BAPPEDA KABUPATEN
A. GAMBARAN UMUM
Jumlah Penduduk Kabupaten Cilacap pada Tahun 2021 adalah sebanyak
1.980.912 jiwa (Disdukcapil, 2021), sedangkan pertumbuhan penduduk per
tahun di Kabupaten Cilacap adalah sebesar 1,17 persen. Pertumbuhan
penduduk ini tentunya akan memberikan konsekuensi terhadap peningkatan
kebutuhan akan ruang untuk tinggal dan beraktivitas. Kebutuhan tersebut
akan mendorong pertumbuhan pada seluruh kawasan yang ada di Kabupaten
Cilacap, baik pada kawasan yang relatif aman dari ancaman bencana maupun
pada kawasan yang memiliki ancaman bencana.
Kabupaten Cilacap sebagaimana tertuang dalam dokumen Indeks Resiko
Bencana yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana
tahun 2020 menempatkan Kabupaten Cilacap dengan nilai 112.75 atau dalam
kategori sedang. Indeks ini menurun dari kondisi tahun 2015 yang
menempatkan Cilacap pada angka 215.20 (tinggi). Sedangkan ancaman
bencana yang ada di Kabupaten Cilacap meliputi banjir, tanah longsor, gempa
bumi, tsunami, kekeringan, cuaca ekstrim, gelombang ekstrim/abrasi serta
ancaman bencana kegagalan teknologi dan penanganan limbah B3.
1
Potensi bencana yang ada di Kabupaten Cilacap yang diambil dari kajian
resiko bencana di Jawa Tengah 2016-2020 meliputi banjir, tanah longsor,
gempa bumi, tsunami, kebakaran hutan, kekeringan, cuaca ekstrim, epidemi
dan wabah penyakit, banjir bandang, gelombang ekstrim/abrasi serta
ancaman bencana kegagalan teknologi. Berdasarkan catatan sejarah kejadian
bencana di Jawa Tengah periode 1815 – 2015 terjadi banjir sebanyak 818 kali,
tanah longsor 772 kali, cuaca ekstrim 558 dan kekeringan 382 kali. Hal
tersebut dapat disimpulkan bahwa banjir dan tanah longsor merupakan
bencana yang paling dominan terjadi di Jawa Tengah.
Data laporan kejadian bencana dari BPBD Kabupaten Cilacap, sejak tiga
tahun terakhir, dari tahun 2020 sampai dengan awal tahun 2022,
menunjukan bahwa kejadian bencana dominan adalah 1). Banjir; 2). Angin
Kencang; dan 3). Tanah Longsor, sebagaimana terlihat pada tabel berikut :
2 Angin Kencang 63 48 11
3 Banjir 40 16 5
Sumber : BPBD Kab. Cilacap, 2022
*) Data Bulan Januari
2
Arahan untuk upaya mitigasi adalah dengan membangun ruang dan jalur
evakuasi. Selanjutnya dalam Perda tersebut dijelaskan bahwa dalam
pelaksanaan pemanfaatan ruang untuk kawasan budidaya dilakukan dengan
memperhatikan kawasan rawan bencana. Ketentuan umum peraturan zonasi
pada kawasan permukiman baik di kawasan perdesaan maupun kawasan
perkotaan diperbolehkan pembangunan kawasan permukiman beserta sarana
prasarananya dan utilitas pendukungnya dengan memperhatikan kawasan
rawan bencana alam. Memperhatikan muatan dalam Perda tersebut, maka
pengaturan terkait dengan kebijakan dan strategi penataan kawasan
permukiman pada kawasan rawan bencana dibutuhkan dokumen yang lebih
dapat digunakan sebagai dasar dalam menata kawasan permukiman
dimaksud.
Mempertimbangkan banyaknya tantangan yang ada seputar
kebencanaan dan pemanfaatan ruang kawasan rawan bencana karena
kompleknya kepentingan serta kebutuhan fungsi ruang, tentunya akan
banyak kendala dalam implementasi penataan ruang di kawasan rawan
bencana agar sesuai dengan Rencana Tata Ruang wilayah (RTRW) yang telah
ditetapkan. Disatu sisi, Pemerintah berusaha melindungi masyarakat dari
bahaya dampak bencana, namun disisi lain masyarakat sendiri membutuhkan
ruang untuk tinggal dan beraktivitas.
Untuk itu dibutuhkan manajemen kebijakan untuk dapat dijadikan
pedoman bagi pemerintah dan masyarakat dalam menentukan arah kebijakan
pengembangan kawasan permukiman pada zona bencana di Kabupaten
Cilacap melalui pendekatan kultural maupun struktural.
