Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMBUATAN PETA RISIKO


BENCANA KABUPATEN WONOGIRI

Head office :
Jl. Gejayan No. 76, Sleman, Yogyakarta
Telp./Fax. : (0274) 4531432
Email : citra_gama_sakti@yahoo.com
Website : www.citragamasakti.com

Kata Pengantar
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
karuniaNya, sehingga kita semua dalam perlindunganNya. Laporan ini
merupakan produk laporan pendahuluan yang merupakan bagian dari
pekerjaan Pemutakhiran Peta Risiko Bencana di Kabupaten Wonogiri.
Sesuai dengan Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 yang mengamanatkan
Pemerintah Daerah menyelenggarakan Penanggulangan Bencana di
daerahnya serta Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Dalam rangka penyelenggaraan
penanggulangan bencana tersebut maka Pemerintah Daerah Kabupaten
Wonogiri melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Wonogiri
melaksanakan pekerjaan Pemutakhiran Peta Risiko Bencana di tahun anggaran
2016.
Adapun secara teknis kegiatan Pemutakhiran Peta Risiko Bencana ini mengacu
pada Peraturan Kepala BNPB No. 2 Tahun 2012 tentang Pengkajian Risiko
Bencana Daerah.
Hasil dari kegiatan ini harapannya akan menjadi salah satu perangkat
operasional dan pedoman dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana
di Kabupaten Wonogiri khususnya bencana kekeringan dan tanah longsor.
Laporan Pendahuluan ini berisi uraian tentang pendahuluan, gambaran umum
wilayah, metode pelaksanaan, serta jadwal rencana kerja kegiatan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Kabupaten
Wonogiri dalam hal ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten
Wonogiri yang telah memberikan kepercayaan kepada PT. Citra Gama Sakti
untuk melaksanakan pekerjaan ini.
Yogyakarta, Maret
2016

PT. CITRA GAMA


SAKTI

Daftar Isi
Kata Pengantar........................................................................................
Daftar Isi.................................................................................................
Daftar Tabel...........................................................................................
Daftar Gambar.......................................................................................
I.

PENDAHULUAN......................................................................
1.1.
Latar Belakang............................................................................
1.2.
Maksud dan Tujuan......................................................................
1.3.
Ruang Lingkup.............................................................................

II.

KONDISI WILAYAH KABUPATEN WONOGIRI..............................


2.1.
Letak, Luas dan Wilayah..............................................................
2.2.
Penduduk dan Tenaga Kerja.........................................................
2.3.
Fasilitas Kesehatan......................................................................

III.

METODE KEGIATAN................................................................
3.1.
Konsep Umum.............................................................................
3.2.
Penentuan Sumber Data..............................................................
3.3.
Penghitungan Indeks.................................................................
3.4.
Analisis Data..............................................................................
3.5.
Desain Peta...............................................................................

IV.

RENCANA KERJA..................................................................

Daftar Tabel
Tabel II-1
Tabel II-2
Tabel II-3
Tabel II-4

Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel

III-1
III-2
III-3
III-4
III-5
III-6
III-7
III-8
IV-1

Luas per Kecamatan di Kabupaten Wonogiri................................


Jumlah Penduduk Berdasar Jenis Kelamin di Kabupaten
Wonogiri Tahun 2014....................................................................
Kepadatan Penduduk per Kecamatan (Km 2) tahun 2012 2014.............................................................................................
Prosentase Penduduk Berumur 15 tahun ke atas yang
bekerja menurut lapangan pekerjaan utama berdasar jenis
kelamin di Kabupaten Wonogiri tahun 2014.................................
Sumber Data Analisis Risiko Bencana...........................................
Sumber Data Ancaman Bencana................................................
Sumber Data Kerentanan Bencana.............................................
Sumber Data Analisis Risiko Bencana.........................................
Indeks Ancaman.........................................................................
Indeks Kerentanan (penduduk terpapar)....................................
Indeks Kerentanan (kerugian).....................................................
Daftar Pertanyaan Kapasitas Daerah..........................................
Jadwal Rencana Kerja Pemutakhiran Peta Risiko Bencana
Kabupaten Wonogiri...................................................................

Daftar Gambar
Gambar II.1 .............................Peta Administrasi Wlayah Kabupaten Wonogiri
.....................................................................................................
Gambar III-1..................................Metode Penyusunan Kajian Risiko Bencana
.....................................................................................................

I.
I.1.

Latar Belakang

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap berbagai jenis


bencana, termasuk bencana alam. Bencana alam merupakan
fenomena alam yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan dan
kehancuran lingkungan yang pada akhirnya dapat menyebabkan
korban jiwa, kerugian harga benda dan kerusakan berbagai
infrastruktur, sarana dan prasarana yang telah dibangun. Beberapa
bencana alam yang terjadi diakibatkan oleh eksploitasi sumberdaya
alam secara berlebihan, alih fungsi lahan dan penggunaan lahan yang
tidak sesuai serta akibat perubahan iklim global telah mengakibatkan
bertambahnya wilayah yang rawan bencana alam antara lain bencana
banjir, kekeringan, tanah longsor, angin puting beliung, gelombang
pasang, kebakaran hutan dan lahan, dan sebagainya.
Potensi bencana juga terdapat di Kabupaten Wonogiri, khususnya
bagian selatan pada musim kemarau merupakan daerah yang sering
mengalami kekeringan, hal ini disebabkan belum ditemukannya
sumber mata air yang mampu memenuhi kebutuhan warga, sedangkan
air telaga kian menyusut. Selain kekeringan, satu potensi bencana
khususnya musim hujan di kabupaten Wonogiri adalah bencana tanah
longsor. Hampir di seluruh wilayah Kabupaten Wonogiri merupakan
kawasan rentan longsor kecuali wilayah selatan yang merupakan
kawasan karst dimana wilayah tersebut rentan kekeringan ketika
musim kemarau.

P
E
N
D
A
H
U

Amanat
Undang-Undang
Nomor
24
Tahun
2007
tentang
Penanggulangan
Bencana
mewajibkan
Pemerintah
Daerah
menyelenggarakan
Penanggulangan
Bencana
di
daerahnya.
Penanggulangan bencana tersebut meliputi pemenuhan hak
masyarakat yang terkena bencana, perlindungan dari dampak
bencana, peningkatan kapasitas masyarakat untuk mengurangi risiko
bencana, dan pembangunan fisik yang ramah bencana. Selain itu,
Pemerintah daerah juga memiliki hak untuk menetapkan kebijakan
penanggulangan bencana di daerahnya selaras dengan kebijakan
pembangunan daerah dengan memasukkan unsurunsur potensial dan
teknologi yang ada di daerahnya. Strategi dan upaya untuk melindungi
segenap masyarakat Kabupaten Wonogiri dari ancaman bencana perlu
direncanakan, ditetapkan dan dilaksanakan secara terstruktur, terarah,
terkoordinir, terpadu dan berkelanjutan.
Dalam rangka membangun kesiapsiagaan menghadapi bencana di
Kabupaten Wonogiri, kebijakan penanggulangan bencana yang
menyentuh langsung daerah-daerah yang memiliki risiko terhadap
1

bencana perlu diarahkan secara terfokus dalam lokus yang jelas.


