Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN INDIVIDU

STUDI LAPANGAN
BPBD KOTA YOGYAKARTA

PEMBIMBING :
Ir. WARDI NAZMAN, M.Sc,Arc, Eng

Oleh: dr. DESSY M. SIDDIK

PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR (PKA) ANGKATAN I

KEMENTERIAN DALAM NEGERI


PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
DR DESSY M. SIDDIK /PEMBIMBING IR. WARDY NAZMAN,MSC,.ARC,.ENG| STUDI LAPANGAN
PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN I
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA REGIONAL BUKITTINGGI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
REGIONAL BUKITTINGGI
TAHUN 2021

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................... 1
DAFTAR TABEL .............................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ..................................................................................... 3
1.2.Tujuan Penulisan................................................................................... 7
1.3.Indikator Hasil Pelaksanaan Kegiatan ................................................. 7
BAB II PROFIL LOKUS STUDI LAPANGAN
2.1.Gambaran Umum Kota Yogyakarta ……………………..................... 8
2.1.1.Geografis Kota Yogyakarta…………………………........................ 8
2.1.2.Visi dan Misi Kota Yogyakarta……………………….................... 10
2.2.GambaranSingkat Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota
Yogyakarta…………………................................................................ 11
2.2.1.Tugas Pokok dan Fungsi Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Kota Yogyakarta .............................................................................. 11
2.2.2. Struktur Organisasi BPBD Kota Yogyakarta ................................. 13
2.2.3. Sumber Daya Manusia BPBD Kota Yogyakarta ........................... 14
2.2.4. Pencapaian Kinerja Pelayanan ...................................................... 16
BAB III ANALISA MASALAH PELAYANAN ......................................... 18
BAB IV SRATEGI PENYELESAIAN MASALAH
4.1. Terobosan Inovasi .............................................................................. 20

4.2.Tahapan Kegiatan ................................................................................20

4.3.Sumber Daya ....................................................................................... 21

4.4.Manajemen Resiko .............................................................................. 21

DR DESSY M. SIDDIK /PEMBIMBING IR. WARDY NAZMAN,MSC,.ARC,.ENG| STUDI LAPANGAN


PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN I
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA REGIONAL BUKITTINGGI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
BAB V PENUTUP
5.1.Kesimpulan………………………………………………………...... 23
5.2. Saran……………………………………………………................... 23

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kecamatan yang ada di Kota Yogyakarta beserta luasnya................................ 9

Table 2.2 Komposisi jumlah karyawan berdasarkan pangkat dan golongan......................15

Tabel 2.3 Komposisi pegawai menurut jenjang Pendidikan...............................................15

Tabel 2.4 Visi, Misi dan Sasaran pembangunan daerah....................................................16

DR DESSY M. SIDDIK /PEMBIMBING IR. WARDY NAZMAN,MSC,.ARC,.ENG| STUDI LAPANGAN


PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN I
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA REGIONAL BUKITTINGGI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Secara umum wilayah Indonesia adalah tempat pertemuan tumbukan 3 (tiga) lempeng

tektonik yaitu lempeng Hindia Australia yang bergerak ke arah utara dan menunjam ke bawah

karena bertumbukan dengan lempeng Euroasia dibawah laut sebelah barat Sumatera terus sampai

di selatan Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara Timur dan membelok ke Utara. Kemudian dari arah

Timur lempeng Pasifik bergerak ke arah Barat menunjam ke bawah lempeng Euroasia di Daerah

Laut Banda – Halmahera (“teori plate tectonic”). Daerah jalur penunjaman lempeng tektonik disebut

dengan “subduction zone” yang merupakan juga “jalur gempa” dan di utara jalur gempa adalah

“inner zone” tempat “jalur sabuk gunung api.” Dampak dari akibat tumbukan lempeng tektonik

tersebut banyak terjadi bencana kebumian seperti erupsi gunung api, tanah longsor, gempa bumi,

tsunami sehingga Indonesia disebut juga sebagai “ super market bencana”. Dari kondisi alam

Indonesia yang memang sudah terbentuk akibat proses geologi itu beserta dampak

kebencanaannya.

