Anda di halaman 1dari 24

Analisis

Resiko
Bencana
Tujuan Analisa Resiko Bencana
● Pengurangan Risko Bencana dimaknai sebagai sebuah proses pemberdayaan komunitas melalui
pengalaman mengatasi dan menghadapi bencana yang berfokus pada kegiatan partisipatif untuk
melakukan kajian, perencanaan, pengorganisasian kelompok swadaya masyarakat, serta pelibatan
dan aksi dari berbagai pemangku kepentingan, dalam menanggulangi bencana sebelum, saat dan
sesudah terjadi bencana. Tujuannya agar komunitas mampu mengelola risiko, mengurangi, maupun
memulihkan diri dari dampak bencana tanpa ketergantungan dari pihak luar.

● Dalam siklus penanganan bencana kegiatan ini ada dalam fase pra bencana. Fokus kegiatan
Pengurangan Risiko Bencana secara Partisipatif dari komunitas dimulai dengan koordinasi awal
dalam rangka membangun pemahaman bersama tentang rencana kegiatan kajian kebencanaan, yang
didalamnya dibahas rencana pelaksanaan kajian dari sisi peserta, waktu dan tempat serta keterlibatan
tokoh masyarakat setempat akan sangat mendukung kajian analisa kebencanaan
01
Hazard
● Bahaya (hazard) merupakan peristiwa atau kondisi fisik yang berpotensi
menyebabkan kerusakan pada manusia seperti luka-luka, kerusakan properti dan
infrastruktur, kerusakan lingkungan, gangguan terhadap kegiatan ekonomi atau
segala kerugian dan kehilangan yang dapat terjadi (FEMA, 1997). Bahaya terjadi
karena adanya interaksi antara alam, manusia, sistem teknologi, serta karakteristik
wilayah asal yang mengalami bahaya (Pine, 2009). 

Indeks Ancaman Bencana disusun berdasarkan dua komponen :


1. Kemungkinan terjadi suatu ancaman,
2. Besaran dampak yang pernah tercatat untuk bencana yang terjadi tersebut.
3. Dapat dikatakan bahwa indeks ini disusun berdasarkan data dan catatan sejarah
kejadian yang pernah terjadi pada suatu daerah.
4. Ancaman diperoleh dari data yang valid dari sumber terpercaya yang biasanya di
masukan kedalam bentuk PETA.
02
Kapasitas
(Capacity)
Kapasitas atau kemampuan merupakan kombinasi dari semua kekuatan dan sumber daya
yang ada dalam masyarakat, kelompok, atau organisasi yang dapat mengurangi tingkat
risiko atau dampak bencana. Penilaian kapasitas mengidentifikasi kekuatan dan sumber
daya yang ada pada setiap individu, rumah tangga, dan masyarakat untuk mengatasi,
bertahan, mencegah, menyiapkan, mengurangi risiko, atau segera pulih dari bencana.
Kegiatan ini akan mengidentifikasi status kemampuan komunitas di desa/kelurahan pada
setiap sektor (sosial, ekonomi, keuangan, fisik dan lingkungan) yang dapat dioptimalkan
dan dimobilisasikan untuk mengurangi kerentanan dan risiko bencana.
03
Kerentanan
(vulnerabilit
Kerentanan (vulnerability) adalah rangkaian kondisi yang menentukan apakah bahaya
(baik bahaya alam maupun bahaya buatan) yang terjadi akan dapat menimbulkan
bencana (disaster) atau tidak. Rangkaian kondisi, umumnya dapat berupa kondisi fisik,
sosial dan sikap yang mempengaruhi kemampuan masyarakat dalam melakukan
pencegahan, mitigasi, persiapan dan tindak-tanggap terhadap dampak bahaya.

Jenis-jenis kerentanan:
- Kerentanan Fisik: Bangunan, Infrastruktur, Konstruksi yang lemah.
- Kerentanan Sosial: Kemiskinan, Lingkungan, Konflik, tingkat pertumbuhan yang
tinggi, anak-anak dan wanita, lansia.
- Kerentanan Mental: Ketidaktahuan, tidak menyadari, kurangnya percaya diri, dan
lainnya.
04
Resiko
bencana
Resiko bencana (Risk) adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu
wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa
terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, gangguan
kegiatan masyaraka, akibat kombinasi dari bahaya, kerentanan, dan kapasitas dari
daerah yang bersangkutan
Cara Menghitung Risiko Bencana
Risk (R) = H x V/ C
Keterangan
R: Resiko Bencana
H: Bahaya
V: Kerentanan
C: Kapasitas

Setelah melakukan menghitung resiko bencana, yang harus kita lakukan ialah melakukan tindakan untuk mengurangi
resiko bencana tersebut. Tindakan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi kerentanan dan menambah kapasitas
sebuah daerah.

