanggulangan bencana, meliputi kebijakan PB, RAD,
RPB, Kontinjensi
Metodologi
Penyusunan peta risiko bencana dilandaskan pada formula
yang disepakati dalam Hyogo Framework yang memasukkan
parameter ancaman, kerentanan dan kapasitas
Risiko Bencana = Ancaman x Kerentanan/Kapasitas

R≈H V
C
Setiap parameter akan diskor berdasarkan pembagian nilai yang
🞻
ditentukan oleh peneliti secara kuantitatif dan dibagi dalam tiga
tingkatan : tinggi , sedang dan rendah.
Sesuai Perka BNPB no 2 Thn 2012
Skoring dgn pembobotan :
Besar kecilnya pembobotan dilakukan berdasarkan besar
kecilnya faktor yang mempengaruhi risiko bencana, dimana
faktor terbesarnya adalah ancaman akan dibobot lebih tinggi
dan faktor terkecil adalah kerentanan dan kapasitas yang
akan dibobot lebih kecil.
Tahapan Penyusunan Peta Risiko Bencana

•Studi literatur dan pengumpulan data sekunder (buku, jurnal, data podes,
peta dasar, peta geologi, peta tatagunalahan, peta tanah, peta morfologi,
data demografi dan monografi)
•Analisis risiko bencana berdasarkan ancaman yang ada sebagai dasar awal
untuk melakah dalam melakukan analisis risiko berbasis peta/GIS

•Penentuan parameter berdasarkan data-data primer dan sekunder (parameter


ancaman, parameter kerentanan dan parameter kapasitas) dilakukan secara
partisipatif dalam suatu FGD

•Pengambilan data primer di lapangan, Penyusunanan database dan data


spasial dalam Sistem Informasi Geografis
•Skoring dan pembobotan pada setiap parameter
•Pembuatan Peta Tematik dengan metode tumpang susun (overlay) meliputi
Peta Ancaman, Peta Kerentanan, Peta Kapasitas
•Pembuatan peta risiko bencana dengan metode tumpang susun dari total
ancaman, total kerentanan dan total kapasitas.

•Deseminasi kepada semua pihak dalam suatu FGD


•Publikasi dan evaluasi dalam suatu kegiatan seminar hasil
•Pembuatan SK Peta Risiko
Kesimpulan
• Upaya Pengurangan Risiko Bencana (PRB) merupakan
upaya yang sistematik dan didasarkan pada analisis,
dalam upaya menihilkan/mengecilkan ancaman,
menurunkan kerentanan, dan meningkatkan kapasitas;
• Sendai Frameworks for Disaster Risk Reduction
menjadi acuan global untuk upaya PRB dari Tahun
2015-2030 yang memuat empat prioritas aksi;
• Penurunan bahkan penihilan jumlah korban jiwa,
kerugian harta benda dan dampak negatif dari bencana
menjadi hasil/dampak jangka panjang yang dituju
dalam kerangka PRB;
• Keterlibatan berbagai pemangku kepentingan menjadi
salah satu prinsip pelaksanaan PRB.
• Pelaksanaan PRB didasarkan pada analisis risiko
bencana.

Anda mungkin juga menyukai