Rangkaian bencana yang dialami Indonesia, khususnya pada tahun 2004 dan 2005, telah

mengembangkan kesadaran mengenai kerawanan dan kerentanan masyarakat. Sikap reaktif dan

pola penanggulangan bencana yang dilakukan dirasakan tidak lagi memadai. Dirasakan kebutuhan

DR DESSY M. SIDDIK /PEMBIMBING IR. WARDY NAZMAN,MSC,.ARC,.ENG| STUDI LAPANGAN


PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN I
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA REGIONAL BUKITTINGGI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
untuk mengembangkan sikap baru yang lebih proaktif, menyeluruh, dan mendasar dalam menyikapi

bencana.

Pola penanggulangan bencana mendapatkan dimensi baru dengan dikeluarkannya Undang-

Undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana yang diikuti beberapa aturan

pelaksana terkait, yaitu Peraturan Presiden No. 08 tahun 2008 tentang Badan Nasional

Penanggulangan Bencana, Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, PP No. 22 tahun 2008 tentang Pendanaan dan

Pengelolaan Bantuan Bencana, dan PP No. 23 tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga

Internasional dan Lembaga Asing non Pemerintah Dalam Penanggulangan Bencana. Dimensi baru

dari rangkaian peraturan terkait dengan bencana tersebut adalah:

(1) Penanggulangan bencana sebagai sebuah upaya menyeluruh dan proaktif dimulai dari

pengurangan risiko bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi dan rekonstruksi.

(2) Penanggulangan bencana sebagai upaya yang dilakukan bersama oleh para pemangku

kepentingan dengan peran dan fungsi yang saling melengkapi.

(3) Penanggulangan bencana sebagai bagian dari proses pembangunan sehingga mewujudkan

ketahanan (resilience) terhadap bencana.

Berbagai kebijakan tersebut telah ditindaklanjuti dengan pendirian Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB) dan masih akan dilengkapi dengan berbagai peraturan

pelaksanaan. Sementara proses pengembangan kebijakan sedang berlangsung, proses lain yang

tidak kalah penting adalah memastikan bahwa provinsi dan Kabupaten/Kota mulai mengembangkan

kebijakan, strategi, dan operasi penanggulangan bencana sesuai dengan arah pengembangan

kebijakan di tingkat nasional.

DR DESSY M. SIDDIK /PEMBIMBING IR. WARDY NAZMAN,MSC,.ARC,.ENG| STUDI LAPANGAN


PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN I
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA REGIONAL BUKITTINGGI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
Upaya penanggulangan bencana di daerah perlu dimulai dengan adanya kebijakan daerah

yang bertujuan menanggulangi bencana sesuai dengan peraturan yang ada. Strategi yang

ditetapkan daerah dalam menanggulangi bencana perlu disesuaikan dengan kondisi daerah.

Operasi penanggulangan bencana perlu dipastikan efektif, efisien dan berkelanjutan. Dalam UU No.

24 tahun 2007 dinyatakan bahwa untuk daerah akan dibentuk Badan Penanggulangan Bencana

Daerah (BPBD) untuk menggantikan fungsi Satkorlak dan Satlak juga dinyatakan bahwa BPBD

terdiri dari dua unsur, yaitu unsur pengarah dan unsur pelaksana. Unsur pengarah sendiri terdiri dari

pemerintah terkait dan kalangan profesional. Kondisi merupakan sesuatu yang unik dalam sistem

Pemerintah Daerah, karena tidak ada SKPD yang memiliki unsur pengarah, umumnya penyusunan

kebijakan dan pertanggungjawaban kegiatan dilakukan langsung kepada Kepala Daerah melalui

Sekda. Bencana sudah sering terjadi di Indonesia, pemerintah dengan upaya pembentukan BPBD di

seluruh wilayah Indonesia. Berdasarkan Permendagri No. 48 tahun 2008 tentang SOTK (Satuan

Organisasi Tata Kerja) BPBD yang menyatakan provinsi wajib membentuk BPBD sementara untuk

tingkat kabupaten/kota juga wajib membentuk BPBD (klasifikasi A atau B). Dalam melaksanakan

ketiga prinsip penanggulangan bencana sesuai dengan UU No. 24 tahun 2007 (cepat dan tepat;

prioritas; dan koordinasi dan keterpaduan), kelembagaan penanggulangan bencana harus dapat

bertindak lintas sektor dan lintas wilayah serta memiliki rantai komando yang jelas dan efektif. Dalam

kaitan kemampuan bertindak lintas sektor, pada saat ini beberapa departemen teknis di tingkat

pusat dan beberapa SKPD di daerah telah menjalankan fungsi penanggulangan bencana. Fungsi

koordinasi telah dijalankan oleh unsur pimpinan nasional dan pimpinan daerah.