Pembuatan peta risiko bencana menjadi salah satu kegiatan penting
untuk mempertajam dampak positif dalam mengurangi risiko bencana
di Wilayah Kabupaten Wonogiri. Kegiatan ini juga sejalan dengan
amanat
Undang-undang
Nomor
24
Tahun
2007
tentang
Penanggulangan Bencana serta Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun
2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah mengeluarkan


Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 2 Tahun
2012 tentang Pengkajian Risiko Bencana Daerah. Peraturan ini memuat
metode pengidentifikasian risiko bencana dengan parameter yang jelas dan
terukur.
Dalam siklus penanggulangan bencana, penyusunan peta risiko bencana
diperlukan dalam tahap mitigasi dan kesiapsiagaan (preparedness) untuk
mengidentifikasi daerah yang berpotensi mengalami bencana. Peta risiko
bencana dibuat dengan melakukan analisis terhadap data kerentanan,
kapasitas dan ancaman bencana berdasarkan unit analisis spasial tertentu.
Kegiatan pemetaan risiko bencana menjadi sebuah early warning system
bagi masyarakat juga sebagai sarana informasi mengenai lokasi yang
dianggap berisiko tinggi terhadap bencana dan lokasi yang aman dari bencana
yang dapat digunakan sebagai tempat evakuasi. Informasi dari peta tersebut
dapat digunakan untuk melakukan langkah-langkah yang tepat bagi
perencanaan tata ruang untuk memperbaiki lingkungan serta meminimalisir
efek bencana secara efektif.
Oleh karenanya kegiatan Pemutakhiran Peta Risiko Bencana di Kabupaten
Wonogiri khususnya bencana kekeringan dan longsor perlu dilakukan dengan
metodologi yang merujuk pada peraturan Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Pengkajian Risiko Bencana Daerah.

I.2.

Maksud dan Tujuan

Maksud dari kegiatan Pemutakhiran Peta Risiko Bencana Kabupaten Wonogiri


adalah mewujudkan peta risiko bencana terkini (up to date) yang mendukung
proses penanggulangan bencana khususnya bencana kekeringan dan longsor.
Adapun tujuannya adalah tersusunnya peta resiko bencana kekeringan dan
longsor yang berfungsi sebagai perangkat operasional umum kebencanaan di
Kabupaten Wonogiri agar dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan
penanggulangan bencana.

I.3.

Ruang Lingkup

I.3.1. Lingkup Wilayah


Lingkup wilayah kegiatan adalah seluruh wilayah administrasi Kabupaten
Wonogiri.
I.3.2. Lingkup Pekerjaan
1. Tersajinya informasi tingkat ancaman, tingkat kerentanan, dan tingkat
kapasitas bencana kekeringan dan longsor di Kabupaten Wonogiri.

2. Tersajinya peta risiko bencana kekeringan dan longsor di Kabupaten


Wonogiri.
.

II. KONDISI WILAYAH


KABUPATEN WONOGIRI
II.1.

Letak, Luas dan Wilayah

Secara Geografis wilayah Kabupaten Wonogiri sebagai salah satu


Kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Letak Kabupaten wonogiri
sendiri terletak di 732-815 Lintang Selatan dan 11041-111 Bujur
Timur. Adapun batas-batas Kabupaten Wonogiri adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara
: Kab. Sukoharjo, Kab. Karanganyar, dan Kab.
Magetan (Jawa Timur)
Sebelah Selatan
Indonesia

Kab.

Pacitan

(Jawa

Timur)

dan

Samudera

Sebelah Barat

: Daerah Istimewa Yogyakarta

Sebelah Timur

: Kab. Karanganyar dan Kab. Ponorogo (Jawa Timur)

Dilihat dari batas wilayah Kabupaten Wonogiri maka dapat dilihat


bahwa Kabupaten Wonogiri merupakan Kabupaten yang paling timur
dariProvinsi Jawa Tengah. Keadaan alamnya sebagian besar terdiri dari
pegunungan yang berbatu gamping, terutama di bagian Selatan,
termasuk jajaran Pegunungan Seribu yang merupakan mata air dari
Bengawan Solo. Adapun Wilayah Kabupaten Wonogiri dapat dilihat
pada Gambar II.1 dibawah ini:
Gambar II.1 Peta Administrasi Wlayah Kabupaten Wonogiri

K
O
N
D
I
S
I

W
I
L
A
Y
A
H
K
A
B
U

Secara administratif,Kabupaten Wonogiri terbagi menjadi 25 kecamatan


dengan jumlah desa/kelurahan 294 desa/kel, terdiri dari 251 desa dan 43
kelurahan.Kecamatan
dengan desa/kelurahan terbanyak adalah
Kec.
Pracimantoro sebanyak 18 desa/kel.sedangkan paling sedikit adalah Kec.
Karangtengah dengan 5 desa/kelurahan. Ada 3 kecamatan yang tidak
memiliki
kelurahan
yaitu Kecamatan Baturetno, Karangtengah dan
Paranggupito.. Luas Wilayah Kabupaten Wonogiri pada tahun 2014 tercatat
182.236,02 ha, dengan Kecamatan Puhpelem sebagai kecamatan terkecil dan
Kecamatan Pracimantoro sebagai kecamatan terluas. Adapun Luasan
Kecamatan yang ada di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada di bawah ini:
Tabel II-1
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

Luas per Kecamatan di Kabupaten Wonogiri


Kecamatan
Pracimantoro
Paranggupito
Giritontro
Giriwoyo
Batuwarno
Karangtengah
Tirtomoyo
Nguntoronadi
Baturetno
Eromoko
Wuryantoro
Manyaran
Selogiri
Wonogiri
Ngadirojo
Sidoharjo
Jatiroto
Kismantoro
Purwantoro
Bulukerto
Puhpelem
Slogohimo
Jatisrono
Jatipurno
Girimarto
Luas Total

Luas (Ha)
14.214,32
6.475,42
6.163,22
10.060,13
5.165,00
8.459,00
9.301,08
8.040,51
8.910,38
12.035,85
7.260,77
8.164,43
5.017,98
8.292,36
9.325,55
5.719,70
6.277,36
6.986,11
5.952,78
4.051,84
3.161,54
6.414,79
5.002,74
5.546,40
6.236,68
182.236,02

Sumber : BPS dan Perda No. 3 Th. 2002

Jenis tanah ada beberapa macam mulai dari litosol, regosol sampai dengan
grumusol beserta asosiasi perubahannya. Dan ternyata juga dari bahan
induk yang beranekaragam pula dari endapan, batuan maupun volkan.
Wonogiri beriklim Tropis, mempunyai 2, musim penghujan dan musim kemarau
dengan temperatur rata-rata 24C-32C.
Kondisi tanah yang demikian mengakibatkan aneka penggunaan tanah yang
berbeda pula. Sebagai daerah agraris yang mayoritas penduduknya hidup dari
pertanian sebagian wilayahnya terdiri atas lahan sawah yang mencapai luas
32.539 ha (17,9 persen) dan lahan kering seluas 149.697 ha (82,1 persen).
Dari catatan Dinas Pertanian tahun 2014 diperoleh bahwa penggunaan tanah
untuk tegalan sebesar 48,7 persen, sawah 17,9 persen digunakan sebagai,

hutan rakyat 2,4 persen,bangunan/pekarangan 20,8 persen dan lainnya 10,3


persen
II.2.

