Anda di halaman 1dari 3

WONOSOBO, KOMPAS.

com - Penggunaan pestisida dan bahan kimia lainnya secara besar-


besaran dan terus menerus di lahan kentang dan sayuran di dataran tinggi Dieng, Wonosobo,
Jawa Tengah, bukan hanya telah merusak kesuburan alami tanah, namun juga mengancam
kesehatan para petani di kawasan itu. Bahkan, produk-produk mereka pun kini mempunyai
tingkat keterpaparan pestisida yang kian tinggi.

Dari hasil tes yang dilakukan Dinas Kesehatan Wonosobo beberapa waktu lalu terhadap puluhan
petani di Kecamatan Kertek dan Kejajar, ditemukan adanya kandungan pestisida dalam darah
petani antara ringan hingga tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa petani sebagai pemakai
pestisida rentan terkena racun serangga itu.

Pestisida itu masuk ke dalam tubuh petani dengan berbagai cara, mulai pernafasan, kulit, hidung,
maupun mulut. Kalau masih di lambung masih bisa dikeluakan, tapi kalau sudah masuk ke dalam
darah, itu akan membentuk ikatan di dalamnya.

"Kondisi ini terjadi di hampir semua petani di Dieng ini," ujar Kepala Laboratorium Teknik
Lingkungan dan Air pada Dinas Kesehatan Wonosobo, Titik Eka Wahyuni dalam peringatan
Hari Bebas Pestisida 2009 di balai Desa Kuripan, Kecamatan Garung, Wonosobo, Sabtu (5/12).

Penggunaan pestisida oleh petani kentang dan sayuran di Dataran Tinggi Dieng sudah
berlangsung puluhan tahun sejak kali pertama kentang di tanam secara massal di kawasan
tersebut. Ketergantungan pada pestisida untuk menumbuhkan tanaman taka pernah surut, bahkan
dari tahun ke tahun kian tinggi.

Sejumlah petani setempat mengaku, apabila pada dekade 1990-an mereka hanya menggunakan
pestisida sebanyak 200-300 liter sekali semprot, maka kini minimal 600 liter pestisida untuk
sekali semprot. Bahkan, instensitasnmya pun meningkat, yakni dari seminggu sekali menjadi 2-3
hari sekali, khususnya pada musim hujan.
Advertisment

"Petani di sini sebenarnya tahu semua kalau pestisida berbahaya bagi kesehatan. Keracunan itu
kami semua pernah mengalami, mulai mual-mual, pusing, atau berkunang-kunang. Tapi mau
bagaimana lagi. Kalau tak begitu nggak bisa panen. Orang sini lebih takut l apar daripada mati, "
kata Rosyid (27), petani di Desa Sigedang, Kecamatan Kejajar.

Tahta Yani (32), petani di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, mengaku empat tahun lalu dia
bersama sejumlah anggota keluarganya pernah dirawat di rumah sakit karena keracunan
pestisida. Namun demikian, Tahta dan keluarganya tetap bergelut dengan pestisida unt uk
menanam kentang. " Tak ada pilihan lain. Cuma sekarang lebih berhati-hati saja," kata dia
enteng.

Menurut Tahta, bukan rahasia lagi kalau hampir semua petani di Dieng mengalami flek pada
paru-paru mereka. Hampir semua petani juga mempunyai gangguan pernafasan.

Direktur Esekutif Gita Pertiwi, Rossana Dewi, mengatakan, pestisida merupakan bom waktu dan
ancaman kesehatan dan lingkungan serius bagi Wonosobo, khususnya Dieng. Harus ada upaya
serius dari semua pihak untuk mencegah masalah ini terus berlarut.

Distribusi pestisida yang demikian terbuka harus dihentikan. Salah satu penyebab tingginya
penggunaan pestisida Wonosobo selama ini adalah gencarnya produk-produk pestisida
merangsek ke petani. Mereka masuk dengan menawarkan berbagai macam cara promosi menarik
seperti iming-iming naik haji, undian motor, serta produk-produk elektronik. Pestisida pun
bebas dijual mulai dari toko baju, makanan, hingga penjual pulsa.

"Kondisi ini sudah tak sehat. Peredaran pestisida harus dibatasi. Untuk menjaga kesejahteraan
petani selama pestisida dikurangi, harus ada solusinya. Memang sulit karena seringkali hal itu
gagal karena ditolak petani. Tapi itu harus dimulai," tandas Gita.

http://lifestyle.kompas.com/read/2009/12/05/19133555/Pestisida.Menjadi.Ancaman.Serius.Petan
i.Dieng

Anda mungkin juga menyukai