BPBD Kota Yogyakarta merupakan salah satu unit kelembagaan penanggulangan bencana

yang dipandang cakap dalam menjalankan Best Practice inovasi penanggulangan bencana.

DR DESSY M. SIDDIK /PEMBIMBING IR. WARDY NAZMAN,MSC,.ARC,.ENG| STUDI LAPANGAN


PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN I
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA REGIONAL BUKITTINGGI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
Sebagai daerah yang rawan bencana Pemerintah Daerah Kota Yogyakarta untuk terus melakukan

inovasi-inovasi dalam melaksanakan penanggulangan bencana. BPBD Kota Yogyakarta

mengupayakan penanggulangan bencana yang meliputi kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapan,

tanggap darurat dan pemulihan yangdilakukan pada sebelum, pada saat dan setelah bencana

bersama masyarakat secarasinergi.

1) Memberikan pedoman dan pengarahan terhadap upaya penanggulangan pada bencana,

penanganan tanggap darurat, rehabilitasi, rekonstruksi secara adil dan merata sesuai kondisi

di wilayah daerahnya masing-masing.

2) Menyampaikan informasi kegiatan penanggulangan bencana kepada masyarakat.

3) Melaksanakan kewajiban sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Saat ini BPBD Kota Yogyakarta telah mengalami perubahan paradigma bencana dari upaya

reaktif menjadi upaya proaktif pada prinsipnya lebih menekankan pada tahap prabencana. Untuk itu,

unsur-unsur tahap prabencana perlu dipersiapkan secara terpadu dengan penekanan pada unsur

kesiapsiagaan dalam rangka penanganan tanggap darurat yang efektif. Hal ini lah yang menjadi dasar

pertimbangan pelaksanaan kegiatan studi lapangan Kegiatan Pelatihan Kepemimpinan

Administrator (PKA) BPSDM Kemendagri Angkatan I TA. 2021 mengambil lokus di Pemerintah

Daerah Kota Yogyakarta.

Melalui study lapangan ini diharapkan peserta Diklat Pelatihan Kepemimpinan Administrator

Angkatan I Tahun 2021dapat berpikir kreatif, dan inovatif serta menerapkan di Instansi masing-

masing.

DR DESSY M. SIDDIK /PEMBIMBING IR. WARDY NAZMAN,MSC,.ARC,.ENG| STUDI LAPANGAN


PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN I
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA REGIONAL BUKITTINGGI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
1.2. Tujuan Penulisan

Tujuan dari pelaksanaan studi lapangan peserta Diklat Pelatihan Kepemimpinan Administrator

Angkatan I Tahun 2021 ke BPBD Kota Yogyakarta adalah membekali peserta mendapatkan lesson

learnt, mengadopsi dan mengadaptasi keunggulan organisasi yang memiliki best practice dalam

pengelolaan tugas dan fungsi organisasi, serta mengidentifikasi komponen strategi yang penting

dalam peningkatan kinerja organisasi ( Key Succes Factor /KSF ).

1.3 Indikator Hasil Pelaksanaan Kegiatan

Indikator hasil pelaksanaan kegiatan Studi Lapangan peserta PKA diharapkan mampu untuk :

1. menjelaskan tahapan pembelajaran studi lapangan;


2. menyusun lesson learnt, adopsi dan adaptasi keunggulan strategi dan manajemen kinerja
pelayanan publik; dan
3. berbagi pengalaman hasil studi lapangan.

BAB II

PROFIL LOKUS STUDI LAPANGAN

DR DESSY M. SIDDIK /PEMBIMBING IR. WARDY NAZMAN,MSC,.ARC,.ENG| STUDI LAPANGAN


PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN I
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA REGIONAL BUKITTINGGI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
2.1. Gambaran Umum Kota Yogyakarta

Kota Yogyakarta merupakan daerah otonom yang terbentuk pada akhir tahun 2008

berdasarkan Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Yogyakarta di

Provinsi Banten tertanggal 26 November 2008. Pembentukan daerah otonom baru tersebut,

merupakan pemekaran dari Kabupaten Tangerang, dilakukan dengan tujuan meningkatkan

pelayanan dalam bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan serta dapat

memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah guna mempercepat terwujudnya

kesejahteraan masyarakat. 