Penduduk dan Tenaga Kerja


Penduduk
Jumlah
penduduk
Kabupaten
Wonogiri tahun 2014
berdasarkan proyeksi penduduk sebanyak 945.817 jiwa
bertambah 3.736 Jiwa dari tahun sebelumnya 942.377 jiwa.
Dari jumlah penduduk
tahun
2014 tersebut terdapat
459.799 laki-laki dan 486.018 perempuan. Penduduk
terbanyak tercatat di Kec.Wonogiri (78.678 jiwa) dan
paling sedikit di Kec. Paranggupito (16.822 jiwa). Secara
rata-rata
kepadatan
penduduk Kabupaten
Wonogiri
sebesar 519 jiwa setiap kilometer persegi. Wilayah
terpadat adalah Kecamatan Jatisrono dengan tingkat
kepadatan 1.142 orang setiap km. Dari jumlah penduduk
yang ada di Kabupaen Wonogiri dapat dilihat pada di bawah
ini:

Tabel II-2
Jumlah Penduduk
Wonogiri Tahun 2014
No
Kecamatan

Berdasar

Jenis

Kelamin

di

Kabupaten

Penduduk
Perempuan
28.469
31.453
7.947
8.875
9.153
10.470
17.324
19.187
8.270
8.932
11.129
11.463
24.15
25.351
11.288
11.755
21.839
23.255
19.783
21.470
12.414
13.507
16.677
17.783
19.056
19.433
38.676
40.002
26.355
27.398
19.726
20.751
17.395
18.851
17.724
18.401
23.967
24.919
14.510
14.847
9.294
9.984
22.36
23.534
28.022
29.092
15.423
15.811
18.848
19.494
459.799
486.018

Jumlah

Laki-laki
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

Pracimantoro
Paranggupito
Giritontro
Giriwoyo
Batuwarno
Karangtengah
Tirtomoyo
Nguntoronadi
Baturetno
Eromoko
Wuryantoro
Manyaran
Selogiri
Wonogiri
Ngadirojo
Sidoharjo
Jatiroto
Kismantoro
Purwantoro
Bulukerto
Puhpelem
Slogohimo
Jatisrono
Jatipurno
Girimarto
Jumlaha Penduduk

59.922
16.822
19.623
36.511
17.202
122.592
49.501
23.043
45.094
41.253
25.921
34.46
38.489
78.678
53.753
40.477
36.246
36.125
48.886
29.357
19.278
45.894
57.114
31.234
38.342
945.817

Sumber : Proyeksi Penduduk BPS Kab. Wonogiri

Dari data jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Wonogiri maka


dapat diketahui jumlah kepadatan penduduk ha/km. Dimana

jumlah kepadatan penduduk di wonogiri dapat dihitung dari luas


Kecamatan yang ada di Kabupaten Wonogiri dibagi jumlah
penduduk per kecamatan. Dari data yang didapat maka didapat
kepadatan pendudukuk di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat di di
bawah ini:
Tabel II-3
No

Kepadatan Penduduk per Kecamatan (Km2) tahun 2012 - 2014


Kecamatan
Tahun
2012
2103
2014
1 Pracimantoro
419
420
422
2 Paranggupito
258
259
260
3 Giritontro
316
317
318
4 Giriwoyo
360
362
363
5 Batuwarno
331
332
333
6 Karangtengah
264
266
267
7 Tirtomoyo
528
530
532
8
Nguntoronadi
285
286
287
9 Baturetno
502
504
506
10 Eromoko
340
342
343
11 Wuryantoro
354
356
357
12 Manyaran
419
421
422
13 Selogiri
61
764
767
14 Wonogiri
942
945
949
15 Ngadirojo
572
574
576
16 Sidoharjo
699
703
708
17 Jatiroto
573
575
577
18 Kismantoro
513
515
517
19 Purwantoro
815
818
821
20 Bulukerto
719
722
725
21 Puhpelem
605
608
610
22 Slogohimo
710
713
715
23 Jatisrono
1.133
1.138
1.142
24 Jatipurno
559
561
563
25 Girimarto
610
613
615
Jumlah Rata-rata Kab. Wonogiri
515
517
519

Sumber : Proyeksi Penduduk BPS Kab. Wonogiri

Tenaga Kerja
Penduduk usia kerja berdasarkan konsep Badan Pusat
Statistik (BPS) adalah penduduk yang berumur 15 tahun ke
atas,dan dibedakan sebagai Angkatan Kerja dan Bukan
Angkatan Kerja.Berdasarkan hasil Sakemas bulan Agustus
angkatan kerja di Kabupaten Wonogiri tahun 2014 mencapai
534.725 orang atau naik 3,82 persen dibandingkan tahun
sebelumnya (515.051orang) yang sebagian besar merupakan
pekerja laki-laki. Dari total angkatan kerja tersebut sekitar
96,55 % telah bekerja, sementara sisanya masih mencari
pekerjaan yaitu sebanyak 18.431 orang.
Sektor pertanian masih mendominasi penyerapan tenaga
kerja di Kabupaten wonogiri sekitar 55,09 %. Hal ini
dikarenakan sektor tersebut tidak memerlukan pendidikan
khusus, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, Jasa dan
industri masing-masing tercatat sebesar 15,79 %, 8,88 %
.Dari Data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten
8

Wonogiri terdaftar pencari kerja tertinggi di bulan Agustus


2014 sebanyak 1.335 orang dan terendah pada bulan
Nopember sebanyak 182 orang. Sementara pencari kerja
yang dihapuskan paling tinggi di bulan Desember sebanyak
797 orang. Adapun presentase pendudukberumur 15 tahun
yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama berdasar
jenis kelamin dapat dilihat pada table di bawah ini.
Tabel II-4
Prosentase Penduduk Berumur 15 tahun ke atas yang bekerja
menurut lapangan pekerjaan utama berdasar jenis kelamin di
Kabupaten Wonogiri tahun 2014
No
Lapangan Pekerjaan Utama
Jenis Kelamin
Total (%)
Laki-Laki
Perempuan
1
Pertanian
28,25
26,84
55,09
2
Pertambangan dan Penggalian
1,04
0,06
1,10
3
Industri
4,23
4,55
8,78
4
Listrik, Gas dan Air Minum
0,00
0,00
0,00
5
Konstruksi
7,78
0,00
7,78
Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa
6
Akomodasi
6,56
9,23
15,79
7
Transportasi dan Komunikasi
1,72
0,00
1,72
8
Keuangan
0,54
0,32
0,86
9
Jasa
4,78
4,10
8,88
Jumlah
54,90
45,10
100,00
Sumber : Proyeksi Penduduk BPS Kab. Wonogiri

II.3.

Fasilitas Kesehatan

Sarana layanan kesehatan dasar tersedia di 34 Puskesmas, 36 Pusling dan


140 Pustu yang tersebar di 25 kecamatan.Dengan jumlah dokter umum
sebanyak 64 orang, bidan 403 orang dan petugas kesehatan lainnya.
Disamping itu terdapat layanan Rumah Sakit Umum Daerah dan Rumah Sakit
swasta, selama tahun 2014 RSUD menyediakan 245 tempat
tidur dengan
jumlah pasien mondok 19.379 pasien.sedangkan Rumah Sakit swasta
menyediakan 505 tempat tidur dengan jumlah pasien mondok 23.510
pasien.Sebanyak 1.988 balita di Kab.Wonogiri mengalami gizi buruk. Dari
jumlah ibu hamil yang tercatat di Dinas Kesehatan ternyata 5,76 persen
diantaranya mengalami KEK (Kekurangan Energi Kronis).

