PROGRAM
PENANGGULANGAN BENCANA
KEGIATAN
PELAYANAN INFORMASI RAWAN BENCANA KABUPATEN/KOTA
SUB KEGIATAN
PENYUSUNAN KAJIAN RISIKO BENCANA KABUPATEN/KOTA
PEKERJAAN
PENYUSUNAN DOKUMEN KAJIAN RISIKO BENCANA
KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT
TAHUN 2024-2028
Pengkajian risiko bencana suatu daerah tidak hanya mendalam, tapi juga dituntut untuk
menghasilkan parameter-parameter tegas dan jelas yang digunakan sebagai sasaran kunci dalam
membangun kebijakan dan perencanaan daerah. Parameter tersebut tidak hanya berupa angka dan
perhitungan, namun juga dapat menentukan lokasi-lokasi yang merupakan prioritas dan
membutuhkan penanganan segera untuk menghindari dampak negatif dari bencana.
Kajian risiko bencana dapat dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan sebagai berikut:
Keterangan:
✓ Risiko Bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan
kurun waktu tertentu berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi,
kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.
✓ Bahaya adalah situasi, kondisi atau karakteristik biologis, klimatologis, geografis, geologis, sosial,
ekonomi, politik, budaya dan teknologi suatu masyarakat di suatu wilayah untuk jangka waktu
tertentu yang berpotensi menimbulkan korban dan kerusakan.
✓ Kerentanan adalah tingkat kekurangan kemampuan suatu masyarakat untuk mencegah,
menjinakkan, mencapai kesiapan, dan menanggapi dampak bahaya tertentu. Kerentanan berupa
kerentanan sosial budaya, fisik, ekonomi dan lingkungan, yang dapat ditimbulkan oleh beragam
penyebab.
✓ Kapasitas adalah penguasaan sumberdaya, cara dan ketahanan yang dimiliki pemerintah dan
masyarakat yang memungkinkan mereka untuk mempersiapkan diri, mencegah, menjinakkan,
menanggulangi, mempertahankan diri serta dengan cepat memulihkan diri dari akibat bencana.
Berdasarkan pendekatan tersebut, terlihat bahwa tingkat risiko bencana amat bergantung
pada :
a. tingkat bahaya suatu kawasan;
b. tingkat kerentanan kawasan yang terancam; dan
c. tingkat kapasitas kawasan yang terancam.
Upaya pengkajian risiko bencana pada dasarnya adalah menentukan besaran 3 komponen
risiko tersebut dan menyajikannya dalam bentuk spasial maupun non spasial agar mudah dimengerti.
Pengkajian risiko bencana digunakan sebagai landasan penyelenggaraan penanggulangan bencana
padadisuatu kawasan. Penyelenggaraan ini dimaksudkan untuk mengurangi dampak risiko bencana.
Secara umum, metode pengkajian risiko bencana dapat dilihat pada gambar 1. Metode yang
diperlihatkan tersebut telah ditetapkan oleh BNPB sebagai dasar pengkajian risiko bencana pada
suatu daerah melalui Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 2 Tahun
2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana.
Berdasarkan metode ini, suatu pengkajian risiko bencana akan menghasilkan gambaran
spasial dalam bentuk peta risiko bencana. Selain itu hasil dari pengkajian juga dapat memperlihatkan
tingkat risiko bencana suatu daerah dalam dokumen pengkajian risiko bencana. Peta Risiko
Bencana dan Dokumen Kajian Risiko Bencana Daerah menjadi dasar minimum untuk penyusunan
kebijakan dan perencanaaan penanggulangan bencana daerah. Asumsi dan pendekatan yang
digunakan pada Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 2 Tahun 2012
tersebut masih relevan untuk digunakan dengan beberapa penambahan dan penyesuaian.
Penambahan dan penyesuaian dibutuhkan agar Pengkajian Risiko Bencana yang dilakukan dapat
terjamin konektivitas dan sinkronisasinya dengan Kajian Risiko Bencana secara Nasional. Oleh
karena itu pada tahap ini secara substansi dibutuhkan koordinasi yang baik antara Tim Pelaksana
Pengkajian Risiko Bencana dengan BNPB di tingkat nasional.
B. SASARAN KEGIATAN
a. Tersusunnya Dokumen Kajian Risiko Bencana Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun
2024-2028;
b. Tersusunnya album peta kajian risiko bencana untuk setiap daerah dalam lingkup
wilayah kerja, yang terdiri dari:
i. Peta-peta Bahaya;
ii. Peta-peta Kerentanan;
iii. Peta-peta Kapasitas;
iv. Peta-peta Risiko Bencana; dan
v. Peta Risiko Multi Bahaya Daerah;
c. Tersusunnya album database digital dalam format sistem informasi geografis (.shp); dan
d. Tersusunnya album database penduduk di masing-masing kawasan rawan bencana
sesuai ancaman per bencana sampai dengan tingkat wilayah terkecil.