2.1.1. Geografis Kota Yogyakarta

Kota Yogyakarta merupakan daerah otonom dan berkedudukan sebagai ibukota Propinsi

yang terletak di tengah-tengah Propinsi. Secara administratif, wilayah Kota Yogyakarta terdiri dari 14

(empat belas) kecamatan dan 45 (empat puluh lima) kelurahan. Secara geografis, Kota Yogyakarta

terletak antara 110o24’19’-110o28’53’ Bujur Timur dan antara 07 o15’24’ – 07o49’26’ Lintang Selatan

dengan luas wilayah 32,5 Km2yang berarti 1,025% dari wilayah Propinsi DIY. Adapun batas-batas

wilayah Kota Yogyakarta adalah sebagai berikut :

 Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Sleman

 Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman

 Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bantul

 Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman.

DR DESSY M. SIDDIK /PEMBIMBING IR. WARDY NAZMAN,MSC,.ARC,.ENG| STUDI LAPANGAN


PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN I
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA REGIONAL BUKITTINGGI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
Apabila dilihat dari kecamatan terluas adalah Kecamatan Umbulharjo dengan luas 8,12 Km 2

atau 24,98%, sedangkan kecamatan dengan luas paling kecil adalah Pakualaman dengan luas

0.63Km2 atau 1,94%. Deskripsi luas wilayah Kota Yogyakarta digambarkan pada tabel berikut.

Tabel 2.1 Kecamatan yang ada di Kota Yogyakarta beserta luasnya


LUAS DAERAH (Km2)
NO KECAMATAN PERSENTASE (%)

1. Mantrijeron 2,61 8,03


2. Kraton 1,40 4,31
3. Mergangsan 2,31 7,11
4. Umbulharjo 8,12 24,98
5. Kotogede 3.07 9,45
6. Gondokusuman 3,99 12,28
7. Danurejan 1,10 3,38
8. Pakualaman 0,63 1,94
9. Gongomanan 1,12 3,45
10. Ngampilan 0,82 2,52
11. Winobrajan 1,76 5,42
12. Gedongtengen 0,96 2,95
13. Jetis 1,70 5,23
14. Tegalrejo 2,91 8,95
Kota Yogyakarta 32,5 100,00%
Sumber: BPN Kota Yogyakarta

Secara garis besar Kota Yogyakarta merupakan dataran rendah dimana dari barat ke timur

relatif datar dan dari utara ke selatan memiliki kemiringan ± 1 derajat, serta terdapat 3 (tiga) sungai

yang melintas Kota Yogyakarta, yaitu :

 Sebelah timur adalah Sungai Gajah Wong

 Bagian tengah adalah Sungai Code

 Sebelah barat adalah Sungai Winongo

Kondisi tanah Kota Yogyakarta cukup subur dan memungkinkan ditanami berbagai tanaman

pertanian maupun perdagangan, disebabkan oleh letaknya yang berada didataran lereng gunung

DR DESSY M. SIDDIK /PEMBIMBING IR. WARDY NAZMAN,MSC,.ARC,.ENG| STUDI LAPANGAN


PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN I
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA REGIONAL BUKITTINGGI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
Merapi (fluvia vulcanic foot plain) yang garis besarnya mengandung tanah regosol atau tanah

vulkanis muda Sejalan dengan perkembangan Perkotaan dan Pemukiman yang pesat, lahan

pertanian Kota setiap tahun mengalami penyusutan. Data tahun 1999 menunjukkan penyusutan

7,8% dari luas area Kota Yogyakarta (3.249,75) karena beralih fungsi, (lahan pekarangan).

2.1.2.Visi dan Misi Kota Yogyakarta

VISI : 

Meneguhkan Kota Yogyakarta sebagai Kota Nyaman Huni dan Pusat Pelayanan Jasa yang

Berdaya Saing Kuat untuk Keberdayaan Masyarakat dengan Berpijak pada Nilai Keistimewaan.