III.
III.1.

METODE KEGIATAN

Konsep Umum

Pengkajian risiko bencana merupakan sebuah pendekatan untuk


memperlihatkan potensi dampak negatif yang mungkin timbul akibat
suatu potensi bencana yang melanda. Potensi dampak negatif yang
timbul dihitung berdasarkan tingkat kerentanan dan kapasitas kawasan
tersebut. Potensi dampak negatif ini dilihat dari potensi jumlah jiwa
yang terpapar, kerugian harta benda, dan kerusakan lingkungan.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah mengeluarkan
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 2
Tahun 2012 tentang Pengkajian Risiko Bencana Daerah. Peraturan ini
memuat metode pengidentifikasian risiko bencana dengan parameter
yang jelas dan terukur.
Oleh karenanya Kegiatan Pemutakhiran Peta Risiko Bencana di
Kabupaten Wonogiri ini akan menggunakan peraturan tersebut sebagai
dasar metodologi pelaksanaan pekerjaan
Kajian risiko bencana secara umum dapat dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan sebagai berikut:

Risiko bencana=

KapasitasKerentanan
Kapasitas

Penting untuk dicatat bahwa pendekatan ini tidak dapat disamakan


dengan rumus matematika. Pendekatan ini digunakan untuk
memperlihatkan hubungan antara ancaman, kerentanan dan kapasitas
yang membangun perspektif tingkat risiko bencana suatu kawasan.
Berdasarkan pendekatan tersebut,
bencana amat bergantung pada :

terlihat

bahwa

tingkat

risiko

1) tingkat ancaman kawasan;


2) tingkat kerentanan kawasan yang terancam;
3) tingkat kapasitas kawasan yang terancam.

M
E
T
O
D
E
K
E
G
I
A
T
A
N

Upaya pengkajian risiko bencana pada dasarnya adalah menentukan


besaran 3 komponen risiko tersebut dan menyajikannya dalam bentuk
spasial maupun non spasial agar mudah dimengerti.
Secara umum, metode pengkajian risiko bencana yang dapat dijadikan
dasar penyusunan RPB Daerah dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Metode yang diperlihatkan tersebut merupakan metode yang

10

ditetapkan oleh Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) sebagai


dasar pengkajian risiko bencana pada suatu daerah.

11

Gambar III-2

Metode Penyusunan Kajian Risiko Bencana

Berdasarkan metode ini, suatu pengkajian risiko bencana akan menghasilkan


gambaran spasial dalam bentuk peta risiko bencana. Selain itu hasil dari
pengkajian juga dapat memperlihatkan tingkat risiko bencana suatu daerah
dalam dokumen pengkajian risiko bencana. Peta Risiko Bencana dan Dokumen
Kajian Risiko Bencana Daerah menjadi dasar minimum untuk penyusunan
kebijakan penanggulangan bencana daerah.
III.2.

Penentuan Sumber Data

Dalam melakukan analisis peta risiko bencana memerlukan sumber data yang
berupa data ancaman (bahaya), data kerentanan, dan data kapasitas.
Tabel III-5
Sumber Data Analisis Risiko Bencana
No
Data
Sumber
.
1.
Ancaman
BMKG, BPN,
2.
Kerentanan
BIG, BPS, BAPPEDA, BPBD, Dinas
Sosial, Dinas Kehutanan/ Perkebunan.
3.
Kapasitas
BAPPEDA, BPBD, Dinas Sosial, Dinas
Kesehatan, masyarakat
4.
Rencana,
Program,
dan
Literatur
Kebijakan
Sumber: Analisis Tim Penyusun (2016)

III.2.1.

Sumber Data Ancaman

Data-data tingkat ancaman yang digunakan dalam penyusunan peta risiko


bencana kekeringan dan tanah longsor dalam kegiatan ini adalah sebagai
berikut:

12

Tabel III-6
Sumber Data Ancaman Bencana
No
Jenis Data
Bentuk Data
.
1.
Batas administrasi
Vektor (shapefiles)
2.
Peta jenis tanah
Vektor (shapefiles)
3.
Peta curah hujan
Vektor (shapefiles)
4.
Peta
kemiringan
Vektor (shapefiles)
lereng
5.
Peta geologi
Vektor (shapefiles)
6.
Citra Satelit SRTM
Raster

Sumber
Bappeda
BMKG

Sumber: Analisis Tim Penyusun (2016)

III.2.2.

Sumber Data Kerentanan

Data-data tingkat kerentanan yang digunakan dalam penyusunan peta risiko


bencana kekeringan dan tanah longsor dalam kegiatan ini adalah sebagai
berikut:
Tabel III-7
Sumber Data Kerentanan Bencana
No
Jenis Data
Bentuk Data
.
1.
Batas administrasi
Vektor (shapefiles)
2.
Peta
penggunaan
Vektor (shapefiles)
lahan
3.
Jumlah penduduk
Tabular
4.
Jumlah
kelompok
Tabular
umur
5.
Jumlah
penduduk
Tabular
cacat
6.
Jumlah
penduduk
Tabular
miskin
7.
Jumlah rumah
Tabular
8.
Jumlah fasilitas umum
Tabular
9.
Jumlah fasilitas kritis
Tabular
10.
PDRB
Tabular

Sumber
Bappeda
Bappeda,
Dishut,
BPS
BPS
BPS
BPS
BPS
BPS
BPS
BPS

Sumber: Analisis Tim Penyusun (2016)

III.2.3.

Sumber Data Kapasitas

Data-data tingkat kapasitas yang digunakan dalam penyusunan peta risiko


bencana kekeringan dan tanah longsor dalam kegiatan ini adalah sebagai
berikut:
Tabel III-8
Sumber Data Analisis Risiko Bencana
No
Jenis Data
Bentuk
.
Data
1.
Data
kapasitas
Tabular
daerah

Sumber
Masyarakat,
terkait

instansi

Sumber: Analisis Tim Penyusun (2016)

III.3.

Penghitungan Indeks

13

Peta risiko bencana disusun berdasarkan indeks-indeks yang telah ditentukan.


Indeks tersebut terdiri dari Indeks Ancaman, Indeks Penduduk Terpapar, Indeks
Kerugian, dan Indeks Kapasitas.
III.3.1. Indeks Ancaman
Indeks ancaman disusun berdasarkan 2 (dua) komponen utama, yaitu
kemungkinan terjadi suatu ancaman dan besaran dampak yang pernah
tercatat untuk bencana yang terjadi tersebut.