Kegiatan yang dapat dilakukan untuk menguarangi resiko bencana antara lain:
• Relokasi penduduk dari daerah rawan bencana, misal memindahkan penduduk yang berada dipinggir tebing
yang mudah longsor.
• Pelatihan-pelatihan kesiapsiagaan bencana bagi penduduk di sebuah daerah.
• Pengkondisian rumah atau sarana umum yang tanggap bencana.
• Bangunannya relatif lebih kuat jika dilanda gempa.
• Penciptaan dan penyebaran kearifan lokal tentang kebencanaan,dan lain-lain
Analisa resiko bencana wilayah daerah
istimewa yogyakarta
Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi salah satu daerah yang memiliki tingkat kerawanan
bencana yang cukup tinggi khususnya bencana alam, seperti gempa bumi dan letusan
gunung Merapi yang terjadi di Yogyakarta pada tahun 2006, Pengurangan risiko bencana
di Yogyakarta tidak bisa di lepaskan dari informasi dan sejarah kebencanaan yang ada.
Merujuk pada data dan informasi Bencana Indonesia (DIBI) BNPB tahun 2019. Sejarah Kejadian
Bencana DIY Tahun 2000-2019.
Dampak kejadian bencana yang terjadi kurun waktu tahun 2010-2019 tercatat dalam Data dan
Informasi Bencana Indonesia (DIBI) BNPB, wilayah Yogyakarta sebagai berikut :
Potensi Bencana DIY Berdasarkan Catatan Sejarah
Hasil kajian risiko BPBD DIY tahun 2016.

Dari potensi bencana yang ada maka dapat diperkirakan potensi besaran luas bahaya terdampak
bencana. Skala indeks bahaya dibagi dalam 3 (tiga) kategori yaitu rendah (0,000 - 0,333), sedang
(>0,333 - 0,666) dan tinggi
(>0,666 – 1,000).
1. Bencana bajir
Peta resiko bencana banjir
Parameter yang dilihat untuk
menghitung indeks bahaya banjir
adalah sebagai berikut :
a. Daerah rawan banjir (divalidasi
dengan atau kejadian)
b. Kemiringan lereng
c. Jarak dari sungai
d. Curah hujan
Berdasarkan parameter tersebut maka diperoleh hasil kajian bahaya banjir per kabupaten/kota untuk
DIY tetang Potensi luas Banjir di wilayah DIY.

Berdasarkan table, diketahui total luas bahaya banjir di DIY adalah 158.551 Ha dengan kelas bahaya
tinggi
2. Bencana Banjir Bandang
Parameter yang dilihat untuk menghitung indeks bahaya banjir bandang adalah sungai utama,
elevasi/topografi dan potensi longsor di hulu sungai (kelas tinggi). Berdasarkan parameter
tersebut maka diperoleh hasil kajian bahaya banjir bandang untuk DIY

Berdasarkan pengkajian tersebut, diketahui total luas bahaya banjir bandang adalah 3.059 Ha
dengan kelas bahaya tinggi tersebar di 3 kabupaten
2.
Vulnerabilit
y/
Kerentanan
1. Kajian kerentanan dilakukan untuk melihat potensi penduduk terpapar dan potensi kerugian akibat
bencana. Rekapitulasi potensi penduduk terpapar untuk seluruh bencana yang berpotensi di DIY.
2. Komponen ekonomi dapat dilihat memalui potensi kerugian seluruh potensi bencana
3. Potensi kerusakan lingkungan dapat dilihat melalui penggabungan kelas penduduk terpapar dan
kelas kerugian menentukan kelas kerentanan untuk setiap potensi bencana di DIY.
4. Capability / kapasitas
Hasil Kajian Ketahanan Daerah DI Yogyakarta menggambarkan bahwa
secara umum ketahanan daerah DIY dalam menghadapi bencana yang
berpotensi berada pada level 3, dengan nilai prioritas yaitu 60,95. Dari
pencapaian tersebut dijelaskan bahwa daerah komitmen pemerintah dan
beberapa komunitas tekait pengurangan risiko bencana di suatu daerah
telah tercapai dan didukung dengan kebijakan sistematis, namun capaian
yang diperoleh dengan komitmen dan kebijakan tersebut dinilai belum
menyeluruh hingga masih belum cukup berarti untuk mengurangi dampak
negatif dari bencana. DIY harus meningkatkan pencapaian ke level
selanjutnya yaitu level 4 yang berarti dengan dukungan komitmen serta
kebijakan yang menyeluruh dalam pengurangan risiko bencana di suatu
daerah telah memperoleh capaian-capaian yang berhasil pelaksanaan
upaya pengurangan risiko bencana di daerah tersebut

Anda mungkin juga menyukai