MISI : 

1. Meningkatkan kesejahteraan dan keberdayaan masyarakat

2. Memperkuat ekonomi kerakyatan dan daya saing Kota Yogyakarta

3. Memperkuat moral, etika dan budaya masyarakat Kota Yogyakarta

4. Meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, sosial dan budaya

5. Memperkuat tata kota dan kelestarian lingkungan

6. Membangun sarana prasarana publik dan permukiman

7. Meningkatkan tatakelola pemerintah yang baik dan bersih

2.2 Gambaran Singkat Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota


Yogyakarta

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta adalah perangkat daerah

Kota Yogyakarta yang dibentuk dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi untuk

penanggulangan bencana dan segala akibat yang dimunculkannya. Berdasarkan Undang-Undang

DR DESSY M. SIDDIK /PEMBIMBING IR. WARDY NAZMAN,MSC,.ARC,.ENG| STUDI LAPANGAN


PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN I
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA REGIONAL BUKITTINGGI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan bencana merupakan payung hukum tertinggi

pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang selanjutnya Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta dibentuk atas landasan Peraturan

Daerah Kota Yogyakarta Nomor. 03 Tahun 2011 tentang Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Kota Yogyakarta.

Berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 120 Tahun 2020 tentang Kedudukan, Susunan

Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja, Badan Penanggulangan Bencana Daerah mempunyai

tugas membantu Walikota melaksanakan pengorganisasian urusan pemerintahan di bidang

ketenteraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat pada sub urusan bencana.

2.2.1 Tugas Pokok dan Fungsi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Yogyakarta

BPBD Kota Yogyakarta merupakan salah satu lembaga/ unsur pelaksana teknis Pemerintah

Kota Yogyakarta yang memiliki tugas pokok membantu Walikota melaksanakan pengoordinasian

urusan pemerintahan di bidang ketenteraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat pada

sub urusan bencana.

Dalam menyelenggarakan tugas pokok tersebut yang dimaksud dalam pasal 4, BPBD Kota

Yogyakarta mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Pengoordinasian perencanaan penyelenggaraan sub urusan bencana;

2. Pengoordinasian dan perumusan kebijakan teknis di bidang penanggulanganbencana;

3. Pengoordinasian tugas dan fungsi unsur organisasi Badan;

4. Pengoordinasian penyelenggaraan penanggulangan bencana;

5. Pengoordinasian pelaksanaan kegiatan kesekretariatan Badan;

DR DESSY M. SIDDIK /PEMBIMBING IR. WARDY NAZMAN,MSC,.ARC,.ENG| STUDI LAPANGAN


PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN I
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA REGIONAL BUKITTINGGI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
6. Pembinaan dan pengoordinasian penyelenggaraan tugas dan fungsi

kelompok jabatan fungsional pada Badan;

7. Pengoordinasian pengelolaan data dan informasi Badan;

8. Pengoordinasian penyelenggaraan pengelolaan kearsipan dan perpustakaan Badan;

9. Pengoordinasian pelaksanaan reformasi birokrasi, sistem pengendalian

internal pemerintah dan zona integritas, ketatalaksanaan dan budaya

pemerintahan Badan;

10. Pengoordinasian tindak lanjut laporan hasil pemeriksaan;

11. Pengoordinasian pelaksanaan pemantauan, pengendalian, evaluasi dan

penyusunan laporan pelaksanaan tugas Badan; dan

12. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan bidang tugas Badan.

2.2.2 Struktur Organisasi BPBD Kota Yogyakarta

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Yogyakarta merupakan unsur pendukung

tugas Walikota di bidang penyelenggaraan penanggulangan bencana yang terdiri dari Kepala, Unsur

Pengarah dan Unsur Pelaksana. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Yogyakarta

dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada

Walikota.

Organisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Yogyakarta terdiri atas :

1. Kepala BPBD

Kepala BPBD secara ex-officio dijabat oleh Sekretaris Daerah.

2. Unsur Pengarah

DR DESSY M. SIDDIK /PEMBIMBING IR. WARDY NAZMAN,MSC,.ARC,.ENG| STUDI LAPANGAN


PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN I
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA REGIONAL BUKITTINGGI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
Unsur Pengarah terdiri dari Ketua dan anggota.