Tabel III-9
Bencana
Tanah Longsor

Kekeringan

Indeks Ancaman
Komponen/
Kelas Indeks
Rendah
Sedang
Indikator
Peta
Bahaya Rendah
Sedang
Gerakan
Tanah
(divalidasi dengan (zona
(zona
data kejadian)
kerentanan
kerentan
gerakan tanah an
sangat rendah gerakan
rendah)
tanah
meneng
ah)
Peta
Bahaya Zona bahaya Zona
Kekeringan
sangat rendah bahaya
- rendah
sedang

Bobot
Tinggi
Tinggi

100%

Rendah
(zona
kerentan
an
gerakan
tanah
tinggi)
Zona
100%
bahaya
tinggi
sangat
tinggi

Bahan
Rujukan
Panduan
dari
Badan
Geologi
Nasional
ESDM

Panduan
dari BMKG

Kementeri
an
Pertanian

Sumber: Perka BNPB No. 2 Tahun 2012

III.3.2. Indeks Kerentanan


Peta kerentanan dapat dibagi-bagi ke dalam kerentanan sosial, ekonomi, fisik
dan ekologi/lingkungan, dimana masing-masing wilayah memiliki kerentanan
yang berbeda-beda dalam menghadapi suatu bencana. Indeks kerentanan ini
sendiri terdiri dari 2 (dua) kategori, yaitu kategori penduduk terpapar (sosial)
dan kategori kerugian (ekonomi, fisik, lingkungan).
Indeks penduduk terpapar dihitung dari komponen sosial budaya di wilayah
yang diperkirakan terlanda bencana. Komponen ini diperoleh dari indikator
kepadatan penduduk dan indikator kelompok tertentu yang rentan bila terkena
bencana.
Tabel III-10
Bencana

Indeks Kerentanan (penduduk terpapar)


Komponen/ Indikator Kelas Indeks
Rendah

Bobot

Sumber
Data

Sedang Tinggi

14

Tanah Longsor

Kepadatan penduduk < 500 jiwa/km2

500>1000 60 %
1000
jiwa/km
jiwa/km 2
2

Kelompok rentan

Kekeringan

< 20 %

Kepadatan penduduk < 500 jiwa/km2

20 - 40 >40 %
%

40 %

500>1000 60 %
1000
jiwa/km
jiwa/km 2
2

Kelompok rentan

< 20 %

20 - 40 >40 %
%

40 %

Podes,
Susena
s,
Landus
e
Podes,
Susena
s, PPLS
Podes,
Susena
s,
Landus
e
Podes,
Susena
s, PPLS

Sumber: Perka BNPB No. 2 Tahun 2012

Indeks kerugian diperoleh dari komponen ekonomi, fisik dan lingkungan.


Komponen ini dihitung berdasarkan indikator-indikator berbeda tergantung
pada jenis ancaman bencana.
Tabel III-11
Bencana
Tanah Longsor

Kekeringan

Indeks Kerentanan (kerugian)


Komponen/ Indikator Kelas Indeks
Bobot
Rendah
Sedang
Tinggi
Ekonomi (dalam Rp) 25 %
Luas lahan produktif < Rp. 50 jt Rp. 50 jt - >
Rp. 60 %
200 jt
200 jt
Kontribusi PDRB per < Rp 100 jt Rp 100 jt >
Rp 40 %
sektor
300 jt
300 jt
Fisik (dalam Rp) 25 %
Rumah
< Rp 400 jt Rp 400 jt
Rp 800 jt
Fasilitas Umum
< Rp 500 jt Rp 500 jt
Rp 1 M
Fasilitas Kritis
< Rp 500 jt Rp 500 jt
Rp 1 M
Ekonomi (dalam Rp) 30%
Luas Lahan Produktif < Rp. 50 jt Rp. 50 jt
200 jt
Kontribusi PDRB per < Rp 100 jt Rp 100 jt
sektor
300 jt

Sumber
Data
Landus
e, BPS
Laporan
sektor,
BPS

>
Rp 40 %
800 jt
> Rp 1 30 %
M
> Rp 1 30 %
M

Podes,
BPS
Podes,
BPS
Podes,
BPS

- >
200
>
300

Landus
e, BPS
Laporan
sektor,
BPS

Rp. 60 %
jt
Rp 40 %
jt

Sumber: Perka BNPB No. 2 Tahun 2012

III.3.3. Indeks Kapasitas

15

Indeks kapasitas diperoleh berdasarkan tingkat ketahanan daerah dalam


menghadapi bencana, dimana informasi tersebut dapat diperoleh melalui
diskusi kepada beberapa pelaku penanggulangan bencana pada suatu daerah.
Indeks kapasitas dihitung berdasarkan indicator dalam Hyogo Framework for
Actions (Kerangka Aksi Hyogo HFA). HFA terdiri dari 5 prioritas program
pengurangan risiko bencana.
Bencana
Tanah Longsor /
Kekeringan

Komponen/ Indikator Kelas Indeks


Rendah
Sedang
Aturan
dan Level 1 - 2 Level 3
kelembagaan
penanggulangan
bencana
Peringatan dini dan Level 1 - 2 Level 3
kajian risiko bencana
Pendidikan
Level 1 - 2 Level 3
kebencanaan
Pengurangan faktor Level 1 - 2 Level 3
risiko bencana
Pembangunan
Level 1 - 2 Level 3
kesiapsiagaan pada
seluruh lini

Bobot
Tinggi
Level 4 - 5 100 %

Level 4 - 5
Level 4 - 5
Level 4 - 5
Level 4 - 5

Sumber
Data
FGD
pelaku PB
(bappeda
, dinsos,
inkes,
UKM,
universita
s,
LSM,
tokoh
masyarak
at/
agama.

Sumber: Perka BNPB No. 2 Tahun 2012

Keterangan:
Level
1
Level
2
Level
3

Level
4

Level
5

Daerah telah memiliki pencapaian-pencapaian kecil dalam upaya pengurangan risiko bencana
dengan melaksanakan beberapa tindakan maju dalam rencana atau kebijakan.
Daerah telah melaksanakan beberapa tindakan pengurangan risiko bencana dengan pencapaianpencapaian yang masih bersifat sporadic yang disebabkan belum adanya komitmen kelembagaan.
Komitmen pemerintah dan beberapa komunitas terkait pengurangan risiko bencana di suatu
daerah telah tercapai dan didukung engan kebijakan sistematis, namun capaian yang diperloleh
dengan komitmen dan kebijakan tersebut dinilai belum menyeluruh hingga masih belum cukup
berarti untuk mengurangi dampak negative dari bencana.
Dengan dukungan komitmen serta kebijakan yang menyeluruh dalam pengurangan risiko bencana
disuatu daerah telah memperoleh capaian-capaian yang berhasil, namun diakui masih ada
keterbatasan dalam komitmen, sumberdaya finansial ataupun kapasitas operasional dalam
pelaksanaan upaya pengurangan risiko bencana di daerah tersebut.
Capaian komprehensif telah dicapai dengan komitmen dan kapasitas yang memadai disemua
tingkat komunitas dan jenjang pemerintahan.