3
2. Tersusunnya rekomendasi kebijakan penataan kawasan permukiman
yang memilki resiko bencana alam banjir dan tanah longsor;
3. Tersusunnya rencana kontinjensi penataan kawasan permukiman yang
memiliki resiko bencana alam banjir dan tanah longsor.
E. DATA PENUNJANG
1. Data Dasar
a. Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 1 Tahun 2021 tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 9 Tahun
2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Cilacap Tahun
2011-2031;
b. Data kebencanaan dari BPBD Kabupaten Cilacap.
2. Standar Teknis
a. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2006 tentang
Pedoman Umum Mitigasi Bencana;
b. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana;
d. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4
Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan
Bencana;
e. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2014 tentang
Pedoman Mitigasi Bencana Alam Bidang Perumahan dan Kawasan
Permukiman.
4
3. Studi-studi Terdahulu
a. Materi Teknis tentang perubahan atas RTRW Kabupaten Cilacap Tahun
2011-2031;
b. Dokumen studi/kajian terkait kebencanaan di Kabupaten Cilacap.
4. Referesi Hukum
a. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);
b. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
d. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
e. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4828);
f. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan
Pengelolaan Bantuan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4829);
g. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana Di Provinsi Jawa Tengah
(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 Nomor 65,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 28);
h. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 16 Tahun 2019 tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun
2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun
2009-2029 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019 Nomor
16, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 121);
5
i. Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 1 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Daerah
Kabupaten Cilacap Tahun 2012 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Cilacap Nomor 68).
F. RUANG LINGKUP
1. Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah kawasan permukiman yang memiliki resiko
bencana banjir dan tanah longsor yang tersebar di wilayah administrasi
Kabupaten Cilacap.
2. Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup kegiatan dalam pekerjaan :
a. Mengidentifikasi tingkat ancaman dan kerawanan bencana yang ada di
Kabupaten Cilacap terutama banjir dan tanah longsor;
b. Mengidentifikasi tingkat kerentanan dan resiko bencana banjir dan
tanah longsor di kabupaten Cilacap;
c. Mengidentifikasi karakteristik (potensi, permasalahan dan resiko)
kawasan permukiman di daerah rawan bencana banjir dan tanah
longsor di Kabupaten Cilacap;
d. Menyusun rekomendasi kebijakan dalam penataan kawasan
permukiman yang memiliki resiko bencana alam banjir dan tanah
longsor di Kabupaten Cilacap;
e. Menyusun rencana kontinjensi penataan kawasan permukiman yang
memiliki resiko bencana alam banjir dan tanah longsor.
3. Keluaran
a. Laporan Pendahuluan;
b. Laporan Antara;
c. Dokumen Akhir dan Album Peta.
4. Peralatan Material, Personil dan Fasilitas dari Pengguna Jasa
Pengguna Jasa/PPK akan membantu Penyedia Jasa dalam kebutuhan
administrasi dan perizinan, serta fasilitasi pertemuan pembahasan.
5. Peralatan Material, Personil dan Fasilitas dari Penyedia Jasa
Penyedia Jasa menyediakan peralatan dan material yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan kegiatan ini.
6. Lingkup Kewenangan Penyedia Jasa
a. Kewajiban Penyedia Jasa:
1) Berkewajiban dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan ketentuan perjanjian kerja
sama yang disepakati;
6
2) Berkewajiban mengikuti ketentuan teknis yang ditentukan sesuai
dengan kerangka acuan kerja;
3) Dalam melaksanakan pekerjaannya dinyatakan berakhir sampai
dengan selesainya semua kewajiban yang harus dipenuhi sesuai
dengan perjanjian pekerjaan yang disepakati; dan
4) Berkewajiban hadir dan menyerahkan hasil pekerjaan dalam forum
diskusi dengan Pengguna Jasa.
b. Hak Penyedia Jasa
1) Dalam pelaksanaan kegiatan ini Penyedia Jasa berhak meminta
bantuan Pengguna Jasa dalam mencari data dan informasi yang
diperlukan; dan
2) Setelah pelaksana pekerjaan melaksanakan seluruh kewajibannya,
maka Penyedia Jasa berhak untuk mendapatkan pembayaran atas
hasil pekerjaannya sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan
dalam kontrak kerja.