3. Unsur Pelaksana

Unsur Pelaksana terdiri dari:

- Kepala Pelaksana

- Sekretariat Unsur Pelaksana

- Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan

- Seksi Kedaruratan dan Logistik

- Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi

4. Kelompok Jabatan Fungsional

DR DESSY M. SIDDIK /PEMBIMBING IR. WARDY NAZMAN,MSC,.ARC,.ENG| STUDI LAPANGAN


PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN I
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA REGIONAL BUKITTINGGI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
2.2.3 Sumber Daya Manusia BPBD Kota Yogyakarta

Kondisi sumberdaya manusia dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yaitu sebanyak 9 orang PNS, 33 orang Tenaga

teknis,dan 12 Relawan TRC dengan komposisi sebagai berikut :

Tabel 2.2 Komposisi jumlah karyawan berdasarkan pangkat dan golongan

DR DESSY M. SIDDIK /PEMBIMBING IR. WARDY NAZMAN,MSC,.ARC,.ENG| STUDI LAPANGAN


PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN I
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA REGIONAL BUKITTINGGI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
No Uraian Gol Jumlah
1 Kepala Pelaksana - -
2 Kepala Sekretaris - -
3 Kepala Seksi Pembina, III/d 3 orang
4 Staf Penata, III/a 1 orang
Pengatur TK I, II/d 1 orang
Pengatur,II/c 3 orang
Pengatur Muda, II/a 1 orang
5 Tenaga Teknis Pusdalops PB 20 orang
Fasilitator 13 orang
6 Relawan TRC 12 orang
Jumlah Total 54 orang
Sumber Data : Kepegawaian, November 2017

Tabel 2.3 Komposisi pegawai menurut jenjang pendidikan


No Jenjang Pendidikan Jumlah
1 S2 3 orang
2 S1 1 orang
3 D3 2 orang
4 D2 - orang
5 SMA 2 orang
6 SMP 1 orang
7 SD - orang
Sumber Data : Kepegawaian, November 2017

2.2.4 Pencapaian Kinerja Pelayanan

DR DESSY M. SIDDIK /PEMBIMBING IR. WARDY NAZMAN,MSC,.ARC,.ENG| STUDI LAPANGAN


PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN I
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA REGIONAL BUKITTINGGI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
BPBD Kota Yogyakarta memiliki target kinerja yang harus dicapai sesuai yang tertuang

dalam Rencana Strategis BPBD Tahun 2017-2022 dan mengacu pada RPJMD Kota Yogyakarta

Tahun 2017-2022, dengan sasaran strategis sebagai berikut :

1. Menjamin konsistensi perencanaan dan pemilihan program dan kegiatan sesuai dengan

prioritas serta kebutuhan daerah/lapangan;

2. Untuk menetapkan prioritas program dan kegiatan yang strategis selama lima tahun.

3. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan khususnya sub urusan bencana.

4. Memantapkan pelaksanaan akuntabilitas dan kinerja perangkat daerah sebagai wujud

pertanggungjawaban dalam pencapaian visi, misi, tujuan, sasaran dan kebijakan

pembangunan daerah.

Tabel 2.4. Visi, Misi, dan Sasaran Pembangunan Daerah

Visi Misi Sasaran


Meneguhkan Kota Meningkatkan 1. Kemiskinan Masyarakat
Yogyakarta Sebagai Kesejahteraan dan Menurun
Kota Nyaman Huni Dan Keberdayaan Masyarakat 2. Keberdayaan Masyarakat
Pusat Pelauanan Jasa Meningkat
Yang Berdaya Saing 3. Ketahanan Pangan
Kuat Untuk Masyarakat Meningkat
Keberdayaan Memperkuat ekonomi 1. Ketimpangan Pendapatan
Masyarakat Dengan kerakyatan dan daya Antar Penduduk Menurun
Berpijak Pada Nilai saing Kota Yogyakarta 2. Pertumbuhan Ekonomi
Keistimawaan Meningkat
Memperkuat moral, etika, 1. Gangguan Ketentraman
dan budaya masyarakat dan ketertiban
Kota Yogyakarta Masyarakat menurun