C. RUANG LINGKUP KEGIATAN
Dalam pelaksanaan Kajian Risiko Bencana ini, BPBD akan menetapkan Tim Asistensi
yang bertugas untuk melakukan pendampingan teknis proses Kajian Risiko Bencana.
1. LINGKUP KEGIATAN
A. RAPAT KOORDINASI AWAL : ASISTENSI #1
Rapat Koordinasi Awal dilakukan dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana
di Jakarta untuk menyepakati metodologi dan lingkup kegiatan yang akan dilakukan
dan penyajian data awal sebagai bahan diskusi.
Pada tahap ini akan disepakati beberapa poin diantaranya adalah:
▪ Lingkup Kegiatan baik Substansi maupun wilayah
▪ Metodologi : pengumpulan data, olah data, dan analisis, serta penyajian data
▪ Draft Peta bahaya dasar yang akan digunakan sebagai base map
▪ Rencana Kerja
Persiapan Teknis
Persiapan teknis yang dilakukan meliputi:
▪ Internalisasi rencana dan metodologi kerja dengan Tim Teknis/Asistensi BPBD;
▪ Penyediaan peta-peta tematik yang mendukung keakuratan data hasil Kajian
Risiko Bencana;
▪ Penyediaan Peta RBI (update) termasuk pembaharuan sebaran pemukiman
(menggunakan imagery);
▪ Pengumpulan Literatur/referensi yang dibutuhkan dalam melakukan Kajian
Risiko Bencana
▪ Penyediaan data faktual kebencanaan daerah;
▪ Penyusunan Peta Bahaya Dasar sebagai acuan dalam melakukan survey dan
pengambilan data;
▪ Menyusun metodologi pelaksanaan verifikasi lapangan; dan
▪ Menyusun metodologi pelaksanaan survey Kesiapsiagaan untuk mengetahui
tingkat kesiapsiagaan masing-masing daerah kerja.
Verifikasi Lapangan
Verifikasi Lapangan merupakan salah satu cara dalam pengambilan data dan
prosedur yang harus dilakukan dalam pembuatan peta tematik. Verifikasi Lapangan
dilakukan dengan menggunakan GPS dengan fokus dititikberatkan pada dua hal
utama, yaitu daerah potensi bahaya dan pemukiman beserta infrastrukturnya.
Daerah potensi bahaya yang menjadi fokus verifikasi lapangan adalah seluruh area
terpapar, termasuk lokasi landaan yang nampak ekstrim. Sedangkan daerah
pemukiman dan infrastruktur yang menjadi fokus adalah:
• Pemukiman yang berada dalam daerah potensi bahaya;
• Infrastruktur yang menjadi fokus adalah fasilitas kritis dan fasilitas umum; dan
• Penduduk dikawasan rawan bencana dengan fokus pendataan seluruh
penduduk sampai tingkat wilayah terkecil.
Hasil survey dan verifikasi lapangan akan secara langsung diinput dalam perbaikan
peta bahaya.
Ketentuan Survey dan Verifikasi lapangan:
1. Dikoordinasikan oleh Tenaga Ahli/Asisten;
2. Dapat dibantu personil lokal (diberi tanda pengenal lapangan); dan
3. Dilakukan validasi lokasi beserta koordinat.
E. PELAPORAN KEGIATAN
Pelaporan dalam pelaksanaan kegiatan ini terdiri dari:
1. Laporan Pendahuluan
Laporan ini merupakan penjabaran (penafsiran) lebih lanjut dari Kerangka Acuan Kerja
(KAK), metodologi dan pendekatan perencanaan, rencana kerja, penjadwalan seluruh
proses kegiatan dan peta bahaya.
2. Laporan Antara
Laporan ini menggambarkan kemajuan dan hasil-hasil sementara dalam penyusunan
Kajian Risiko Bencana, analisis permasalahan serta rekomendasinya.
3. Laporan Akhir
Laporan ini merupakan penyempurnaan Laporan Akhir Sementara berdasarkan koreksi dan
masukan pihak-pihak terkait dalam pekerjaan.
Laporan Akhir ini juga dilengkapi dengan:
a) Dokumen Kajian Risiko Bencana untuk setiap daerah dalam lingkup wilayah kerja
b) Album peta kajian risiko bencana (ukuran A3 fit to page) untuk setiap daerah
dalam lingkup wilayah kerja, yang terdiri dari:
a. Peta-peta Bahaya
b. Peta-peta Kerentanan
c. Peta-peta Kapasitas
d. Peta-peta Risiko Bencana
e. Peta Risiko Multi Bahaya Daerah,
c) Album database digital dalam format sistem informasi geografis.
d) Album database penduduk di masing-masing kawasan rawan bencana sesuai
ancaman per bencana sampai dengan tingkat wilayah terkecil.