16

Tabel III-12
Prioritas

Daftar Pertanyaan Kapasitas Daerah


Indikator

Priorita
s1

No
1

Indikato
r1

2
3
4
1
2

Indikato
r2

3
4
1

Indikato
r3

2
3
4

Indikato
r4

1
2
3

Pertanyaan
Apakah telah ada kelompok-kelompok pemangku kepentingan yang melaksanakan
praktik pengurangan risiko bencana secara terstruktur dan terencana di daerah Anda?
Apakah telah ada aturan tertulis (baik dalam bentuk peraturan daerah, Keputusan
kepala daerah) tentang pengurangan risiko bencana atau penanggulangan bencana?
Apakah aturan tertulis tersebut telah diterapkan dalam institusi Anda dalam
pengurangan risiko bencana secara terencana?
Apakah aturan daerah tersebut telah diadaptasikan dalam aturan daerah lainnya
(seperti Perda Tata Guna Lahan, IMB, SOTK dll)?
Apakah telah terbentuk BPBD di daerah Anda?
Apakah BPBD dan/atau institusi Anda telah memiliki anggaran khusus tiap tahunnya
dalam APBD atau pun bentuk anggaran khusus lainnya untuk pelaksanaan aktivitas
pengurangan risiko bencana?
Menurut anda, apakah kebutuhan sumber daya yang terkait dengan PRB pada BPBD
dan/atau institusi Anda (dana, sarana, prasarana, personil) telah terpenuhi baik dalam
hal kualitas maupun kuantitasnya?
Apakah jumlah anggaran yang digunakan institusi Anda dan kemana penggunaan
anggarannya dapat dimonitoring oleh masyarakat atau komunitas lain diluar insititusi
Anda?
Apakah telah ada jalinan kerja sama antara pemerintah dengan komunitas lokal dalam
aktivitas PRB?
Menurut penilaian Anda, peraturan daerah tentang penanggulangan bencana yang ada
di daerah Anda telah dengan jelas mengatur mekanisme pembagian kewenangan dan
sumber daya berdasarkan peran dan tanggung jawab antara pemerintah daerah dan
komunitas lokal secara relevan dan sistematis?
Apakah dalam pembagian peran dan tanggung jawab, seluruh sector komunitas,
swasta dan seluruh pemangku melaksanakan perannya secara aktif?
Apakah aktivitas PRB telah dipublikasikan secara transparan oleh mediamedia lokal sebagai partisipasi komunitas media?
Apakah telah ada yang memfasilitasi diskusi-diskusi informal antar kelompok (baik
pemerintah, LSM, PMI, Akademisi, Media, Ulama dan sebagainya) untuk pengurangan
risiko bencana daerah
Apakah telah ada suatu forum yang berfungsi untuk mempercepat upaya pengurangan
risiko bencana di daerah yang terdiri dari aktor-aktor dari beda kelompok seperti
pemerintah, LSM, PMI, Akademisi, Media, Ulama dan sebagainya?
Apakah forum tersebut beranggotakan aktor-aktor yang memiliki kekuatan untuk
menembus birokrasi dan kendalakendala anggaran serta memiliki jaringan yang kuat
untuk melaksanakan pengurangan risiko bencana?

17

Prioritas

Indikator

No
4
1

Indikato
r1

2
3
4
1

Indikato
r2

2
3

Priorita
s2

4
1
Indikato
r3

2
3
4
1

Indikato
r4

2
3
4

Priorita

Indikato

Pertanyaan
Menurut Anda apakah forum ini telah menghasilkan pencapaian yang berarti untuk
pengurangan risiko bencana di daerah ini?
Apakah telah dihasilkan peta ancaman bencana sebagai analisis awal terhadap risiko
bencana?
Apakah telah ada Dokumen Kajian Risiko yang dilengkapi dengan peta risiko untuk
seluruh jenis ancaman bencana di daerah Anda?
Apakah Kajian Risiko Bencana-bencana tersebut selalu diperbaharui secara periodik
berdasarkan data terbaru?
Apakah Kajian Risiko Bencana Daerah telah dijadikan dasar bagi pembangunan dan
penanaman modal pada tingkat lokal/nasional?
Apakah telah tersedia data-data pendukung dan analisisnya untuk penyusunan Kajian
Risiko Bencana seperti data penduduk terpapar bencana, data infrastruktur terpapar
bencana dan lainnya ?
Apakah data-data pendukung dan analisisnya untuk penyusunan Kajian Risiko Bencana
- seperti data penduduk terpapar bencana, data infrastruktur terpapar bencana dan
lainnya - dipublikasi dengan system informasi sehingga memungkinkan untuk diakses
oleh komunitas di dalam daerah maupun komunitas di luar daerah?
Apakah informasi data pendukung tersebut digunakan untuk penyusunan kebijakan
pengurangan risiko bencana daerah ?
Apakah informasi data pendukung kajian risiko yang diperbarui secara periodik
tersebut juga dapat dilihat (diakses) dan dijadikan referensi bagi daerah lain?
Apakah masyarakat masih memanfaatkan kearifan local dan fenomena alam sebagai
peringatan akan datangnya bencana?
Apakah daerah telah memiliki sistem peringatan dini untuk setiap bencana yang sering
terjadi di daerah Anda?
Apakah telah dilaksanakan pelatihan, simulasi dan uji untuk system peringatan dini
secara berkala oleh multi stakeholder?
Apakah sistem peringatan dini siap beroperasi untuk skala besar dengan jangkauan
yang luas keseluruh tingkat masyarakat?
Apakah telah tersedia Dokumen Kajian Risiko Bencana daerah seperti pada pertanyaan
No. 18?
Apakah Dokumen Kajian Risiko bencana yang telah ada telah mempertimbangkan
risiko-risiko lintas batas wilayah administrasi kawasan Anda?
Apakah Dokumen Kajian Risiko bencana yang telah mempertimbangkan risiko-risiko
lintas batas dapat diakses oleh setiap pemangku kepentingan antar daerah?
Apakah Dokumen Kajian Risiko bencana yang telah mempertimbangkan risiko-risiko
lintas batas telah diimplementasikan untuk pengurangan risiko bencana lintas batas?
Apakah telah ada arsip yang berisikan data kejadian bencana yang terjadi di daerah

18

Prioritas

Indikator

No

2
r1
3
4
1
Indikato
r2

2
3
4
1
2

s3

Indikato
r3

3
4

Indikato
r4

2
3
4

Priorita

Indikato

Pertanyaan
anda selama 5 tahun terakhir?
Apakah Anda dapat mencari informasi kejadian bencana apa saja yang mungkin terjadi
pada hari ini di daerah anda dari sumber informasi tertulis yang tepercaya ?
Apakah informasi bencana yang diperbarui setiap hari dari sumber informasi tersebut
terintegrasi dengan system informasi ditingkat nasional?
Apakah informasi bencana yang diperbarui setiap hari dari sumber informasi tersebut
dijadikan referensi dalam pengambilan kebijakan pembangunan daerah ?
Apakah sudah ada peningkatan keterampilan dalam menangani keadaan darurat
bencana di sekolah?
Apakah sudah terlaksana pelajaran tentang pengurangan risiko bencana disekolah ?
Apakah pelajaran tentang pengurangan risiko bencana di sekolah telah ditunjang
dengan kurikulum yang terukur dan terstruktur ?
Apakah sudah ada transisi budaya menuju budaya pengurangan risiko bencana di
sekolah ?
Apakah Institusi Anda telah menggunakan hasil riset yang terbukti mampu
menurunkan kerugian bila terjadi bencana di wilayah Anda?
Apakah Institusi Anda telah menggunakan hasil riset untuk memantau ancaman
bencana dan menurunkan kerentanan daerah terhadap risiko multi bencana?
Apakah di daerah Anda telah tersedia metode riset standar yang diakui dan digunakan
secara kolektif untuk kajian multi risiko yang berasal dari perguruan tinggi atau
lembaga lainnya untuk menurunkan rasio pemakaian dana pemulihan bencana?
Apakah Metode Riset tersebut telah terbukti untuk menurunkan rasio pemakaian dana
pemulihan yang diakibatkan oleh upaya-upaya pengurangan risiko bencana
berdasarkan hasil riset?
Apakah di daerah Anda telah terdapat berbagai media permanen (baik media cetak,
elektronik, billboard, poster atau event/acara terorganisir yang tetap ada) untuk
mempublikasikan pembangunan kesadaran masyarakat untuk melakukan praktik
pengurangan risiko bencana?
Apakah daerah Anda telah memiliki inisiatif untuk membangun desa tangguh/siaga
dalam menggalang praktik budaya pengurangan risiko bencana yang telah diperkuat
oleh para pemangku kepentingan baik akademisi, praktisi maupun pemerintah
Apakah standar minimal materi publikasi dan desa tangguh tersebut diterapkan dalam
strategi dan perencanaan terukur serta memperhitungkan momen Hari Pengurangan
Risiko Bencana dalam pelaksanaannya
Apakah tersedia metode untuk mengukur keberhasilan strategi dan perencanaan
publikasi yang diterapkan pada suatu daerah dalam meningkatkan praktik budaya
pengurangan risiko bencana?
Apakah di pemerintahan maupun dikomunitas Anda telah ada kebijakan tentang