DR DESSY M. SIDDIK /PEMBIMBING IR. WARDY NAZMAN,MSC,.ARC,.ENG| STUDI LAPANGAN


PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN I
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA REGIONAL BUKITTINGGI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
Meningkatkan kualitas 1. Kualitas Pendidikan
Pendidikan, Kesehatan meningkat
sosial, dan budaya 2. Harapan hidup
masyarakat meningkat
3. Peran serta masyarakat
dalam pengembangan
dan pelestarian budaya
meningkat
Memperkuat tata kota 1. Kesesuaian pemanfaatan
dan kelestarian ruang meningkat
lingkungan 2. Kualitas lingkungan hidup
meningkat
Membangun sarana dan 1. Infrastruktur wilayah
prasarana public dan meningkat
pemukiman

Meningkatkan tata Kelola 1. Kapasitas tata Kelola


pemerintahan yang baik pemerintahan meningkat
dan bersih

Sumber : RPJMD Kota Yogyakarta 2017-2022

BAB III

ANALISA MASALAH PELAYANAN

Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perseorangan dimasa pandemi Covid 19,

Puskesmas mengimplementasikan Surat Edaran Menteri Kesehatan nomor

HK.02.01/MENKES/303/2020 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan melalui Pemanfaatan

DR DESSY M. SIDDIK /PEMBIMBING IR. WARDY NAZMAN,MSC,.ARC,.ENG| STUDI LAPANGAN


PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN I
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA REGIONAL BUKITTINGGI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
Tekhnologi Informasi dan Komunikasi dalam rangka Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease

2019 (covid 19). Pelayanan rawat jalan di Puskesmas harus disesuaikan dengan kondisi Pandemi

covid 19 agar tidak terjadi penularan secara langsung. Hal ini bisa dilakukan dengan menerapkan

beberapa hal seperti :

- Melakukan skrining kepada semua pengunjung Puskesmas

- Mengubah alur pelayanan

- Menyediakan ruangan pemeriksaan khusus untuk pasien penyakit infeksi saluran nafas akut

- Mengubah posisi tempat duduk pasien diruang tunggu ( jarak diperlebar )

- Menggunakan sekat pembatas transparan antara petugas dan pasien

Dalam pelaksanaan pelayanan perseorangan di Puskesmas selama masa pandemi covid 19

ini masih ditemukan beberapa masalah, antara lain :

1. Belum semua pengunjung Puskesmas dilakukan skrining covid 19

2. Masih ada pengunjung yang mengabaikan jaga jarak karena terbatasnya tempat duduk

diruang tunggu pasien

3. Tertundanya pelayanan kesehatan gigi dan mulut tertentu karena petugas masih takut

melakukan tindakan

4. Belum maksimalnya sistem rujukan pasien ke Rumah Sakit terutama pasien konfirmasi covid

19 dan ibu bersalin karena Puskesmas belum bisa mengakses aplikasi SISRUTE ( Sistem

Rujukan Terpadu ) .

5. Tidak maksimalnya pelayanan pemberian informasi obat kepada pasien

DR DESSY M. SIDDIK /PEMBIMBING IR. WARDY NAZMAN,MSC,.ARC,.ENG| STUDI LAPANGAN


PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN I
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA REGIONAL BUKITTINGGI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
6. Masyarakat takut datang ke Puskesmas untuk memeriksakan kesehatan karena khawatir

tertular covid 19 sehingga penderita penyakit kronis ( DM, Hipertensi ) banyak yang tidak

terkontrol

BAB IV

STRATEGI PENYELESAIAN MASALAH

4.1.Terobosan Inovasi

Agar Pelayanan perseorangan di Puskesmas bisa tetap berjalan optimal perlu dilakukan

inovasi- inovasi, seperti :

DR DESSY M. SIDDIK /PEMBIMBING IR. WARDY NAZMAN,MSC,.ARC,.ENG| STUDI LAPANGAN


PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN I
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA REGIONAL BUKITTINGGI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
1.Memanfaatkan tekhnologi untuk pendaftaran pasien seperti aplikasi pendaftaran online

atau pendaftaran lewat Whatsapp/Handphone, sehingga tidak terjadi penumpukan pasien

disaat yang sama dan pelayanan menjadi lebih cepat.

2.Mengoptimalkan pemanfaatan aplikasi SISRUTE ( sistem rujukan terpadu ) dalam rujukan

ke RS sehingga pasien cepat ditangani.