G. JADWAL PELAKSANAAN
Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan ini adalah 120 (seratus dua puluh)
hari kalender terhitung setelah SPMK diterbitkan;
Penyusunan Laporan
2 19,17 23 hari
Pendahuluan
Penyusunan Laporan
3 50,00 60 hari
Antara
Penyusunan Laporan
4 19,17 23 hari
Akhir
7
b. Mempunyai sertifikat keahlian (SKA) minimal Ahli Perencana Wilayah
dan Kota yang diterbitkan oleh asosiasi profesi yang telah terakreditasi
oleh lembaga yang berwenang (LPJK); dan
c. Berpengalaman di bidang sejenis minimal 3 (tiga) tahun.
2) Tenaga Ahli Pemetaan
a. Latar belakang pendidikan minimal S1 Geodesi, lulusan universitas atau
perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah
akreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar
negeri yang telah diakreditasi;
b. Mempunyai sertifikat keahlian (SKA) minimal Ahli Geodesi yang
diterbitkan oleh asosiasi profesi yang telah terakeditasi oleh lembaga
yang berwenang (LPJK); dan
c. Berpengalaman di bidang sejenis minimal 2 (dua) tahun.
3) Tenaga Ahli Geologi
a. Latar belakang pendidikan minimal S1 Geologi, lulusan universitas atau
perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah
diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi
luar negeri yang telah diakreditasi;
b. Mempunyai sertifikat keahlian (SKA) minimal Ahli Geoteknik yang
diterbitkan oleh asosiasi profesi yang telah terakreditasi oleh lembaga
yang berwenang (LPJK); dan
c. Berpengalaman di bidang sejenis minimal 2 (dua) tahun.
8
I. KELUARAN
Keluaran pekerjaan terdiri dari :
1. LAPORAN PENDAHULUAN
Laporan Pendahuluan minimal memuat :
a. Tinjauan kebijakan terkait materi pembahasan;
b. Pendekatan dan metodologi;
c. Rencana kerja.
Laporan Pendahuluan harus diserahkan selambat-lambatnya 30 (tiga
puluh) hari kerja sejak SPMK diterbitkan, sebanyak 5 (lima) berkas
hardcopy.
2. LAPORAN ANTARA
Laporan Antara minimal memuat :
a. Jenis dan sebaran kawasan permukiman di daerah rawan bencana banjir
dan tanah longsor di Kabupaten Cilacap;
b. Hasil identifikasi tingkat ancaman dan kerawanan bencana banjir dan
tanah longsor yang ada di kabupaten Cilacap;
c. Hasil identifikasi tingkat kerentanan dan resiko bencana banjir dan tanah
longsor di kabupaten Cilacap; dan
d. Karakteristik (potensi dan permasalahan) kawasan permukiman di daerah
rawan bencana alam (banjir dan tanah longsor).
Laporan Antara harus diserahkan selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh)
hari kerja sejak SPMK diterbitkan, sebanyak 5 (lima) berkas hardcopy.
3. DOKUMEN AKHIR
Dokumen Akhir dalam bentuk Dokumen Kebijakan Penataan Kawasan
Permukiman Berbasis Bencana Alam yang merupakan produk akhir
pekerjaan, dan hasil diskusi dari pemberi tugas, tim teknis dan stakeholder
berisi hal-hal yang harus dipenuhi mengacu pada hasil pembahasan laporan
pendahuluan, laporan antara dan hasil pelaksanaan pekerjaan.
Dokumen diserahkan sebanyak 15 (lima belas) eksemplar/buku beserta
dengan Album Peta sebanyak 15 (lima belas) eksemplar/buku. Dokumen
Akhir harus diserahkan selambat-lambatnya 120 (seratus dua puluh) hari
kerja sejak SPMK diterbitkan dan softcopy di simpan dalam 1 (satu) flash
disk.
Sebelum dilakukan penyerahan produk final, pada masing-masing
tahapan dilakukan pembahasan yang dibekali draf laporan untuk masing-
masing tahapan (Draf Laporan Pendahuluan, Draft Laporan Antara dan Draf
Laporan Akhir) yang selambat-lambatnya diserahkan 2 (dua) hari sebelum
pelaksanaan pembahasan.
9
J. LAIN-LAIN
1. Dalam hal sewaktu-waktu diperlukan informasi dalam masa pelaksanaan
pekerjaan, Pengguna Jasa akan mengundang Penyedia Jasa dalam rangka
monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan pekerjaan.
2. Setelah Kerangka Acuan Kerja ini diterima, calon penyedia jasa/konsultan
hendaknya memenuhi semua bahan masukan yang diterima dan mencari
bahan masukan lain yang dibutuhkan.
10