19

Prioritas

Indikator

No

s4
2

r1

3
4
1
2
Indikato
r2
3
4

Indikato
r3

2
3
4

Indikato
r4

1
2
3

Pertanyaan
pengelolaan lingkungan hidup yang terintegrasi secara proporsional terhadap
Pengurangan risiko be ncana?
Apakah telah ada kebijakan-kebijakan terkait pengelolaan lingkungan, pemanfaatan
sumberdaya alam serta tata guna lahan yang memperhatikan aspek pengurangan
risiko bencana?
Apakah kebijakan tersebut telah memprioritaskan unsur-unsur pengurangan risiko
bencana dengan mengurangi faktor-faktor risiko dasar (ekonomi, sosial, budaya dan
infrastruktur) serta perubahan iklim?
Apakah kebijakan tersebut telah diaplikasikan secara berkelanjutan?
Apakah telah ada diselenggarakan aksi-aksi sosial dalam kelompokkelompok komunitas
yang terintegrasi dengan pengurangan risiko bencana?
Apakah telah ada aksi-aksi sosial (seperti program kapasitas jaringan pangan,
kesehatan, membangun perekonomian untuk menekan terbentuknya masyarakat
miskin, asuransi infrastruktur,) untuk mengurangi kerentanan penduduk dari berbagai
pemangku kepentingan yang telah ditentukan dalam kebijakan pembangunan sosial?
Apakah aksi- aksi tersebut tersebut dilaksanakan di seluruh wilayah ancaman
bencana?
Apakah telah terbangun budaya komunitas yang berorientasi pada aspek kapasitas
jaringan pangan, kesehatan umum, perekonomian dalam hal pengurangan
terbentuknya kelompok-kelompok miskin dan asuransi infrastruktur dan asset
penduduk dengan partisipasi setiap komponen komunitas?
Apakah sektor produksi telah mulai mengembangkan upaya-upaya untuk pengurangan
risiko bencana kepada kelompok-kelompok kecil masyarakat dalam bentuk kemitraan
pemerintah, dunia usaha dan masyarakat?
Apakah ada perlindungan terhadap kegiatan-kegiatan ekonomi serta sector produksi
yang secara tidak langsung perlindungan tersebut ditujukan untuk membantu
meningkatkan kapasitas komunitas dalam upaya pengurangan risiko bencana?
Apakah telah ada kegiatan-kegiatan yang terukur dan terarah berdasarkan rencana
yang matang untuk meningkatkan kapasitas komunitas dibidang ekonomi dan produksi
yang ditujukan untuk pengurangan risiko bencana?
Apakah telah terbangun iklim yang kondusif bagi peningkatan dan perlindungan
kegiatan ekonomi dan sector produksi yang ditujukan untuk peningkatan kapasitas
komunitas dalam bidang perekonomian?
Apakah telah ada rencana tata ruang wilayah yang mendukung upaya pengurangan
risiko bencana?
Apakah ada tindakan hukum terhadap pemukiman penduduk yang tidak direncanakan
dan dikelola berdasarkan rencana tata guna lahan, IMB dan perluasannya?
Apakah telah ada rancangan pengelolaan pemukiman penduduk yang sesuai dengan

20

Prioritas

Indikator

No

4
1
Indikato
r5

2
3
4
1
2

Indikato
r6

3
4

Priorita
s5

1
2
Indikato
r1
3
4

Indikato
r2

Indikato
r3

1
2
3
4
1

Pertanyaan
strategi rencana tata guna lahan hingga mampu meminimalkan risiko bencana?
Apakah pembangunan kawasan seluruh wilayah huni telah sesuai dengan rencana tata
guna lahan?
Apakah telah ada mekanisme dan/atau rencana rehabilitasi dan pemulihan pasca
bencana walau disusun sepihak tanpa menampung aspirasi korban ?
Apakah telah ada mekanisme dan/atau rencana dan pelaksanaan pemulihan bencana
yang disusun secara bersama oleh pemangku kepentingan?
Apakah telah ada rancangan proses - proses pemulihan pasca bencana yang
mempertimbangkan prinsip-prinsip risiko bencana guna menghindari risiko baru dari
pembangunan?
Apakah rancangan tersebut telah terlaksana?
Apakah telah diterapkan prosedur penilaian dampak lingkungan untuk proyek
pembangunan besar?
Apakah telah ada prosedur penilaian Analisis Risiko Bencana untuk proyek
pembangunan besar terutama infrastruktur?
Apakah prosedur tersebut dapat menilai dampak-dampak risiko bencana untuk proyekproyek lain seperti pengentasan kemiskinan, perumahan, air dan energi selain
infrastruktur ?
Apakah pelaksanaan prosedur tersebut telah terwujud ke dalam strategi, rencana dan
program pembangunan?
Apakah terdapat lembaga di pemerintahan yang didukung relawan untuk melakukan
praktik penanganan darurat bencana?
Apakah telah ada Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) dan/atau Sistem Komando
Tanggap Darurat Bencana yang terstruktur dalam sebuah prosedur operasi di daerah
anda?
Apakah personil perangkat darurat tersebut (Pusdalops dan/atau Komando Tanggap
Darurat) telah memiliki kemampuan teknis dalam hal penanggulangan bencana
khususnya dalam penanganan darurat bencana?
Menurut penilaian Anda, apakah upaya penanganan darurat bencana yang pernah
dilaksanakan oleh seluruh pihak telah efektif untuk menekan jumlah korban yang
timbul?
Apakah telah ada latihan-latihan evakuasi?
Apakah sudah ada rencana kontijensi untuk 2 potensi bencana di daerah anda ?
Apakah upaya penangan darurat dilaksanakan berdasarkan rencana kontijensi dan
rencana pemulihan bencana?
Apakah ada prosedur tetap sebagai turunan dari Rencana kontijensi tersebut?
Apakah telah ada mekanisme untuk penggalangan bantuan dari pihak lain bila terjadi
bencana?

21

Prioritas

Indikator

No
2
3
4
1

Indikato
r4

2
3
4

Pertanyaan
Apakah ada anggaran khusus untuk penanganan darurat?
Apakah anggaran tersebut memadai untuk memenuhi kebutuhan dasar dan melindungi
kelompok rentan saat terjadi darurat bencana?
Apakah dalam anggaran khusus untuk darurat bencana tersebut juga dialokasikan
untuk perbaikan terhadap fasilitas kritis?
Apakah di daerah Anda telah memiliki prosedur operasi standar untuk penanganan
darurat bencana yang memadukan seluruh prosedur operasi dari setiap institusi terkait
penanganan darurat bencana yang ada di daerah Anda?
Apakah dalam prosedur operasi standar penanganan darurat yang pemerintah atau
insitusi Anda miliki telah terdapat prosedur untuk merekam (baik dalam pencatatan
atau audiovisual) pertukaran informasi saat darurat bencana?
Setelah terjadi bencana, apakah terjadi proses evaluasi operasi kedaruratan
berdasarkan catatan komunikasi dengan mewawancarai para tokoh terkait untuk
meningkatkan efekitivitas operasi darurat di kemudian hari?
Apakah prosedur-prosedur terkait operasi darurat bencana diperbarui berdasarkan hasil
dari evaluasi pencatatan komunikasi yang terjadi saat operasi darurat bencana yang
telah terjadi?
Jumlah

22

III.4.

Analisis Data

III.4.1. Penentuan Tingkat Ancaman


Tingkat ancaman dihitung dengan parameter hasil indeks ancaman dan indeks
penduduk terpapar yang dianalisis menggunakan matriks kedua indeks
tersebut.

Indeks Ancaman

Tingkat Ancaman

Indeks Penduduk Terpapar


Rendah
Sedang

Tinggi

Rendah
Sedang
Tinggi

Sumber: Perka BNPB No. 2 Tahun 2012

Keterangan:
Tingkat ancaman tinggi
Tingkat ancaman sedang
Tingkat ancaman rendah

III.4.2. Penentuan Tingkat Kerugian


Tingkat kerugian dihitung dengan parameter tingkat ancaman dan indeks
kerugian yang dianalisis menggunakan matriks kedua indeks tersebut.
Tingkat Kerugian
Tingkat Ancaman

Rendah

Indeks Kerugian
Sedang

Tinggi

Rendah
Sedang
Tinggi

Sumber: Perka BNPB No. 2 Tahun 2012

Keterangan:
Tingkat ancaman tinggi
Tingkat ancaman sedang
Tingkat ancaman rendah

III.4.3. Penentuan Tingkat Kerentanan


a. Indeks Kerentanan Sosial
b. Indeks Kerentanan Ekonomi
c. Indeks Kerentanan Fisik
d. Indeks Kerentanan Lingkungan

23

III.4.4. Penentuan Tingkat Kapasitas


Tingkat kapasitas dihitung dengan parameter tingkat ancaman dan indeks
kapasitas yang dianalisis menggunakan matriks kedua parameter tersebut.
Tingkat Kapasitas
Tingkat Ancaman

Rendah

Indeks Kapasitas
Sedang

Tinggi

Rendah
Sedang
Tinggi

Sumber: Perka BNPB No. 2 Tahun 2012

Keterangan:
Tingkat ancaman tinggi
Tingkat ancaman sedang
Tingkat ancaman rendah

III.4.5. Penentuan Tingkat Risiko Bencana


Tingkat risiko bencana ditentukan dengan parameter tingkat kerugian
dengan tingkat kapasitas yang dianalisis menggunakan matriks kedua
parameter tersebut.
Tingkat Risiko Bencana
Tingkat Kerugian

Rendah

Tingkat Kapasitas
Sedang

Tinggi

Rendah
Sedang
Tinggi

Sumber: Perka BNPB No. 2 Tahun 2012

Keterangan:
Tingkat ancaman tinggi
Tingkat ancaman sedang
Tingkat ancaman rendah

24

III.5.

Desain Peta

Penyajian seluruh peta dalam pengkajian risiko bencana disusun seperti


contoh
peta
yang
terlihat pada gambar berikut.

Peta ditampilkan pada kertas dengan ukuran A1. Peta yang dihasilkan dalam
Pengkajian
Risiko Bencana harus menginformasikan beberapa komponen seperti :
1. Judul Peta
Judul peta memberikan informasi umum tentang peta yang
sedang disajikan. Informasi tersebut adalah jenis bencana yang
dipetakan dan daerah pemetaan.
2. Legenda umum;

25

Memaparkan penjelasan simbol-simbol yang digunakan dalam


peta.
3. Indeks Risiko Bencana;
Menjelaskan range pewarnaan yang melambangkan tingkat
risiko bencana pada daerah yang dipetakan. Pewarnaan indeks
ini mengikuti aturan bahwa untuk indeks risiko tinggi
menggunakan warna merah, indeks risiko sedang menggunakan
warna kuning dan indeks risiko rendah menggunakan warna
hijau.
4. Petunjuk letak peta
5. Menjelaskan posisi peta pada daerah yang lebih luas. Peta pembanding
minimal adalah kawasan administratif 1 tingkat di atas kawasan peta
yang disajikan.
6. Petunjuk arah Utara dan Skala Peta
7. Nama file dan tanggal pembuatan peta
8. Data Teknis dan lingkup pemakaian peta
Data teknis minimal adalah proyeksi lokal, proyeksi geografi,
unit
grid,
gambar
latar,
sumber peta dan data pendukung lain serta metodologi yang
digunakan.
Lingkup
pemakaian peta harus secara jelas dipaparkan untuk membatasi
lingkup penggunaan peta.
9. Pengesahan dan penyusun peta
Peta Risiko Bencana dapat disusun oleh lembaga diluar
pemerintah
seperti
perguruan
tinggi, LSM maupun lembaga profesional. Namun seluruh peta
yang
dihasilkan
tetap
merupakan tanggung jawab pemerintah sebagai penanggung
jawab penyelenggaraan penanggulangan bencana pada suatu
daerah. Oleh karenanya, peta resmi yang harus digunakan oleh
seluruh pemangku kepentingan harus telah disahkan oleh
pemerintah.

26

IV.

RENCANA KERJA

Berdasarkan pendekatan dan metode yang ditempuh serta jangka waktu pelaksanaan pekerjaan Pemutakhiran Peta
Risiko Bencana Kabupaten Wonogiri, maka rencana kerja yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
Tabel IV-13
N
o
1.

2.

3.
4.

5.

Jadwal Rencana Kerja Pemutakhiran Peta Risiko Bencana Kabupaten Wonogiri


Uraian Tahapan Pekerjaan

Bulan Ke-1
1

Bulan Ke-2
4

Bulan Ke-3
4

PERSIAPAN
Pengumpulan literatur
Inventarisasi Data Spasial
Sosialisasi rencana kerja dengan pihak terkait
Penetapan batasan wilayah perencanaan
TAHAPAN PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data sekunder
Pendalaman data dasar, referensi hukum, dan studi terdahulu
Pengumpulan data: survey lapangan dan survey instansional
PENYERAHAN LAPORAN PENDAHULUAN
PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS
Kompilasi data
Analisis ancaman bencana
Analisis kerentanan bencana
Analisis kapasitas bencana
Penyusunan data spasial bencana
Merumuskan hasil analisis ke dalam laporan akhir
PENYERAHAN LAPORAN AKHIR

R
E
N
C
A
N
A

4
K
E
R
J
A

27

Anda mungkin juga menyukai