3.Membuat layananan konsultasi online dengan menggunakan whatsapp/ handphone

4.2.Tahapan Kegiatan

Untuk terlaksananya rencana inovasi mengatasi permasalahan pelayanan perseorangan

pada masa pandemi covid 19 dipuskesmas dapat dilakukan tahap-tahap berikut :

1.Membuat regulasi sistem rujukan dengan menggunakan aplikasi SISRUTE

2.Membangun jejaring kerja antara Puskesmas dan Rumah Sakit mengenai tatacara

rujukan dengan aplikasi SISRUTE ( adanya MOU/PKS )

3.Melakukan pelatihan kepada seluruh petugas puskesmas mengenai aplikasi SISRUTE

4.Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.

4.3.Sumber Daya

Sumber daya sangat berperan penting dalam suatu organisasi. Untuk melaksanakan inovasi

diatas Puskesmas sudah memiliki sumber daya yang bisa menunjang kegiatan tersebut, antara lain :

- Puskesmas sudah menggunakan perangkat tekhnologi digital dalam pelayanan

- Sumber Daya Manusia di Puskesmas rata-rata sudah memiliki pendidikan D3/S1

DR DESSY M. SIDDIK /PEMBIMBING IR. WARDY NAZMAN,MSC,.ARC,.ENG| STUDI LAPANGAN


PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN I
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA REGIONAL BUKITTINGGI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
- Seluruh Puskesmas dikota Padang sudah menerapkan pengelolaan keuangan BLUD,

sehingga lebih fleksibel dalam penganggaran

4.4.Manajemen Resiko

Manajemen Resiko merupakan salah satu unsur dalam Sistem Pengendalian Internal

Pemerintah (SPIP). SPIP adalah Sistem Pengendalian Internal (SPI) yang diselenggarakan secara

menyeluruh di lingkungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, sering dikaitkan dengan

upaya pengendalian pelaksaaan tugas dan mengurangi resiko-resiko dalam pelaksanaan tugas dan

fungsi (Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008). Upaya pengendalian pelaksanaan tugas dan

mengurangi resiko merupakan upaya yang melekat dan strategis dalam manajemen mutu untuk

menjamin mutu pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah.

Dalam melaksanakan kegiatan diatas perlu dipikirkan kemungkinan-kemungkinan resiko yang

akan terjadi serta dampak dan cara mengatasinya. Adapun kemungkinan resiko yang bisa terjadi

adalah :

- Tidak digunakannya aplikasi SISRUTE dalam merujuk pasien ke Rumah Sakit sehingga

ada kemungkinan pasien tidak bisa dilayani langsung oleh Rumah Sakit yang

menyebabkan keterlambatan dalam pelayanan dan ketidakpuasan masyarakat terhadap

pelayanan Puskesmas

- Adanya permasalahan jaringan saat menggunakan aplikasi SISRUTE.

Untuk mengatasi kemungkinan resiko-resiko yang akan terjadi tersebut perlu komitmen yang

kuat untuk menjalankan sistem rujukan dengan aplikasi SISRUTE tersebut oleh seluruh petugas

Puskesmas dan Rumah sakit.

DR DESSY M. SIDDIK /PEMBIMBING IR. WARDY NAZMAN,MSC,.ARC,.ENG| STUDI LAPANGAN


PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN I
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA REGIONAL BUKITTINGGI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

- Pandemi Covid 19 memberikan dampak terhadap pelayanan publik termasuk Kota

Yogyakarta, sehingga Pemerintah Kota perlu melakukan penyesuaian bentuk layanan dan

inovasi-inovasi dalam pelayanan.

- Inovasi yang dilakukan oleh BPBD Kota Yogyakarta diantaranya Kampung Tangguh Bencana

dan Pembentukan Forum Organisasi Relawan BPBD Yogya.

5.2. Saran

DR DESSY M. SIDDIK /PEMBIMBING IR. WARDY NAZMAN,MSC,.ARC,.ENG| STUDI LAPANGAN


PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN I
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA REGIONAL BUKITTINGGI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
Sistem yang sudah terbangun dan berjalan dengan baik pada BPBD Yogyakarta bisa

diterapkan dan dikembangkan sesuai dengan kondisi daerah.

DR DESSY M. SIDDIK /PEMBIMBING IR. WARDY NAZMAN,MSC,.ARC,.ENG| STUDI LAPANGAN


PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN I
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA REGIONAL BUKITTINGGI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai